Você está na página 1de 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN
ILEUS OBSTRUKTIF RUANG SERUNI
RST tk. II dr. SOEPRAOEN KOTA MALANG

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ILEUS

A. Pengertian
Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal
tidak terjadi. Ileus timbul saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar
kearah anal karena berbagai sebab baik karena faktor intrinsik maupun
ekstrinsik (mechanical obstruction) atau paralisis (non mechanical
obstruction atau pseudo ileus). (Moran, 2007; Hayanga, 2005; Wilson,
1999)
Ileus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi
usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik,
partial, atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinom dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi
justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan
gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat
bila penderita ingin tetap hidup. (NANDA Aplikasi, 2015)
Jadi, dapat disimpulkan ileus merupakan gangguan aliran isi usus
baik karena sumbatan pada usus ataupun ketidakmampuan usus dalam
melakukan peristaltic usus yang menyebabkan ketidakmampuan dalam
mengekskresikan sisa-sisa metabolisme melalui anus secara normal.
Ileus diklasifikasikan dalam dua tipe.
1. Ileus obstruksi (Mekanis)
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus
karena adanya sumbatan mekanik yang tidak mampu diatasi oleh
peristaltik usus sehingga terjadi penekanan atau kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus
tersebut.
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik
dibedakan menjadi 2, antara lain:
a. Ileus obstruktif letak tinggi: obstruksi mengenai usus halus
(dari gaster sampai ileum terminal).
b. Ileus obstruktif letak rendah: obstruksi mengenai usus besar
(dari ileum terminal sampairectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3
berdasarkan stadiumnya, antara lain :
a. Obstruksi sebagian (partial obstruction): obstruksi terjadi
sebagian sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat
flatus dan defekasi sedikit.
2. Ileus paralitik (Neurologik/fungsional)
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus
gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk
menyalurkan isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya
peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik yang mengakibatkan
ketidakmampuan menyalurkan isi usus. Ileus paralitik bukan
merupakan penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai
penyakit primer, tindakan operasi yang berhubungan dengan rongga
perut, toksin dan obat-obatan yang dapat memengaruhi kontraksi otot
polos usus.

B. Etiologi
Tabel 1. Penyebab ileus obstruktif (Ansari, 2007)

Lokasi Penyebab

Tumor (umumnya di kolon kiri), divertikulitis


(umumnya di kolon sigmoid), volvulus di sigmoid
Kolon atau

sekum, fekalit, penyakit Hirschprung.

Kanker di duodenum atau kanker kepala


Duodenum
pankreas, ulkus.
Dewasa

Neonatus Atresia, volvulus, adhesi

Hernia, adhesi (paling sering), tumor, benda


Jejenum dan ileum asing, divertikulum Meckel, penyakit Crohn

Dewasa (jarang), ascariasis, volvulus, intususepsi karena


tumor (jarang)

Neonatus Ileus mekonium, volvulus, atresia, intususepsi

1. Perlengketan/Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi
adalah pita-pita jaringan fibrosa yang sering menyebabkan obstruksi
usus halus pasca bedah setelah operasi abdomen. Risiko terjadinya
adhesi menimbulkan gejala obstruksi pada anak belum diteliti dengan
baik, tetapi sering terjadi pada 2-3% penderita setelah operasi
abdomen.
Sebagian besar obstruksi disertai oleh adhesi dan dapat terjadi
setiap waktu setelah minggu kedua pasca bedah. Adhesi dapat berupa
perlengketan yang bentuk tunggal maupun multiple (perlengketan yang
lebih dari satu) yang setempat maupun luas. Pada operasi, perlengketan
dilepaskan dalam bentuk pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan
dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali. Adhesi yang
kambuhan akan menjadi masalah besar. Setelah berulang tiga kali,
risiko kambuh akan menjadi 50%. Pada kasus seperti ini, diadakan
pendekatan konservatif sebab walaupun pembedahan akan menberikan
pasase, kemungkinan besar obstruksi usus akibat adhesi akan kambuh
dalam waktu singkat.
2. Hernia Inkarserata
Bila terdapat suatu defek pada dinding rongga perut, maka akibat
tekanan intraabdominal yang meninggi, suatu alat tubuh dapat
terdorong keluar melalui defek itu. Misalnya : sebagian lambung dapat
terdesak keluar ke rongga perut melalui suatu defek pada diafragma
masuk ke dalam rongga dada. Hernia yang tidak tampak dari luar
disebut “internal hernia”. Ditemukan lebih banyak “ekterna hernia”,
yaitu yang tampak dari luar seperti hernia umbilical, hernia inguinal,
dan hernia femoral.
Jika liang hernia cukup besar maka isi usus dapat didorong masuk
lagi dan disebut reponibel, jika tidak dapat masuk lagi disebut
incarcerata. Pada keadaan ini terjadi bendungan pembuluh-pembuluh
darah yang disebut dengan strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi
darah akan terjadi kematian jaringan setempat yang disebut infark.
Hernia yang menunjukkan strangulasi pembuluh darah dan tanda-tanda
incarcerata akan menimbulkan gejala-gejala ileus.
3. Pankreas anulare
Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di duodenum
bagian duodenum bagian kedua. Gejala dan tanda sama seperti pada
atresia atau malrotasi usus. Pankreas anulare merupakan kelainan
kongenital yang jarang ditemukan. Penyakit ini disebabkan oleh
kelainan pada perkembangan bakal pankreas sehingga tonjolan dorsal
dan ventral melingkari duodenum bagian kedua akibat tidak
lengkapnya pergeseran bagian ventral. Keadaan ini menyebabkan
obstruksi duodenum dan kadang disertai atresia juga. Penyakit ini pada
awalnya sering tidak ditemukan gejala dan baru ditemukan pada saat
dewasa.
4. Invaginasi
Disebut juga “intussusceptio”. Biasanya pada anak, bagian oral
(proksimal) usus menerobos masuk ke dalam rongga bagian anal
(distal) seperti suatu teleskop. Ada beberapa jenis bergantung pada
lokasinya:
a. Enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus
b. Entero-colics : ileum masuk ke dalam coecum atau colon, jenis ini
paling sering ditemukan
c. Colica: usus besar masuk ke dalam usus besar
d. Prolapsus ani : rektum keluar melalui anus
Bagian dalam disebut intussusceptium, sedang bagian luar yang
melingkarinya intussusceptum. Mesentrium yang mengandung
pembuluh darah intussusceptium akan ikut tertarik dan pembuluh darah
akan terjepit hingga terjadi gejala-gejala ileus. Penyebab terjadinya
pada anak-anak adalah ketidakseimbangan kontraksi otot usus-usus,
adanya jaringan limfoid yang berlebihan (terutama sekitar perbatasan
bagian ileo-cekal) dan antiperistaltik kolon melawan peristaltik ileum.
Pada orang dewasa disebabkan karena adanya dinding tumor yang
menonjol/bertangkai (polip) dan oleh gerakan peristaltik didorong ke
bagian distal dan dalam gerakan ini dinding usus ikut tertarik.
5. Volvulus
Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan. Disebut pula
dengan torsi dan merupakan pemutaran usus dengan mesenterium
sebagai poros. Usus melilit/memutar sampai 180-360 derajat. Volvulus
dapat disebabkan oleh mesentrium yang terlalu panjang, yang
merupakan kelainan kongenital pada usus halus, pada obstisipasi yang
menahun, terutama pada sigmoid, pada hernia inkarcerata, usus dalam
kantong hernia menunjukkan tanda-tanda torsi; pada tumor dalam
dinding usus atau tumor dalam mesentrium. Akibat volvulus terjadi
gejala-gejala strangulasi pembuluh darah dengan infark dan gejala-
gejala ileus.
6. Kelainan kongenital
Setiap cacat bawaan pada usus berupa stenosis atau atresia dari
sebagian saluran cerna akan menyebabkan obstruksi setelah bayi mulai
menyusui. Kelainan-kelainan ini disebabkan oleh tidak sempurnanya
kanalisasi saluran pencernaan dalam perkembangan embrional dan
keadaan ini dapat terjadi pada usus dimana saja. Atresi ialah buntu
sama sekali dengan tanda-tanda obstruksi total sedangkan stenosis
hanya merupakan penyempitan dengan gejala-gejala obstruksi yang
tidak total
7. Atresia usus
Gangguan pasase usus yang kongenital dapat berbentuk stenosis
dan atresia, yang dapat disebabkan oleh kegagalan rekanalisasi pada
waktu janin berusia 6-7 minggu. Kelainan bawaan ini dapat juga
disebabkan oleh gangguan aliran darah lokal pada sebahagian dinding
usus akibat desakan, invaginasi, volvulus, jepitan, atau perforasi usus
masa janin. Daerah usus yang tersering mengalaminya adalah usus
halus. Stenosis dapat juga terjadi karena penekanan, misalnya oleh
pankreas anulare dan dapat berupa atresia.
8. Radang kronik
Setiap radang kronik, terutama morbus Crohn, dapat menyebabkan
obstruksi karena udem, hipertrofi, dan fibrosis yang biasanya terjadi
pada penyakit kronik.
9. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum.
Obstruksi usus oleh cacing askariasis paling sering ditemukan pada
anak karena hygiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang-
ulang dan usus halus pada anak-anak lebih sempit daripada usus halus
orang dewasa sedangkan ukuran cacing sama besar. Obstruksi
umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat yang terdiri dari sisa
makanan dan puluhan ekor cacing yang mati akibat pemberian obat
cacing.
10. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi. Kebanyakan tumor jinak di
usus halus tidak menimbulkan gangguan yang berarti selama hidup.
Kadang-kadang gejalanya tidak jelas atau tidak khas, sehingga
kelainan tidak terdeteksi kecuali apabila ada penyulit. Tumor usus
halus dapat menimbulkan komplikasi, pendarahan, dan obstruksi.
Obstruksi dapat disebabkan oleh tumornya sendiri ataupun secara tidak
langsung oleh invaginasi.
11. Tumpukan sisa makanan
Obstruksi usus halus akibat bahan makanan ditemukan pada orang
yang pernah mengalami operasi pengangkatan sebagian atau penuh
dari perut (gastrektomi). Obstruksi biasanya terjadi pada daerah
anastomosis. Obstruksi lain, yang jarang ditemukan, dapat terjadi
setelah makan banyak sekali buah-buahan yang mengandung banyak
serat yang menyebabkan obstruksi di ileum terminal, seperti serat buah
jeruk atau biji banyak yang ditelan sekaligus dengan buah tertentu
yang berinti.
12. Divertikulum meckel
Divertikulum meckel adalah sisa dari kantung telur embrional yang
juga disebut ductus omphalo-mesentricus yang dalam kehidupan fetal
menghubungkan pusat (umbilicus) dengan usus. Pada orang dewasa
terletak pada ileum lebih kurang 100 cm proksimal perbatasan ileo-
cekal, sedangkan pada anak-anak lebih kurang 40 cm. Jika hubungan
antara umblikus dan usus (ductus omphalo-mesentricus) tidak
menghilang, dapat terjadi fistula pada pusat yang mengeluarkan isi
usus. Bila hanya sebagian yang menghilang dan ditengah-tengah tetap,
maka akan dapat terbentuk suatu kista. Bila tidak menghilang
sempurna, maka sisanya menyerupai tali yang padat, yang dapat
mengakibatkan terbelitnya usus pada tali itu (strangulasi).
13. Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus bagian
bawah yang paling sering terjadi pada neonatus. Penyakit
Hirschsprung terjadi akibat tidak adanya sel ganglion pada dinding
usus atau terjadinya kelainan inervasi usus, yang dimulai dari anus dan
meluas ke proksimal. Gejala-gejala klinis penyakit Hirschsprung
biasanya mulai pada saat lahir dengan terlambatnya pengeluaran tinja
(mekonium). Kegagalan mengeluarkan tinja menyebabkan dilatasi
bagian proksimal usus besar dan perut menjadi kembung. Karena usus
besar melebar, tekanan di dalam lumen meningkat, mengakibatkan
aliran darah menurun dan perintang mukosa terganggu Statis
memungkinkan proliferasi bakteri, sehingga dapat menyebabkan
enterokolitis (Clostridium difficile dan Staphlococcos aureus) dengan
disertai sepsis dan tanda-tanda obstruksi usus besar
14. Bezoar
Istilah bezoar merupakan suatu akumulasi benda-benda asing
eksogen di dalam lambung atau usus yang merupakan penyebab ileus
obstruktif pada usus halus.35,42 Bezoar dibedakan menurut
komposisinya. Laktobezoar mengandung kasein atau kalsium yang
tinggi. Laktobezoar ditemukan pada bayi-bayi prematur yang
mengkonsumsi susu formula bayi yang kaya kasein/kalsium.
Phytobezoar adalah jenis yang paling umum dari bezoar yang
merupakan akumulasi serat sayur-sayuran dan buah-buahan yang tidak
dapat dicerna. Phytobezoar terdiri dari selulosa, tanin, dan lignin yang
di cerna pada saat mengkonsumsi makanan

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada ileus obstruktif adalah sebagai berikut;
1. Nyeri perut yang bersifat kolik
2. Mual dan muntah
3. Perut kembung ( distensi ) disertai konstipasi
4. Ditemukan darm kontur (gambaran usus) dan darm steifung (gambaran
peristaltik usus)
5. Bising usus meningkat
6. Pada pemeriksaan foto : ditemukan gambaran Harring bone
appearance atau step leader fenomena
Tanda dan gejala pada ileus paralitik adalah sebagai berikut;
1. Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri (kolik)
2. Mual dan mutah
3. Tak dapat defekasi dan flatus, sedikitnya 24 – 48 jam
4. Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans muskuler
5. Bising usus menghilang
6. Gambaran radiologis : semua usus menggembung berisi udara
D. Pohon masalah
(terlampir)

E. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada
urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan
adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukos it normal atau sediki t
meningkat , jika sudah tinggi kemungkinan sudah ter jadi peritonitis.
Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnose
ileus obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar
mendatar. Posisi datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap
tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak obstruksi. Secara
normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus
biasanya tidak tampak.
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple
air fluid level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada
obstruksi usus halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi
usus yang terbatas dengan gambaran haustra, kadang-kadang gambaran
massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang mengalami
distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen.
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif
dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
foto abdomen ini antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
a. Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal
junction) dankolaps usus di bagian distal sumbatan.
b. Coil spring appearance
c. Herring bone appearance
d. Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah:
a. Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
b. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada
tepi abdomen
c. Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada
ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang
menyeluruhdari gaster sampai rectum.

Gambar 1. Ileus Obstruktif. Tampak coil spring dan herring bone


appearance

Gambar 2. Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan


F. Penatalaksanaan medis
1. Penatalaksanaan medis pada pasien dengan ileus obstruktif
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi
biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-
kadang suatu penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.
a. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah,
mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen
(dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga
resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.
Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi.
Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif.
b. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata
Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
c. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
dan elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan
harus memberikan kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca
bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
2. Penatalaksanaan medis pada pasien dengan ileus paralitik
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif.
Tindakannya berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit, mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi
yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik
(simpatolitik) atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba, ternyata
hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan
pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal tube). Pemberian
cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya
diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip pemberian nutrisi
parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid
bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus
paralitik pasca-operasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk
mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan. Neostigmin sering
diberikan pada pasn ileus paralitik pasca operasi. Bila bising usu sudah
mulai ada dapat dilakukan test feeding, bila tidak ada retensi,dapat
dimulai dengan diit cair kemudian disesuaikan sejalan dengan
toleransi ususnya

G. Pengkajian keperawatan
Menurut Doenges (2000), pengkajian pada pasien dengan ileus
adalah sebagai berikut;
1. Akting/istirahat
Data obyektif: Kelemahan, malas, cepat lelah, insomania, tidak tidur
semalaman, karena diare, merasa gelisah, ansietas. Pembatasan
aktivitas s/d efek proses penyakit
2. Sirkulasi
a. Data obyektif: Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi,
proses inflamasi dan nyeri) Kemerahan, area ekimosis, tekanan
darah, hipotensi, termasuk postural. Turgor buruk, kering, lidah
pecah-pecah (dehidrasi malnutrisi).
b. Data subyektif: menolak, perhatian menyempit, depresi.
3. Eliminasi
a. Data obyektif: tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai
bau/berair. Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang
timbul, sering tak dapat dikontrol. Perdarahan per rektal
Riwayat batu ginjal
a. Data subyektif: menurunnya bising usus, tak ada peristaltic Oliguri,
hemoroid fisura anal (25%) fistula per anal
4. Makanan/cairan
a. Data subyektif: anoreksia, mual, muntah, penurunan BB, tidak
toleran terhadap diet/sensitive
b. Data obyektif: penurunan lemah sub kutan/masa otot, kelemahan,
tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, luka,
inflamasi rongga mulut.
5. Higiene
a. Data obyektif: ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Stomatis
Bau badan
6. Nyeri/kenyamanan
a. Data obyektif: nyeri tekan kuadran kiri bawah, tidak nyeri
berpindah, nyeri tekan (artritis), nyeri mata, fotophobia
b. Data subyektif: nyeri tekan abdomen/deistensi
7. Keamanan
a. Data subyektif: Riwayat lupus eritematosus, anemia hermolitik,
vaskulitik, artritis, peningkatan suhu 39°-40° (eksaserbasi akut),
penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/produk susu
b. Data objektif: lesi akut, ankilosa spondilatis, uveitis, konjugtivitis,
iritis
8. Seksualitas
a. Data obyektif: Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
9. Interaksi sosial
a. Data obyektif: masalah hubungan/peran sehubungan dengan
kondisi ketidakmampuan aktivitas dalam sosial.
10. Penyuluhan/pembelajaran
a. Data obyektif: riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus.

H. Diagnosa keperawatan
Menurut NANDA Internasional (2015-2017), diagnosa
keperawatan pada pasien dengan ileus adalah sebagai berikut;

1. Disfungsi motilitas gastrointestinal


Batasan Karakteristik:
a. Akselerasi pengosongan lambung
b. Diare
c. Distensi abdomen
d. Feses kering, keras
e. Kesulitan mengeluarkan feses
f. Kram abdomen
g. Mual
h. Muntah
i. Nyeri abdomen
j. Peningkatan residu lambung
k. Perubahan bising usus
l. Regurgitasi
m. Residu lambung berwarna empedu
n. Tidak flatus
Factor yang berhubungan
a. Ansietas
b. Gaya kurang gerak
c. Imobilitas
d. Intoleransi makanan
e. Malnutrisi
f. Memakan kontaminan (mis., radioaktif, makanan, air)
g. Pemberian makanan enteral
h. Penuaan
i. Prematuritas
Program pengobatan
I. Rencana keperawatan
Diagnose Kriteria Hasil NIC
NOC
Disfungsi motilitas NOC Label: Bowel NIC Label: Bowel
gastrointestinal b.d Elimination Management
ketidakmampuan a. Pola eliminasi a. Catat tanggal
peristaltic usus tidak terganggu buang air besar
b. Control gerakan terakhir
usus tidak b. Monitor buang
terganggu air besar
c. Warna feses termasuk
tidak terganggu frekuensi,
d. Jumlah feses konsistensi,
untuk diet tidak bentuk, volume,
terganggu dan warna,
e. Feses lembut dengan cara
dan berbentuk yang tepat
f. Kemudahan c. Monitor bising
BAB tidak usus
terganggu d. Lapor
g. Tekanan sfingter peningkatan
tidak terganggu frekuensi
h. Otot untuk dan/atau bising
mengeluarkan usus bernada
feses tidak tinggi
terganggu e. Lapor
i. Pengeluaran berkurangnya
feses tanpa bising usus
bantuan f. Monitor adanya
j. Suara bising tanda dan gejala
usus diare, konstipasi,
k. Tidak ada lemak dan impaksi
dalam feses g. Masukkan
l. Tidak ada darah supositoria rektal
dalam feses sesuai dengan
m. Tidak ada mucus kebutuhan
dalam feses h. Mendorong
n. Tidak ada penurunuan
konstipasi makanan
o. Tidak ada diare pembentuk gas,
p. Tidak ada nyeri yang sesuai
pada saat BAB i. Dapatkan guaiac
untuk
Noc Label: [melancarkan]
gastrointestinal feses, dengan
function cara yang tepat
a. Toleransi
[terhadap NIC Label:
makanan] tidak Gastrointestinal
terganggu Intubation
b. Nafsu makanan a. Pilih jenis dan
tidak terganggu ukuran selang
c. Waktu nasogastric
pengosongan dengan
lambung tidak mempertimbang
terganggu kan penggunaan
d. Frekuensi BAB dan rasionalisasi
tidak terganggu dilakukannya
e. Warna feses penyisispan
tidak terganggu b. Jelaskan kepada
f. Konsistensi pasien dan
feses tidak keluarga
terganggu mengenai alasan
g. Jumlah feses menggunakan
tidak terganggu selang
h. Bising usus gastrointestinal
tidak terganggu c. Masukkan
i. Warna cairan selang sesuai
lambung tidak dengan protocol
terganggu institusi
j. Jumlah residu d. Berikan pasien
cairan lambung segelas air atau
ketika aspirasi kepingan es
tidak terganggu untuk menelan
k. pH cairan selama
lambung tidak penyisipan
terganggu [dilakukan]
l. Serum albumin e. Posisikan pasien
tidak terganggu di sisi kanan
m. Hematokrit tidak untuk
terganggu memfasilitasi
n. Glukosa darah pergerakan
tidak terganggu selang ke [arah]
o. Tidak ada duodenum
distensi perut f. Berikan obat-
p. Tidak ada mual obatan yang
q. Tidak ada dapat
muntah meningkatkan
r. Tidak ada peristaltic usus
Konstipasi Tentukan penempatan
Tidak ada diare selang yang benar
dengan mengamati
tanda dan gejala
[selang] masuk ke
trakea, memeriksa
warna dan/atau tingat
pH aspirasi, memeriksa
rongga mulut, dan/atau
mencatat penempatan
film x-ray, jika
diperlukan

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016.
Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier
Global Rights.

Herman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis


Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing


Outcomes Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global
Rights.

Mubarak, W.I. Indrawati, Lilis Susanto, J. 2015. Buku Ajar Ilmu


Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha


Medika

Potter, Patricia. A. 1996. Pengkajian Kesehatan Ed. 3. Jakarta : EGC.

Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “Dokumentasi


Evaluasi”. (Online). Available at
https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-
evaluasi-keperawatan. Diunduh pada 1 September 2016.

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.

Você também pode gostar