Você está na página 1de 3

Ada yang hilang dari budaya literature di negeri ini

(Disusun oleh : J K Tunggal )

Tulisan kali ini merupakan pemanasan dari sebuah gagasan yang akan saya tindak lanjuti
nanti di tulisan yang akan mendatang yaitu "Dampak hilangnya budaya literature ". Maka
sebelum memasuki kepembahasan itu mari kita bahas tentang literature terlebih dahulu.

Apa sih literature Itu?

literature mungkin telah menjadi istilah yang familiar bagi banyak orang. Namun tidak
banyak dari mereka yang memahami makna dan definisinya secara jelas. Sebab memang
literature merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus
ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang

Menurut kamus online Merriam-Webster, literature berasal dari istilah latin 'literature' dan
bahasa inggris 'letter'. literature merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara
yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna
literature juga mencakup melek visual yang artinya "Kemampuan untuk mengenali dan
memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar)."

National Institute for Literacy, mendefinisikan literature sebagai "Kemampuan


individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada
tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini
memaknai literature dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung
makna bahwa definisi literature tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam
lingkungan tertentu.

Di lain sisi, Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa literature lebih
dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, literature adalah kemampuan
individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya.
Dengan pemahaman bahwa literature mencakup kemampuan membaca kata dan membaca
dunia.
Sementara menurut UNESCO, pemahaman orang tentang makna literature sangat
dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan juga
pengalaman. Pemahaman yang paling umum dari literature adalah seperangkat keterampilan
nyata -- khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis -- yang terlepas dari konteks
di mana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya.

UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literature merupakan hak setiap orang dan
merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literature dapat
memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifatnya
yang "multiple Effect" atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas,
kemampuan literature membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian
anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya
perdamaian. Buta huruf, bagaimanapun, adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih
baik.

Saat ini, Istilah literature sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas, seperti
literature Informasi, literature komputer, dan literature sains yang kesemuanya itu merujuk
pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan baca-tulis. Hanya
saja, memang pemahaman yang paling umum mengenai literature yaitu kemampuan
membaca dan menulis.

Jadi apa yang hilang dari budaya literature di negeri ini ? Sesuatu yang hilang bukanlah
kemampuan literature nya tapi budaya membaca dan menulis di negeri ini. hal ini dapat di
buktikan dengan data-data yang terpercaya.

UNESCO melakukan survei pada tahun 2012 terhadap minat baca di 61 negara,
Indonesia hanya 0,001 persen atau menempati perangkat kedua terendah dari negara yang
disurvei. Sementara berdasarkan survei yang diliris Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 62 juta orang atau
sekitar 24,23 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Survei APJII itu menunjukkan penduduk berusia berusia 12 – 34 tahun mendominasi


pengguna Internet di Indonesia dengan porsi 64,2 persen. Sedangkan kelompok pengguna
berusia 20-24 tahun mencapai 15,1 persen dari total pengguna.
“Menurut survey UNESCO (2012), Indonesia menduduki peringkat terendah kedua, hanya
setingkat di atas Botswana di Afrika. Dilatar belakangi keprihatinan terhadap rendahnya
minat baca orang Indonesia muncul Gerakan Literasi Sekolah sejak dua tahun lalu. Saat
Menteri Pendidikan dijabat Anis Baswedan.” ujar Kabid Pembinaan SMP, Sutawijaya MPd
kepada Buletin Belitong .

Padahal secara infrastruktur dalam mendukung minat baca, Indonesia di atas negara-
negara Eropa. Meski infrastruktur memadai tapi tak begitu pula aplikasi di lapangan. Mas
Tendi Murti Faunder KMO Indonesia dan penulis buku Menyindir dalam sebuah tulisan yang
diberi judul "Akidah Penuli#3" dengan kalimat "Jalan-jalannya orang Indonesia lebih suka ke
pantai, ke waterboom dan tempat wisata lainnya dari pada ke perpustakaan atau ke lokasi
yang berbau ilmu". Hal ini menunjukkan tempat hiburan lebih rame dari perpustakaan.

Jadi mari kita kembalikan budaya yang sudah mulai hilang ini dengan memulai
membaca hal - hal yang kita senangi sampai membaca hal - hal yang berbau ilmu dan setelah
kita membaca kita coba memulai menulis ringkasan dari hal - hal yang sudah kita baca.

Você também pode gostar