Você está na página 1de 3

Indonesia merupakan negara dengan tingkat korupsi, narkoba, dan gangguan mental

yang tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan kasus yang ditangani Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK mencapai 242 atau sekitar 48 persen pada tahun 2015 (Konferensi Pers di
ICW terkait Tren Korupsi: 2016), sedangkan pada kasus narkoba dari data tahun 2010
sampai sekarang, total ada sekitar 4 juta pengguna narkoba, dari jumlah tersebut, baru 18.000
pengguna narkoba yang mampu direhabilitasi BNN (Dimas: 2008). Data Riset Kesehatan
dasar tahun 2015, mencatat prevalensi gangguan mental berat di Indonesia mencapai 1,7 per
mil. Artinya, 1-2 orang dari 1.000 penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental berat
(Ika: 2015).
Permasalahan di Indonesia sendiri paling dominan dikuasai oleh banyaknya
masyarakat produktif yang terjaring kasus narkoba, korupsi dan gangguan mental. Kasus
narkoba sendiri memiliki bahaya yang mengakibatkan seseorang menyebabkan
ketergantungan akan obat-obatan yang terlarang. Sedangkan Korupsi merupakan penyakit
masyarakat yang sangat membahayakan karena dapat mengancam kelancaran pembangunan
dan kesehjahteraan masyarakat (Dadang, sundawa DKK: 2008). Sedangkan gangguan mental
merupakan gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berfikir, perilaku,
dan presepsi yang menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya, hal
ini disebabkan oleh tekanan yang tidak sanggup ditanggung oleh penderita, tekanan tersebut
dapat muncul dari berbagai faktor, baik faktor keluarga, ekonomi, lingkungan dan lain
sebagainya (Patrick, Paul: 2014). Sehingga hal ini berdampak pada perekonomian Indonesia,
masyarakat yang produktif seharusnya mampu mendatangkan banyak manfaat serta banyak
memiliki kreativitas dan solusi terkait permasalahaan di Indonesia, dengan banyaknya
masyarakat yang justru terjaring kasus tersebut, maka akan menambah beban suatu negara.
Pemerintah telah banyak melakukan upaya dalam hal mengatasi permasalahan tersebut, salah
satunya adalah pendirian panti rehabilitasi narkoba, korupsi dan gangguan mental.
Rehabilitasi adalah konsep untuk membantu memulihkan orang yang memiliki
penyakit kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya (Kharisma, Wilujeng: 2016).
Sedangkan untuk mengimplementasikan konsep rehabilitasi tersebut diperlukan lokasi,
namun sayangnya, Indonesia masih kekurangan lokasi dalam mendirikan panti rehabilitasi
yang digunakan untuk menangani kasus narkoba, hal itu dapat dibuktikan dengan data tahun
2010 yang memaparkan bahwa terdapat tiga juta lebih pengguna narkoba yang tidak
direhabilitasi (Dimas: 2008), sedangkan dari data 2015, kasus korupsi tercatat 52 persen yang
tidak direhabilitasi, dan untuk gangguan mental mencapai 1.000 penduduk di Indonesia yang
tergolong gangguan mental berat data tersebut diambil dari data 2015 (Ika: 2015). Hal ini
disebabkan karena ketidakseimbangan antara kapasitas dengan orang yang mengalami
gangguan baik itu korupsi, narkoba, maupun gangguan mental. Di Indonesia sendiri tersebar
banyak panti-panti rehabilitasi, namun tetap saja melebihi kapasitas maksimum, seperti
halnya di daerah istimewa Yogyakarta, untuk DIY sendiri diminta untuk merehabilitasi
sebanyak 1.369 orang untuk masalah narkoba belum masalah yang berkenaan dengan
korupsi dan gangguan mental, selain itu rehabilitasi yang ada belum terdukung oleh sarana
yang membangun psikologis (Kharisma, Wilujeng: 2016).
Berdasarkan penjelasan di atas maka diperlukan suatu alternatif, inovatif, inspiratif,
kreatif, dan solutif untuk menyeimbangkan antara kapasitas maksimum dengan orang yang
terjerat korupsi, narkoba, dan gangguan mental. Salah satu solusi yaitu dengan Konsep
MIRACLE REHAB . Konsep ini difokuskan terhadap lokasi dan pembangunan yang nantinya
dapat dijadikan panti rehabilitasi dengan masalah yang telah terpaparkan, yaitu dengan
memanfaatkan pulau terluar tidak berpenghuni. Upaya yang dapat dilakukan untuk hal di atas
dengan melibatkan peran Kementerian Sosial RI (Kemensos), Kementerian Pekerjaan Umum
(Kemen PU), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Pemerintah Daerah
(Pemda), dan Masyarakat. Kerjasama dari stakeholder tersebut, yang nantinya akan dapat
memperlancar proses pengimplementasian konsep MIRACLE REHAB. Keunggulan dari
Konsep ini yaitu menciptakan percepatan penyembuhan dalam sisi psikis dengan daya lokasi
yang sangat sesuai yaitu jauh dari kebisingan dan hiruk-pikuk, serta membantu pemerintah
dalam pengadaan lahan dengan pembangunan tempat rehabilitasi. Panti “MIRACLE REHAB”
terdiri dari tiga panti, yaitu rehabilitasi untuk koruptor, rehabilitasi pengguna narkoba, dan
rehabilitasi gangguan mental, sehingga setiap panti hanya memfokuskan penyembuhan
terkait dengan bidang masing-masing. Dalam panti “MIRACLE REHAB” juga menampung
warga negara asing yang ingin melakukan pengobatan di Indonesia, sehingga dengan hal ini
dapat memberikan pendapatan bagi negara Indonesia.

a. Tujuan
1. Membangun panti rehabilitasi “ MIRACLE REHAB” sebagai solusi terkait kurangnya
lokasi dalam merehabilitasi pihak yang tersandung korupsi, narkoba, gangguan mental
melalui pemanfaatan pulau terluar yang tidak berpenghuni.
2. Dapat menambah pendapatan Negara melalui rehabilitasi pihak asing ke negara
Indonesia.
3. Memberikan percepatan penyembuhan bagi pengguna narkoba, koruptor, dan
gangguan mental karena terpenuhinya sarana dan prasarana yang membangun
psikologis.
4. Memberikan kewaspadaan bagi yang belum terjaring kasus narkoba, korupsi dan
gangguan mental, agar tidak terjerumus pada kasus tersebut.

b. Manfaat
Gagasan ini mempunyai kegunaan bagi pemakai narkoba, koruptor dan gangguan
mental yang direhabilitasi, serta masyarakat, pemerintah dan penulis. Adapun kegunaannya
adalah:
1. Bagi Pemakai Narkoba, Koruptor, Gangguan Mental
Manfaat yang dapat dirasakan oleh pelaku yang tersandung kasus tersebut adalah
mempercepat penyembuhan dalam sisi psikis, karena daya lokasi yang sesuai, yaitu
jauh dari kebisingan/ hiruk-pikuk keramaian, dan masalah lainnya, serta terdukung
oleh sarana yang membangun psikologis.
2. Bagi Pemerintah
Melalui gagasan tertulis ini, pemerintah dapat memperoleh analisis solutif yang
inovatif dan kreatif mengenai permasalahan kurangnya lokasi dan pembangunan
tempat rehabilitasi bagi pengguna narkoba, koruptor dan orang yang mengalami
gangguan mental, dengan memanfaatkan pulau terluar yang tidak berpenghuni.
3. Bagi Mahasiswa
Memaksimalkan fungsi mahasiswa sebagai Agent of Change dengan melakukan
respon intelektual dalam bentuk gagasan maupun karya tulis yang bertujuan
memberikan kontribusi untuk perubahan lebih baik bagi permasalahan di Indonesia.
4. Bagi Masyarakat Umum
Memberikan kewaspadaan bagi yang belum terjaring kasus narkoba, korupsi dan
gangguan mental, agar tidak terjerumus pada kasus tersebut.

Você também pode gostar