Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
tugas akhir dengan judul : Analisa Kekuatan Bengkok Poros Roda Belakang
(Genuine Dan Non Genuine) Pada Sepeda Motor Supra X.
1.2.Perumusan Masalah
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
dirumuskan permasalahan dalam penulisan proposal tugas akhir ini adalah
seberapa besar perbedaan kekuatan bengkok dari tiap-tiap jenis poros roda
belakang (genuine dan non genuine) pada sepeda motor Supra X.
b. Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah yang ada dalam proposal adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung defleksi dan elastisitas poros roda sepeda motor.
2. Menguji kekuatan bengkok poros roda genuine dan non genuine yang
masih baru. (Honda Genuine Parts, JW Parts dan Tzeng)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Poros
2.1.1. Pengertian Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi, puli, roda gila, engkol,
sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan,
beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau
berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983).
Poros banyak kita jumpai pada kendaraan-kendaraan bermotor diantaranya
pada sepeda motor, yang akan dibahas penulis ialah penggunaan poros roda pada
kendaraan bermotor yaitu sepeda motor Supra X.
3
2.1.3. Efek Getaran Terhadap Material Poros
Defleksi adalah perubahan bentuk pada poros dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada poros. Sumbu sebuah poros akan
terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu poros akan mengalami pembebanan, baik itu beban
terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. (Soemono, dkk 1989)
Jika putaran mesin dinaikkan maka terjadi getaran yang luar biasa besarnya.
Putaran ini disebut putaran kritis. Karena getaran memberikan efek beban yang
berulang-ulang yang menyebabkan terjadinya defleksi pada poros yang
menyebabkan poros menjadi tidak lurus lagi akibat material mengalami kelelahan
akibat pembebanan yang terjadi terus menerus (fatik), di dukung dengan panas
yang di akibatkan gesekan antar bearing yang menyebabkan material berubah
struktur namun itu hanya berpengaruh kecil karena panas tidak meningkat akibat
adanya pendinginan secara alami yaitu melalui udara. Sebaliknya apabila poros
tidak lurus lagi maka memberikan efek getaran yang lebih besar lagi yang
mengakibatkan kerugian energi dan bisa menyebabkan kerusakan.
F F
F
Gambar .1. Gaya atau beban-beban yang diterima poros roda
4
Pada poros sepeda motor, poros menerima beban dari atas dan juga dari
bawah, beban dari atas biasanya terjadi pada kedua ujung poros yang menjadi
tumpuan, sedangkan dari bawah ialah pada saat roda mendapat beban dari atas
diteruskan ke roda, karena roda disini terhubung melalui poros maka, beban akan
terjadi melalui bagian bawah poros karena roda akan memantul ke aspal sehingga
memberikan gaya dorong dari bawah tepat kebagian tengah poros.
2.2. Baja
2.2.1. Pengertian Baja
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara
0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah
sebagai unsur pengeras dengan mencegah diskolasi bergeser pada kisi kristal
(crystal lattice) atom besi.
Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan
(manganese), krom (chromium), vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan
kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa
didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain
membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
5
5. Baja kromium vanadium (1% - 10% Cr) bersifat kuat dan tahan
tekanan/beban digunakan untuk poros kendaraan.
6. Baja tahan karat/Stainless steels (14% - 18% Cr,7% - 9% Ni) bersifat
tahan karat untuk alat pemotong dan perkakas dapur.
6
berhubungan dengan sifat dapat dikerjakan pada baja. Cara ujinya
berupa uji tarik.
4. Kekerasan
Baja itu sangat keras sekali sehingga sebagai bahan konstruksi, baja
mungkin saja untuk digunakan berbagai tujuan. Apabila untuk
produk-produk baja tertentu ada suatu keharusan, maka bisa saja baja
itu, dengan cara dipanaskan,dibuat luar biasa kerasnya.
5. ketahanan terhadap korosi
Tanpa perlindungan, baja sangat cepat berkarat. Maka baja diberikan
perlindungan yang sangat efektif dengan berbagai cara.
7
2.3.2. Rumus Perhitungan Uji Bengkok
Menurut ilmu gaya yang dipakai, defleksi (y) dapat dihitung berdasarkan rumus :
Untuk posisi pembebanan terletak ditengah-tengah
F
a=½L b=½L
A B
L
1
a = b = 2L
𝐹 𝑋 𝐿3
Y = 48 𝑥 𝐸∙𝐼 ……………………………… (Thimoshenko, 1988)
𝐹 𝑋 𝐿3
E = 48 𝑋 𝑌∙𝐼 ……………………………… (Thimoshenko, 1988)
Keterangan :
F = Besarnya beban (N)
L = jarak antara titik tumpu (mm)
I = Momen inersia (mm4)
E = Modulus elastisitas (N/mm2)
Y = Defleksi (mm)
YC = Defleksi di titik C (mm)
Mencari reaksi tumpuan :
∑MA = 0
F . a – RB .L = 0
F.a = RB.L
1
𝐹. 𝐿
2
RB = 𝐿
1
= 2𝐹
∑ FY = 0
RA + ½ F – F = 0
8
1
RA - 2 F = 0
1
RA = 2F………………………………..(Thimoshenko, 1988)
Untuk mencari defleksi yang terjadi, dicari degan metode bidang momen
(Timoshenko, 1988)
½L F ½L
C
A B
A1 B1
¼L
G
Gambar 3. Mencari defleksi yang terjadi pada poros
∑ MA = ∑MB = 0
∑ MC = RA . ½ L – RB . ½ L
=½F.½L–½F.½L
= ¼ FL – ¼ FL
∑ MC = 0
Bila bidang momen diatas dianggap sebagai beban khayal ( G ) maka:
1 1 1
G = 4FL x x 2L ………………………… (Thimoshenko 1988)
2
1
= 𝐹𝐿2
16
9
Dalam hal ini perlu kita mencari reaksi tumpuan khayal (RA’dan
RB’)dengan cara seperti mencari reaksi tumpuan yang sebenarnya yaitu RA dan
RB .
Dari situ diperoleh :
1
RA’ - RB’ = 2 x 2G
1 1
= 8 x 𝐹𝐿2 x 2
1
= 16 x 𝐹𝐿2 …………………… (Thimoshenko 1988)
1 1 1 1 1 1
= 𝐸𝐼 [ 16 𝐹𝐿2 𝑋 2 𝐿 𝐹𝐿2 𝑋 𝑋 𝐿]
16 3 2
1 1 1
= 𝐸𝐼 [ 32 𝐹𝐿3 96 𝐹𝐿3 ]
1 2
= 𝐸𝐼 [ 96 𝐹𝐿3 ]
1 2
= 𝐸𝐼 𝑋 48 𝐹𝐿3
𝐹𝐿3
YC = 48 𝐸𝐼 ……………………………… (Thimoshenko 1988)
y Ix = Iy = I
𝜋
I = 64 𝑑 4
x x
d
Gambar 4. Penampang poros
10
Momen tahanan (ω ) :
𝜋
ω=2𝑥 𝑑3
64
𝜋
ω = 32 𝑑3
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
B = 2 Ons
JU = 18
H = Rp. 35.000,00
3. Poros roda merek Tzeng
P = 20 Cm
D = 11,8 Mm
B = 2 Ons
JU = 20
H = Rp. 15.000,00
Ket :
P = Panjang Poros
D = Diameter
B = Berat
JU = Jumlah Ulir
H = Harga Poros
13
Ket :
1. JW Parts
2. Tzeng
14
1. Tahap Persiapan
a) Menggunakan rumus untuk menghitung titik pembebanan pada titik
pusat poros roda.
b) Memasang poros pada roda penumpu dengan posisi a = b.
c) Menyiapkan pengukur gaya dengan perhitungan dari awal.
d) Menyiapkan dial indikator dengan arah jarum jamnya dari 0 μm (nol).
2. Tahap Pengujian
a) Menghidupkan mesin universal, lalu setel ukuran pembebanan sesuai
dengan yang dinginkan untuk dilakukan pengujian dan selanjutnya
dilakukan perhitungan dengan menggunakan dial indikator untuk
melihat pembengkokan yang terjadi.
b) Menggerakkan mesin sehingga benda uji menyentuh penekan. Catat
kenaikan bebannya (beban awal 200 N).
c) Menaikkan beban setiap 200 N secara bertahap.
d) Menghitung defleksi dan elastisitas poros yang di uji dengan rumus
yang ada.
e) Menyetel kembali semua alat ukur ke ukuran semula, barulah
dilakukan eksperimen berikut.
f) Pengujian tersebut dilakukan selama 1 (satu) kali percobaan untuk
tiap-tiap poros.
15
Secara ringkas prosedur penelitian dapat dilihat pada diagram alir berikut :
Mulai
Layak
Ya
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai
16
3.6.Teknik Pengumpulan Data
1. Studi Kepustakaan (Literatur)
Studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
literatur tentang prinsip dasar, konsep – konsep dasar dan spesifikasi
yang relevan dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Deskripsi (Pengumpulan Data)
Suatu studi yang menghasilkan sejumlah besar informasi mengenai
berbagai keadaan yang terjadi dilapangan dengan cara menanyakan
langsung kepada mekanik atau bengkel-bengkel.
3. Studi Eksperimen
Pada metode ini penulis mengambil data dengan cara mengadakan
penelitian pada tiap-tiap jenis poros roda belakang sepeda motor.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
18
Tabel 2. Hasil Pengujian Bengkok Poros dengan merek Honda Genuine Parts
Defleksi Y (mm) x
No Gaya F (N)
(10-2)
1 0 0
2 200 24
3 400 36
4 600 48
5 800 62
6 1000 87
7 1200 94
8 1400 102
9 1600 110
10 1800 120
11 2000 128
12 2200 137
13 2400 148
14 2600 153
15 2800 163
16 3000 170
17 3200 182
18 3400 190
19 3600 200
20 3800 208
21 4000 216
22 4200 227
23 4400 235
24 4600 246
25 4800 256
26 5000 264
27 5200 278
28 5400 290
29 5600 308
30 5800 320
31 6000 339
32 6200 360
33 6400 375
34 6600 430
35 6800 484
36 7000 580
37 7200 734
19
4.1.3. Pengujian Bengkok Poros Roda Belakang Tzeng
Dari pengujian yang dilakukan, pada poros roda belakang Tzeng di
peroleh data pengujian sebagai berikut:
20
4.2. Contoh Perhitungan Data Pengujian
Data perhitungan yang diambil berdasarkan data nomor 2 s/d 6 pada poros
JW Parts dimana :
Diketahui :
D = 12 mm
L = 160 mm (Panjang tumpuan)
Ditanya E =…?
I = 1017,36 mm4
2. Mencari modulus elastisitas
a. F = 200, Y = 0,28
200 𝑥 1603
E = 48 𝑥 0,28 𝑥 1017,36
200 𝑥 4096000
= 13673,318
819200000
= 13673,318
= 59912,30512 N/mm2
b. F = 400, Y = 0,44
400 𝑥 1603
E = 48 𝑥 0,44 𝑥 1017,36
400 𝑥 4096000
= 21486,6432
1638400000
= 21486,6432
= 76252,02247 N/mm2
c. F = 600, Y = 0,58
600 𝑥 1603
E = 48 𝑥 0,58 𝑥 1017,36
600 𝑥 4096000
= 28323,3024
2475600000
= 28323,3024
= 87405,06192 N/mm2
21
d. F = 800, Y= 0,66
800 𝑥 1603
E = 48 𝑥 0,66 𝑥 1017,36
800 𝑥 4096000
= 32229,9648
3276800000
= 32229,9648
= 101669,4201 N/mm2
e. F= 1000, Y= 0,73
1000 𝑥 1603
E = 48 𝑥 0,73 𝑥 1017,36
1000 𝑥 4096000
= 35648,2944
4096000000
= 35648,2944
= 114900,3078 N/mm2
3. Mencari momen tahanan
𝜋
ω = 32 𝑑3
3,14
ω= 123
32
3,14
ω= 1728
32
ω = 0,098125 x 1728
ω = 169,56 mm3
22
4.3. Hasil Perhitungan
4.3.1. Hasil Perhitungan Poros JW Parts
Dari hasil perhitungan data pengujian diperoleh data sebagai berikut :
23
a. Gaya (F) Vs Defleksi (Y) Poros JW Parts
4500
4000
3500
3000
Gaya (F)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5 6
Defleksi Y (mm)
Dari grafik dapat disimpulkan bahwa dari gaya yang diberikan pada
permulaan grafik yakni dari gaya sebesar 200 N s/d 3600 N terjadi daerah
proporsional, dimana pertambahan gaya berbanding lurus dengan defleksi yang
terjadi, atau gaya yang diberikan tidak banyak mempengaruhi poros, dimana
defleksi yang terjadi masih diambang batas normal atau masih ada momen
tahanan balik, setelah gaya dinaikkan hingga mencapai 3600 N poros mengalami
defleksi yang besar yang menyebabkan poros kehilangan momen tahanan balik
sehingga, walaupun gaya tidak dinaikkan lagi tetapi, poros akan terus mengalami
defleksi.
24
b. Gaya (F) Vs Modulus Elastisitas (E) Poros JW Parts
4500
4000
3500
3000
Gaya F (N)
2600
2500
2000
1500
1000
500
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000
Modulus Elastisitas E (N/mm 2)
25
4.3.2. Hasil Perhitungan Poros Honda Genuine Parts
Dari hasil perhitungan data pengujian diperoleh daa sebagai berikut :
Table 5. Hasil perhitungan data pengujian bengkok poros Honda Genuine Parts
26
Momen Tahanan = 169,56
8000
7000
6000
5000
Gaya F (N)
4000
3000
2000
1000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Defleksi Y (mm)
Gambar 9. Grafik Gaya (F) Vs Defleksi (Y) Poros Honda Genuine Parts
Dari grafik dapat disimpulkan bahwa dari gaya yang diberikan pada
permulaan grafik yakni dari gaya sebesar 200 N s/d 6800 N terjadi daerah
proporsional, dimana pertambahan gaya berbanding lurus dengan defleksi yang
terjadi, atau gaya yang diberikan tidak banyak mempengaruhi poros, dimana
defleksi yang terjadi masih diambang batas normal atau masih ada momen
tahanan balik, setelah gaya dinaikkan hingga mencapai 6800 N poros mengalami
defleksi yang besar yang menyebabkan poros kehilangan momen tahanan balik
sehingga, walaupun gaya tidak dinaikkan lagi tetapi poros akan terus mengalami
defleksi.
27
b. Gaya (F) Vs Modulus Elastisitas (E) Honda Genuine Parts
8000
7000
6000
5000 5000
Gaya F (N)
4000
3000
2000
1000
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000
Modulus Elastisitas E (N/Mm2)
Gambar 10. Grafik Gaya (F) Vs Modulus Elastisitas (E) Honda Genuine Parts
28
4.3.3. Hasil Perhitungan Poros Tzeng
Dari hasil perhitungan data pengujian diperoleh daa sebagai berikut :
Table 6. Hasil perhitungan pengujian bengkok poros merek Tzeng
Modulus Elastisitas E
No Gaya F (N) Defleksi Y (mm)
(N/mm2)
1 0 0 0
2 200 0,3 59806,67725
3 400 0,4 89710,01588
4 600 0,52 103511,5568
5 800 0,62 115754,8592
6 1000 0,7 128157,1655
7 1200 0,81 132903,7272
8 1400 0,9 139548,9136
9 1600 0,99 144985,8842
10 1800 1,08 149516,6931
11 2000 1,2 149516,6931
12 2200 1,29 152993,8255
13 2400 1,43 150562,2644
14 2600 1,53 152448,393
15 2800 1,65 152235,1785
16 3000 1,77 152050,8744
17 3200 1,9 151090,5531
18 3400 2,07 147349,7845
19 3600 2,24 144176,8112
20 3800 2,43 140287,2676
21 4000 2,63 136441,0888
22 4200 2,87 131282,9501
23 4400 3,2 123351,2718
24 4600 3,53 116902,5703
25 4800 3,92 109848,999
26 5000 4,5 99677,79542
27 5200 5,16 90405,44236
28 5400 6,04 80204,31883
29 5600 7,6 66102,11696
30 5800 9,74 53420,74867
Momen Tahanan = 161,222515
29
a. Gaya (F) Vs Defleksi (Y) poros merek Tzeng
7000
6000
5000
Gaya F (N)
4000
3000
2000
1000
0
0 2 4 6 8 10 12
Defleksi Y (mm)
Gambar 11. Grafik Gaya (F) Vs Defleksi (Y) Poros Merek Tzeng
Dari grafik dapat disimpulkan bahwa dari gaya yang diberikan pada
permulaan grafik yakni dari gaya sebesar 200 N s/d 5400 N terjadi daerah
proporsional, dimana pertambahan gaya berbanding lurus dengan defleksi yang
terjadi, atau gaya yang diberikan tidak banyak mempengaruhi poros, dimana
defleksi yang terjadi masih diambang batas normal atau masih ada momen
tahanan balik, setelah gaya dinaikkan hingga mencapai 5400 N poros mengalami
defleksi yang besar yang menyebabkan poros kehilangan momen tahanan balik
sehingga, walaupun gaya tidak dinaikkan lagi tetapi poros akan terus mengalami
defleksi.
30
b. Gaya (F) Vs Modulus Elastisitas poros merek Tzeng
7000
6000
5000
Gaya F (N)
4000
3000
2200
2000
1000
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000
Modulus Elastisitas E (N/mm 2)
Gambar 12. Grafik Gaya (F) Vs Modulus Elastisitas poros merek Tzeng
31
4.4. Pembahasan
4.4.1. Analisa Perbandingan Grafik Gaya Vs Defleksi
12
10
9.74
Defleksi Y
8
(mm)(JW
7.6
Defleksi Y (mm)
7.34 Parts)
6 6.04
5.8
Defleksi Y
5.3 (mm)
4.84 (TZeng)
4 3.99
2.75 Defleksi Y
(mm)
2 (Honda
Genuine
Parts)
0
0 2000 4000 6000 8000
Gaya F (N)
Gambar 12. Grafik Perbandingan Gaya Vs Defleksi Poros Roda Belakang
Honda Genuine Parts,Tzeng dan JW Parts
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga poros yang diuji
pada saat diberikan gaya dari 200 N – 3600 N untuk ketiga poros masih memiliki
tahanan balik sehingga poros tidak mengalami defleksi yang besar atau masih
dalam tahap normal. Setelah diberi gaya melebihi 3600 N – 4000 N poros dengan
merek JW Parts tidak ada tahanan balik sehinga poros mengalami defleksi yang
sangat walaupun gaya tidak di naikkan. Sedangkan poros dengan merek Tzeng
masih memiliki tahanan balik pada gaya 4000 N – 5200 N, setelah gaya yang
diberikan melebihi 5200 N maka poros akan mengalami defleksi yang besar di
32
karenakan tidak ada tahanan balik dari poros yang menyebabkan defleksi yang
terjadi terus menerus walaupun gaya tidak dinaikkan lagi.
Pada poros Honda genuine parts gaya terbesar yang diberikan pada poros
ialah 7200 N, tetapi pada saat itu poros tidak ada momen tahanan balik lagi,
sehingga batas tahanan balik poros Honda genuine parts hanya mencapai 6800 N,
sehingga dapat disimpulkan bahwa, dari ketiga poros tersebut poros Honda
genuine parts memilliki kekuatan bengkok yang lebih besar yakni 7200 N.
Sedangkan poros merek Tzeng mampu menerima beban hingga 5800 N dan yang
memiliki kemampuan menerima beban yang paling kecil ialah poros dengan
merek ZW Parts.
33
4.4.2. Analisa Perbandingan Grafik Gaya Vs Modulus Elastisitas
180000
160000 158858.3801
152993.8255
modulus
140000 138831.2685 elastisias
Modulus Elasstisitas E (N/mm 2)
(JW Parts)
120000
modulus
100000 elastisitas
(TZeng)
80000 82277.38664
moduls
63303.56582 elastisitas
60000 (Honda
53420.74867 Genuine
Parts)
40000
20000
0
0 2000 4000 6000 8000
Gaya F (N)
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dengan melihat hasil penelitian dari ketiga poros tersebut, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Perbandingan dari hasil pengujian membuktikan bahwa poros roda
belakang genuine parts lebih kuat dari non genuine dengan perbedaan
kekuatan bengkok poros genuine 7200 N dengan batas modulus elastisitas
158858,3801 N/mm2, sedangkan non genuine merek JW parts kekuatan
bengkoknya 4000 N dengan batas modulus elastisitas 138831,2685 N/mm2
dan poros non genuine merek Tzeng kekuatan bengkoknya 5800 N
dengan batas modulus elastisitas 152993,8255 N/mm2.
2. Poros roda belakang non genuine merek Tzeng lebih kuat dari merek JW
parts karena kekuatan bengkoknya 5800 N sedangkan JW parts 4000 N
walaupun harganya lebih murah.
3. Untuk poros roda belakang non genuine harga tidak berbanding lurus
dengan kekuatan bahan terbukti merek Tzeng yang harganya lebih murah
mempunyai kekuatan bahan yang kuat dibandingkan dengan merek JW
parts yang relatif lebih mahal
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Masih terbuka kemungkinan penelitian lanjutan untuk menguji kekuatan
tarik dan puntir poros roda belakang.
2. Rekomendasi apabila tidak ada poros roda belakang yang genuine
disarankan menggunakan poros merek Tzeng.
35