Você está na página 1de 3

 Bakteri Simbiotik dalam Sitoplasma Paramaecium.

Reproduksi aseksual Paramaecium terjadi melalui pembelahan sel untuk


menghasilkan klon dari sel yang identik secara genetik. Dalam tahap seksual, Paramaecium
melakukan konjugasi secara berkala dan menyalurkan materi genetik dari satu sel ke sel yang
lain. Paramaecium dan silia lainnya memiliki dua macam nukleus yaitu sebuah
makronukleus vegetatif yang berukuran besar dan sebuah makronukleus yang berukuran
kecil.
T. M. Sonneborn dan ahli lainnya telah melakukan penyelidikan terhadap efek
ekstranuklear terus menerus pada Paramaecium. Paramaecium dari galur yang mampu
menghasilkan zat beracun disebut “killers (pembunuh)”. Killers kemudian diamati secara
mikroskopik dan “partikel” yang disebut “kappa” ditemukan dalam jumlah yang tidak
terduga. Partikel tersebut terbukti merupakan bakteri simbiotik, yang diberi nama
Caedobacter taeniospiralis (bakteri pembunuh dengan pita spiral).
Bakteri kappa tersebut memiliki sebuah protein refraksi mengandung tubuh “R” dan
disebut “brights (cemerlang)”, karena mereka telah terinfeksi oleh sebuah virus yang
mengatur pembentukan protein virus. Virus tersebut beracun terhadap Paramaecium sensitif
tetapi tidak beracun pada bakteri “nonbright”. Bakteri kappa diabadikan hanya dalam
organisme yang membawa nuclear allele K dominan, yang menetapkan kebutuhan
lingkungan bagi bakteri untuk melakukan reproduksi. Kappa tidak bisa melakukan reproduksi
di dalam sel kecuali sebuah allele K terdapat di dalam nukleus. Pada kondisi tertentu,
konjugasi berlangsung lebih lama; sebuah hubungan yang lebih besar terjadi antara konjugan
dan sitoplasma sebagaimana gen nuklear telah ditukar.

PLASMID DNA DAN TRANSFORMASI TUMOR


Molekul DNA ekstrakromosomal yang bereplikasi sendiri and mengatur dirinya
sendiri dalam sitoplasma sel tumbuhan disebut plasmid. Sebuah plasmid bernama Ti (tumor-
inducing) membuat sebuah rantai DNA yang merubah sel dari tumbuhan dikotil menjadi sel
tumor. Perubahan tumor berhubungan dengan penyakit kepala empedu. Penyakit ini,
dimanifestasikan sebagai pertumbuhan bulat atau empedu, yang diinduksi oleh bakteri
Agrobacterium tumefaciens.
Sebuah pecahan dari plasmid Ti yang dibawa oleh bakteri telah dikombinasi dengan
sebuah segmen DNA dari sebuah sel tumbuhan yang terinfeksi. Gen yang dibawa oleh
plasmid, sekarang terintegrasi menjadi sel tumbuhan, kode bagi enzim yang mempromosikan
tumor pertumbuhan secara berkesinambungan dan tidak terkontrol, yang memperpanjang dari
empedu bakteri yang terinduksi.

KEMANDULAN SITOPLASMA JANTAN PADA TANAMAN


Salah satu contoh pewarisan sitoplasma berhubungan dengan kegagalan polinasi. Ini
terjadi pada banyak tumbuhan berbunga dan hasilnya dalam kemandulan jantan. Kemandulan
jantan memiliki kepentingan praktikal ketika disilangkan dalam skala besar untuk
menghasilkan biji hibrida.
 Kemandulan Jantan dalam sebuah Penyerbukan Silang Tanaman
Pewarisan dari kemandulan jantan adalah dari ibu, terlepas dari tujuan persilangan
dilakukan. Efek sitoplasma bukan satu-satunya faktor dalam kemandulan jantan. Gen nuklear
yang spesifik sekarang telah diketahui untuk menekan pewarisan kemandulan pada jagung.
 Bahaya dari Keseragaman
Sebuah mutan baru dari jamur Helminthosporium maydis menjadi patogen virulen
pada sebuah jagung hibrida jenis khusus. Ini terutama merusak jagung dengan
sitoplasma (T) jantan mandul. Masih ras yang lain dari H. maydis yang mungkin
muncul, atau salah satu dari penyakit yang menyerang jagung dapat menjadi sebuah
ancaman pada tingginya keberagaman jagung hibrida dengan sitoplasma T jantan
mandul.

EFEK MATERNAL
Potensi tertentu dari telur diketahui ditentukan sebelum fertilisasi, dan, dalam
beberapa kasus, ini telah dipengaruhi oleh lingkungan ibu di sekitarnya. Prederteminasi
seperti itu oleh gen ibu, dan bukan pada keturunan, disebut efek maternal. Keberadaan efek
maternal biasanya dibuktikan atau dibantah oleh persilangan timbal balik.
 Efek maternal pada Cangkang Keong Melingkar
Beberapa galur dari keong spesies Limnaea peregra memiliki cangkang dextral, yang
mana melingkar ke kanan; yang lain memiliki cangkang sinistral, yang mana
melingkar ke kiri. Karakteristik ini ditentukan oleh genotip dari ibu daripada oleh
gen-gen dari keong yang berkembang. Alel s+ untuk mengarahkan pelingkaran ke
kanan lebih dominan dariapada alel s untuk mengarahkan pelingkaran ke kiri.
 Efek Maternal pada Drosophila
Lalat Drosophila dikelompokkan dan dipilih untuk pertumbuhan kepala abnormal selama
beberapa tahun. Proporsi lalat yang mengekspresikan sifat tersebut, yang diberi nama "kepala
tumor" meningkat menjadi sekitar 76 persen pada suhu 220C ketika lalat dinaikkan pada
medium tepung jagung dan molase. Saat persilangan timbal balik dilakukan, efek maternal
ditunjukkan.

Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan bakteri simbiotik?
2. Apa yang dimaksud dengan efek maternal?
Jawaban:
1. Paramaecium dari galur yang mampu menghasilkan zat beracun yang disebut “killers
(pembunuh)” yang kemudian diamati secara mikroskopik dan ditemukan “partikel”
yang disebut “kappa” dalam jumlah yang tidak terduga. Partikel tersebut terbukti
merupakan bakteri simbiotik, yang diberi nama Caedobacter taeniospiralis (bakteri
pembunuh dengan pita spiral).
2. Potensi tertentu dari telur yang ditentukan sebelum fertilisasi, dan, dalam beberapa
kasus, ini telah dipengaruhi oleh lingkungan ibu di sekitarnya. Prederteminasi seperti
itu oleh gen ibu, dan bukan pada keturunan, disebut efek maternal. Keberadaan efek
maternal biasanya dibuktikan atau dibantah oleh persilangan timbal balik.

Você também pode gostar