Você está na página 1de 31

A.

Konsep medis
1. Definisi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu penyakit
perbesaran atau hipertrofi dari prostat. Kata-kata hipertrofi seringkali
menimbulkan kontroversi di kalangan klinik karena sering rancu
dengan hiperplasia. Hipertrofi bermakna bahwa dari segi kualitas
terjadi pembesaran sel, namun tidak tidak diikuti oleh jumlah
(kuantitas). Namun,hiperplasia merupakan pembesaran ukuran sel
(kualitas) dan diikuti oleh penambahan jumlah sel (kuantitas). BPH
seringkali menyebabkan gangguan dalam eliminasi urine karena
pembesaran prostat yang cenderung kearah depan/menekan vesika
urinaria.
Hiperplasia noduler ditemukan pada sekitar 20% laki-laki dengan
usia 40 tahun,meningkat 70% pada usia 60 tahun dan menjadi 90%
pada usia 70 tahun. Pembesaran ini bukan merupakan kanker prostat,
karena konsep BPH dan karsinoma prostat berbeda. Secara anatomis,
sebenarnya kelenjer prostat merupakan kelenjer ejakulat yang
membantu menyemprotkan sperma dari saluran (ductus). Pada waktu
melakukan ejakulasi, Secara fisiologi prostat membesar untuk
mencegah urine dari vesika urinaria melewati uretra. Namun,
pembesaran prostat yang terus menerus akan berdampak pada
obstruksi saluran kencing.
2. Etiologi
Penyebab pastinya belum diketahui secara pasti dari hiperplasia
prostat, namun faktor usia dan hormonal menjadi predisposisi terjadi
BPH. Beberapa menyebutkan bahwa hiperplasia prostat sangat erat
kaitannya dengan :
1) Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat
mengalami hiperplasi.
2) Perubahan keseimbangan hormone estrogen-testoteron
pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan
hormone ekstrogen dan penurunan testosteron yang
mengakibatkan hiperpalsi stoma.
3) Berkurangnya sel yang mati
Esktrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan
lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
4) Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel
transit (Roger Kirby, 1994 : 38).
3. Patofisiologi
Penyebab terjadinya BHP adalah dikarenakan perubahan
keseimbangan antara hormonal testosteron dan estrogen. Perubahan
ini terjadi karena testosteron bebas masuk kedalam sel prostat
melewati membran sel langsung masuk ke dalam sitoplasma. Di dalam
sel testosteron di reduksi oleh enzim 5a reduktase menjadi
dehidratestosteron yang kemudian diikat oleh reseptor dalam
sitoplasma sel prostat sehingga mempengaruhi inti sel (RNA) yang
menyebabkan proliferasi sel, interaksi sel epitel dan stroma, inflamasi,
selain itu proses penuaan juga dapat menimbulkan ketidakseimbangan
sehingga terjadi hiperplasia pada epitel dan stroma pada kelenjar
prostat.
Jika terjadi pembesaran prostat maka dapat meluas kekandungan
kemih. Sehingga akan terjadi penyempitan lumen uretra pars prostatika
dan akhirnya akan menghambat aliran urine. Karena aliran urine
terhambat maka akan terjadi pembendungan pada vesika urinaria yang
dapat meningkatkan tekanan pada intravesikel yang menyebabkan
peningkatan kontraksi otot detrusor dan buli-buli (kandung kemih).
Jika peningkatan kontraksi terjadi secara terus menerus akan
menyebabkan hipertrofi pada otot detrusor, trabekulasi, selula, sekula,
dan diventrivel buli –buli sehingga dapat menyebkan LUTS (Lower
Urinary Track Syndrome) atau sindrom saluran kemih bagian bawah
yang ditandai dengan gejala obstruktif dan gejala iritatif. Pada gejala
obstruktifberupa intermition (miksi terputus), Hesistensi (harus
menunggu pada permulaan miksi). Pencarian miksi yang lemah, BAK
tidak puas dan pada gejala iritatif yang berupa argensi dan frekuensi
BAK sering.
Pada saat peningkatan kontraksi otot detrusordan buli-buli akan
terjadi kontraksi otot supra pubik sehingga terjadi tekanan mekanis
yang akan merangsang nosiseptor pada medula spinalis. Kemudian
terjadi sistem aktivitas retikular pada hipotalamus dan sistem limbik
kemudian di bawah ke otak pada korteks somatosensorik dan akan
terjadi persepsi nyeri.
Selain itu, bendungan vesika urinaria akan menyebabkan statis
urin kondisi dimana kandung kemi tidak dapat mengosongkan urin dan
tertinggal di kandung kemih sehingga menjadi media berkembangnya
patogen.
Salah satu upayah pengobatan pada penderita BPH adalah tindakan
pembedahan. Kurang terpapar informasi mengenai prosedur
pembedahan dapat mengakibatkan ancaman kematian dan kritis
situasional. Dan pada saat dilakukan tindakan infasif dapat
menyebabkan perdarahan karena tidak terkontrol dan akan kehilangan
cairan berlebih.
4. Penatalaksanaan
Penyakit BPH merupakan penyakit bedah, sehingga terapi bersifat
simptomatis untuk mengurangi tanda dan gejala yang diakibatkan oleh
obstruksi pada saluran kemih. Terapi simptomatis ditujukan untuk
merelaksasi otot polos prostat atau dengan menurunkan kadar
hormonal yang mempengaruhi pembesaran prostat, sehingga obstruksi
akan berkurang. Jika keluhan masih bersifat ringan, maka observasi
diperlukan dengan pengobatan simptomatis untuk mengevaluasi
perkembangan klien. Namun, jika telah terjadi obstruksi/retensi urine,
infeksi, vesikolithiasis, insufisiensi ginjal, maka harus dilakukan
pembedahan.
1) Terapi simptomatis
Pemberian obat golongan reseptor alfa-adrenergik inhibitor
mampu merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih
akan lebih terbuka. Obat golongan 5-alfa-reduktase inhibitor
mampu menurunkan kadar dehidrotestoteron intraprostat,
sehingga dengan turunnya kadar testosterone dalam plasma
maka prostat akan mengecil. (Schwartz
2) TUR-P (Transuretral Resection Prostatectomy)
Tindakan ini merupakan tindakan pembedahan non insisi, yaitu
pemotongan secara elektris prostat melalui meatus uretralis.
Jaringan prostat yang membesar dan menghalangi jalannya
urine akan akan dibuang melalui elektrokauter dan dikeluarkan
melaalui irigasi dilator. Tindakan ini memiliki banyak
keuntungan, yaitu meminimalisir tindakan pembedahan
terbuka, sehingga masa penyembuhan lebih cepat dan tingkat
resiko infeksi bisa ditekan.
3) Pembedahan terbuka (Prostatectomy)
Tindakan ini dilakukan jika prostat terlalu besar diikuti oleh
penyakit penyerta lainnya, misalnya tumor vesika urinaria,
vesikolithiasis, dan adanya adenoma yang besar.
5. Prognosis
Prognosis untuk Penyakit BPH berubah-ubah dantidak dapat di
prediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat.
Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang
buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat. Menurut
penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomor 2 pada
pria setelah kanker paru-paru. BPH yang telah diterapi juga
menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi
penderita, Sjamsuhidajatdan De Jong (2012)
6. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidajat, dkk (2012) komplikasi BPH adalah :
1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih
5. Hidro ureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin
terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi
menampung urin yang akan mengakibatkan tekanan intra vesika
meningkat
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri, terjadi karenaselalu terdapat sisa urin, sehingga dapat
terbentuk batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis, dan bila
terjadi refklus dapat mengakibatkan pielonefritis.
8. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan
pada waktu miksi pasien harus mengedan.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian ini penulis menggunakan teori
konseptual menurut GORDON dengan 11 pola kesehatan fungsional
sesuai dengan post operasi benigna prostat hipertrophy.
1) Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan
Menggambarkan pola pikir kesehatan pasien, keadaan sehat dan
bagaimana memelihara kondisi kesehatan. Termasuk persepsi individu
tentang status dan riwayat kesehatan, hubungannya dengan aktivitas
dan rencana yang akan datang serta usaha-usaha preventif yang
dilakukan pasien untuk menjaga kesehatannya.
2) Pola Nutrisi – Metabolik
Mengambarkan pola konsumsi makanan dan cairan untuk
kebutuhan metabolik dan suplai nutrisi, kualitas makanan setiap
harinya, kebiasaan makan dan makanan yang disukai maupun
penggunaan vitamin tambahan. Keadaan kulit, rambut, kuku, membran
mukosa, gigi, suhu, BB, TB, juga kemampuan penyembuhan.
3) Pola Eliminasi

Yang menggambarkan:

- pola defekasi (warna, kuantitas, dll)

- penggunaan alat-alat bantu

- penggunaan obat-obatan.

4) Pola Aktivitas
- pola aktivitas, latihan dan rekreasi
- pembatasan gerak
- alat bantu yang dipakai, posisi tubuhnya.
5) Pola Istirahat – Tidur

Yang menggambarkan:

- Pola tidur dan istirahat

- Persepsi, kualitas, kuantitas

- Penggunaan obat-obatan

6) Pola Kognitif – Perseptual


- Penghilatan, pendengaran, rasa, bau, sentuhan
- Kemampuan bahasa
- Kemampuan membuat keputusan
- Ingatan
- Ketidaknyamanan dan kenyamanan
7) Pola persepsi dan konsep diri
Yang menggambarkan:
- Body image
- Identitas diri
- Harga diri
- Peran diri
- Ideal diri.
8) Pola peran – hubungan sosial

Yang menggambarkan

- Pola hubungan keluarga dan masyarakat


- Masalah keluarga dan masyarakat
- Peran tanggung jawab.
9) Pola koping toleransi stres
Yang menggambarkan:
- Penyebab stress`
- Kemampuan mengendalikan stres
- Pengetahuan tentang toleransi stress
- Tingkat toleransi stress
- Strategi menghadapi stres
10) Pola seksual dan reproduksi
Yang menggambarkan:
- Masalah seksual
- Pendidikan seksual
11) Pola nilai dan kepercayaan
Yang menggambarkan:
- Perkembangan moral, perilaku dan keyakinan
- Realisasi dalam kesehariannya.

Data subyektif:

 Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.


 Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
 Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
 Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.

Data Obyektif:

 Terdapat luka insis


 Takikardi
 Gelisah
 Tekanan darah meningkat
 Ekspresi w ajah ketakutan
 Terpasang kateter

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopis urin penting untuk
melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat
hematuria, harus diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada
saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri
dapat menyebabkan hematuria. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin
darah merupakan informasi dasar dan fungsi ginjal dan status
metabolik. Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA) dilakukan
sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini
keganasan. Bila nilai SPA < 4mg / ml tidak perlu biopsy. Sedangkan
bila nilai SPA 4–10 mg / ml, hitunglah Prostat Spesific Antigen
Density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila
PSAD > 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula
bila nilai PSA > 10 mg/ml.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG dan sitoskopi. Dengan tujuan untuk
memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli–buli
dan volume residu urine, mencari kelainan patologi lain, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan BPH.
Dari semua jenis pemeriksaan dapat dilihat :
1) Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada batu traktus
urinarius, pembesaran ginjal atau buli – buli.
2) Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi
renal, hidronefrosis dan hidroureter, fish hook appearance
(gambaran ureter belok –belok di vesika).
3) Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa masa
ginjal, mendeteksi residu urine, batu ginjal, divertikulum atau
tumor buli – buli. (Arif Mansjoer, 2000).
c. Pemeriksaan Diagnostik.
1) Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap / terang,
penampilan keruh, Ph: 7 atau lebih besar, bakteria.
2) Kultur Urine : adanya staphylokokus aureus, proteus, klebsiella,
pseudomonas, e.coli.
3) BUN / kreatinin : meningkat.
4) IVP : menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih dan
adanya pembesaran prostat, penebalan otot abnormal kandung
kemih.
5) Sistogram : mengukur tekanan darah dan volume dalam kandung
kemih.
6) Sistouretrografi berkemih : sebagai ganti IVP untuk menvisualisasi
kandung kemih dan uretra dengan menggunakan bahan kontras
lokal.
7) Sistouretroscopy : untuk menggambarkan derajat pembesaran
prostat dan kandung kemih.
Transrectal ultrasonografi : mengetahui pembesaran prosat, mengukur sisa
urine dan keadaan patologi seperti tumor atau batu
3. Diagnosa
1) Nyeri akut (D.0077)
2) Gangguan eliminasiurine (0040)
3) Ansietas (0080)
4) Inkontinensia urin urgensi (0047)
5) Resiko infeksi (0142)
6) Resiko Syok (0039)
4. Rencana Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


o KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut NOC : NIC
(D.0077)  Pain level Observasi
 Pain control 1. Kaji tingkat nyeri pasien 1. Untuk mengetahui
Definisi :  Comfort level tingkat nyeri yang
pengalaman di rasakan klien
sensorik atau Krieria hasil : Tindakan Mandiri
emosional yang 1. Mampu mengontrol 2. Kontrol lingkungan yang 2. Agar nyeri yang di
berkaitan dengan nyeri(tahu penyebab dapat mempengaruhi nyeri rasakan tidak
kerusakan nyeri,mampu seperti suhu ruangan bertambah parah
jaringan aktual menggunakan teknik pencahayaan dan kebisingan serta mempercepat
atau fungsional, nonfarmakologi untuk proses
dengan onset mengurangi penyembuhan suhu
mendadak atau nyeri,mencari yang panas dapat
lambat dan bantuan) memperparah
berintensitas 2. Melaporkan bahwa nyeri dada yang
ringan hingga nyeri dirasakan klien
berat yang berkurangdengan karena pajanan
berlangsung menggunakan panas dari luar
kurang dari 3 manajement nyeri tubuh klien dapat
bulan. 3. Mampu mengenali membuat klien
nyeri tidak nyaman dan
Gejala dan Tanda (skala,intensitas,freku mengganggu
Mayor: ensi dan tanda nyeri) proses terapi klien
Subjektif 4. Menyatakan rasa sendiri
1. Mengeluh nyaman setelah nyeri 3. Intruksikan pasien untuk 3. Mengetahui
nyeri berkurang menilai nyeri skala 0-10 seberapa parah
Objektif nyeri yang
1. Tampak dirasakan klien
meringis sesuai dengan
2. Bersikap skala nyeri yang
proktetif ditentukan
(mis. 4. Atur posisi pasien pada 4. Posisi semifowler
Waspada, posisi supinasi semifowler memebantu
posisi meringankan
menghindar gejala kesulitan
i nyeri bernafas dan
3. Gelisah memperbaiki
4. Frekuensi ekspansi paru
nadi sehingga O2 pada
meningkat otot jantung dapat
5. Sulit tidur terpenuhi sehingga
terhindari dari
Gejala dan Tanda iskemi jaringan
Minor 5. Memeberikan terapi totok 5. Terapi totok darah
Subjektif darah pada pasien bermanfaat dalam
(tidak tersedia) melancarkan
Objektif sistem peredaran
1. Tekanan darah dalam tubuh
darah dengan melakukan
meningkat penekanan pada
2. Pola nafas titik-titik pusat
berubah peredaran tubuh
3. Nafsu 6. Berikan makanan lembut 6. Menurunkan kerja
makan dan berikan pasien istirahat miokard
berubah 1 jam setelah makan suhubungan
4. Proses dengan kerja
berfikir pencernaan, dan
terganggu menurunkan resiko
5. Menarik diri serangan angina
6. Berfokus Health education
pada diri 7. Informasikan pada pasien 7. Menambah
sendiri tentang aktivitas yang dapat pengetahuan klien
7. Diaforesis meningkatkan nyeri, tentang penyebab,
pencagahannya, dan cara cara pencegahan
penanggulangan nyeri nyeri serta
penanganannya
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan dokter 8. Untuk
dalam pemberian analgetik memeprcepat
kepada pasien proses
penyembuhan
2. Gangguan NOC : NIC : RASIONAL
eliminasi urine  Eliminasi urin
(0040)  Keparahan gejala Mandiri: Mandiri :
Kategori :  Kontinensia urin 1. identifikasi tingkat ansietas 1. Ansietas yang
Fisiologis dan pengaruhnya terhadap menyebabkan
Subkategori Tujuan : pemenuhan kebutuhan dasar gangguan
:Eliminasi Setelah dilakukan tindakan klien. pemenuhan
…x24 jam diharapkan kebutuhan dasar
Definisi : Disfungsi gangguan eliminasi urin klien dapat
eliminasi urin dapat teratasi. menghambat
persiapan
Kondisi Klinis kriteria hasil : preoperative.
Terkait : 1. Pola eliminasi klien 2. Identifikasi pengalaman dan 2. Data dasar untuk
1. Infeksi tidak terganggu pengetahuan klien tentang menentukan
ginjal dan 2. Kejernihan urin tidak prosedur ansietasi spinal dan tingkat kebutuhan
saluran terganggu TURP klien terhadap
kemih 3. Mengenali keinginan informasi
2. Hiperglikem untuk berkemih tidak mengenai prosedur
i terganggu anestensi spinal
3. Trauma 4. klien dapat dan TURP
4. Kanker menggunakan toilet 3. Identifikasi mekanisme 3. Membantu klien
5. Cedera/tum sendiri koping yang biasa dilakukan menemukan
or/infeksi 5. Klien dapat dalam mengatasi kecemasan mekanisme koping
medula mengidentifikasi adaptif untuk
spinalis obat yang mengatasi
6. Neuropati mengganggu kontrol kecemasan
diabetikum berkemih 4. Pantau tanda-tanda vital 4. Ansietas dapat
7. Neuropati menyebabkan TTV
alkoholik 5. Berikan informasi tentang 5. Memberikan
8. Stroke prosedur anestesi spinal gambaran tentang
9. Parkinson prosedur anestesi
spinal yang akan
Gejala dan Tanda dijalankan
Mayor 6. Berikan informasi tentang 6. Memberikan
Subjektif : prosedur TURP gambaran tentang
1. Desakan prosedur TURP
berkemih yang akan
(urgensi) dijalankan
2. Urin 7. Ajarkan teknik relaksasi 7. Meningkatkan
menetes untuk mengatasi relaksasi,dan
(dribbling) ansietas:napas dalam,guided menurunkan stress
3. Sering imagery,progressive dan ansietas
buang air muscular relaxation,dll
kecil 8. Anjurkan untuk meminum 8. Membantu
4. Nokturia obat antihipertensi sesuai mengontrol
5. Mengompol ketentuan tekanan darah
6. Enuresis yang
dikhawatirkan
Objektif : klien akan menjadi
1. Distensi penyulit operasi
kandung Kolaborasi Kolaborasi:
kemih 9. Kolaborasi pemberian obat 9. Membantu
2. Berkemih antinsietas jika dibutuhkan menurunkan
tidak tuntas ansietas jika tidak
(hesintancy) bisa datangani
3. Volume secara non-
residu urin farmakologis
meningkat 10. Kolaborasi pemberian obat 10. Membantu
antihipertensi mengontrol
tekanan darah.
3. Ansietas (0080) NOC : NIC : RASIONAL
Kategori :  Tingkat Kecemasan
Psikologis  Koping Mandiri: Mandiri :
Subkategori:  Tingkat Kelelahan 11. identifikasi tingkat ansietas 11. Ansietas yang
Integritas Ego dan pengaruhnya terhadap menyebabkan
Tujuan : pemenuhan kebutuhan dasar gangguan
Definisi : kondisi Setelah dilakukan tindakan klien. pemenuhan
emosi dan keperawatan selama ….x 24 kebutuhan dasar
pengalaman jam, diharapkan klien klien dapat
subjektif individu mampu menurunkan menghambat
terhadap objek ansietas dengan kriteria hasil persiapan
yang tidak jelas dan : preoperative.
spesifik akibat  Klien bisa 12. Identifikasi pengalaman dan 12. Data dasar untuk
antisipasi bahaya menghilangkan pengetahuan klien tentang menentukan
yang perasaan gelisah prosedur ansietasi spinal dan tingkat kebutuhan
memungkinkan  Klien dapat TURP klien terhadap
individu melakukan berkonsentrasi dengan informasi
tindakan untuk baik mengenai prosedur
menghadapi  Klien bisa menerima anestensi spinal
ancaman. situasi yang dihadapi dan TURP
 Klien dapat 13. Identifikasi mekanisme 13. Membantu klien
Gejala dan Tanda mengurangi stress koping yang biasa dilakukan menemukan
Mayor :  Klien dapat dalam mengatasi kecemasan mekanisme koping
Subjektif menghilangkan perasaan adaptif untuk
1. Merasa depresi mengatasi
bingung  Klien bisa kecemasan
2. Merasa menghilangkan rasa 14. Pantau tanda-tanda vital 14. Ansietas dapat
khawatir kehilangan selera makan menyebabkan TTV
dengan 15. Berikan informasi tentang 15. Memberikan
akibat dari prosedur anestesi spinal gambaran tentang
kondisi prosedur anestesi
yang spinal yang akan
dihadapi dijalankan
3. Sulit 16. Berikan informasi tentang 16. Memberikan
berkonsentr prosedur TURP gambaran tentang
asi prosedur TURP
Objektif yang akan
1. Tampak dijalankan
gelisah 17. Ajarkan teknik relaksasi 17. Meningkatkan
2. Tampak untuk mengatasi relaksasi,dan
tegang ansietas:napas dalam,guided menurunkan stress
3. Sulit tidur imagery,progressive dan ansietas
muscular relaxation,dll
Gejala dan Tanda 18. Anjurkan untuk meminum 18. Membantu
Minor : obat antihipertensi sesuai mengontrol
Subjektif ketentuan tekanan darah
1. Mengeluh yang
pusing dikhawatirkan
2. Anoreksia klien akan menjadi
3. Palpitasi penyulit operasi
4. Merasa Kolaborasi Kolaborasi:
tidak 19. Kolaborasi pemberian obat 19. Membantu
berdaya antinsietas jika dibutuhkan menurunkan
Objektif ansietas jika tidak
1. Frekuensi bisa datangani
napas secara non-
meningkat farmakologis
2. Frekuensi 20. Kolaborasi pemberian obat 20. Membantu
nadi antihipertensi mengontrol
meningkat tekanan darah.
3. Tekanan
darah
meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka
tampak
pucat
7. Suara
bergetar
8. Kontak
mata buruk
9. Sering
berkemih
10. Berorientasi
pada masa
lalu

4. Inkontinensia urin NOC : NIC :


urgensi (0047)  Kontinensia Urin Latihan kandung kemih
Kategori :  Perawatan diri: Mandiri
Fisiologis Eliminasi 1. Bantu pasien untuk 1. Membantu pasien
Subkategori :  Eliminasi Urin mengidentifikasi pola-pola untuk
Eliminasi Tujuan : inkontinensia mengidentifikasi
Definisi : Setelah dilakukan tindakan pola-pola
Keluarnya urin keperawatan selama …x 24 inkontinensia
tidak terkendali jam Diharapkan masalah 2. Tetapkan jadwal interval 2. Menetapkan
sesaat setelah hipertermia berkurang dan berkemih awal jadwal interval
keinginan yang teratasi. berdasarkan pola-pola berkemih awal
kuat untuk Kreteria Hasil : berkemih berdasarkan pola-
berkemih (kebelet).  Mengenali kenginan pola berkemih
berkemih tidak 3. Tentukan jadwal awal dan 3. Menentukan
Gejala dan tanda terganggu akhir waktu untuk jadwal awal dan
mayor :  Klien dapat eliminasi, jika tidak ada akhir waktu untuk
Subjektif : menggunakan toilet selama 24 jam eliminasi, jika
1. Keinginan sendiri tidak ada selama
berkemih  Merespon saat 24 jam
yang kuat kandung kemih 4. Pertimbangkan 4. Agar pasien dapat
disertai penuh dengan tepat kemampuan untuk mengenali
dengan waktu mengenali dorongan dorongan
inkontinensi  Pola eliminasi urin pengosongan kandung pengosongan
a tidak terganggu kemih kandung kemih
Objektif : -  Kejernihan urin tidak
terganggu Health Education
Gejala dan tanda 1. Ajarkan pasien untuk 1. Mengajarkan
minor : secara sadar menahan pasien untuk
Subjektif : - urin sampai saat buang secara sadar
Objektif : - hajat yang dijadwalkan menahan urin
sampai saat buang
Kondisi klinis hajat yang
terkait : Manajemen Cairan dijadwalkan
1. Infeksi Observasi
kandung 1. Monitor status hidrasi ( 1. Melihat status
kemih misalnya, membran mukosa hidrasi ( misalnya,
dan/atau lembab, denyut nadi membran mukosa
uretra adekuat, dan tekanan darah lembab, denyut
ortostatik ) nadi adekuat, dan
tekanan darah
ortostatik )
2. Monitor tanda tanda vital 2. Melihat tanda-
pasien tanda vital pasien

Mandiri
1. Masukan kateter urin 1. Membantu pasien
dalam
mengeluarkan urin

Kolaborasi
1. Konsultasikan dengan 1. Mengkosultasikan
dokter jika tanda-tanda dan dengan dokter jika
gejala kelebihan volume tanda-tanda dan
cairan menetap atau gejala kelebihan
memburuk volume cairan
menetap atau
memburuk
2. Persiapkan pemberian 2. Mempersiapkan
produk-produk darah ( pemberian produk-
misalnya, cek darah dan produk darah (
mempersiapkan misalnya, cek
pemansangan infuse ) darah dan
mempersiapkan
pemansangan
infuse )

5. RESIKO NOC : NIC :


INFEKSI (0142)  Keparahan infeksi
 Kontrol resiko
DEFINISI :  Pemulihan Observasi:
Beresiko pembedahan : 1. Observasi tanda dan gejala 1. Mengetahu
mengalami penyembuhan infeksi i tanda
peningkatan awal
terserang Setelah dilakukan asuhan infeksi
organisme keperawatan selama ...x24 Mandiri:
patogenik jam. Diharapakan pasien 2. Gosok kulit pasien dengan 2. Agar tidak
dapat memenuhi kiteria : agen antibakteri yang sesuai terinfeksi
Kategori : kuman
lingkungan 1.keparahan infeksi 3. Gunakan kateterisasi 3. Untuk
Subkategori intermiten mengurang
:keamanan dan  Klien tidak merasa i kejadian
proteksi nyeri infeksi
 Tidak ada kultur kandung
Faktor risiko urin kemih
1.penyakit kronis 2.kontrol resiko 4. Pertahankan lingkungan 4. Mengurang
(mis.diabetes aseptik i tingkat
melitus)  Klien mampu penyebaran
2.efek prosedur mencari informasi patogen
invasif tentang resiko
3.malnutrisi kesehatan 5. Perawatan luka 5. Membersih
4.peningkatan  Mengidentifikasi kan,meman
paparan organisme faktor resiko tau dan
patogen lingkungan memfasilita
3.pemulihan pembedahan: si proses
penyembuhan penyembuh
an luka
 Terjadi yang di
penyembuhan luka tutupi
 Tidak terjadi dengan
infeksi luka jahitan.
 Penyesuain Health education:
terhadap 6. Ajarkan pasien dan keluarga 6. Agar klien
perubahan tubuh bagaimnan cara dan
karena menghindari infeksi keluarga
pembedahan mengetahui
bagaimana
n cara
menghinda
ri infeksi

7. Anjurkan intake cairan yang 7. Menghindari


cukup (2500 – 3000) refleks balik urine
sehingga dapat mengurangi yang dapat
potensial infeksi memasukan
bakteri ke kandung
Kolaborasi: kemih

8. Kolaborasikan dengan 8. Untuk mencegah


dokter untuk memberi obat infeksi dan
antibiotik membantu proses
penyembuhan.
6. RESIKO SYOK NOC: NIC: RASIONAL
(0039)
 Krontol resiko
Definisi: Beresiko Observasi:
 Keparahan hipotensi
mengalami 1. Monitor status hemodinamik, 1. Untuk
 Keparahan
ketidakcukupan meliputi nadi dan tekanan mengontrol
aliran dara ke hipofelemik darah aliran darah
jaringan tubuh, pada klien agar
Setelah dilakukan asuhan
yang dapat tekanan darah
keperawatan selama
mengakibatkan stabil
3x24jam. Diharapkan
disfungsi seluler
pasien dapat memenuhi
yang mengancam Mandiri :
kriteria:
jiwa. 2. Motivasi pasien untuk 2. Untuk
Kategori: fisiologis meningkatkan intake cairan mengimbangi
1. Kontrol resiko
Subkategori: peroral cairan yang
nutrisi/cairan  Klien mampu keluar akibat
Faktor resiko: mencari diuresis
informasi 3. Berikan posisi semi fowler 3. Menurunkan
1. Hipoksemia
tentang resiko kepada pasien kerja jantung,
2. Hipoksia
kesehatan memudahkan
3. Hipotensi
 Mengidentifikasi hemaostasis
4. Kekurangan
faktor resiko sirkulasi
volume
Health education:
cairan 2. Keparahan hipotensi
4. Intruksikan pada pasien atau
5. Sindrom 4. Agar pasien
keluarga tindakan yang
respon  Klien sudah dilakukan untuk mengatasi dan keluarga
infalamsi tidak mengalami hipovolemik mampu
6. Sistemik kejang melakukan
 Klien sudah pertolongan
tidak merasa pertama pada
cemas klien
 Klien sudah
tidak mengalami
pernapasan 5. Intruksikan pada pasien untuk
5. Untuk
dangkal menghindari posisi yang
memudahkan
berubah cepat khususnya dari
pernapasan
posisi terlentang pada posisi
klien
duduk atau berdiri
3. Keparahan hipofelemik

 Klien sudah 6. Berikan cairan iv isotonik yang


6. Menggantikan
tidak mengalami diresepkan (misalnya cairan
cairan yang
penurunan normal saline atau lactated
hilang
tingkat ringer) untuk dehidrasi
kesadaran ekstraseluler dengan tetesan
 Klien sudah yang tepat
tidak terlihat
pucak

Você também pode gostar