Você está na página 1de 36

LAPORAN KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Di Departemen Saraf

VERTIGO

Pembimbing:
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc

Disusun Oleh:
Saraswati Qonitah Thifal 1610221065

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
PERIODE 20 NOVEMBER – 23 DESEMBER 2017
LEMBAR PENGESAHAN KEPANITERAAN KLINIK

DEPARTEMEN SARAF

Presentasi Kasus Dengan Judul :

VERTIGO

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian

Kepaniteraan Klinik di Departemen Saraf

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh :

Saraswati Qonitah Thifal 1610221065

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini
dengan judul “Vertigo”. Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat
mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis ingin menyaampaikan rasa
terimakaasih kepada dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc selaku dokter
pembimbing dan teman – teman coass yang membantu dalam pembuatan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca
dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam ilmu kedokteran.

Ambarawa, Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

I. Identitas Pasien................................................................................................... 1
II. Data Dasar......................................................................................................... 1
III. Diskusi Pertama.............................................................................................. 4
IV. Anatomi Telinga.............................................................................................. 4
V. Vertigo................................................................................................................ 7
VI. Diagnosis Sementara....................................................................................... 9
VII. Pemeriksaan Fisik......................................................................................... 9
VIII. Diskusi Kedua.............................................................................................. 13
IX. Penyakit Meniere............................................................................................ 13
X. Tabel Perbedaan Penyebab Vertigo............................................................... 27
XI.Diagnosis Akhir................................................................................................. 28
XII. Terapi............................................................................................................... 28
XIII. Plan.................................................................................................................. 28
XIV. Prognosis........................................................................................................ 28
XV. Follow Up...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 31
I. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Klego
Pekerjaan : Pegawai Pabrik
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
No CM : 101808
Tanggal Masuk RS: 2/12/17
Tanggal keluar RS : 6/12/17

II. Data Dasar


Dilakukan autoanamnesis pada 2/12/217 pukul 07.00 WIB di bangsal Anyelir.

II.1 Keluhan Utama


Pusing berputar sejak 2 hari SMRS.

II.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien memiliki keluhan pusing berputar sejak 2 hari SMRS. Pusing berputar
dirasakan hilang timbul, dengan durasi kurang lebih selama 15-20 menit. Keluhan
pusing berputar timbul mendadak, dipengaruhi oleh perubahan posisi pasien.
Keluhan pusing berputar bertambah bila pasien beraktivitas. Pasien merasa lebih
nyaman bila dalam posisi tidur dan menutup kedua matanya. Pasien tidak dapat
beraktivitas karena keluhan pusing berputar yang semakin memberat. Bila diberi
skala 1 – 10 (1 untuk gejala yang ringan, 10 untuk gejala pusing yang berat) pasien
mengatakan bahwa pusing berputar yang dirasakan skalanya adalah 8. Pasien
mengeluh mual (+), muntah 1x berisi makanan. Pasien juga merasa pendengaran
telinga kirinya berkurang sejak 2 hari SMRS dan merasa telinga sebelah kiri
berdenging. Bahu kiri pasien terasa sakit terutama saat digerakkan, kesemutan dan
rasa berat disangkal. Keluhan demam, sakit kepala, berat badan turun, pingsan,

1
pandangan gelap, keluar cairan dari telinga, gigi berlubang, sinusitis, penglihatan
kabur dan dobel, kejang, sakit cacar, keluhan kelemahan dan kesemutan anggota
gerak disangkal.
Pasien mengatakan sejak 1 tahun terakhir mulai mengeluhkan pusing berputar.
Pusing berputar sering kambuh setiap beberapa bulan. Ketika kambuh, pasien
mengeluh pusing berputar diperberat dengan aktivitas dan dipengaruhi oleh
perubahan posisi. Durasi pusing berputar beberapa menit – jam saat timbul. Saat
pusing berputar kambuh, pasien meminum obat histigo dan merasa membaik. Pasien
belum pernah berobat ke poli saraf untuk keluhan pusing berputarnya.

II.3 Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat tauma: Pasien memiliki riwayat trauma kepala pasca tertabrak motor
saat usia SD sampai bagian belakang kepala pasien bocor dan bagian belakang
telinga pasien terbentur stang motor.
2. Riwayat keluar cairan dari telinga: disangkal
3. Riwayat hipertensi: disangkal
4. Riwayat sakit cacar (infeksi HSV): disangkal
5. Riwayat epilepsi: disangkal
6. Riwayat sinusitis: disangkal
7. Riwayat gigi berlubang: disangkal

II.4 Riwayat Pengobatan


Pasien belum pernah berobat ke dokter untuk mengobati keluhan pusing
berputarnya. Saat keluhan timbul, pasien meminum histigo yang ia beli di apotek.

II.5 Riwayat Penyakit Keluarga


1. Riwayat keluarga dengan kelainan kongenital : disangkal
2. Riwayat keluarga dengan kelainan bentuk tubuh : disangkal
3. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama : ibu pasien
4. Riwayat Hipertensi, DM : disangkal

2
II.6 Riwayat pribadi dan Sosial Ekonomi
Pasien tidak merokok dan tidak minum minuman keras dan bukan pengguna
obat-obatan terlarang. Pasien sehari-hari bekerja di prabrik garment dan sering
mendengarkan headset selama bekerja.

II.7 Anamnesis Sistem


Sistem serebrospinal : pusing berputar (+)
Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan
Sistem respiratorius : tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
Sistem musculoskeletal : bahu kiri pasien terasa sakit, terutama saat
digerakkan, kesemutan dan rasa berat disangkal
Sistem integumen : tidak ada keluhan

II.8 Resume Anamnesis


Pasien memiliki keluhan pusing berputar sejak 2 hari SMRS. Pusing berputar
dirasakan hilang timbul, dengan durasi 15-20 menit, timbul mendadak, dipengaruhi
oleh perubahan posisi pasien. Keluhan bertambah bila pasien beraktivitas, berkurang
bila dalam posisi tidur dan menutup kedua matanya. Pasien tidak dapat beraktivitas
karena keluhan yang semakin memberat. Skala VAS 8. Mual (+), muntah 1x berisi
makanan, pendengaran telinga kiri berkurang dan merasa telinga sebelah kiri
berdenging. Bahu kiri pasien terasa sakit terutama saat digerakkan, kesemutan dan
rasa berat disangkal. Pasien mengatakan sejak 1 tahun terakhir mulai mengeluhkan
pusing berputar. Pusing berputar sering kambuh setiap beberapa bulan. Ketika
kambuh, pasien mengeluh pusing berputar diperberat dengan aktivitas dan
dipengaruhi oleh perubahan posisi. Durasi pusing berputar beberapa menit – jam saat
timbul. Saat pusing berputar kambuh, pasien meminum obat histigo dan merasa
membaik. Pasien belum pernah berobat ke poli saraf untuk keluhan pusing
berputarnya.

3
III. Diskusi Pertama
Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan pusing berputar
yang dirasakan sejak 2 hari SMRS. Pusing berputar timbul mendadak, dipengaruhi
perubahan posisi tubuh pasien, dan disertai keluhan mual, muntah dan telinga kiri
berdenging dan pendengarannya berkurang. Keluhan pasien merupakan vertigo,
yaitu halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau
pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Berdasarkan klinis, vertigo
dibagi menjadi dua kategori yaitu vertigo vestibular dan vertigo non-vestibular. Pada
vertigo vestibular, keluhan yang muncul adalah rasa berputar (“true vertigo”),
serangan episodik, adanya mual, muntah, dicetuskan oleh gerakan kepala. Sedangkan
pada vertigo non-vestibular keluhan yang timbul yaitu rasa melayang, hilang
keseimbangan, serangan bersifat kontinyu, keluhan mual muntah tidak ada,
dicetuskan oleh gerakan objek visual dan dapat dicetuskan oleh situasi ramai atau
lalu lintas macet.
Pada pasien terdapat keluhan pusing berputar yang timbul mendadak, dan
bersifat episodik, terdapat keluhan mual muntah dan pusing berputar teruatam
dicetuskan oleh perubahan posisi badan dan kepala pasien. Berdasarkan hasil
anamnesis tersebut, dapat disimpulkan pasien mengalami vertigo tipe vestibular.
Vertigo vestibular dibagi menjadi dua jenis, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral.
Pada vertigo tipe perifer, bangkitan vertigo timbul lebih mendadak, derajat vertigo
yang berat, dipengaruhi oleh gerakan kepala, terdapat gejala otonom ++ (mual,
muntah, berkeringat), gangguan pendengaran (tinitus, tuli), tanda fokal otak (-).
Sedangkan pada vertigo tipe sentral, bangkitan vertigo lebih lambat, dengan derajat
yang ringan, tidak dipengaruhi oleh gerakan kepala, gejala otonom +, tidak ada
gangguan pendengaran, tanda fokal otak (+). Pada pasien didapatkan gambaran klinis
vertigo vestibular tipe perifer.

IV. Anatomi Telinga


IV.1 Telinga dalam
Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut labirin.
Telinga dalam terdiri dari kokhlea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler
yang dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis. Labirin (telinga

4
dalam) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada pars
petrosus os temporal. Labirin terdiri dari : (1,3)
1. Labirin bagian tulang, terdiri dari: kanalis semisirkularis, vestibulum, dan
kokhlea
2. Labirin bagian membran, yang terletak di dalam labirin bagian tulang, terdiri
dari: kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus, dan duktus endolimfatikus
serta kokhlea.

Gambar 1 Anatomi Telinga Dalam4

Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi
cairan perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Di
dalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria
vaskularis dan diresirbsi pada sakkus endolimfatikus.(1,3)
Ujung atau puncak kokhlea disebut helikoterma yang menghubungkan
perilimfa skala timpani dan skala vestibuli. Pada irisan melintang di kokhlea tampak
skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe sedangkan skala
media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut membran reissner sedangkan
dasar skala media disebut membran basilaris yang terletak organ korti di dalamnya.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria dan pada membran basilaris melekat sel rambut dalam, sel rambut luar, dan

5
kanalis korti. Membran basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar
pada apeksnya (nada rendah). Terletak diatas membran basilaris dari basis ke apeks
adalah organ korti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme
saraf perifer pendengaran. Organ korti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3.000)
dan tiga baris sel rambut luar (12.000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel
pada ujung bawah sel rambut.(1,2,3)

Gambar 2 Potongan Melintang Koklea4

Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel
rambut. Menutupi sel-sel rambut adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh
silia dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan akan
menimbulkan rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus
melalui suatu duktus sempit yang merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus.
Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus dengan makula sakulus.
Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis
memiliki satu ujung yang melebar yang membentuk ampula dan mengandung sel-sel
rambut krista dan diselubungi oleh lapisan gelatinosa yang disebut kupula. Gerakan
dari endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang

6
selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel
reseptor.(1,3)

IV.2 Vaskularisasi Telinga


Telinga dalam memperoleh pendarahan dari a.auditori interna (a.labirintin)
yang berasal dari a.serebelli anterior atau langsung dari a.basilaris yang merupakan
suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah
memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang tiga, yaitu : (1)
1. Arteri vestibularis anterior yang memperdarahi makula utrikuli, sebagian makula
sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian
dari utrikulus dan sakulus
2. Arteri vestibulokokhlearis yang memperdarahi makula sakuli, kanalis
semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran
berasal dari kokhlea.
3. Arteri kokhlearis yang memasuki mediolus dan menjadi pembuluh-pembuluh
arteri spiral yang memperdarahi organ korti, skala vestibuli, skala timpani
sebelum berakhir pada stria vaskularis.
Aliran vena pada telinga dalam melalui tiga jalur utama. Vena auditori interna
berasal dari putaran tengah dan apikal kokhlea. Vena aquaduktus kokhlearis berasal
dari putaran basiler kokhlea, sakulus, dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus
inferior. Vena aquaduktus vestibularis berasal dari kanalis semisirkularis sampai
utrikulus. Vena ini mengikuti duktus dan masuk ke sinus sigmoid.(1)

IV.3 Inervasi Telinga


Nervus akustikus bersama n.fasialis masuk ke dalam porus dari meatus
akustikus internus dan bercabang dua sebagai n.vestibularis dan n.kokhlearis. Pada
dasar meatus akustikus internus terletak ganglion vestibularis dan pada mediolus
terletak ganglion spiralis. (1,2)

V. Vertigo
Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama dari jaringan otoonomik yang

7
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh. Sindroma vertigo terdiri dari:
1. Pusing
2. Gejala simtomatik: nistagmus, unstable
3. Gejala otonom: pucat, keringat dingin, mual, muntah

Tabel Perbedaan Klinis Vertigo Vestibuler dan Vertigo Non Vestibuler


Gejala Vertigo Vestibuler Vertigo Vestibuler
Sifat vertigo Rasa berputar (“true Melayang, hilang
vertigo”) keseimbangan, lightheaded
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah (+) (-)
Gangguan pendengaran (+) / (-) (-)
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus (-) Orang ramai, lalu lintas
macet, supermarket

Tabel Perbedaan Klinis Vertigo Vestibuler Tipe Sentral dan Tipe Perifer
Tipe Perifer Tipe Sentral
Bangkitan vertigo Lebih mendadak Lebih lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)
Gejala otonom (mual, (++) (+)
muntah, berkeringat)
Gangguan pendengaran (+) (-)
(tinnitus, tuli)
Tanda fokal otak (-) (+)

Langkah-langkah sistematis manajemen pasien vertigo:


1. Memastikan keluhan sebagai vertigo
2. Memastikan jenis dan letak lesi

8
3. Mencari penyebab
o Penyebab vertigo vestibuler adalah:
 Perifer: BPPV, penyakit Meniere, tumor nervus VII, dan lain-lain
 Sentral: vaskuler, degeneratif, tumor, dan lain-lain
4. Memantau terapi

VI. Diagnosis Sementara


Diagnosis klinik : vertigo paroksismal, mual, muntah
Diagnosis topis : organ vestibularis
Diagnosis etiologi : perifer: otogenik  Meniere disease, BPPV
sentral: cervicogenic

VII. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 2 Desember 2017

VII.1 Status Generalis :


KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (GCS E4-V5-M6)
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 64 kali/ menit
Respirasi : 21 kali/ menit
Suhu : 36,5oC
Leher : JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid dbn
Dada : tidak ada deformitas
Pulmo dan Cor : sonor, vesikuler di seluruh lapangan paru, suara tambahan (-)
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba, supel, NT (-)
Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), deformitas (-)

VII.2 Status Psikiatri


Tingkah laku : normoaktif
Perasaan hati : normoritmik

9
Orientasi : orientasi orang, waktu, dan tempat baik
Kecerdasan : dalam batas normal
Daya ingat : dalam batas normal

VII.3 Status Neurologis


Kepala : Pupil isokor 3 mm/ 3mm, Refleks cahaya +/+, Refleks kornea +/+,
Nervi craniales : dalam batas normal
Leher : Kaku kuduk (-), tanda rangsang meningeal (-)
Badan
- Kolumna vertebralis : dbn
- Sensibilitas : dbn
- Vegetatif : dbn

Anggota gerak atas Kanan Kiri


Gerakan Bebas Terbatas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Ref Fisiologis + +
Ref Patologis - -
Sensibilitas dbn dbn

Anggota gerak bawah Kanan Kiri


Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Ref Fisiologis + +
Ref Patologis - -
Sensibilitas dbn dbn

VII.4 Pemeriksaan Khusus


Romberg test: +
Nistagmus: +

10
Stepping test: sulit dilakukan
Pemeriksaan telinga: membran timpani dbn
Tes Rinne: + / +
Tes Weber: lateralisasi ke kanan
Tes Schwabach: schwabach memendek
Kesan: tuli sensorineural

VII.5 Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7 11.7 – 15.5 g/dL
Eritrosit 5.98 3.8 – 5.2 ribu
Leukosit 7.6 3.6 – 5.2 juta
Limfosit 2.10 1.0 – 4.5 103/mikro
Monosit 0.38 0.2 – 1.0 103/mikro
Eosinofil 0.31 0.04 – 0.8 103/mikro
Basofil 0.01 0 – 0.2 103/mikro
Neutrofil 4.83 1.8 – 7.5 103/mikro
Limfosit % 27.5 25 – 40%
Monosit % 5.0 2 – 8%
Eosinofil % 4.1 2 – 4%
Basofil % 0.2 0 – 1%
Neutrofil % 53.2 50 – 70%
Hematokrit 38.4 35 – 47%
Trombosit 330 150 – 400 ribu
MCV 64.1 82 – 98 fL
MCH 19.6 27 – 32 pg
MCHC 30.6 32 – 37 g/dL
MPV 10.7 7 – 11 mikro m3
PCT 0.351 0.2 – 0.5%
PDW 9.9 10 – 18%
KIMIA KLINIK
GDP 84 74 – 106 mg/dL
SGOT 16 0 – 35 U/L
SGPT 15 0 – 35 U/L
Ureum 19.7 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 0.71 0.45 – 0.75 mg/dL
HDL

11
HDL Direct 49
LDL – Cholesterol 98.2 < 150 mg/dL
Asam Urat 3.70 2 – 7 mg/dL
Cholesterol 162 < 200 mg/dL
Trigliserida 74 70 – 140 mg/dL
SEROLOGI
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

Rontgen Cervical AP/Lateral 4/12/17

Kesan:
 Alignment lurus
 Spondilosis cervicalis

12
 Penyempitan diskus C3-6
 Tak tampak kompresi maupun listesis

VIII. Penyakit Meniere


VIII.1 Definisi
Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo,
tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di
telinga. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia
tidak mampu mempertahankan posisi berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya
hidrops (pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.2
Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan
pendengaran yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan pendengaran
pada penyakit Meniere yang berat dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran
secara permanen.5,6

VIII.2 Epidemiologi
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga
dalam.6,7 Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling
banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun, namun penyakit ini pernah juga ditemukan
pada anak berusia 9 tahun dan manula berusia 90 tahun. 5 Tidak ada predileksi telinga
pada penyakit Meniere. Penyakit ini mengenai laki-laki dan perempuan dengan
insidensi yang sama walaupun beberapa sumber ada yang mengatakan insidensi
sedikit lebih tinggi pada perempuan.8 Kemungkinan ada komponen genetik yang
berperan dalam penyakit Meniere karena ada riwayat keluarga yang positif sekitar
21% pada pasien dengan penyakit Meniere. 5 Pasien dengan resiko besar terkena
penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres,
kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengkonsumsi aspirin.6,8 Sekitar 10%
dari seluruh kasus vertigo diakibatkan oleh penyakit Meniere. 5

VIII.3 Etiologi
Penyebab pasti Meniere belum diketahui. 5 Namun terdapat berbagai teori
termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang

13
menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi dan
autoimun, infeksi, serta gaya hidup terutama merokok. 6 Penyakit Meniere masa kini
dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga yang
abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya malabsorbsi dalam sakus
endolimfatikus.5 Selain itu para ahli juga mengatakan terjadinya suatu robekan
endolimfa dan perilimfa bercampur.5,7 Hal ini menurut para ahli dapat menimbulkan
gejala dari penyakit Meniere.
Para peneliti juga sedang melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap
kemungkinan lain penyebab penyakit Meniere dan masing-masing memiliki
keyakinan tersendiri terhadap penyebab dari penyakit ini, termasuk faktor
lingkungan seperti suara bising, infeksi virus HSV, penekanan pembuluh darah
terhadap saraf (microvascular compression syndrome). Selain itu gejala dari penyakit
Meniere dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi saluran pernapasan atas,
aspirin, merokok, alkohol, atau konsumsi garam berlebihan. Namun pada dasarnya
belum ada yang tahu secara pasti apa penyebab tunggal penyakit Meniere.5,8

VIII.4 Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa
(peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada
kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan
oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan
osmotik dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, jalan
keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut atau karena defek dari
sejak lahir). 5,6,9
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa akan
bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga
dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran
serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh
dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali
namun penyembuhan ini tidak sempurna.5,6,9

14
Gambar 3 Labirin Normal dan Pada Penyakit Meniere

Penyakit Meniere dapat menimbulkan : 5,6


1. Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah
Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian sel rambut organ
korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli sensorineural unilateral. Sel rambut
vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan tes kalori menunjukkan
kemunduran fungsi.
2. Perubahan mekanisme telinga
Diakibatkan periode pembesaran kemudian penyusutan utrikulus dan sakulus
kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan perubahan
morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli
terutama di apeks kokhlea (helikoterma). Sakulus juga mengalami pelebaran
yang sama yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media
dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan
basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan tejadinya tuli saraf nada rendah pada
penyakit ini.

15
VIII.5 Manifestasi Klinis
Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain
bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering disebut trias
Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli saraf sensorineural fluktuatif terutama nada
rendah.2 Serangan pertama dirasakan sangat berat, yaitu vertigo disertai rasa mual
dan muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri, pasien akan merasa berputar, mual
dan muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu,
kemudian keadaan akan berangsur membaik. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat
dan gejala penyakit ini bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua dan selanjutnya
dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali. Pada penyakit Meniere,
vertigo bersifat periodik dan makin mereda pada serangan-serangan selanjutnya. 5,6,9
Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan
dalam keadaan tidak ada serangan pendengararn dirasakan baik kembali. Gejala lain
yang menyertai serangan adalah tinnitus yang kadang menetap walaupun diluar
serangan. Gejala lain yang menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh pada
telinga.5,6
Vertigo periodik biasanya dirasakan dalam beberapa jam atau lebih dalam
periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi periode remisi. Vertigo
menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap serangan biasanya disertai
gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga tidak dapat beraktivitas dan
dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan pulih kembali. Dari keluhan
vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit lainnya yang juga
memiliki gejala vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibularis
atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ). 7
Tinitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di luar
serangan. Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus
sering didekripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging,
berdengung, dan denging dalam telinga.4,7
Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal
serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan
pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan
saraf di semua frekuensi suara pendengaran namun paling mungkin melibatkan

16
semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendegaran namun paling umum
terjadi pada frekuensi yang rendah. 5,6,9
Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan
tekanan udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava dan
toynbee.5,6,8

VIII.6 Diagnosis
VIII.6.1 Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar,
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang
memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan,
ketegangan. Pada vertigo Meniere, penderita merasakan seolah – olah ruang di
sekitarnya berputar, atau seolah – olah lantai di bawah kakinya seolah – olah
bergelombang. Selain itu, pada vertigo Meniere posisi kepala tertentu dapat
memperparah atau memperingan dari gejala vertigonya sehingga seringkali penderita
tidur dengan kepala dengan kedudukan tertentu.10,11
Onset: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal,
kronik, progresif atau membaik. Pada vertigo Meniere, onsetnya terjadi beberapa
menit, jam, atau beberapa hari, dan biasanya menetap. Apakah juga ada gangguan
pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n.
vestibularis. Pada vertigo Meniere biasanya terjadi tinitus. 5,8
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria
dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik
seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu
ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik. Kesadaran penderita tetap baik.
Penderita mengeluh tentang nausea, yang mungkin pula disusul oleh vomitus.
Sewaktu – waktu juga ada diare. Selain itu, penderita juga mengeluh terjadinya
gangguan keseimbangan.10

VIII.6.2 Pemeriksaan Fisik


1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg: penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula- mula

17
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada
kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.10,11,12

Gambar 4 Uji Romberg11

b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan


diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan
vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh. 10,11,12
c. Uji Unterberger: berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan
jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah
lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan
berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada
sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan
fase lambat ke arah lesi. 10,11,12

18
Gambar 5 Uji Unter Berger11

d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany): dengan jari telunjuk ekstensi dan
lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas,
kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini
dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan
vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi. 10,11,12

Gambar 6 Uji Tunjuk Barany11

e. Uji Babinsky-Weil: pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima
langkah ke depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika
ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah
berbentuk bintang. 10,11,12

Gambar 7 Uji Babinsky Weil11

19
3. Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
a. Uji Dix Hallpike. Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-
kan ke belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng- gantung 45º di
bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu
ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan
uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.11
b. Tes Kalori. Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik).11
c. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Tes garpu tala. Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif
tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan Schwabach
memendek.11
Tes Audiometri. Audiogram biasanya menunjukkan kehilangan
sensorineural pada telinga yang sakit.11

VIII.6.3 Diagnosis Banding


1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Benign paroxysmal positional vertigo adalah salah satu jenis vertigo vestibuler
tipe perifer ditandai dengan adanya vertigo tetapi tidak berhubungan dengan
tinnitus dan tuli saraf.12
2. Labirintis
Labirintis adalah proses inflamasi dari elemen membran telinga bagian dalam
yang dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus. Labirintis gejalanya sama
dengan penyakit menire yaitu vertigo yang lebih berat selama 2 – 3 hari hingga 2
– 3 minggu dan biasanya berulang.12
3. Vertigo Migrain
Gejala dari vertigo migrain mirip dengan penyakit Meniere yaitu adanya vertigo

20
episodik disertai dengan gangguan pada pendengaran, tetapi yang
membedakannya adalah vertigo migrain biasanya diikuti dengan aura dan
gangguan pada penglihatan.12

VIII.6.4 Penatalaksanaan
Hingga saat ini obat untuk penyakit Meniere belum ditemukan. Pilihan
pengobatan yang tersedia sebaiknya disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala
pasien dan kegagalan respon terapi yang sesuai. 13 Prinsip pengobatan penyakit
Meniere harus dianggap sebagai kondisi kronis; pengobatan berhasil bisa
meringankan gejala namun tidak mengatasi kelainan yang mendasari patofisiologi.
Tujuan pengobatan adalah untuk:15
1. Mengurangi frekuensi dan keparahan serangan vertigo,
2. Mengurangi atau menghilangkan gangguan pendengaran dan tinnitus
yang terkait dengan serangan,
3. Mengurangi gejala kronis (tinnitus dan masalah keseimbangan),
4. Minimalkan cacat, dan
5. Mencegah perkembangan penyakit, terutama gangguan pendengaran dan
ketidakseimbangan.
Edukasi pasien merupakan bagian penting dari manajemen konservatif, dan termasuk
menguraikan sebuah penjelasan tentang penyakit, harapan untuk respon, dan pilihan
pengobatan. Hingga 90% pasien dengan penyakit Meniere mampu mempertahankan
kegiatan normal sehari-hari dengan manajemen medis. Menentukan pengobatan yang
optimal untuk penyakit Meniere dibatasi oleh kurangnya acak, percobaan terkontrol.
Selain itu, terapi obat telah dikaitkan dengan efek plasebo yang signifikan, dan sifat
remitting (kambuh) gangguan tersebut telah membuat evaluasi dari berbagai
perawatan sulit. Serangan vertigo dapat dikontrol dalam 90-95% pasien dengan
pengobatan medis konservatif, meskipun gangguan pendengaran yang progresif
jarang merespon terhadap pengobatan. Pasien dengan yang diduga Meniere penyakit
harus dirujuk pada tahap yang relatif awal ke dokter THT / otolaryngologist.15 Secara
umum, penatalaksanaan sindroma Meniere meliputi penatalaksanaan non-
intervensional dan intervensional.

21
Berikut adalah algoritma pengobatan penyakit Meniere:

Gambar 8 Algoritma Pengobatan Penyakit Meniere14

VIII.6.4.1 Perubahan Gaya Hidup


Terdapat hubungan yang kuat dengan alergi musiman dan kompleks sistem
imun pada pasien dengan diagnosis penyakit Meniere yang jelas. Menghindari
alergi sederhana dan perubahan gaya hidup dapat mengurangi beberapa gejala
alergi yang terkait dengan penyakit ini dan memungkinkan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Beberapa penelitian telah melaporkan penurunan frekuensi
dan tingkat keparahan serangan vertigo yang signifikan (hingga 62%) pada pasien
dengan penyakit Meniere setelah memulai imunoterapi untuk alergi. Pasien dengan
gejala penyakit Meniere bereaksi buruk dengan mengkonsumsi kafein, coklat,
alkohol, dan garam dalam jumlah besar. Namun, mekanisme induksi alergi yang
sebenarnya dan patofisiologi reaksi yang merugikan belum diketahui.14
Beberapa pasien mungkin memiliki alergi terhadap beberapa jenis alergen

22
tertentu. Oleh karena itu, alergi makanan harus diselidiki pada pasien dengan
penyakit Meniere, harus dirawat, dan dihindari sebisa mungkin. 14 Semua pasien
dengan penyakit Meniere dianjurkan untuk mengurangi asupan garam maksimal 2
gram per hari, dan untuk 1,5 gram per hari jika ditoleransi (Tabel 1). 16 Selain itu
sebaiknya menghindari semua sumber produk berkafein, mengurangi asupan
cokelat, dan menghindari semua produk tembakau dan alkohol sebanyak mungkin.
Kafein dan nikotin merupakan vasokonstriktor yang dapat mengurangi aliran
mikrovaskular di sistem labirin. Alkohol juga menyebabkan pergeseran cairan dan
elektrolit yang dapat menyebabkan stres pada telinga. Membatasi kafein (kopi, teh,
atau cola) setiap hari dan membatasi alkohol setiap hari biasanya
direkomendasikan.15

VIII.6.4.2 Penatalaksanaan Farmakologis


Terapi dianjurkan untuk menangani gejala segera dan mencegah rekurensi.
Medikasi yang direkomendasikan untuk mengantisipasi mula dan gejala lain dari
vertigo dan meringankan vertigo dapat dilakukan dengan mengurangi tekanan pada
telinga dalam melalui pemberian antihistamin, barbiturat atau diazepam,
antikolinergik, steroid dan diuretik.12

Tabel 1 Medikasi yang Diberikan pada Penyakit Meniere12

23
Episode akut vertigo harus dikelola dengan penekan vestibular dan
antiemetic. Dosis harus dimulai rendah dan meningkat menjadi efek positif atau
efek samping. Penekan vestibular termasuk benzodiazepin, yang memiliki
keuntungan dari sifat anxiolytic untuk penggunaan jangka pendek, antihistamin
(meclizine dan dimenhydrinate), dan antikolinergik (skopolamin). Prometazin dan
proklorperazin dapat digunakan untuk pengobatan akut mual dan muntah dan
tersedia dalam bentuk supositoria. Lorazepam telah diberikan secara sublingual
dengan dosis 0,5-1 mg empat kali sehari dapat mencapai keringanan serangan
vertigo akut.15

Tabel 2 Pengobatan Vertigo Akut 16

1. Terapi Steroid
Terapi steroid telah digunakan dalam pengobatan gejala akut dan kronis penyakit
Meniere, baik steroid oral maupun injeksi steroid intratimpanik. Pada serangan
akut, intramuskular atau intravena metilprednisolon dapat digunakan untuk
mengontrol gangguan pendengaran berat dan vertigo diikuti dengan prednison

24
oral dosis 1 mg/kg, diberikan setiap hari selama 10-14 hari sebelum dosis
tapering lambat dapat memberi efek selama 2 minggu ke depan. 14 Jika pasien
tidak merespon steroid oral dan pendengarannya terus memburuk, injeksi
metilprednisolon atau deksametason intratimpanik dapat diberikan. Pada
prospective placebo- controlled double-blinded randomised trial selama 2 tahun
yang dilakukan oleh Garduno-Anaya et al., disimpulkan bahwa deksametason 4
g/L disuntikkan ke dalam telinga secara transtimpanik dengan anestesi lokal
menunjukkan 82% kontrol penuh dari vertigo dibandingkan dengan 57% kontrol
pada kelompok plasebo. Selain itu dicatat pula peningkatan subjektif 48% pada
tinnitus, 35% perbaikan gangguan pendengaran, dan 48% perbaikan kepenuhan
aural dibandingkan dengan proporsi lebih rendah yang signifikan pada kelompok
kontrol.14
2. Terapi Diuretik
Penelitian terbaru menunjukkan ada hubungan antara penggunaan diuretik dan
penyakit Meniere. Pada penggunaan diuretik sebagai terapi penyakit Meniere
diperlukan tes darah rutin seminggu kemudian untuk memastikan konsentrasi
kalium dalam darah tidak menurun. Obat diuretik yang biasanya digunakan
adalah kombinasi dari hydrochlorothiazide dan triamterene (Tabel). Pasien yang
alergi terhadap sulfa bisa menggunakan acetazolamide atau chlorthalidone.16

Tabel 3 Diuretik untuk Penatalaksanaan Penyakit Meniere16

VIII.6.4.3 Rehabilitasi Vestibular


Rehabilitasi vestibular merupakan bentuk terapi fisik yang dirancang untuk

25
meningkatkan fungsi vestibular, mekanisme adaptasi pusat, dan kompensasi. Metode
ini dapat membantu pasien mencegah gejala sisa kehilangan vestibular dan vertigo
yang signifikan dimana latihan adaptasi vestibular untuk mencegah jatuh telah
terbukti sangat efektif. Namun, pengobatan ini hanya berhasil untuk pasien stabil dan
dengan kehilangan vestibular yang tidak berfluktuasi.14,15

Gambar 9 Terapi Rehabilitasi Vestibular.15

26
IX. Tabel Perbedaan Penyebab Vertigo

Labirintitis Meniere Disease Cervicogenic BPPV Neuronitis Pasien


Onset akut paroksismal kronik paroksismal akut paroksismal
Etiologi Infeksi telinga Idiopatik  Kompresi (+) Debris Infeksi n. -
dalam oleh ketidakseimbangan vascular, dalam kanalis vestibularis
bakteri/virus cairan telinga abnormalitas semisirkularis (sering
input karena
proprioseptif reaktivasi
leher HSV)
Durasi > 24 jam Beberapa menit – 24 Beberapa Beberapa > 24 jam 15 – 20 menit
jam detik detik
Mual, + + + + + +
muntah
Gejala Perforasi Nistagmus spontan Dipengaruhi Dipengaruhi Nistagmus Diperberat
membran (+), membran oleh oleh spontan dengan
timpani, timpani intak perubahan perubahan horizontal, perubahan
otorrhea posisi leher, posisi kepala truncal posisi pasien,
otalgia, ataxia, bahu kiri
nistagmus mastoid pasien terasa
spontan (-) tenderness, sakit,
membran kesemutan
timpani dan rasa berat
hiperemis (-), otalgia (-)
Demam (-) (-) (-) (-) (+) (-)
Gangguan (+) tuli (+) tuli (-) (-) (-) (+) tuli
pendengaran sensorineural, sensorineural, sensorineural,
tinnitus tinnitus, rasa penuh tinnitus pada
telinga
sebelah kiri,
rasa penuh (-)

X. Diskusi II
Dari anamnesis yang dirangkum pada tabel diatas, didapatkan keluhan pusing
berputar pada pasien cenderung mengarah kepada penyakit meniere dengan gejala
pusing berputar yang timbul dengan onset paroksismal, mual (+), muntah (+),
diperberat dengan perubahan posisi pasien dan disertai adanya gangguan
pendengaran sebelah kiri dan keluhan telinga berdengung. Namun hal ini belum
dapat menyingkirkan diagnosis banding vertigo cervicogenic karena pada anamnesis
didapatkan adanya keluhan rasa sakit pada bahu kiri pasien.

27
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien compos mentis,
GCS 15 (E4M6V5) dengan tanda vital: TD: 130/80 mmHg, N: 64x/menit, RR:
21x/menit, S: 36,5oC. Pada pemeriksaan romberg test dimana penderita berdiri
dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian
tertutup. Pada kelainan vestibular hanya pada mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah dan kemudian kembali lagi. Pada kelainan
serebelar badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup. Pada mata terbuka badan pasien tetap tegak. Pada saat menutup mata,
didapatkan badan pasien bergoyang menjauhi garis tengah. Romberg test: +,
nistagmus: +, pemeriksaan telinga: membran timpani dbn, tes Rinne: + / +, tes
weber: lateralisasi ke kanan, tes schwabach: schwabach memendek, kesan: tuli
sensorineural. Pemeriksaan penunjang darah rutin dan kimia klinik dbn. Dari hasil
pemeriksaan rontgen cervicalis didapatkan kesan: spondilosis cervicalis dan
penyempitan diskus C3-C6. Dari pemeriksaan radiologi ditemukan kemungkinan
penyebab dapat berasal dari cervicogenik, yakni adanya spondilosis servicalis dan
penyempitan diskus C3-C6. Vertigo berkaitan dengan perubahan degeneratif pada
pasien spondilosis servikalis dan hilangnya aliran darah ke otak. Pada spondilitis
servikalis pembentukan osteofit dapat menekan arteri vertebralis yang menyebabkan
oklusi mekanis dan menurunkan aliran darah sehingga timbul keluhan vertigo.

XI. Diagnosis Akhir


Diagnosis klinik : vertigo paroksismal, mual, muntah
Diagnosis topis : organ vestibularis
Diagnosis etiologi : vertigo vestibuler
perifer: otogenik: meniere disease
central: cervicogenic

XII. Terapi
1. Injeksi:
- Ondansetron 3x1 amp kp - Ranitidin 2x1 amp
- Piracetam 2x3 gr - Meticobalamin 1x1 amp
2. PO:

28
- Ciprofloxacin 2x500 mg
- Clobazam 2x5 mg
- Betahistin 3x1 tab

XIII. Plan
1. Konsul THT untuk evaluasi kelainan telinga
2. Konsul fisioterapi

XIV. Prognosis
Death : Ad bonam
Disease : Dubia ad bonam
Dissability : Dubia ad bonam
Discomfort : Dubia ad bonam
Dissatisfaction : Dubia ad bonam
Distutition : Dubia ad bonam

XV. Follow Up
Tanggal S O A P Program
2/12/17 Pusing berputar (+) sejak Kesadaran: Vertigo mix Infus: DR Lengkap
2 hari SMRS. Pusing CM type dd asering 20 tpm Injeksi:
bertambah bila pasien GCS: otogenik: Injeksi: Ondansetron 3x1
membuka mata, E4M6V5 Meniere Ondansetron amp kp
dipengaruhi juga oleh TD: 130/80 Disease dd 2x1 amp Ranitidin 2x1 amp
perubahan posisi pasien. mmHg tipe sentral I Mecobalamin Piracetam 2x3 gr
Mual (+), muntah (+) 1 N: 1x1 amp Meticobalamin 1x1
kali. Telinga kiri 64x/menit Ranitidine 2x1 amp
berdenging, pendengaran RR: amp PO:
kiri berkurang. Bahu kiri 21x/menit PO: Ciprofloxacin
terasa sakit bila S: 36,5oC Betahistin 3x1 2x500 mg
digerakkan. SaO2: 98% Clobazam 2x5 mg
Motorik: Betahistin 3x1 tab
5/5/5/5
3/12/17 Pusing berputar (+) Kesadaran: Vertigo mix Infus: Terapi lanjut sesuai
berkurang, sudah bisa CM type dd asering 20 tpm TS Sp.S
membuka mata. Kalau GCS: otogenik: Injeksi:
Meniere
melihat cahaya atau E4M6V5 Ondansetron
Disease dd
terlalu fokus melihat TD: 120/80 tipe sentral 2x1 amp
objek pusing bertambah. N: 76 II Mecobalamin

29
Bahu kiri masih sakit RR:21 1x1 amp
bila digerakkan. Mual S: 36,9oC Ranitidine 2x1
(+), muntah (-). Telinga SaO2: 99% amp
kiri berdenging (+). Motorik: PO:
Pendengaran kiri 5/5/5/5 Betahistin 3x1
berkurang. Belum BAB
3 hari, BAK dbn.
4/12/17 Pusing berputar (+) Kesadaran: Vertigo mix Infus: Terapi lanjut
berkurang, sudah bias CM type dd asering 20 tpm RO Cervical
duduk. Kalau melihat GCS: otogenik: Injeksi: AP/Lateral
Meniere
cahaya atau terlalu fokus E4M6V5 Ondansetron
Disease dd
melihat objek pusing TD: 110/70 tipe sentral 2x1 amp
bertambah. Bahu kiri mmHg III Mecobalamin
masih sakit bila N: 79 1x1 amp
digerakkan. Mual (-), x/menit Ranitidine 2x1
muntah (-). Telinga kiri RR: 20 amp
berdenging (+) x/menit PO:
berkurang. Pendengaran S: 37oC Betahistin 3x1
kiri belum membaik. SaO2: 97%
Belum BAB 4 hari, BAK Motorik:
dbn. 5/5/5/5
5/12/17 Pusing berputar (+) Kesadaran: Vertigo mix Infus: Terapi lanjut
berkurang, sudah bisa CM type dd asering 20 tpm Bila stasoner besok
duduk. Bahu kiri masih GCS: otogenik: Injeksi: BLPL
Meniere
sedikit sakit bila E4M6V5 Ondansetron
Disease dd
digerakkan. Mual (-), TD: 110/80 tipe sentral 2x1 amp
muntah (-). Telinga kiri mmHg IV Mecobalamin
berdenging (-). N: 64 1x1 amp
Pendengaran kiri = x/menit Ranitidine 2x1
kanan. Belum BAB 5 RR: 20 amp
hari, BAK dbn. x/menit PO:
S: 36.7oC Betahistin 3x1
SaO2: 98%
Motorik:
5/5/5/5
6/12/17 Kesadaran: Vertigo mix Infus: BLPL
CM type dd asering 20 tpm
GCS: otogenik: Injeksi:
Meniere
E4M6V5 Ondansetron
Disease dd
TD: mmHg tipe sentral 2x1 amp
N: x/menit V Mecobalamin
RR: x/menit 1x1 amp
S: oC Ranitidine 2x1
SaO2: amp
Motorik: PO:
5/5/5/5 Betahistin 3x1

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Ellis H. The Special Senses : The Ear. In : Clinical Anatomy, Applied


Anatomi for Students and Junior Doctor. 6th Ed. Massachussetts. Blackwell
Publishing. 20-6. 384-387.
2. Liston LS, Duvail AJ. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. Dalam :
BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta :
EGC. 1997. 27-38.
3. Soetirto I, Hendamin H, Bashiruddin J. Ganguan Pendengaran. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi
ke-6. Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. 10-16.
4. https://media1.britannica.com/eb-media/02/14302-004-95EFC95E.jpg
5. Li, J.C. 2014. Meniere Disease. Available at:
http://www.emedicine.medscape.com/article/1159069. Accessed on
November 17th, 2015
6. Lalwani, A.K. 2008. Meniere Disease. In: Current Diagnosis and Treatment:
Otolaryngology Head and Neck Surgery,2nd Ed. Elsevier,USA.p716-721.
7. Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6.
Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. 102-103.
8. Bansal,M. 2013. Meniere’s Disease In: Diseases of Ear, Nose and
Throat.Edisi ke-1. Jaypee Brothers, New Delhi, India, p241-244.
9. Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease. Acta
Otolaryngol (Stockh). 2006 ; (suppl 485)26.
10. Sherwood L. Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan. Dalam : Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC. 2006. 176-189.
11. Ghossaini S. N. dan J. J. Wazen. An Update on the Surgical Treatment of
Ménière’s Diseases. J Am Acad Audiol 2006; 17:38–44.
12. Dinces E. A., S. D. Rauch, D. G. Deschler, dan P. Eamranond. Meniere’s

31
Disease. UpTodate 2010; Hlm.1-22.
13. Pullens B. dan P. P. van Benthem. Intratympanic gentamicin for Ménière’s
disease or syndrome. The Cochrane Collaboration 2011. Hlm. 1-23.
14. Gates G. A. Ménière’s Disease Review 2005. J Am Acad Audiol 2006;
17:16– 26.
15. Kotimäki J. Meniere's Disease In Finland: An Epidemiological and Clinical
Study on Occurrence, Clinical Picture and Policy. Oulu: Department Of
Otorhinolaryngology. 2003. Hlm. 34-46.
16. Sajjadi H. dan M. M. Paparella. Meniere’s disease. Lancet 2008; 372:406-
414.

32

Você também pode gostar