Você está na página 1de 12

J.

Agroland 23 (1) April 2016 ISSN : 0854 – 641X


E-ISSN : 2407 – 7607

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI GARAM RAKYAT DI


KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA
PALU

Strategy Of People’s Salt Production Improvement At Talise District,


Mantikulore Sub-District, Palu
1)
Rosedi
1)
Mahasisiwa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako, Email : abdul.rosedi@yahoo.com

ABSTRACT

The purposes of this research are to (1) identify the internal factors that because strengths
and weaknesses in improving people salt production of Talise, (2) identify external factors that
became opportunities and threats in improve people salt production, (3) establish alternative
strategies for improving people's salt production. Sample was selected through random sampling
technique, 35 out of 160 population were selected and 5 respondents that supporting from related
parties. In determining the strategy, SWOT and QSPM analyze were used. The results of SWOT
analysis show that the right strategy in improve people's salt production in the position of the
quadrant 1 was the strategy of S-O (Strength-Opportunities). This strategy is implemented by
program, namely; (1) maximizing production by utilizing the available resources, (2) increasing
mastery of science salt farmer that accompanied the adoption of appropriate technology
innovations, and (3) increasing capacity in marketing management and building a broader
partnership. Furthermore, the results of analysis QSPM obtained the best strategy is the 2nd
program “Increasing mastery of science salt farmers that accompanied with the adoption of
appropriate technology innovations” with the total value of the appeal (TAS) is 6.211

Key Words; People Salt, QSPM, and Strategies to Improve Production, SWOT.

PENDAHULUAN matahari yang tinggi, panjang garis pantai,


serta musim kemarau yang cukup lama
Indonesia memiliki kurang lebih sangat mendukung produksi garam rakyat.
17.504 pulau dengan luas daratan sekitar Garam merupakan komoditas strategis,
1,9 juta km2, Indonesia merupakan negara karena selain merupakan kebutuhan pokok
berpantai terpanjang keempat di dunia setelah yang dikonsumsi manusia, juga digunakan
Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Rusia. sebagai bahan baku industri. Produksi garam
Panjang garis pantai Indonesia tercatat di Indonesia banyak diproduksi dengan
sebesar 95.181 km (BPS, 2012). Dengan cara menguapkan air laut pada sebidang
potensi tersebut, tentunya mengandung tanah pantai dengan bantuan angin dan sinar
sejumlah kekayaan sumber daya alam, baik matahari sebagai sumber energi penguapan.
hayati maupun non hayati. Salah satu Berdasarkan data Kementerian Perikanan
komoditi yang sangat potensial untuk dan Kelautan (KKP) tahun 2012, bahwa
dikembangkan dari kawasan pesisir Indonesia luas lahan garam mencapai 25.064 ha yang
agar dapat meningkatkan kesejahteraan dimanfaatkan untuk memproduksi garam.
masyarakat adalah komoditi garam. Bahan Lahan tersebut tersebar di sembilan propinsi
baku pembuatan garam yang sangat melimpah yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (75 ha),
serta wilayah Indonesia yang berada di garis Jawa Barat (3.700 ha), Jawa Tengah (6.148
khatulistiwa dengan intensitas penyinaran ha), Jawa Timur (10.314 ha), Bali (114 ha),

1
Nusa Tenggara Timur (221 ha), Nusa Tenggara menggali informasi, menemukan faktor
Barat (2.290 ha), Sulawesi Tengah (18 ha), lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan)
dan Sulawesi Selatan (1.513 ha). Mencermati dan faktor lingkungan eksternal (peluang
kondisi penggaraman secara nasional sampai dan ancaman). Selanjutnya faktor-faktor
saat ini masih belum kondusif, hal ini tersebut dikaji dan dianalisis dengan metode
terutama karena produksi garam, baik analisis SWOT (Strengths, Weakness,
kuantitas maupun kualitas, masih belum Opportunities and Threats) untuk menghasilkan
mencukupi dan memadai untuk memenuhi strategi yang dapat mendukung peningkatan
kebutuhan garam nasional. Berdasarkan data produksi garam rakyat.
pada KKP, untuk tahun 2014 produksi Penelitian ini dilakukan di Kelurahan
garam nasional mencapai 2,55 juta ton. Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu
Jumlah ini terdiri atas 2,2 juta ton garam selama 4 (empat) bulan, mulai bulan
rakyat dan 350 ribu ton buatan PT Garam Oktober 2015 sampai dengan bulan Januari
(Persero), sedangkan kebutuhannya mencapai 2016. Penentuan sampel dilakukan dengan
4,019 juta ton. metode slovin, dari populasi sebesar 160
Kota Palu sebagai salah satu daerah orang dan dengan batas toleransi kesalahan
yang memiliki kawasan penggaraman, sebesar 15 %, maka diperoleh sampel 35
merupakan daerah penghasil garam yang orang dengan teknik random sampling dan
berbasis usaha tradisional. Berdasarkan data dan 5 responden pendukung dari pihak
Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan terkait. Jenis dan sumber data yang digunakan
Kota Palu (2014), penggaraman Talise ialah meliputi data primer dan data
memiliki luas wilayah lahan 18 Ha, maka
sekunder. Data primer diperoleh dengan
sangat disayangkan jika kawasan penggaraman
cara observasi dan wawancara dan diskusi
tidak dijaga keberadaanya dan diupayakan
langsung terhadap responden untuk
peningkatan produksinya melalui berbagai
memperoleh informasi. Sedangkan data
upaya nyata dengan perumusan berbagai
sekunder diperoleh dari kantor instansi
strategi yang tepat. Keberadaan usaha
garam rakyat di Kota Palu menghadapi Pemerintah yaitu Kantor Kelurahan Talise
berbagai ancaman dan kelemahan untuk dan Dinas Pertanian, Kehutanan dan
terus bertahan, permasalah kulitas dan Kelautan Kota Palu.
kuantitas produksi terlihat masih perlu Teknik analisis yang digunakan
mendapat perhatian dan upaya untuk dalam penelitian ini meliputi :
penanganan yang lebih baik. Faktor internal 1. Analisis SWOT, analisis ini digunakan
dari dalam diri petambak garam dan faktor untuk mengidentifikasikan faktor internal
eksternal usaha memengaruhi produksi dan eksternal kegiatan garam rakyat,
garam rakyat di Kota Palu. Seiring dengan serta merumuskan strategi untuk
rencana pemerintah melalui Kementerian peningkatan produksi yang akan datang.
Kelautan dan Perikanan untuk swasembada 2. Analisis Quantitative Strategic Planning
garam, maka tuntutan peningkatan produksi Matrix (QSPM), QSPM merupakan alat
adalah hal mutlak. Maka dari itu diperlukan yang digunakan untuk melakukan evaluasi
strategi yang tepat untuk mewujudkan hal pilihan strategi alternatif secara obyektif
tersebut, sehingga pengelolaan garam rakyat berdasarkan key success factors internal-
di Kota Palu dapat dijalankan oleh petambak eksternal yang telah diidentifikasikan
garam dengan baik dan maksimal untuk sebelumnya
meningkatkan kesejahteraannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Kelurahan Talise adalah salah satu
deskriptif, penelitian dilakukan untuk kelurahan yang berada di Kecamatan
2
Mantikulore Kota Palu. Secara administrasi Pengalaman Petambak Garam. Pengalaman
wilayah Kelurahan Talise terbagi menjadi petambak garam merupakan salah satu
08 RW dan 43 RT, dengan luas wilayah faktor dalam menentukan kelancaran
12,37 km2 atau 1.102,955 ha. Kondisi kegiatan yang akan dikerjakan. Pengalaman
bentuk permukaan tanah di Kelurahan petambak garam menurut Widiarto (2013),
Talise merupakan dataran 75% dan merupakan salah satu kekuatan utama
perbukitan 25%, dengan rata-rata ketinggian yang dimiliki oleh para petambak garam
dari permukaan laut 2 m. Berdasarkan data dalam melakukan kegiatan penggaraman.
BMKG yang termuat dalam Kecamatan Keterampilan seseorang dalam berusaha
Mantikulore dalam Angka 2015, bahwa sangat ditentukan oleh pengalaman yang
suhu udara di Kelurahan Talise mencapai telah dialaminya, semakin lama seseorang
28,150 C dengan kelembapan udara 77,56 bekerja semakin banyak pengalaman yang
% dan rata-rata curah hujan bulanan sebesar diperolehnya. Menurut Rahman (2014)
58,76 mm. Dari data tersebut, Kelurahan bahwa dengan hanya fokus terhadap satu
Talise masuk dalam daerah yang memiliki pekerjaan, maka secara tidak langsung
rata-rata curah hujan setiap bulannya adalah seorang petambak garam akan memiliki
kategori bulan kering dan sangan cocok keuletan dan ketelatenan dalam pekerjaan
untuk mendukung usaha produksi garam nya, yang kemudian membentuk keahlian
rakyat. yang dimilikinya.
Karakteristik Responden Petambak dalam mengelola tambak
garam di Kelurahan Talise dapat dinyatakan
Umur responden di Kelurahan Talise
bervariasi, mulai dari umur yang terendah telah berpengalaman. Hasil wawancara
yaitu : 32 tahun sampai umur yang tertinggi dengan petambak responden dapat diketahui
yaitu 58 tahun. Umur petambak responden dari 35 responden yang umumnya petambak
tersebut termasuk dalam umur produktif. garam, rata-rata memiliki pengalaman
Hal ini menggambarkan bahwa usia melakukan usaha garam rakyat selama 10 -
responden yang rata-rata tergolong dalam 25 tahun. Pengalaman menjadi kekuatan
usia kerja yang produktif sangat mendukung tersendiri bagi upaya peningkatan produksi
dalam peningkatan produksi. Karakteristik garam rakyat di Kelurahan Talise.
lain yang terlihat adalah tingkat pendidikan Ketersediaan Bahan Baku Melimpah. Air
responden, dimana responden berpendidikan laut sebagai bahan baku pembuatan garam
SMA/SLTA sebanyak 15 orang (42,85%), sangatlah melimpah ketersediaanya di
berpendidikan SMP/SLTP sebanyak 13 Kelurahan Talise. Disamping itu jarak antar
orang ( 37,14%) dan diikuti berpendidikan petakan tambak untuk pembuatan garam
SD yaitu sebanyak 7 orang ( 20,00% ). Hal yang berada di pesisir pantai sangat dekat
ini menunjukan bahwa sebagian besar dengan laut sebagai sumber bahan baku
responden memiliki tingkat pendidikan yang pembuatan garam. Pemanfaatan bahan yang
memadai atau baik dalam menunjang tersedia di alam dan diperoleh dengan
penerimaan teknologi peningktan produksi sangat mudah merupakan kekuatan yang
garam rakyat. Selanjutnya karakteristik sangat mendukung produksi garam rakyat
responden dilihat dari karakteristik pengalaman. yang maksimal. Ketersediaan bahan baku
Pengalaman responden rata-rata 10 s/d 25
dilokasi penelitian sangat mendukung dalam
tahun, hal ini menunjukkan bahwa responden
pembuatan garam rakyat, yakni air laut.
berpengalaman atau bisa dikatakan sangat
berpengalaman. Proses Produksi yang Cukup Singkat dan
Mudah. Kegiatan penggaraman yang
Analisis SWOT Evaluasi Faktor Strategi
dilakukan secara umum memiliki proses
Internal (IFAS) Kekuatan (Strengths)
produksi yang cukup singkat, yaitu hanya
meliputi :
dilakukan selama 4 s/d 10 hari. Hal

3
tersebut sangat didukung dan ditentukan Teknik Produksi Masih Tradisional dan
oleh kondisi cuaca pada saat produksi Kurang Inovasi. Proses produksi garam
garam rakyat berlangsung. Cuaca Kota Palu rakyat di Kelurahan Talise secara umum
secara umum dan khususnya di Kelurahan masih dilaksanakan secara tradisional dan
Talise yang sepanjang tahun panas dan mengikuti cara yang terdahulu yang sudah
penyinaran matahari yang maksimal sangat turun temurun digunakan oleh orang yang
membantu hasil produksi garam rakyat dan lebih dulu melaksanakan usaha garam rakyat
berimlikasi pada produksi petambak garam. serta kurang inovasi. Teknik produksi yang
masih tradisional dan belum adannya
Kemauan dan Keterbukaan untuk
Menerima Teknologi Baru. Kegiatan penerapan teknologi baru serta perlakuan
penggaraman di Kelurahan Talise merupakan tambahan atau inovasi yang dapat meningkat
kegiatan yang telah berjalan lama dan kan produksi petambak garam merupakan
berlangsung secara terus menerus serta kelemahan yang sangat berpengaruh dalam
dilakukan turun-temurun oleh para pemilik peningkatan produksi garam rakyat di
lahan tambak untuk menghasilkan garam Kelurahan Talise. Menurut Marzuki dkk
sebagai sumber pendapatan keluarga. Dari hal (2014) bahwa Aspek teknis dalam produksi
tersebut, maka proses produksinyapun garam rakyat masih menggunakan peralatan
umumnya masih menggunakan cara yang sangat sederhana, dengan proses pembuatan
diwariskan oleh orang tua mereka yang garam dilakukan secara tradisional.
dulunya melakukan penggaraman. Untuk Kelembagaan yang Tidak Optimal.
terus memaksimalkan kegiatan penggaraman, Kelembagaan dalam kegiatan penggaraman
responden pada umumnya sangat mengharap merupakan hal yang sangat penting, adanya
kan adanya penerapan teknologi baru yang kelembagaan akan menjadi wadah bersama
lebih baik dan tentunya menghasilkan setiap untuk mengembangkan usahanya dan
produksi yang tinggi dengan kualitas yang memecahkan setiap permasalahan. Menurut
lebih. Sukesi (2011), bahwa kelemahan dalam aspek
Kelemahan (Weaknesses) meliputi : permodalan juga menjadi masukan bagi
perbaikan kelembagaan koperasi. Berdasarkan
Keterbatasan Modal. Menurut Sutrisno
hasil wawancara dengan responden, hal
(2006), bahwa modal adalah salah satu faktor
yang mendasar dibutuhkannya kelembagaan
internal yang penting dalam pelaksanaan
khususnya koperasi adalah jaminan harga
usaha yang dijalankan oleh petambak. Modal
garam yang sesui dan stabil, sehingga peran
dalam kegiatan pengelolaan usaha dapat
tengkulak bisa dihilangkan dalam penentuan
berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari
harga jual garam rakyat. Dengan tidak
pihak lain berupa kredit. Berdasarkan hasil
berjalanya kelembagaan diusaha penggaraman
wawancara dengan responden diketahui
rakyat, menjadi kelemahan yang berdampak
bahwa petambak garam memiliki keterbatasan
pada rendahnya produksi yang diterima
modal dalam menunjang produksi garam
petambak garam.
rakyat. Keterbatasan modal petambak garam
ini merupakan faktor kelemahan yang Kualitas Hasil Produksi Masih Rendah.
dimiliki oleh petambak dalam meningkatkan Rendahnya kulitas garam dapat dilihat
produksinya. Menurut Nursaulah (2013), secara visual, yaitu dari warna garam yang
bahwa petambak garam pada dasarnya dihasilkan. Hasil produksi garam di Kelurahan
membutuhkan suntikan modal baik itu dana Talise terlihat tidak berwarna putih cerah.
langsung masyarakat maupun pinjaman Hal tersebut akibat dari campuran tanah
uang sebagai investasi awal, usaha garam dengan garam yang dihasilkan saat melakukan
rakyat membutuhkan modal yang besar panen serta kulitas bahan baku air laut yang
untuk menghasilkan benefit yang besar digunakan. Hal tersebut didukung oleh
pula. Nadjib M (2007), bahwa rendahnya kualitas

4
garam rakyat disebabkan oleh kualitas air penting untuk keberhasilan yang memberikan
laut yang pollutant, teknologi proses, serta peluang usaha garam rakyat berjalan dengan
waktu panen yang terlalu cepat. baik dan menguntungkan yang artinya dapat
Rendahnya kualitas garam juga mendorong peningkatan produksi petambak
terlihat dari butiran garam yang dihasilkan. garam. Kegiatan pemerintah dalam mendukung
Menurut keterangan responden, bahwa penggaraman talise terlihat dari adanya
dengan butiran garam yang kecil akan bantuan peningkatan sarana dan prasarana
mengakibatkan garam tidak bisa disimpan pendukung produksi garam. Petambak di
lebih lama karna mudah hancur, padahal Kelurahan Talise menerima bantuan dari
petambak garam ingin menyimpan garamnya pemerintah melalui Kementerian Kelautan
lebih lama untuk memperoleh keuntungan dan Perikanan berupa biaya perbaikan
yang lebih tinggi pada saat musim hujan pematang dan pembuatan saluran air serta
karena harga garam lebih mahal. sarana lainnya. Disamping itu juga, pemerintah
Berdasarkan hasil wawancara dan terus melakukan berbagai upaya dan kebijakan
diskusi diperoleh masing-masing faktor untuk peningkatan produksi garam dalam
lingkungan internal yang dinilai berpengaruh negeri, sebagai langkah menuju swasembada
terhadap peningkatan produksi garam garam nasional.
rakyat di Kelurahan Talise, selanjutnya
dievaluasi sebagaimana disajikan pada Inovasi Teknologi. Melihat kondisi usaha
Tabel 1. garam rakyat di Kelurahan Talise yang
Berdasarkan hasil analisis Internal masih dijalankan secara tradisional, maka
(IFAS) pada tabel 1 diketahui bahwa Kekuatan perlu adanya inovasi dan teknologi untuk
(Strengths) mempunyai nilai sebesar 1,62 meningkatkan produksi dan kualitas garam
dan Kelemahan (Weaknesses) sebesar 1,37. yang dihasilkan. Hal tersebut diperlukan
Hal tersebut menunjukan bahwa kegiatan untuk meningkatkan produksi petambak
garam rakyat tersebut mempunyai kelemahan garam melalui pemanfaatan teknologi dan
yang lebih kecil dibandingkan kekuatan inovasi kegiatan produksi garam rakyat.
yang ada. Disamping itu juga, dengan penerapan
teknologi dan inovasi yang tepat akan
Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS),
meningkatkan daya saing. Perlunya adopsi
Peluang (Opportunities), Meliputi :
dan inovasi teknologi baru dalam usaha
Lahan dan Iklim yang Mendukung. Kegiatan garam rakyat adalah hal penting dan
produksi garam sangat dipengaruhi oleh merupakan peluang dalam peningkatan
beberapa faktor diantaranya adalah tanah, produksi garam rakyat.
air dan iklim. Kondisi tanah yang sesuai
untuk penggaraman merupakan media Aksesibilitas yang Lancar. Menurut
produksi garam yang dapat meningkatkan Darmapuspita (2013), bahwa aksesibilitas
hasil produksi garam. Produksi garam didefinisikan sebagai tingkat kemudahan
sangat cocok dilakukan pada daerah dengan untuk mencapai atau mendapatkan barang
suhu udara yang panas, kering dan cerah. dan jasa yang diperlukan. Lokasi penggaraman
Proses pembuatan garam di daerah dengan Kelurahan Talise yang berada di kawasan
suhu rendah dan dingin sangat tidak sesuai. perkotaan merupakan suatu hal yang sangat
Persyaratan tersebut juga sangat sesuai mendukung terciptanya proses pemasaran
dengan kondisi suhu di lokal Kota Palu. hasil produksi yang lebih lancar dan mudah.
Iklim di wilayah Kelurahan Talise yang Dari akses yang lancer dan mudah,
cenderung panas sepanjang tahun sangat diharapkan konsumen dapat dengan mudah
sesuai untuk tempat produksi garam. melihat dan memperoleh garam yang
dibutuhkan. Akses yang mudah dan lancar
Adanya Dukungan dari Pemerintah. ini, bukan hanya karena letaknya berada di
Dukungan pemerintah menjadi faktor kawasan perkotaan, tapi juga ditunjang oleh

5
sarana transportasi dan jalan yang memadai yang digunakan sebagai bahan baku. Air
untuk menuju ke kawasan penggaraman laut yang rentan tercampur dengan limbah
Talise. rumah tangga, lansung dialirkan ke tambak
tanpa adanya perlakuan atau teklogi
Ancaman (threaths), Meliputi :
tambahan untuk menyaring air tersebut,
Reklamasi Pantai. Reklamasi kawasan sehingga tercemarnya air laut adalah hal
Teluk memiliki dampak negetaif terhadap yang sangat mengancam produksi garam
keberlangsungan usaha garam rakyat. Dampak rakyat.
langsung yang dirasakan oleh petambak garam
Kemitraan Dengan Swasta. Upaya untuk
adalah terganggunya saluran air utama dari
mengatasi keterbatasan modal dan akses
laut menuju petakan penggaraman. Disamping
itu juga, reklamasi akan memperjauh jarak pasar yang lebih luas bagi petambak salah
satunya adalah membangun kemitraan.
antara sumber bahan baku garam dengan
Kemitraan dilaksanakan untuk mengembang
tambak garam. Bila kegiatan reklamasi
kan teknologi produksi dan pemasaran
terus berlanjut dan terus diperluas, maka ini
berdasarkan asas kemenfaatan dalam bentuk
merupakan ancaman yang sangat besar
dalam keberlangsungan garam rakyat di kerja sama yang saling menguntungkan.
Kelurahan Talise. Melihat kondisi penggaraman di Kelurahan
Talise dan dari hasil wawancara, kemitraan
Penetapan Harga dari Tengkulak. belum terbentuk, padahal kemitraan dengan
Keberadaan tengkulak merupakan hal yang pengusaha sangat penting untuk dibangun.
umum ada, terutama pada usaha pertanian. Mengingat belum terbangunnya kemitraan
Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara antara petambak garam dengan pengusaha,
dengan responden petambak garam, terungkap ini merupakan ancaman yang cukup berarti.
bahwa penetapan harga jual garam dipengaruhi Berdasarkan hasil wawancara dan
oleh tengkulak. Petambak garam umumnya diskusi diperoleh masing-masing faktor
memproduksi garam secara terus menerus lingkungan eksternal yang dinilai yang
sepanjang tahun, dengan tuntutan untuk disajikan pada Tabel 2.
memenuhi kebutuhan sehari-hari, petambak Berdasarkan hasil analisis Eksternal
garam dituntut untuk segera menjual hasil Faktor Analysis Summary (EFAS) pada
produksi garamnya dalam keadaan tingkat Tabel 3 diketahui, bahwa faktor Peluang
harga apapun, terutama pada saat kondisi (Opportunities) mempunyai nilai sebesar
stok melimpah maka penetapan harga 1,34 dan ancaman (Threats) mempunyai
sangat ditentukan oleh tengkulak yang siap nilai sebesar 1,19. Nilai ini dapat diartikan
membeli garam petambak dengan tingkat bahwa peluang yang dimiliki masih lebih
harga rendah. besar, yaitu sekitar 52,96 % dibandingkan
Pencemaran. Produksi garam menggunakan dengan ancaman sebesar 47,04 % sehingga
cara yang sangat sederhana, termasuk dalam masih memiliki prospek yang cukup baik
penyediaan dan proses pemenuhan bahan untuk ditingkatkan produksinya.
baku dengan tanpa sentuhan teknologi apapun. Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat
Dengan kondisi bahan baku melimpah dan dilihat perolehan nilai skor pada Strategi SO
letak wilayak kegiatan penggaraman yang (Strength-Opportunities) sebesar 2,96;
sangat dekat dengan pemukiman, maka Strategi WO (Weaknessess-Opportunities)
adanya pencemaran terhadap bahan baku sebesar 2,71; Strategi WT (Weaknessess-
merupakan hal yang mengancam kegiatan Threats) sebesar 2,56 dan Strategi ST
produksi garam rakyat. Lokasi penggaraman (Strength-Threats) sebesar 2,81. Skor
Talise yang berada di kawasan perkotaan, penghitungan tertinggi berada pada wilayah
mengakibatkan kondisi perairan mudah kuadran I sebesar 2,96 dengan Strategi SO
tercemar dan menurunkan kualitas air laut (Strength-Opportunities).

6
Tabel 1. Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) Peningkatan Produksi Garam Rakyat
Bobot Rating Skor Keterangan
FAKTOR INTERNAL
(a) (b) (axb) (%)
A. Kekuatan (Strengths)
1. Pengalaman Petambak Garam Tinggi 0,13 3 0,39
2. Ketersediaan Bahan Baku Melimpah 0,16 4 0,64 `
3. Kemauan dan Keterbukaan untuk Menerima
0,13 3 0,39
Teknologi baru
4. Proses Produksi yang Cukup Singkat dan
0,10 2 0,20
Mudah
Jumlah A 0,52 12 1,62 54,18

B. Kelemahan (Weaknesses)
1. Keterbatasan Modal 0,13 3 0,39
3. Teknik Produksi Masih Tradisional dan Kurang
Inovasi 0,10 2 0,20
3. Kelembagaan yang Tidak Optimal 0,13 3 0,39
4. Kualitas Hasil Produksi Masih Rendah 0,13 3 0,39
Jumlah B 0,48 11 1,37 45,82
Jumlah A + B 1,00 23 2,99 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016

Tabel 2. Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Peningkatan Produksi Garam Rakyat di
Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu.
Bobot Rating Bobot Keterangan
FAKTOR EKSTERNAL
(a) (b) (axb) (%)
A. Peluang (Opportunitis)
1. Lahan dan Iklim yang Mendukung 0,15 3 0,45
2. Adanya Dukungan dari Pemerintah 0,11 2 0,22 `
3. Aksesibilitas yang Lancar 0,15 3 0,45
4. Inovasi Teknologi 0,11 2 0,22
Jumlah A 0,52 10 1,34 52,96
B. Ancaman (Treats)
1. Reklamasi Pantai 0,07 1 0,07
2. Penetapan Harga dari Tengkulak 0,15 3 0,45
3. Pencemaran 0,11 2 0,22
4. Kemitraan Dengan Swasta Belum
0,15 3 0,45
Terbangun
Jumlah B 0,48 9 1,19 47,04
Jumlah A + B 1,00 20 2,59 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016.
Pada kuadran ini menggambarkan matriks IFAS dan EFAS dan diagram
situasi yang sangat menguntungkan untuk analsis SWOT, maka dapat dirumuskan
peningkatan produksi karena memiliki asumsi-asumsi strategi yang dapat dilihat
kekuatan yang dapat memanfaatkan pada Matriks Hasil Analisis SWOT yang
peluang-peluang yang ada. Berdasarkan terdapat pada Tabel 4.
7
Tabel 3. Matriks IFAS dan EFAS dalam peningkatan produksi garam rakyat di Kelurahan
Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu.

IFAS KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


EFAS
Strategi (SO) Strategi (WO)
PELUANG (O)
1,62 + 1,34 = 2,96 1,37 + 1,34 = 2,71
Strategi (ST) Strategi (WT)
ANCAMAN (T)
1,62 + 1,19 = 2,81 1,37 + 1,19 = 2,56
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016
Tabel 4. Matriks Hasil Analisis SWOT Peningkatan Produksi garam Rakyat
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
IFAS 1. Pengalaman Petambak Garam Tinggi 1. Keterbatasan Modal
2. Ketersediaan Bahan Baku Melimpah 2. Teknik Produksi Masih
3. Kemauan dan Keterbukaan untuk Tradisional dan Kurang
E Menerima Teknologi baru Inovasi
4. Proses Produksi yang Cukup Singkat 3. Kelembagaan yang Tidak
F dan Mudah Optimal
A 4. Posisi Tawar Petambak
S Garam Masih Renda
F

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO


1. Lahan dan Iklim 1. Memaksimalkan Produksi dengan 1. Mengupayakan akses dan
yang Mendukung memanfaatkan sumberdaya yang tersedia sumber pembiayaan yang
2. Dukungan dari 2. Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan mudah
Pemerintah petambak garam yang disertai adopsi 2. Memanfaatkan Program
3. Inovasi Teknologi inovasi teknologi yang tepat Pemberdayaan Usaha
4. Aksesibilitas yang 3. Peningkatan kapasitas dalam manajemen Garam Rakyat dari
Lancar pemasaran dan membangun kemitraan pemerintah
yang lebih luas 3. Membangun dan membina
4. kerjasama dengan mitra
yang menjadi target pasar

Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT


1. Reklamasi Pantai 1. Memaksimalkan pengalaman petambak 1. Meningkatkan peran serta
2. Penetapan Harga untuk meningkatkan produksi petambak dalam penyuluhan
dari Tengkulak 2. Mengupayakan pengairan yang baik dan dan pelatihan yang
3. Pencemaran aman dengan untuk meningkatkan menyangkut masalah teknis
4. Kemitraan Dengan produksi garam yang berkualitas serta proses menghasilkan
Swasta Belum 3. Menjalin Kerjasama antara swasta dan garam yang lebih berkualitas
Terbangun petambak garam 2. Mengaktifkan kembali
4. Mengupayakan adanya aturan kelembagaan yang telah
perlindungan kawasan penggaraman ada
untuk tetap berjalan

Sumber : Data primer setelah diolah, 2016.

8
Berdasarkan jumlah nilai skor yang 1. Workshop atau pelatihan teknis tentang
diperoleh dan hasil evaluasi faktor internal berbagai cara dan teknologi yang
dan eksternal diketahui bahwa skor tertinggi digunakan dalam melakukan produksi
berada pada kuadran I mendukung strategi garam.
agresif dengan nilai skor 2,95. Dengan 2. Magang atau studi banding ke daerah
demikian maka strategi yang dapat sentra produksi garam yang jauh lebih
diimplementasikan sebanyak 3 (tiga) alternatif berkembang dan telah menggunakan
strategi, yaitu : teknologi yang tepat untuk menghasilkan
a. Memaksimalkan Produksi dengan garam dengan kualitas yang lebih baik.
memanfaatkan sumberdaya yang c. Peningkatan kapasitas dalam manajemen
tersedia. Kegiatan yang dilaksanakan pemasaran dan membangun kemitraan
yaitu mengupaya untuk penerapan teknik yang lebih luas. Starategi ini dilakukan
produksi yang lebih baik, efisien dan sebagai satu upaya untuk mengoptimalkan
maksimal. Dengan dukungan sumberdaya pemanfaatan peluang atas permintaan
yang tersedia, misalnya bahan baku yang pasar yang tinggi untuk menyerap hasil
melimpah yang disertai dengan pengalaman produksi garam yang dihasilkan oleh
petambak yang tinggi, maka hal tersebut petambak. Hal tersebut didukung oleh
sangat menunjang untuk memaksimalkan Heriansyah dan Fathuddin (2014), bahwa
produksi baik kualitas maupun kuantitas perlunya peningkatan kapasitas dalam
garam yang dihasilkan. Upaya ini ditunjang manajemen pemasaran untuk mengoptimal
dengan kondisi lahan dan iklim Kelurahan kan pemanfaatan berbagai peluang dalam
Talise yang sesuai untuk produksi garam usaha garam rakyat dalam memasuki era
sepanjang tahun. Hal tersebut didukung persaingan pasar yang ketat pada masa
oleh fasilitasi pemerintah untuk perbaikan yang akan datang. Kegiatan pelatihan
sarana prasarana produksi dan bimbingan khusus dalam manajemen usaha sangat
atau pendampingan penyuluhan kepada penting untuk meningkatkan kemampuan
petambak garam. petambak untuk menanamkan jiwa
b. Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan kewirausahaan yang berorientasi bisnis.
petambak garam yang disertai adopsi
Analisis Quantitive Strategic Planning
inovasi teknologi yang tepat. Peningkatan
Matrix (QSPM)
kemampuan SDM petambak dilakukan
melalui pelatihan/bimbingan teknis dan Quantitive Strategic Planning Matrix
penyuluhan, sehingga petambak dapat (QSPM) adalah alat yang memungkinkan
melakukan adopsi dan inovasi teknologi para penyusun strategi mengevaluasi berbagai
yang lebih baik dari teknik produksi yang strategi alternatif secara objektif, berdasarkan
dijalankan sekarang. Dengan adanya faktor-faktor keberhasilan penting eksternal
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan internal yang diidentifikasi sebelumnya.
dari petambak garam melalui berbagai Menurut Umar (2008), bahwa QSPM
upaya yang difasilitasi oleh pemerintah merupakan alat yang direkomendasikan bagi
dan pihak terkait lainnya yang berkompeten para ahli strategi untuk melakukan evaluasi
dalam hal tersebut, petambak garam pilihan strategi alternatif secara obyektif,
memperoleh pemahaman yang lebih baik berdasarkan key success factors internal-
dalam melaksanakan penggaraman. Melalui eksternal yang telah diidentifikasikan
pelatihan dan penyuluhan, petambak sebelumnya.
garam diberi informasi tentang teknik- Matriks QSPM dibuat berdasarkan
teknik produksi garam yang baik dan faktor-faktor internal dan eksternal, serta
lebih menguntungkan dari apa yang matriks SWOT. Pada matriks QSPM terdapat
dilaksanakan sekarang. Secara teknis nilai AS (Attractiveness Score) dan TAS.
kegiatan yang dilaksanakan meliputi : Nilai AS menunjukkan daya tarik masing-

9
masing strategi terhadap faktor kunci yang Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu.
dimiliki. Nilai AS diperoleh melalui kuesioner Perhitungan dengan matriks QSPM dapat
yang ditujukan kepada responden saat dilihat dapat dilihat pada Tabel 5.
melakukan diskusi secara independen. Analisis QSPM menunjukkan bahwa
Nilai TAS merupakan hasil perkalian program terbaik untuk peningkatan produksi
antara bobot rata-rata dengan nilai AS dari garam rakyat di Kelurahan Talise Kecamatan
setiap faktor kunci strategis. Berdasarkan Mantikulore Kota Palu adalah program ke-2
analisis QSPM, diperoleh hasil bahwa yakni “Peningkatan penguasaan ilmu
prioritas program terpilih dari strategi S-O pengetahuan petambak garam yang disertai
dengan Total Attractiveness Score (TAS) adopsi inovasi teknologi yang tepat”
yang diperoleh menunjukkan strategi dengan total nilai daya tarik (TAS) terbesar,
prorioritas atau terbaik dalam peningkatan yaitu 6,211.
produksi petambak garam di Kelurahan
Tabel 5. Hasil Analisis QSPM Prioritas Strategi Peningkatan Produksi Garam Rakyat di
Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu, 2016.
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Faktor Strategi Bobot
TAS TAS TAS
Kekuatan (Strengths)
1. Pengalaman Petambak Garam Tinggi 0,13 0,380 0,478 0,322
2. Ketersediaan Bahan Baku Melimpah 0,16 0,428 0,544 0,456
Kemauan dan Keterbukaan untuk
3. 0,13 0,416 0,380 0,221
Menerima Teknologi baru
Proses Produksi yang Cukup Singkat
4. 0,10 0,358 0,318 0,280
dan Mudah
Kelemahan (Weaknesses)
1. Keterbatasan Modal 0,13 0,325 0,364 0,452
Teknik Produksi Masih Tradisional dan
2. 0,10 0,260 0,340 0,328
Kurang Inovasi
3. Kelembagaan yang Tidak Optimal 0,13 0,351 0,478 0,354
4. Posisi Tawar Petambak Sangat Rendah 0,13 0,276 0,283 0,377
Peluang (Opportunities)
1. Lahandan iklim yang Mendukung 0,15 0,506 0,465 0,424
2. Adanya dukungan dari Pemerintah 0,11 0,355 0,388 0,330
3. Inovasi Teknologi 0,15 0,386 0,431 0,506
4. Aksesibilitas yang Lancar 0,11 0,377 0,399 0,336
Ancaman (Threats)
1. Reklamasi Pantai 0,07 0,149 0,128 0,168
2. Penetapan Harga dari Tengkulak 0,15 0,364 0,484 0,461
3. Pencemaran 0,11 0,215 0,369 0,377
Kemitraan Dengan Swasta Belum
4. 0,15 0,248 0,364 0,356
Terbangun
Total Nilai Daya Tarik 5,393 6,211 5,747
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016

10
KESIMPULAN DAN SARAN pada kuadran pertama (mendukung strategi
agresif), untuk itu diperlukan adanya
Kesimpulan program sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian mengenai  Memaksimalkan produksi dengan
strategi peningkatan produksi garam rakyat memanfaatkan sumberdaya yang tersedia,
di Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore  Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan
Kota Palu, maka dapat disimpulkan sebagai petambak garam yang disertai adopsi
berikut : inovasi teknologi yang tepat,
Faktor-faktor internal yang menjadi  Peningkatan kapasitas dalam manajemen
kekuatan dalam peningkatan produksi garam pemasaran dan membangun kemitraan
rakyat di Kelurahan Talise Kecamatan yang lebih luas.
Mantikulore Kota Palu adalah; Pengalaman Hasil analisis QSPM diperoleh
petambak yang tinggi, ketersediaan bahan strategi S-O (Strengths-Opportunities) yang
baku yang melimpah, proses produksi yang terbaik dari ke tiga program untuk
singkat dan mudah, serta kemauan dan peningkatan produksi garam rakyat di
keterbukaan untuk menerima teknologi Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore
baru. Sedangkan faktor internal yang Kota Palu yakni program ke-2 Program :
menjadi kelemahan adalah; Keterbatasan “Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan
modal, teknik produksi yang masih petambak garam yang disertai adopsi
tradisional, kelembagaan yang tidak optimal inovasi teknologi yang tepat” dengan total
dan posisi tawar petambak garam yang nilai daya tarik (TAS) sebesar 6.211.
rendah. Saran
Faktor-faktor eksternal yang menjadi
Berdasarkan hasil penelitian maka
peluang dalam peningkatan produksi garam
rakyat di Kelurahan Talise Kecamatan rekomendasi yang disarankan adalah sebagai
berikut:
Mantikulore Kota Palu adalah; Iklim dan
lahan yang mendukung, adanya dukungan Pemerintah daerah dalam mengambil
kebijakan untuk pengembangan pembangunan
dari pemerintah, inovasi teknologi serta
aksesibilitas yang lancar. Sedangkan faktor kota, agar tetap menjaga keberadaan
kawasan penggaraman Talise, agar tidak
eksternal yang menjadi ancaman adalah;
Reklamasi pantai, penetapan harga dari terus terjadi alih fungsi lahan penggaraman
yang mengancam sumber produksi garam.
tengkulak, pencemaran, dan kemitraan
dengan swasta belum terbangun. Peningkatan SDM petambak garam
melalui pelatihan, sekolah lapang atau
Hasil analisis SWOT maka strategi
yang tepat dalam upaya peningkatan workshop tentang teknis penggaraman yang
lebih baik dan menguntungkan dengan
produksi garam rakyat di Kelurahan Talise
adalah strategi S-O (Strengths-Opportunities), penerapan teknologi dalam proses pembuatan
dengan nilai skor sebesar 2,96 yang berada garam rakyat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penuh keiklasan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Hj.
Asriani Hasanudin, MS dan Bapak Dr. Rustam Abd. Rauf, SP., MP, selaku dosen pembimbing
saya, yang senantiasa memberikan waktunya, arahan, bimbingan dalam penelitian hingga
penulisan artikel ini dapat dipublikasikan, kiranya tetap dalam perlindungan Tuhan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Sumberdaya Laut dan Pesisir. Badan Pusat Statistik
Indonesia, Jakarta

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Kecamatan Mantikulore Dalam Angka 2015. Badan Pusat
Statistik Kota Palu, Palu

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2012. Kelautan dan Perikanan dalam Angka.
Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin), Kementerian Kelautan dan Perikanan
Indonesia, Jakarta.

Darmapuspita B., 2013. Pengaruh Aksesibilitas Terhadap Karakteristik Sosial Ekonomi


Masyarakat Pedesaan Kecamatan Bumijaya Kabupaten Tegal. Jurnal Wilayah dan
Lingkungan, Jakarta; Vol 1 No 1 Januari 2013 : 49 - 66.

Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kota Palu, 2015. Laporan Tahunan Pemberdayaan
Usaha Garam Rakyat Kota Palu. Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Kota Palu,
Palu
Marzuki, Indra dan Sofyan. 2014. Prospek Industri Garam Tradisional Ditinjau Dari Aspek
Teknis Aspek Finansial Dan Aspek Pasar Di Kabupaten Aceh Besar. Jurna Agrisep
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Vol 15 No. 2; 1 – 9.
Nadjib M., 2007. Analisis Spatial Produktivitas Garam di Pulau Jawa dan Madura. Jurna
Sumberdaya Perairan. Vol 2 No. 8; 1 – 7.
Nursaulah. 2013. Evluasi Kelayakan Usaha Garam Rakyat Berpola Subsistem Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi di Kawasan Pesisir. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya Malang.
Vol 1 : 1 – 24
Rahman A. 2014. Evaluasi Kinerja Usaha Petambak Garam Rakyat (studi kasus di Kabupaten
Bima, Nusa Tenggara Barat). Tesis. Tidak diterbitkan. Bogor. Pacasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Sukesi. 2011. Analisis Perilaku Masyarakat Petambak Garam Terhadap Hasil Usaha di Kota
Pasuruan. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis. Universitas Dr Soetomo.
Surabaya. Vol 2 No 2; 225 – 244
Sutrisno. 2006. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Peningkatan Produksi Garam Rakyat
(Studi di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati). Jurnal Litbang Kabupaten Pati. Vol 3 N0.
1; 1 – 14
Umar, H. 2008. Strategic Managemen in Action. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Widiarto S.B, Hubelas. M dan Sumantadinata. K. 2013. Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha
Garam Rakyat di Desa Losarang, Indramayu. Jurnal IPB Manajemen IKM. Vol 8 No. 2; 1
– 11

12

Você também pode gostar