Você está na página 1de 7

ANALISA MASALAH DALAM RESEP

ANALISA MASALAH DALAM RESEP


I. Administrasi
Pada Resep
No Uraian
Ada Tidak Ada
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Dokter √
4 Tanggal Penulisan Resep √
5 Paraf/TTD Dokter √
6 Nama Pasien √
7 Alamat Pasien √
8 Umur Pasien √
9 Jenis Kelamin √
10 Berat Badan √
11 Nama Obat √
12 Dosis √
13 Jumlah Obat √
14 Aturan Pakai √
Kesimpulan :
Resep ini dari segi persyaratan administrasi Tidak Lengkap, karena:
1. Paraf/TTD Dokter
2. Alamat pasien
3. Umur pasien
4. Jenis Kelamin
Solusi : dengan mengkonfirmasi ke dokter dan atau pasien.

II. Kesesuaian Farmasetis


No Kriteria Permasalahan Pengaturan
1 bentuk sediaan -
2 stabilitas obat -
3 Inkompatibilitas/interaksi obat Interaksi antasida, Konfirmasi ke
ranitidin dan dokter
domperidon bila
diberikan bersamaan
4 cara pemberian -
Konfirmasi
5 jumlah dan aturan pakai
dokter

III. Dosis
Kekuatan
No Nama Obat Dosis Resep Dosis Di Literatur Kesimpulan Rekomendasi
Sediaan
1 Cth tiap 10
kg/BB
Cotrimoxazole Umur pasien = Dosis
1 240 mg/5 mL 2x2 Cth Dosis tinggi
Syrup diturunkan
15kg = 2×1 Cth

3 Tab untuk 10
puyer (tiap Dosis 1-2 tab
puyer sebelum makan Dosis
2 Antasida Tab 200 mg Dosis Rendah
mengandung (kunyah dahulu) dinaikkan
max 4x/hari
tab)
3 Tab untuk 10
puyer (tiap
puyer 150 mg 2 kali
3 Ranitidin Tab 150 mg - -
mengandung sehari

tab)
2 Tab untuk 10
puyer (tiap
Domperidone puyer Dosis
4 10 mg 0,2-0,4 mg/Kg/BB Dosis Rendah
Tab mengandung dinaikkan

tab)

IV. Pertimbangan klinis


1. Cotrimoxazole syrup
Indikasi : ISK, otitis media, akut, infeksi saluran nafas, enteritis,
pneumonia, diare.
Kontraindikasi : Gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang berat, profiria.
Farmakologi : Sulfametoksazole menghambat sintesis asam dihidrofolat bakteri,
berkompetensi dengan asam para aminobenzoat. Trimetoprime
menghambat produksi asam tetrahidrofolat dengan menghambat
enzim dihidrofolat reduktase.
Peringatan : Gangguan fungsi hati dan ginjal, minum air cukup banyak.
Hindarkan penggunaan pada gangguan darah (kecuali di bawah
pengawasan spesialis); pada penggunaan jangka panjang perlu
dilakukan hitung jenis sel darah. Bila timbul ruam atau gangguan
darah, obat harus segera dihentikan. Hati-hati pada asma,
defisiensi G6PD, wanita hamil atau menyusui. Hindari
penggunaan pada bayi di bawah 6 minggu (kecuali untuk
pengobatan atau profilaksis Pneumocytis carinii)
Efek samping : Mual, muntah, ruam (termasuk sindrom Steven-Johnson,
nekrolisis epidermal toksik, forosensitivitas) hentikan obat
dengan segera. Gangguan darah (neutropenia, trombositopenia,
agranulositosis, dan purpura) hentikan obat dengan segera.
Reaksi alergi, diare, stomatitis, glositis, anoreksi, artalgia,
mialgia. Kerusakan hati seperti ikterus dan nekrosis hati;
pankreasitis, kolitis terkait antibiotik, eosinofilia, batuk, nafas
singkat, infiltrat paru, meningitis aseptis, sakit kepala, depresi,
konvulsi, ataksia, tinitus, anemia megalobastik, karena
trimetoprim, gangguan elektorlit, kristaluria,gangguan ginjal,
termasuk nefritis interstisial.
Interaksi Obat : Pemberian dengan diuretik dapat mempermudah timbulnya
trombositopenia terutama pada pasien lansia.
Dosis : Dewasa dan anak> 12 tahun sehari 2×960 mg. Anak-anak 6-12
tahun, sehari 2480 mg; anak 6 bulan-6 tahun, sehari 2×240 mg;
anak 6 minggu-6 bulan, sehari 2×120 mg.
Sediaan : Sulfametoksazole 100 mg (200 mg;400 mg), Trimethoprim 20 mg
(40 mg, 80 mg)/tab (/5 ml suspensi dan /tab)
2. Antasida
Indikasi : Meringankan gejala-gejala akibat kelebihan asam lambung
misalnya dispepsia, tukak, GERD
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap aluminium dan magnesium
Farmakologi : Menetralkan asam lambung sehingga dapat mengurangi iritasi
mukosa lambung akibat asam lambung yang berlebih
Peringatan : Gangguan ginjal
Efek samping : Gangguan saluran cerna, gangguan absorpsi fosfat.
Hipermagnesemia (bila dikonsumsi oleh pasien gagal ginjal)
Interaksi Obat : Menurunkan absorpsi tetrasiklin, fluoroquinolon, ketoconazole,
itraconazole, Fe, propanolol, INH, indometasin, fenitoin,
simetidin, ranitidin, chlopromazin, meningkatkan absorpsi
aspirin, glibenclamide, glipizide, tolbutamine, penisillin G,
erythromycin. Interaksi dihindari dengan memberikan obat
berselang 3 jam/lebih
Dosis : Satu tablet atau satu sendok takar (5 mL) mengandung
Aluminium hidroksida 200 mg dan magnesium hidroksida 200
mg. Dosis 1-2 tablet sebelum makan (kunyah dahulu) maks
4×/sehari.
Sediaan : Tablet dan syrup

3. Ranitidin
Indikasi : Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks, esolfagia,
dispepsia episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum
karena H.Pylori, sindrom Zollinger Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan bermanfaat.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap ranitid atau H2 reseptor
antagonis lainnya
Farmakologi : sebagai penghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel
sehingga asam lambung terhambat.
Peringatan : Gangguan ginjal, gangguan hati, kehamilan dan menyusui
Efek samping : Pada susunan saraf pusat, sakit kepala, malaise, pusing,
mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, dan halusinasi.
Pada kardiovaskuler, aritmia seperti takikardia, bradikardia, blok
atrioventrikuler, premature ventricular beats. Pada GI kontipasi,
diare, mual, muntah, nyeri perut, dan pankreasitis (jarang
dilaporkan). Muskuloskeletal, artralgia dan mialgia.
Hematologik, leukopenia, granulositosipenia, pansitopenia,
trombositopenia (pada beberapa penderita). Reaksi hipersensitif.
Interaksi Obat : Penggunaan bersamaan dengan antasida dapat mengurangi
bioavaibilitas ranitidin sehingga berikan ranitidin berselang 2 jam
setelah penggunaan antasid. Pemberian bersama warfarin dapat
meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.
Dosis : Ulkus peptikum dan ulkus duodenum (oral) 150 mg 2 kali sehari
(pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan
malam atau sebelum tidur, selama 4-8 minggu. Terapi
pemeliharaan pada penyembuhan ulkus peptikum dan ulkus
duodenum 150 mg, malam hari sebelum tidur. Refluks
gastroesofagitis 150 mg, 2 kali sehari. IM 50 mg (2 ml) tiap 6-8
jam. IV lambat 50 mg diencerkan sampai 20 mL dan diberikan
selama tidak kurang dari 2 menit, dapat diulang setiap 6-8 jam.
Sediaan : tablet/kapelt 150 mg, tablet/kaplet 300 mg, sediaan injeksi ampul
25 mg/ml.
4. Domperidon
Indikasi : Terapi mual dan muntah (akibat terapi levodopa atau
bromokriptin, kemoterapi atau radioterapi kanker), dispepsia
fungsional.
Kontraindikasi : Jika stimulasi terhadap motilitas lambung dianggap
membahayakan, tumor hipofisis, prolaktinoma.
Farmakologi : bekerja pada Trigger zone yang digunakan untuk menghilangkan
mual dan muntah.
Peringatan : Gangguan ginjal, hamil dan menyusui. Tidak dianjurkan untuk
profilaksis rutin pada muntah pasca bedah atau untuk pemberian
kronik, bayi < 1 tahun
Efek samping : Kadar prolaktin naik (kemungkinan galaktorea dan ginekomasti),
penurunan libido, ruam dan reaksi alergi lain, reaksi distonia
akut.
Interaksi Obat : Pemberian antikolinergik secara bersamaan dapat
mengantagonisasi efek domperidon. Obat antasida dan
antisekresi jika diberikan bersamaan dapat menurunkan
bioavaibilitas domperidon
Dosis : Dispepsia fungsional: dewasa 3×10 mg sehari. Mual dan muntah
akut (termasuk mual dan muntah karena levodopa dan
bromokriptin): dewasa 3-4×10-20 mg sehari. Anak, mual dan
muntah akibat kemoterapi dan radioterapi: 0,2 mg/kgBB
diberikan setiap 8 jam
Sediaan : Tablet/kaplet 10 mg; syrup/suspensi 5 mg/5mL; drops 5 mg/mL

KESIMPULAN:
Interaksi obat dari antasida yang di berikan bersamaan dengan ranitidin dan
domperidon: dapat mempengaruhi penyerapan. Solusi: diberikan selang waktu 2 jam, dan
tidak dibuat dalam bentuk sediaan puyer dengan kandungan antasida, ranitidin, dan
domperidon dalam satu formulasi.

Você também pode gostar