Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
yang lain, misalnya dalam seni lukis, seni drama, bahkan dalam dunia filsafat dan
kehidupan sosial. Aliran dalam kesusastraan berhubungan erat dengan pandangan hidup
dan kejiwaan pengarang dan penyair, serta biasanya terekspresikan dalam karya-karya
tertentu, hendaknya berdasarkan buah cipta mereka. Dengan demikian, seorang pengarang
bisa dimasukkan ke dalam beberapa aliran, karena corak karyanya yang bermacam-
macam. Sementara itu, sebuah novel, cerpen, puisi atau teks drama bisa dijadikan
beberapa contoh yang menunjukkan bahwa seorang pengarang menganut beberapa aliran.
Ambillah contoh “Nyanyi Sunyi” karya Amir Hamzah, “Ziarah”, “Merahnya Merah”, dan
“Kering” karya Iwan Simatupang, “Gadlob” dan “Adam Makrifat” karya Danarto,
“Harimau! Harimau!”, “Jalan Tak Ada Ujung” dan “Maut dan Cinta” karya Muchtar
Lubis. Antologi puisi “Nyanyi Sunyi” bisa digunakan contoh untuk romantisme, mistisme,
atau religiusme, tiga novel Iwan yang tadi telah disebut untuk absurdisme dan
Aoh. K.Hadimadja dalam bukunya “Aliran-aliran Klasik Romantik, dan Realisme dalam
Kesusastraan” mengatakan bahwa “aliran itu tidak lain daripada keyakinan yang dianut
paham lama. Adakalanya para penganut aliran yang sama tidak sepaham benar-benar, akan
tetapi pada dasarnya mereka tidak bertentangan, dan ciri-cirinya pengarang membawa
pembawaan dan kepribadian yang khas atau ada seorang karena ciri-ciri yang umum itu,
Sementara itu H.B. Jassin dalam bukunya “Tifa Penyair dan Daerahnya” menyatakan
bahwa aliran dalam sastra dapat “ mengenai cara pengucapan daripada isi yang diucapkan,
Dari penjelasan di atas dapatlah kita pahami bahwa aliran dalam sastra sebenarnya
berpangkal pada kesadaran sastrawan untuk menentang paham atau aliran sebelumnya.
Perlawanan menentang paham atau aliran lama itu diwujudkan dalam bentuk ciptaan yang
menunjukkan ciri lain daripada yang ada sebelumnya. Ingatkah Anda pada kumpulan
sanjak “Tiga Menguak Takdir”? Kumpulan sajak itu sebenarnya merupakan bukti
perlawanan kelompok penyair muda (Chairil Anwar, Rivai Apin, Asrul Sani) terhadap
Sutan Takdir Alisjahbana. Perlawanan itu bertolak dari konsepsi kesenian yang berbeda
antara dua kelompok sastrawan itu (Pujangga Baru versus Angkatan ‘45).
Di Indonesia sebenarnya adanya aliran yang secara sadar diperjuangkan untuk menentang
paham atau aliran sebelumnya belum banyak terjadi. Hal ini salah satu di antaranya
disebabkan oleh usia sejarah sastra Indonesia yang belum begitu lama.
Salah satu indikator (petunjuk) adanya golongan yang menentang kelompok sastrawan
sebelumnya adalah : adanya suatu manifestasi yang menyatakan pendirian kelompok itu
pendirian kelompok tersebut, yang berbeda pendirian dari kelompok sastrawan Pujangga
Baru, sementara itu “ Manifes Kebudayaan “ (17 agustus 1963) lebih banyak merupakan
sikap politik dari sastrawan kelompok bebas (Manifes) terhadap sastrawan Lekra
(Lembaga Kebudayaan Rakyat), daripada pernyataan melawan kelompok sastrawan
generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan sastrawan kelompok Manifes dan kelompok
Berikut ini akan kita pelajari beberapa aliran dalam sastra. Hendaknya dipahami bahwa
aliran-aliran yang disebutkan di sini tidak menjamin bahwa sastrawannya secara sadar
Dapat kita indentifikasi karya sastra tertentu termasuk ke dalam kategori aliran sastra
tertentu. Hendaknya kita sadari bahwa masalah aliran ini bukan merupakan monopoli
bidang sastra. Aliran-aliran itu dapat berlaku dalam bidang seni lainnya, terutama pada
seni lukis. Demikianlah jika kita berbicara tentang aliran realisme, maka aliran itu tidak
hanya khusus berlaku pada sastra, tetapi juga berlaku pada seni lukis. Penjelasan berikut
A.F. Scott dalam kamusnya Current Literary Terms A Concis Dictionary menyatakan
Istilah impressionisme ini berasal dari dunia seni lukis pada paruh pertama abad ke 19 di
Perancis.
Sementara itu H.B. Jassin menyebutkan bahwa “ suatu lukisan yang impresiomistis
kelihatannya seperti belum selesai. Baru hanya skets. Segala sesuatu tidak dilukiskan
a. Aliran Realisme, melukiskan kenyataan dalam kehidupan seperti apa adanya selama
dalam batas kesopanan. Mengguanakan bahasa sehari-hari (sederhana). contoh karya sastra
b. Aliran Naturalisme, hampir sama dengan aliran realisme tetapi cenderung melukiskan
Bahasa yang digunakan amat sedrhana, mudah dimengerti, bahkan sampai pada kata-kata
kasar, kotor, dan tidak sopan. Contoh karya sastra pada Aliran Naturalisme ini adalah :
c. Aliran Naturalisme, melukiskan kehidupan secara objektif, baik segi positif maupun
negatif. Tetapi biasanya lebih menonjolkan hal-hal yang baik. Contoh pada Aliran
Neonaturalisme adalah :
Istilah determinisme berasal dari doktrin filsafat yang menyatakan bahwa setiap kejadian
atau peristiwa itu ada penyebabnya. Dalam sastra, determinisme mencoba menggambarkan
tokoh-tokoh cerita dikuasai oleh nasibnya, sehingga tokoh tersebut tidak sanggup dan tidak
mampu lagi ke luar dari takdir yang telah jatuh pada dirinya.
Takdir yang dimaksudkan di sini bukanlah takdir dari Tuhan sesuai dengan konsepsi yang
berlaku pada agama langit, melainkan takdir yang lebih tepat dikatakan sebagai akibat
yang tak dapat dielakkan karena peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, berupa faktor-
H.B. Jassin menyatakan bahwa nasib itu “ ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitar,
kemiskinan, penyakit, darah keturunan, dalam hubungan sebab akibat. Menurut ilmu
keturunan, ayah atau ibu yang jahat akan menurunkan sifat-sifat jahatnya pada anaknya
dirinya……….Apabila si orang tua jahat, maka itu bukan pula karena sudah ditakdirkan
Tuhan demikian, tetapi karena keadaan masyarakat yang serba bobrok, orang hidup dalam
kemiskinan yang sangat, pembagian harta kekayaan antara manusia tidak adil “.
kemutlakan, merupakan paksaan nasib yang tak bisa ditembus oleh segenap daya dan
ikhtiar sang pelaku. Orang sadar dengan kodratnya, sebagai wong cilik, sebagai hamba
sahaya, sebagai sang kurban, sehingga tidak akan banyak menuntut. Ia legawa-legalila
nrima ing pandum menerima suratan nasib, seperti yang terjadi pada Maria Magdalena
Pariyem dalam liris prosanya Linus Suryadi Ag. . Atau, seperti skenario semula, memang
tragis penuh tangis. Determinisme bisa dijumpai dalam “ Trilogi Oedipus “ nya Sophokles,
“ Tragedi Sangkuriang “, “ Pengakuan Pariyem “ nya Linus Suryadi AG, novel “ Kuterima
Penderitaan Ini, Ibu “ Motenggo Boesye, tokoh-tokoh cerita Iwan Simatupang, Putu
Wijaya, Arifin C yang papa. (baca “Merahnya Merah” dan “Kering” karya Iwan, “Pol”
Kesimpulannya jadi bahwa aliran sastra merupakan sikap jiwa dan pandangan hidup yang
menjadi haluan dan dasar penciptaan karya sastra yang dimiliki oleh setiap pengarang.
Aliran sastra ini sangat ditentukan oleh corak jiwa dan sikap hidup dari masing-masing
pengarang. Dapat pula dikatakan bahwa aliran sastra merupakan keyakinan yang dianut
golongan pengarang yang sepaham, yang diciptakan untuk menentang paham dan aliran
lama.
https://danririsbastind.wordpress.com/2011/04/13/aliran-aliran-dalam-kesusastraan/
http://dhevyolivia.blogspot.co.id/2011/12/aliran-dalam-karya-sastra.html
http://linguistikid.com/aliran-sastra/