Você está na página 1de 13

Dr.

Yusuf Al-Qaradhawy dalam bukunya “Madkhal li-Ma’rifatil Islam”-Pengantar


KajianIslam- menyebutkan paling tidak ada lima faktor yang menyebabkan manusia butuh
terhadap agama, lima faktor itu bisa dijabarkan sebagai berikut:

1. Kebutuhan akal terhadap pengetahuan mengenai hakikat eksistensi terbesar.

Betapapun cerdasnya manusia, jika hanya dengan akalnya ia tak akan bisa menjawab dengan
pasti pertanyaan: darimana ia berasal?, kemanakah ia setelah mejalani hidup ini? dan untuk
apa ia hidup?. Banyak filosof dan pemikir yang mencoba mencari jawaban pertanyaan-
pertanyaan ini, namun tak ada jawaban pasti yang dapat mereka berikan. Karenanya tak
mengherankan jika jawaban- jawaban itu berbeda-beda satu dengan yang lain. Ini terjadi
karena jawaban- jawaban yang mereka berikan hnya didasarkan pada asumsi-asumsi dan
prasangka. Jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, hanya bisa didapatkan
melui agama dan itu pun tidak semua agama. Sebab pada hakikatnya jawaban pasti itu adalah
berasal dari Tuhan yang menciptakan manusia dan jagat raya ini. Dan saat ini hanya Islamlah
yang mempunyai sumber autentik firman Tuhan, yaitu Al-Qur’an. Selain Al-Qur’an semua
sudah tercampur denganperkataan manusia, bahkan ada yang murni hasil karya manusia
namun dianggapfirmanTuhan.

2.Kebutuhan fitrah manusia

Bukti yang paling jelas menunjukkan bahwa secara fitrah manusia butuh terhadap agama
adalah kenyataan bahwa semua bangsa mengenal kepercayaan terhadap dzat yang dianggap
agung. Baik itu bangsa yang primitif maupun yang berperadaban, yang di barat maupun yang
di timur, yang kuno maupun yang modern. Sedangkan orang-orang yang mengaku tidak
percaya terhadap Tuhan, itu sebenarnya adalah hanya sebuah pelarian dari rasa kecewa
terhadap agama yang mereka lihat. Padahal yang salah adalah ajaran agama itu dan sama
sekali itutidak membuktikan bahwa Tuhan tidak ada.

Tentang kebutuhan fitri terhadap agama ini Allah berfirman :

‫ فطرت هللا التى فطر النا س عـليها‬, ‫فأقم وجهك للدين حنيفا‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (Tetaplah ata

fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”.(Qs.Ar-Rum:30)

3. Kebutuhan manusia terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani

Kehidupan manusia tak selamanya mulus tanpa kerikil dan batu sandungan. Ada saat-saat
gembira, bahagia, damai dan tentram namun juga ada saat dimana ia sedih, gundah,
menderita dan tertimpa musibah. Disaat jiwa sedang dalam kondisi lemah seperti itulah
semakin terasa ia membutuhkan kekuatan yang bisa mengembalikan rasa bahagia, tentram
dan damai yang hilang. Atau paling tidak ia bisa menghadapi semua itu dengan jiwa yang
besar, ketabahan dankesadaran. Keyakinan dan keimanan terhadap agamalah sumber
kekuatan itu. Sebab hanya agamalah yang mengajarkan tentang kepercayaan terhadap takdir,
tawakkal, kesabaran, pahala dan siksa. Dengan kepercayaan terhadap takdir ia bisa dengan
mudah menerima kenyataan. Dengan tawakkal ia tidak akan terlalu kecewa jika ternyata jerih
payahnya tak sesuai dengan harapan. Dan dengan kepercayaan terhadap pahala dan siksa ia
akan bisa segera bangkit kembali tatkala didzalimi orang lain. Dengan kepercayaan semacam
itulah jiwa akan menjadi sehat dan rohani akan menjadi kuat.

Tentang kaitan antara agama dan kesehatan jiwa ini Dr. Karl Bang memberikan kesaksian:
“Setiap pasien yang berkonsultasi padaku semenjak tiga puluh tahun yang lalu yang berasal
dari seluruh penjuru dunia, ternyata sesungguhnya penyebab sakit mereka adalah kurangnya
keimanan dan goyahnya akidah mereka. Sementara mereka tidak akan mendapatkan
kesembuhan kecua lisetelah mereka mengembalikan keimanan mereka”.

4. Kebutuhan masyarakat terhadap motivasi dan disiplin akhlak.

Hukum dan peraturan jelas tidak bisa menjamin bahwa anggota sebuah masyarakat akan bisa
melaksanakan kebaikan, menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sebab hukum
dan peraturan itu tidak bisa menciptakan motivasi dan menumbuhkan kedisiplinan. Karena
memanipulasi hukum adalah suatu hal yang mungkin terjadi dan mencurangi peraturan
adalah bukan hal sulit untuk dilakukan.

Hukum dan peraturan hanyalah sebuah perwujudan dari pengawasan eksternal, dan itu tidak
cukup sampai di situ. Masyarakat membutuhkan motivasi internal yang kita kenal dengan
hati nurani. Dengan membina hati nurani inilah seorang manusia akan termotivasi untuk
melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan dengan sukarela walaupun tanpa ada
pengawasan dari manusia dan tekanan dari hukum dan peraturan.

Peran pembinaan terhadap hati nurani inilah yang tak dapat dilakukan selain oleh agama.
Apalagi agama juga mengajarkan adanya “pengawasan melekat” oleh Tuhan terhadap seluruh
perbuatan manusia. Motivasi hati nurani dan “pengawasan melekat” seperti inilah yang bisa
menjamin suburnya nilai-nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam masyarakat.Marilah kita
simak kata-kata Voltair berikut ini:

“Mengapa kalian meragukan eksistensi Tuhan, padahal kalau bukan karena Tuhanniscaya
istriku telah mengkhianatiku (berbuat serong) dan pembantuku telahmencuri hartaku”.

5. Kebutuhan masyarakat kepada solidaritas dan soliditas.

Agama sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar urgensinya dalam mempererat
hubungan antara manusia satu sama lain, dalam status mereka semua sebagai hamba milik
satu Tuhan (Allah) yang talah menciptakan mereka dan dalam status mereka semua sebagai
anak dari satu bapak (Adam) yang telah menurunkan mereka, terlebih lagi dengan
persaudaraan akidah dan ikatan iman yang dibangun oleh agama diantara mereka.

Bahkan ikatan akidah dan keimanan ini mampu melampaui batas-batas bangsa, suku, warna
kulit, jenis kelamin dan melebihi ikatan darah dan kekerabatan. Maka tidak mengherankan
jika kita menemukan mereka mencintai yang lainnya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri, rela mengorbankan nyawa demi saudaranya dan berlinang air mata karena
penderitaan saudaranya di negeri lain meskipun dipisahkan jarak beribu-ribu kilo meter.
Dengan cinta dan pengorbanan semacam itulah sebuah masyarakat menjadi solid dan kokoh
dalam menjalankan agama.
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa
berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain,
manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada
kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi
fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur
seluruh sistem kehidupan di muka bumi. Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa
meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan
sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang
diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.

Demikian kiranya hajat manusia terhadap agama,sebagai pembawaan nalurinya sebagai


manusia, meskipun karena desakan – desakan sosial bisa jadi naluri ini menjadi
termarjinalkan dari kebutuhan manusia disamping kebutuhan – kebutuhannya yang bersifat
materi.

1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk
yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu, manusia juga tidak luput dari
banyak kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas. Manusia terbatas pada alam
sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang kebudayannya/hidupnya,; yang
menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam menghadapi suatu masalah, bahkan
seringkali bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat menimbulkan keyakinan
atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga
manusia senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup
menentukan kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan nilai-nilai
semua hal yang demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan manusia.

Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan manusia sebagai akibat dari
kelemahannya, itu maka diperlukan agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni
Allah swt. melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah
Maha Sempurna, sehingga wahyu yang diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan
bersifat universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-
Baqarah (2) : 147,

َ‫ق ِم ْن َربِكَ فَالَ تَكُونَنَّ ِم ْن ا ْل ُم ْمتَ ِرين‬


ُّ ‫ا ْل َح‬

“Kebenaran itu adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
meragukannya”

2. Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang senantiasa mengajak manusia kepada
kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut sudah dipengaruhi oleh syaitan/iblis yang
senantiasa menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Jika manusia dapat mengalahkan
pengaruh hawa nafsu dan syaitan tersebut, maka ia akan lebih tinggi derajatnya daripada
malaikat; tetapi, jika ia mengikuti ajakan hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia akan
turun derajatnya lebih rendah daripada binatang.

Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan syaitan itu, manusia harus memakai senjata
agama (iman), karena hanya agama (imanlah) yang dapat mengatasi dan mengendalikan
hawa nafsu dan syaitan/iblis itu; sebab agama merupakan sumber moral dan akhlak dalam
Islam. Itulah sebabnya, missi utama manusia, sebagaimana hadits beliau yang menyatakan:
Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw.
sewaktu kembali dari perang Badar: Kita kembali dari jihad (perang) yang paling kecil
menuju jihad yang paling besar, para sahabat bertanya: adakah perang yang lebih besar dari
perang ini ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada, yakni melawan hawa nafsu.

Di samping itu, ada hadits lain yang mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang di antara
kamu sehingga hawa nafsunya semata-mata mengikuti agama Islam yang kaubawa.

3. Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu mengetahui alam metafisika, alam akhirat
yang merupakan alam gaib, dan berada di luar jangkauan akal manusia, sebagaimana
firmana Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,

ْ َ‫ض بَ ْع َد َم ْوتِهَا إِنَّ فِي ذَ ِلكَ آليَةً ِلقَ ْو ٍم ي‬


َ‫س َمعُون‬ َ ‫اء َما ًء فَأَحْ َيا بِ ِه اْأل َ ْر‬ َ َ‫َّللاُ أ‬
َّ ‫نز َل ِم ْن ال‬
ِ ‫س َم‬ َّ ‫َو‬

“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi
yang tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)”

Akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak boleh melampaui
batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang tidak mampu dipecahkan
oleh akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di sinilah perlunya agama/wahyu untuk
meberikan jawaban terhadap segala masalah gaib yang berada di luar jangkauan akal
manusia. Di sinilah letak kebutuhan manusia untuk mendapat bimbingan agama/wahyu,
sehingga mampu mengatasi segala persoalan hidupnya dengan baik dan menyakinkan.

4. Para sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan –banyak yang kehilangan
idealisme sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi penyakit risau gelisah, hidupnya
hambar dan hampa, karena dengan pengetahuan semata, mereka tidak mampu memenuhi
hajat hidupnya; sebab dengan bekal ilmu pengetahuannya itu, tempat berpijaknya makin
kabur, karena kebenaran yang diperolehnya relatif dan temporer, sehingga rohaninya makin
gersang, sebagaimana bumi ditimpa kemarau, sehingga membutuhkan siraman yang dapat
menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat rohani manusia, agar ia tidak
risau dan gelisah dalam menghadapi segala persoalan hidup ini.

5. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi umat manusia. Namun, dibalik semuanya itu, kemajuan ilmu
pengetahuann dan tehnologi pula yang banyak menimbulkan kecemasan dan ancaman
keselamatan bagi umat manusia. Berbagai konflik yang maha dahsyat terjadi diberbagai
belahan dunia dewasa ini merupakan dampak negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi itu, dengan ilmu dan tehnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan
senjata itu pula manusia banyak menjadi korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya
agama (iman) lah yang dapat mencegah agar ilmu dan tekhnologi tersebut tidak berubah
menjadi senjata makan tuan/pagar makan tanaman. Agamalah yang mampu menjinakkan hati
manusia yang sesat, untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
Dalam berbagai kesempatan, banyak diungkapkan mengenai hubungan manusia yang bersifat
vertikal (hablumminallah) dan horizontal (hablumminannaas). Hubungan vertikal adalah
hubungan antara individu dengan Tuhan, sedangkan hubungan horizontal adalah hubungan
antar-makhluk. Pembagian ini menjadi begitu populer di kalangan manusia. Namun,
popularitas pembagian tersebut, saya rasa memiliki permasalahan. Masalah yang saya
maksud adalah ketika pembagian tersebut seolah-oleh menegaskan keterpisahan hubungan
ketika suatu hubungan sedang terjadi. Misalnya, ketika saya sedang berhubungan dengan
Tuhan, maka hubungan saya dengan makhluk sedang tidak aktif dan begitu pula sebaliknya,
ketika saya sedang berhubungan dengan makhluk maka hubungan saya dengan Tuhan sedang
tidak aktif.

Permasalahan di atas, menurut saya sudah menggejala dalam kehidupan manusia saat ini.
Penyebab kondisi ini, jika ditelusuri, akan ditemukan pada problem sekularisme. Problem
ini ditimbulkan ketika sekularisme mulai membagi wilayah aktivitas manusia menjadi privat
dan publik. Wilayah privat adalah wilayah yang berkaitan dengan urusan pribadi dan
hubungan dengan Tuhan masuk dalam wilayah ini. Kemudian wilayah publik adalah wilayah
yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia lain. Pembagian hubungan dengan
Tuhan dan hubungan dengan manusia, membuat diri manusia menjadi retak atau terbelah
dua. Oleh karena, tidak ada kesatuan dalam hubungan yang dijalin. Ketika hubungan yang
satu aktif maka, hubungan yang lain tidak aktif. Itulah modus pribadi yang muncul, ketika
pembagian vertikal dan horizontal menggunakan pendekatan sekularisme (secara tidak sadar
ataupun sadar) dan tidak memiliki kesatuan (tauhid).

Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan ber-tauhid, yang ditampakkan mulai dari
berpikir hingga kepada tindakan. Dalam tauhid, Tuhan adalah pusat atau landasan berpikir
dan bertindak. Tuhan menjadi tempat pertama atau dasar kita dalam melakukan segala
sesuatu. Oleh karena, Tuhan sudah memberikan kita tuntunan berkaitan dengan apa yang
akan kita lakukan, bahkan ketika berijtihad sekalipun (antum a’lamu bi umuuridunyaakum).
Setelah bertolak dari Tuhanlah baru kemudian membangun sesuatu yang lain (berpikir hingga
bertindak). Pola yang terjadi dalam aktivitas tauhidi ini, analoginya seperti sebuah selang
yang terisi oleh air. Maka aktivitas dengan berbagai bentuknya “terisi” dengan ke-ikhlash-an
(niat karena Allah).

Pada dasarnya, berpijak kepada pola tauhidi, segala aktivitas manusia tidak dituntut untuk
dibarengi dengan rasa suka atau tidak suka. Misalnya ketika saya menolong seseorang, yang
dituntut adalah semata-mata karena Allah. Sedangkan, ketika pertolongan itu juga diberikan
disertai dengan rasa senang, itu berarti semakin menguatkan. Contoh lain adalah menuntut
ilmu. Menuntut ilmu sebenarnya cukup dilakukan dengan dorongan semata-mata karena
Allah. Dan ketika didorong oleh kesenangan, maka itu akan semakin menguatkan.

Contoh-contoh di atas, ingin menyampaikan pula bahwa dalam pola aktivitas tauhidi, segala
sesuatu dituntut untuk menjadi ibadah – dengan ungkapan basmalah sebagai pembuka dan
hamdalah sebagai penutup. Ibadah dengan pola tauhidi, yang ketika Allah dan Rasul sudah
membuatkan pilihan tentang suatu hal, maka bagi muslim, tidak ada pilihan lain selain
mengikuti Allah dan Rasul, bahkan ketika melakukan ijtihad. Tuntutan untuk menjadikan
segala aktivitas menjadi ibadah ditujukan agar manusia terus beraktivitas tauhidi. Dan juga
menjaga agar muslim menjalani kehidupan yang utuh (tauhidi) dan pribadi yang utuh
(tauhidi). Tujuan lain adalah agar muslim tidak menjadi insan yang merugi, sebagaimana
tersurat dalam surat Al-‘Ashr. Karena yang tidak merugi adalah orang yang beramal shalih
dan itu berarti aktivitasnya bernilai ibadah. Dan banyak pula dikatakan dalam Al-Qur-aan dan
Hadits, bahwa ciri-ciri muslim adalah menjauhi hal-hal yang tidak berguna. Dan dari
pandangan yang tauhidi, hal-hal yang tidak berguna ini dapat dilihat sebagai aktivitas yang
bukan ibadah.

Maka, sudah sepatutnya manusia, khususnya muslim, untuk hidup dalam keutuhan mulai dari
pikiran hingga tindakan, keutuhan dari pribadi dan kehidupan. Janganlah mengikuti
kehidupan yang dibuat dengan sekularisme, yang nyatanya tidak mengantarkan kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat, namun hanya keterpecahan diri, kehidupan dan kesengsaraan.
(serum)

Sebenarnya, hanya ada satu agama yang paling benar di atas muka bumi, yaitu
agama Islam. Agama Islam sudah dijamin oleh Allah SWT sebagai agama yang
paling benar di antara agama-agama yang lain. Dasar hukumnya adalah Al-Quran
surah Ali Imran, ayat 19 yang berbunyi:

"Sesungguhnya agama yang paling benar di sisi Allah adalah Islam".

Kemudian pada surah yang sama, Allah SWT memberikan peringatan bahwa bagi
siapa saja yang menganut agama selain Islam maka segala amal ibadahnya tidak
akan diterima Allah SWT:

"Barangsiapa menganut agama selain Islam, maka amal ibadahnya tidak akan
diterima, dan di akhirat nanti mereka termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Ali
Imran: 85)

Islam adalah agama yang paling sempurna, dan Allah-lah yang menyempurnakan
agama Islam itu.

"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku kepadamu; dan Aku ridhai Islam sebagai agamamu". (QS Al-Maidah 3)
Bagi mereka yang masih meragukan kebenaran Islam, Allah SWT telah memastikan
bahwa alam semesta beserta isinya menyerahkan diri kepada Allah SWT. Jadi tidak
perlu ragu dengan Islam dan tak perlu pula mencari agama lain selain Islam.

"Apakah mereka mencari agama lain selain Agama Allah? Padahal segala apa yang
di langit dan di bumi ber-Islam (menyerahkan diri) kepada-Nya, baik dengan
sukarela maupun dengan terpaksa. Dan hanya kepada Allah-lah mereka semua
dikembalikan". (QS Ali Imran: 83)

Bagi orang-orang yang mau beriman, Allah SWT mengajak untuk masuk ke dalam
Islam secara sempurna, tidak setengah-setengah, totalitas pengabdian hanya
kepada Allah SWT saja.
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara sempurna,
dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 208)

Agama Islam yang disebarluaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW, diciptakan


Allah SWT sebagai penyempurna ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya.

"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): Kami beriman kepada Allah, dan kepada
apa yang telah diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub serta anak
cucunya, dan kepada apa yang telah diturunkan kepada Musa, Isa, serta para nabi-
nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan
lainnya, dan kami taat dan patuh hanya kepada-Nya". (QS. Al-Baqarah: 136)

Islam adalah agama yang benar, tetapi banyak orang yang tidak yakin akan hal itu.
Allah SWT memastikannya dalam Surah Ar-Rum:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30)

Allah SWT telah menjamin bahwa Islam akan dimenangkan atas segala agama,
meskipun orang-orang musyrik tidak menyukai jaminan Allah SWT itu.

"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an)


dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrikin tidak menyukai". (QS. At-Taubah: 33)

Islam adalah agama orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.

"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik
agama yang kamu seru mereka kepada-Nya. Allah menarik kepada agama itu orang
yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya)". (QS. Ash-Shura: 13)

Orang-orang yang menentang bahwa Islam adalah agama yang paling benar adalah
orang-orang yang hatinya telah dikunci mati oleh Allah SWT.

“Kemudian sesudah Nuh, Kami utus beberapa rasul kepada kaum mereka (masing-
masing), maka rasul-rasul itu datang kepada mereka dengan membawa keterangan-
keterangan yang nyata, tetapi mereka tidak mau beriman karena mereka dahulu
telah (biasa) mendustakannya. Demikianlah Kami mengunci mati hati orang-orang
yang melampaui batas. (QS. Yunus: 74)

Di antara umat manusia, pasti ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Orang-
orang beriman akan meyakini dengan sepenuh hati bahwa agama Islam adalah
agama yang paling benar, petunjuk jalan yang lurus, jalan yang ditempuh para
Rasul. Sementara orang-orang kafir tidak meyakini bahwa hanya agama Islam
sebagai agama yang paling benar. Menurut orang-orang kafir, semua agama itu
benar dan semua agama itu baik. Allah SWT mengajak orang-orang beriman untuk
menyaksikan akhir hidup orang-orang kafir, apakah hidup mereka akan berakhir
dengan bahagia atau menderita karena azab dari Allah SWT.

"Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan) "Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara
umat itu ada orang-orang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah Kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(Rasul-rasul)". (QS An-Nahl: 36)
ISLAM ITU INDAH

islam itu indah karena ajarannya dan semua yang diajarkan dalam islam mengandung hikmah
yang sangat besar yuk simak artikel berikut

Pada hari ini,telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
(QS. Al Maidah 5: 3)

Sungguh suatu anugerah yang tak terhingga, ketika Allah SWT memberikan nikmat terbesar dalam
kehidupan manusia, yaitu nikmat iman dan Islam. Nikmat yang menjadikan ada sebuah pembeda
(furqan) antara seorang muslim dengan musyrikin. Nikmat Islam merupakan kunci surga Allah,
yang di dalamnya terdapat banyak sekali kenikmatan abadi yang tiada habisnya, di mana setiap
muslim dijamin oleh Allah akan dimasukkan ke dalam jannah-Nya, apabila menerapkan Islam
secara kaffah dalam hidupnya. Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah 2: 208)

Islam memiliki sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat, diridhai dan sesuai dengan
fitrah. Sebagai agama, sifat-sifat ini dapat dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya
dan penganutnya tenang, selamat dan bahagia dalam menjalani hidup. Muslim menjadi selamat
karena Islam diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan yang dirasakan seorang muslim
karena Allah memberikan segenap rasa nikmat kepada penganut Islam, kemudian kepada mereka
yang mengamalkan Islam karena sesuai dengan fitrahnya. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum 30: 30)

Syumuliyatul Islam

islam itu indah merupakan agama yang sempurna berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup
segala hal yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Sebagai petunjuk/ pegangan dalam
hidupnya, sehingga dapat menjalani hidup dengan baik, teratur dan sejahtera, mendapatkan
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Islam adalah sistem yang menyeluruh, mencakup seluruh sisi kehidupan. Ia adalah negara dan
tanah air, pemerintah dan umat, akhlaq dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan
undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad
dan dakwah, pasukan dan pemikiran. Ia adalah aqidah yang lurus, ibadah yang benar, tidak kurang
tidak lebih. Syumul (universalitas) merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika
dibandingkan dengan syariah dan tatanan buatan manusia, baik komunisme, kapitalisme,
demokrasi maupun yang lainnya. Universalitas Islam meliputi waktu, tempat dan seluruh bidang
kehidupan. Ulama besar Mesir asy syahid Hasan Al Banna berkata “Risalah Islam mempunyai
jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat, dan jangkauan yang sangat
dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat.”
Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan syumuliyatuz zaman (sepanjang masa), syumuliyatul
minhaj (mencakup semuanya) dan syumuliyatul makan (semua tempat).
1. Islam sebagai syumuliyatuz zaman (sepanjang masa) adalah agama masa lalu, hari ini dan
sampai akhir zaman nanti. Sebagaimana Islam merupakan agama yang pernah Allah sampaikan
kepada para Nabi terdahulu, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
untuk menyerukan: “Sembahlah Allah dan jauhilah Thaghut.”(QS. An Nahl 16: 36). Kemudian
disempurnakan oleh Allah melalui risalah nabi Muhammad SAW sebagai kesatuan risalah dan nabi
penutup. Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW dilaksanakan sepanjang masa untuk seluruh
umat manusia hingga hari kiamat. “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’ 34: 28)
2. Islam sebagai syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) melingkupi beberapa aspek lengkap
yang terdapat dalam Islam itu sendiri, misalnya jihad dan da’wah (sebagai penyokong/ penguat
Islam), akhlaq dan ibadah (sebagai bangunan Islam) dan aqidah (sebagai asas Islam). Aspek-aspek
ini menggambarkan kelengkapan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali
‘Imran 3: 19)
3. Islam sebagai syumuliyatul makan (semua tempat) karena Allah menciptakan manusia dan alam
semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam ini hanya Allah saja. Karena berasal dari satu
pencipta, maka semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan kepada-Nya. Firman Allah SWT
sebagai satu-satunya Tuhan dan pencipta alam semesta: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah 2: 163-164)

Islam yang begitu indah adalah satu-satunya agama yang mempunyai berbagai dimensi yang
dapat menjawab berbagai persoalan asasi ummat manusi sepanjang masa, termasuk masa kini
dan masa yang akan datang. Maka dari itu Islam adalah agama yang paling benar dan di ridhoi
Allah SWT seperti pada firmanya :

"Sesunggunya agama disisi Allah Adalah Islam".(Ali Imran: 19)

Jadi siapa yang menginginkan selain Islam berarti dia memilih kebathilan dan dalam keadaan
merugi.(QS Ali Imran: 82)

Islam adalah Agama yang sempurna (QS Al Maidah: 3) dan tertinggi (Hadits Nabi), Agama
penyerah diri semata-mata kepada Allah (QS An Nisa: 125), Agama semua nabi-nabi (QS Al
Baqarah: 136).

Islam membawa ajaran Dasar tauhid,akhlak,dan ajaran yang berhubungan dengan aspek
jiwa,akal,materi dan sosial.
Islam Agama yang sesuai dengan kefitrahan manusia. Fitrah Manusia itu ialah Sejauh apa pun ia
berjalan menyelisihi fitrah kemanusianya, ia akan berusaha mencari jalan kembali. Fitrah Manusia
adalah pada Al-khair (jalan kebaikan). Dan, Al-khai itu adalah al-Islam.

Islam memberikan pada manusia aturan-aturan hukum yang luhur dan tegu serta moralita yang
berdasar pada pengetahuan yang luar tentang alam insani. Islam memberikan sumber
ketentraman jiwa bagi manusia-manusia di dunia yang dalam perjuangan hidup.

Syari'at Islam adalah syari'at yang lengkap yang mengantur seluruh urusan manusia seperti
ibadah,ekonomi,sosial,politik,pemerintahan,pendidikan dan yang lainnya.

Agama Islam menghormati akal manusia meletakkan akal pada tempat yang terhormat,menyuruh
manusia mempergunakan akal manusia untuk memerika dan memikirkan keadaan alam (al-
Qur'an S. 3: 189-190);

Agama Islam mewajibkan tiap-tiap pemeluknya, laki-laki dan perempuan menuntut ilmu;(Q.S.
58:11);

Agama Islam menyuruh pemeluknya mencari kerelaan Tuhan dengan semua Nikmat yang telah
diterima-nya ,dan menyuruh mempergunakan hak-hak atas kedunian,dalam pimpinan dan
peraturan agama.(Q.S 28:77);

Agama Islam menyuruh memeriksa kebenaran walaupun datangnya dari kaum yang berlainan
bangsa dan kepercaayaan.(20:17-18)
Agama Islam melarang Orang bertaglid buta,menerima sesuatu sebelum diperiksa, walaupun dari
ibu bapak dan nenek moyang sekalipun (Q.S. 17:36);

Secara umum sistem Islam mengatur setidaknya tiga hal. Pertama, hukum-hukum yang berkenaan
dengan individu dan Al Khaliq, yakni Allah SWT (hablum minallah) seperti ibadah yang meliputi
shala,puasa,zakat,haji dan jihad. Kedua, mengatur hubungan satu individu dengan dirinya sendiri
(hablum minanafsi)seperti hukum berpakain, makan,minum, dan termasuk diantaranya akhlak.
Ketiga, mengatur hubungan individu dengan individu yang lainnya dalam masyarakat (hablum
minanasi) seperti urusan niaga,pendidikan.sosial,politik,dan hukum lainnya.

Maka kita yang dari lahir ke dunia ini langsung menganut agama Islam agama yang diridhoi Allah
SWT patut bersyukur..dan rasa syukur kita itu kita aplikasi kan dengan menjalani Syariat Agama
Islam dengan taat.
Agama Islam mengerahkan pemeluknya supaya selalu mengadakan barang yang belum ada,
merintis jalan yang belum ditempuh,membuat inisiatif dalam hal kedunian yang memberi manfaat
untuk masyarakat.

Agama Islam menggemarkan pemeluknya supaya pergi meninggalkan kampung


halamanya,berjalan ke negeri lain, memperhubungkan silaturrahmi dengan bangsa dan golongan
lain, saling bertukar pengetahuan,pemandangan dan perasaan. (Q.S. 22:46);
Islam Mengatur Hubungan Vertikal & Horizontal

Islam memandang sesuatu dari dua sudut pandang sekaligus yaitu, pandangan ke dunia
sekarang ini dan pandangan ke hari kemudian. Artinya, kehidupan di dunia ini, baik yang
menyangkut kehidupan yang bersifat materi, sosial, politis, ekonomi, teknologi, individu,
masyarakat, pemerintahan, negara tidak bisa dilepaskan dari ibadah kepada Tuhan. Mengapa?
Karena Islam adalah bukan hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan saja,
tetapi mengatur hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Kedua-duanya adalah
ibadah. Inilah kuncinya dalam Islam.
Hubungan antara manusia dengan Tuhan-nya telah diatur dalam bentuk hukum-hukum
yang telah ditentukan Tuhan berdasarkan kepada apa yang telah tercantum dalam Firman-
Nya dan apa yang telah dicontohkan Rasul-Nya Muhammad saw.
Begitu juga dalam hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, baik itu dalam
hubungan keluarga, masyarakat, pemerintahan, negara, Islam telah memberikan Garis-Garis
Besar Haluan untuk dijadikan sebagai acuan dalam rangka menempuh kehidupan di dunia ini,
sebagai bekal kelak di hari kemudian. Karena apa yang akan diperoleh di hari kemudian
adalah tergantung dari apa yang telah dilakukan di dunia sekarang ini. Jadi logikanya adalah,
perilaku manusia yang yakin kepada Tuhannya dengan mengikuti dan menjalankan apa yang
telah diperintahkan-Nya, tanpa pembangkangan dan hanya penuh dengan penerimaan dan
kepasrahan, maka hasil dari perilakunya itu akan mendapatkan balasan sesuai dengan hasil
usaha menurut kemampuannya masing-masing.
Nah sekarang, dalam penerapan dan pelaksaan hubungan antar manusia ini, Tuhan telah
memberikan GBHN-Nya kepada ummat manusia untuk dijadikan sebagai pedoman dalam
kehidupan, dari mulai kehidupan pribadi, masyarakat, pemerintahan, negara, sosial, politik,
ekonomi dan teknologi. Karena itu, Islam tidak mengenal hanya satu hubungan, melainkan
Islam memberikan dua hubungan, hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Artinya,
hubungan langsung kepada Tuhan dan hubungan langsung antar manusia.

Kesalahan Besar Memisahkan Hubungan Vertikal dan Horizontal


Suatu kesalahan besar, apabila sekarang ada kaum muslimin yang menginginkan
pemisahan dari kedua hubungan tersebut. Apabila hubungan vertikal dipisahkan dari
hubungan horizontal, maka akhirnya manusia akan mengalami kepincangan. Mengapa?
Karena manusia akan kehilangan keseimbangan. Berpegang hanya ke jalur vertikal saja,
maka manusia akan kehilangan sifat kebersamaanya, bukan hanya dalam segi pergaulan saja,
tetapi juga kehilangan dalam segi hubungan sosial, kemasyarakatan, politik, ekonomi,
pemerintahan dan negara. Sebaliknya, apabila hanya berpegang ke jalur horizontal saja, maka
manusia akan bebas berbuat sesuai dengan apa yang menurut jalan pikirannya baik, tanpa
perlu mendengar kepada apa yang telah ditetapkan oleh sang Pencipta, yaitu Tuhan, karena
dianggap Tuhan tidak perlu ikut campur dalam urusan masyarakat, pemerintahan dan negara.
Keadaan yang bersifat hubungan horizontal inilah sekarang telah melanda hampir
diseluruh dunia. Mereka merasa bebas, menentukan apa yang dianggap oleh individu dan
kelompok baik berdasarkan hasil pikirannya, tanpa melibatkan nilai-nilai yang datang dari
Tuhan. Dan mereka itulah yang mayoritas hidup di negara-negara yang menganut paham
sekularisme, yaitu suatu paham yang tidak mendasarkan moralitas kepada dasar ajaran
agama.

Você também pode gostar

  • Cover Inovasi
    Cover Inovasi
    Documento1 página
    Cover Inovasi
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Documento2 páginas
    Lembar Observasi
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Indikator Pencapaian Kompetensi
    Indikator Pencapaian Kompetensi
    Documento1 página
    Indikator Pencapaian Kompetensi
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Cover Inovasi
    Cover Inovasi
    Documento2 páginas
    Cover Inovasi
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Pedoman Wawancara Siswa
    Pedoman Wawancara Siswa
    Documento2 páginas
    Pedoman Wawancara Siswa
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • EUCLID
    EUCLID
    Documento3 páginas
    EUCLID
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Cover Inovasi
    Cover Inovasi
    Documento1 página
    Cover Inovasi
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Cover Inovasi
    Cover Inovasi
    Documento1 página
    Cover Inovasi
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Cover Inovasi
    Cover Inovasi
    Documento2 páginas
    Cover Inovasi
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Documento2 páginas
    Lembar Observasi
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Cover Inovasi
    Cover Inovasi
    Documento1 página
    Cover Inovasi
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Documento7 páginas
    Kelompok 6
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Wawancara Guru
    Wawancara Guru
    Documento1 página
    Wawancara Guru
    Rifh
    Ainda não há avaliações
  • TTS Matematika
    TTS Matematika
    Documento2 páginas
    TTS Matematika
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Studi Kasus Blog
    Studi Kasus Blog
    Documento8 páginas
    Studi Kasus Blog
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Kartu Soal
    Kartu Soal
    Documento3 páginas
    Kartu Soal
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • ANUITAS
    ANUITAS
    Documento3 páginas
    ANUITAS
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Cover PPM
    Cover PPM
    Documento1 página
    Cover PPM
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Agnes
    Agnes
    Documento1 página
    Agnes
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Cover PPM
    Cover PPM
    Documento1 página
    Cover PPM
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Surat DCR
    Surat DCR
    Documento1 página
    Surat DCR
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • Document 1
    Document 1
    Documento8 páginas
    Document 1
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações
  • KONTRAK PERKULIAHAN
    KONTRAK PERKULIAHAN
    Documento4 páginas
    KONTRAK PERKULIAHAN
    Restu Ayu G
    Ainda não há avaliações