Você está na página 1de 4

Anatomi Pembuluh Darah Hidung

Hidung diperdarahi oleh arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna. Bagian atas
rongga hidung diperdarahi oleh arteri etmoidalis anterior dan posterior yang merupakan
cabang dari arteri oftalmika dan arteri karotis interna. Bagian bawah rongga hidung
diperdarahi oleh cabang arteri maksilaris interna, diantaranya yaitu ujung arteri palatina
mayor dan arteri sphenopalatina. Bagian depan hidung diperdarahi oleh cabang dari arteri
fasialis.

Pleksus Kiesselbach merupakan anastomosis dari arteri etmoidalis anterior, arteri


palatina mayor, arteri sphenopalatina, dan arteri labialis superior yang terletak di anterior
rongga hidung. Pleksus Kiesselbach letaknya superficial dan tidak terlindungi sehingga
mudah cedera karena trauma. Lebih dari 90% kasus epistaksis terjadi akibat perdarahan di
pleksus Kiesselbach atau sering disebut Little’s area di septum nasal.

Perdarahan posterior berasal dari pleksus Woodruff yang terletak di rongga hidung
bagian belakang atas atau konka media yang merupakan anastomosis dari arteri
sphenopalatina dan arteri etmoidalis posterior(Gifford & Orlandi, 2008).
Pemeriksaan Penunjang pada OMSK

Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.


Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara
ditelinga tengah.

Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli
sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui
membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang
secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi
dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian
ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan
(audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata
kehilangan intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang
ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut
ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran:
Normal: -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan: 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang: 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat: 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat: 71 dB sampai 90 dB
Tuli total: lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.
Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian
tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan
manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk melakukan
evaluasi ini, observasi berikut bias membantu:

1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50
dB apabila disertai perforasi.
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran di belakang membran yang masih utuh
menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan
hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah. Pemeriksaan audiologi pada
OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengaran dengan menggunakan garpu tala
dan test Barani. Audiometri tutur dengan masking adalah dianjurkan, terutama pada
tuli konduktif bilateral dan tuli campur (Boesoirie S, 2007).

Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai
diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan
radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan
pneumatisasi leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi
tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom Proyeksi radiografi yang
sekarang biasa digunakan adalah:
1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah
lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus
lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat
membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan
tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah
kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan
yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis
semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.
4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.
Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada
keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan
adanya penyakit mastoid.

Bakteriologi

Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut,
bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada
otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus
pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E.
Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. Infeksi telinga
biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal, adenoid atau faring.
Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus, atau hemofilius
influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak berbeda. Karena adanya perforasi membran
timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi (Ballenger JJ,
1997).

Você também pode gostar