Você está na página 1de 21

Case Report

Ca Mammae

Disusun Oleh :

Muhammad Ega Alfarizi

1718011004

Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Bedah

Rumah Sakit Ahmad Yani Metro

Universitas Lampung

2018
BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P.N
Usia : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lampung Tengah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Masuk RS : 07 Januari 2018 pukul 19.50

Keluhan utama
Nyeri pinggang sejak 1 bln yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengeluhkan nyeri pinggang dan kaki tidak bisa digunakan untuk berjalan +- sejak 1 bln
ini. Keluhan disertai sesak batuk dan terdapat benjolan pada kedua payudara +- 1 thn dan 7 bln
yang lalu pasien menolak untuk dioperasi. Pasien sedang menjalankan kemoterapi untuk
pengobatan payudaranya. Pasien pada tanggal 08 januari 2018 dibawa ke UGD Rumah Sakit
Ahmad Yani pada pukul 19.50

Riwayat penyakit dahulu


- Hipertensi

Riwayat penyakit keluarga


-Tidak ada
Primary survey
A : Bebas tidak ada hambatan
B : Spontan, frekuensi nafas 26x/menit, reguler.
C : Akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit,
suhu afebris
D : GCS 15, E4M6V5

Secondary survey
Kepala&wajah: deformitas (-)
Mata : konjungtiva Anemis(+), sklera ikterik(-)
Leher : pembesaran KGB (-)
THT : sekret (-)
Dada : simetris dalam diam dan pergerakan, terdapat benjolan pada sekitar area
payudara kanan dan kiri terutama di payudara kanan.
Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler, ronki -/+, wheezing -/-
Abdomen : datar, lemas, NT (-), tdk teraba massa, BU (+) normal.
Ekstremitas : edema -/-/-/- , sianosis (-)

Status Lokalis

Tampak benjolan-benjolan pada payudara kanan dan kiri terutama banyak pada payudara kanan.

Gambar. payudara kanan pasien


PEMERIKSAAN PENUNJANG

RUTIN
Hemoglobin : 11,3 g/dL
Hematokrit : 32,2 %
Leukosit : 5073/L
Trombosit : 110000/L
MCV : 80 fl
MCH : 28 pg
MCHC : 35,1 g/dL

Kimia Klinik
SGOT : 73 u/L
SGPT : 98 u/L
Albumin : 4,5 g/dl
GDS : 96 mg/dl
Ureaum : 185 mg/dl
Kreatinin : 2,72 mg/dl

Imunologi
HbsAg : Non reaktif

FOTO VERTEBRA THORACOLUMBAL


Kesan :
- Kompresi posterior Vth 9
- Kompresi Vth 10 dan Vth 12
- Destruksi Vth6-Vth10 sugestif bone metastase

USG ABDOMEN
Kesan :
- Efusi pleura dextra sugestif pulmonal metastasis subpleural type
FOTO THORAX AP
Kesan :
- Efusi pleura dextra sugestif e.c pulmonal metastasis subpleural type
- Besar cor tidak valid dinilai
- Curiga bone metastase pada vth 4,6,11 dan 12.

USG MAMMAE
Kesan :
- Ca mammae bilateral terutama dextra

Gambar. Thorax AP USG


Gambar. Thoracolumbal

Resume

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 07 Januari 2018 pada pukul 19.50. Pasien masuk
dengan keluhan nyeri pinggang dan kaki tidak bisa digunakan untuk berjalan +- sejak 1 bln
ini. Keluhan disertai sesak batuk dan terdapat benjolan pada kedua payudara +- 1 thn dan 7 bln
yang lalu pasien menolak untuk dioperasi. Pasien sedang menjalankan kemoterapi untuk
pengobatan payudaranya. Pasien memiliki riwayat hipertensi, pemeriksaan fisik kepala, leher,
abdomen, dan ekstremitas normal. Namun pada thorax ditemukan benjolan-benjolan di
payudara kanan dan kiri dan bunyi nafas terdapat ronki kanan paru. Pada pemeriksaan
penunjang ditemukan gambaran efusi pleura, kompresi tulang vertebrae dan ca mammae
bilateral.

Diagnosis
- Ca mammae bilateral
- Bone fraktur VL1
- Bone fraktur compresi VL IV
- Effusi pleura dextra
- Hipertensi grade I
Tatalaksana:
Medikamentosa
- Inf RL 20 tpm
- OMZ 1x4mg IV
- Ketorolac 3x1 IV
- Ranitidin 2x1 IV
- Neurobion 1x1 IV
- Spironolacton 1x25 mg po
- Proliver 1x1 po
- As. Folat 2x1 po
- Amlodipin 1x5mg po

Non Medikamentosa
-Tirah Baring
-Diet TKTP

PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN DAN EPIDEMIOLOGI


Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu
jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di
Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data
Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia
(YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita,
sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup
tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini
juga dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %.

Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana
upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya
pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi
yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.

B. FAKTOR RISIKO DAN PENCEGAHAN


1. Faktor Risiko
Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara
diantaranya:
1. Faktor reproduksi : Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko
terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama
kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya
haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan
mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara
terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor
terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormone : Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen
replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko
kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara
sebelum menopause. Sel-sel 3 yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin
mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit fibrokistik : Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis,
tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia
atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas : Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan
kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan
sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya
keganasan ini.
5. Konsumsi lemak : Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun
tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara
pada wanita umur 34 sampai 59 tahun
6. Radiasi : Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan
dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik : Riwayat keluarga merupakan komponen
yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker
payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetik 4 ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen
kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara
sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
8. Faktor Genetik : Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor
genetik yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang
dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam
pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat
onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.Gen pensupresi tumor yang
berperan penting dalam pembentukan kanker payudara diantaranya adalah gen
BRCA1 dan gen BRCA2.
9. Umur : Pada tahun 2001, dari 447 kasus kanker payudara yang berobat di RS
Kanker Dharmais Jakarta 9,1% diantaranya adalah perempuan berusia kurang dari 30
tahun. Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita
paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur
di bawah 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun risikonya lebih
rendah dibandingkan wanita di atas 40 tahun. Penelitian Devi Nur Octaviana tahun
2011 yang berjudul “faktorfaktor risiko kanker payudara pada pasien kanker payudara
wanita di rumah sakit kanker Dharmais Jakarta” menyatakan bahwa kelompok kasus
kanker payudara banyak terdapat pada rentang usia 40-49 tahun yaitu sebesar 41,7% ,
kemudian pada rentang usia 50-59 tahun yaitu sebesar 37,5 %. Menurut penelitian
rini indrati (2005) kasus kanker yang terjadi pada rentang usia 20- 29 tahun sebanyak
1,9% , 30-39 tahun sebanyak 21,2% , 40-49 tahun sebanyak 38,5% , 50-59 tahun
sebanyak 32,7% , 60-69 tahun adalah 3,8% dan >70 tahun adalah 1,9%. Adapun
penggolongan kategori umur sebagai berikut :
a. 26 – 35 : dewasa awal
b. 36 – 45 : dewasa akhir
c. 46 – 55 : lansia awal.
d. 56 – 65 : lansia akhir
2. Pencegahan
Prevensi Dan Deteksi Dini Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena
kanker payudara . Pencegahan primer berupa mengurangi atau meniadakan faktor-
faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara. Pencegahan primer atau supaya tidak terjadinya kanker secara sederhana
adalah mengetahui faktor -faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah
disebutkan di atas, dan berusaha menghindarinya.

Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker


payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang
mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak me
mpunyai keluhan. Tujuan dari skrining adalah untuk menurunkan angka morbiditas
akibat kanker payudara dan angka kematian. Pencegahan sekunder merupakan
primadona dalam penanganan kanker secara keseluruhan. Skrining untuk kanker
payudara adalah mendapatkan orang atau kelompok orang yang terdeteksi
mempunyai kelainan/abnormalitas yang mungkin kanker payudara dan selanjutnya
memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining ditujukan untuk mendapatkan kanker
payudara dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif; dengan demikian akan
menurunkan kemungkinan ke kambuhan , menurunkan mortalitas dan memperbaiki
kualitas hidup. Beberapa tindakan untuk skrining adalah :
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
3. Mammografi skrining

C. Patofisiologi

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula–mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel
- sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma
membutuhkan waktu -+ 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa
yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira
– kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah.

D. Manifestasi Klinis
- Gejala yang paling sering terjadi;
1) Massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan
pada payudara atau daerah aksila
2) Rabas putting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai
karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau encer.
3) Retraksi atau inversi puting susu
4) Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris)
5) Pengerutan atau pelekukan kulit disekitarnya
6) Kulit yang bersisik di sekeliling putting susu

- Gejala penyebaran lokal atau regional;


1) Kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena
2) Perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk)
3) Pembesaran kelenjar getah bening aksila

- Bukti metastesis;
1) Pembesaran kelenjar gelenjar bening supraklavikula dan servikal
2) Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura
3) Peningkatan alkali fosfatase, kalsium, pindal tulang positif , dan/atau nyeri
tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang
4) Tes fungsi hati abnormal
5) Nyeri kepala yang hebat, muntah proyektil, kesadaran menurun
6) Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
E. Prosedur Diagnosis
Prosedur diagnosis pada kanker payudara terdiri dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Anamnesis bertujuan untuk
mengidentifikasi identitas, penderita, faktor risiko, perjalanan penyakit, tanda
dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan dan riwayat penyakit yang
pernah diderita. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menentukan karakter
(nature) dan lokasi lesi. Inspeksi dilakukan pada kedua payudara, aksila dan
sekitar klavikula yang bertujuan untuk identifikasi tanda dan gejala tumor
primer dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening ataupun
metastasis jauh.
2. Ultrasonografi Payudara melihat lesi hipoekoik dengan tepi tidak teratur
(irregular) dan shadowing disertai orientasi vertikal kemungkinan merupakan
lesi maligna. USG secara umum diterima untuk membedakan masa kistik
dengan solid dan sebagai pengarah untuk biopsi serta pemeriksaan skrining
pasien usia muda. Peran USG lain adalah untuk evaluasi metastasis ke organ
visceral.
3. Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara,
sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau
tanda. Tipe pemeriksaan mamografi adalah skrining dan diagnostik. Skrining
mamografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik. Skrining mamografi
direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada
kondisi tertentu direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (missal wanita yang
keluarga tingkat pertama menderita kanker payudara). Mamografi diagnostik
dilakukan pada wanita yang simptomatik, tipe ini lebih rumit dan digunakan
untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas payudara, untuk
evaluasi jaringan sekitar dan getah bening sekitar payudara.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan instrumen yang sensitif
untuk deteksi kekambuhan lokal pasca BCT atau augmentasi payudara
dengan implant, deteksi multifocal cancer dan skrining pasien usia muda
dengan densitas payudara yang padat yang memiliki risiko tinggi.
5. Biopsi memberikan informasi sitologi atau histopatologi. FNAB (Fine needle
Aspiration Biopsy) merupakan salah satu prosedur diagnostik awal dan
merupakan biopsi yang memberikan informasi sitologi. Biopsi yang
memberikan informasi histopatologi adalah Biopsi Core, biopsi insisi, biopsi
eksisi, potong beku dan ABBI (advance breast biopsy instrument).
6. Bone Scan, Foto toraks dan USG Abdomen. Bone scan bertujuan untuk
evaluasi metastasis di tulang. Foto toraks dan USG abdomen rutin dilakukan
untuk melihat adanya metastasis di paru, pleura, mediastinum, tulang-tulang
dada dan organ visceral (terutama hepar).
7. Pemeriksaan Laboratorium dan Marker yang dianjurkan adalah darah rutin,
alkaline phosphatase, SGOT, SGPT dan tumor marker.

F. Stadium Kanker Payudara


Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem TNM dari AJCC (American
Joint Committee on Cancer) terbaru. Klasifikasi TNM klinis:
1. Tumor Primer
T : kanker primer
TX : kanker primer tak dapat dinilai (missal telah direksesi)
T0 : tak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ.mencakup karsinoma in situ duktal atau karsinoma in situ
lobular, penyakit Paget papila mamae tanpa nodul (penyakit Paget dengan nodul
diklasifikasikan menurut ukuran nodul).
T1 : diameter tumor <= 2 cm
Tmic : infiltrasi mikro <= 0,1 cm
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi <= 0,5 cm
T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi <= 1 cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi <=2 cm
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi <= 5 cm
T3 : diameter tumor terbesar > 5 cm
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau kulit
(dinding toraks termasuk tulang iga, m.interkostales dan m. seratus anterior, tak
termasuk m. pektorales).
T4a : menyebar ke dinding toraks
T4b : udem kulit mamae (termasuk peau d’orange) atau ulserasi, atau nodul satelit di
mamae ipsilateral. Universitas Sumatera Utara 17
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d : karsinoma mamae inflamatorik

2. Kelenjar getah bening regional


N : kelenjar limfe regional
NX : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (missal sudah diangkat sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 : di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobil
N2 : kelenjar limfe metastatic fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan
lain
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis
kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
dan metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
3. Patologi
T- : tumor primer (sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar specimen harus
tak terlihat tumor secara makroskopik, adanya lesi ganas yang hanya tampak secara
microskopik pada tepi irisan tidak mempengaruhi klasifikasi)
N- : kelenjar limfe regional
Nx : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
N0 : secara histologik tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi (ITC)
N0 (i-) :histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologi ITC positif
N0 (mol-) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler ITC
negatif (RT-PCR)
N0 (mol+): histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler ITC
negatif (RT-PCR)
N1mi : mikrometastasis (diameter terbesar >0,2 mm, tapi ≤2 mm).
N1 : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, atau dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe
mamaria interna ipsilateral, tapi tanda bukti klinis
N1a : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, dan minimal satu
kelenjar limfe metastatic berdiameter maksimal >2 mm.
N1b : dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis
kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
N1c : N1a disertai N1b
N2 :di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, atau bukti klinis
menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi tanpa
metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a : di aksila terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatic berdiameter maksimal >2 mm.
N2b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral
tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar.
N3 : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe matastatik; atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral; atau bukti klinis menunjukkan
matastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai metastasis kelenjar limfe aksilar
ipsilateral; atau secara klinis negative, dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara
mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi
tanpa bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatic
kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral. Universitas Sumatera Utara 20
N3a : di aksila terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik, dan minimal satu
kelenjar limfe metastatik berdiameter terbesar >2 mm, atau metastasis kelenjar limfe
infraklavikular.
N3b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai
metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral, atau secara klinis negatif, dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe
mamaria interna ipsilateral, tapi tanda bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3
kelenjar limfe aksilar metastatic.
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
4. M0 – tidak metastasis
M1 – metastasis

5. Klafikasi stadium klinis:


Stadium 0 : TisN0M0
Stadium I : T1N0M0
Stadium IIA : T0N1M0, T1N1M0, T2N0M0
Stadium IIB : T2N1M0, T3N0M0
Stadium IIIA : T0N2M0, T1N2M0, T2N2M0, T3N1-2M0
Stadium IIIB : T4, N apapun, M0;
Stadium IIIC : T apapun, N3 M0
Stadium IV : T apapun, N apapun, M1

G. Tatalaksana
Terapi kanker payudara secara umum meliputi: operasi (pembedahan), kemoterapi,
radioterapi, terapi hormonal dan terapi target.
1. Operasi (pembedahan) merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan
kanker payudara. Berbagai jenis operasi pada kanker payudara memiliki
kerugian dan keuntungan yang berbeda-beda.
- Classic Radical Mastectomy adalaah operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas
tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III.
Operasi ini dilakukan bila ada metastasis jauh.
- Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas
tumor dan fasia pectoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini
dilakukan pada stadium dini dan lokal lanjut.
- Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor dan nipple areola komplek dengan
mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II.
Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara dan dilakukan pada
tumor stadium dini dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm).
- Breast Concerving Treatment adalah terapi yang komponennya terdiri
dari lumpektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi
aksila serta radioterapi.

2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Regimen yang sering digunakan mengandung
kombinasi siklofosfamid (C), metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena
doksorubisin merupakan salah satu zat tunggal yang paling aktif, zat ini sering
digunakan dalam kombinasi tersebut.

3. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA
dengan gangguan proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan
berpotensi untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker
payudara.
4. Terapi hormonal
Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang
menunjukkan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dana atau progesterone
reseptor (PR) tanpa memandang usia, status menopause, status kgb aksila maupun
ukuran tumor.

5. Terapi Target
Terapi ini ditujukan untuk menghambat proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker. Terapi untuk kanker payudara adalah tra stuzumab
(Herceptin), Bevacizumab (Avastin) dan Lapatinib ditosylate (Tykerb).
BAB III

Analisa Kasus

Ny. P datang ke UGD RSU. Ahmad Yani pada tanggal 07 Januari 2018 pada pukul 19.50.
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang dan kaki tidak bisa digunakan untuk berjalan
+- sejak 1 bln ini. Keluhan disertai sesak batuk dan terdapat benjolan pada kedua payudara
+- 1 thn dan 7 bln yang lalu pasien menolak untuk dioperasi. Pasien sedang menjalankan
kemoterapi untuk pengobatan payudaranya. Pasien memiliki riwayat hipertensi,
pemeriksaan fisik kepala, leher, abdomen, dan ekstremitas normal. Namun pada thorax
ditemukan benjolan-benjolan di payudara kanan dan kiri dan bunyi nafas terdapat ronki
kanan paru. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan gambaran efusi pleura, kompresi
tulang vertebrae dan ca mammae bilateral. Pada penatalaksanaan pasien diberikan obat-
obatan sesuai dengan keluhan dan gejala pasien. pasien disarankan untuk bedrest dan
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbnagan nitrogen
yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar
protein tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal G, Pradeep PV, Aggarwal V, et al.. 2007. Spectrum of Breast Cancer in


Asian Women. World Journal of Surgery ; 31(5): 1031-1040.

Aich, Ranen Kanti., Mondal, Nirmal Kumar., Chhatui, Bappaditya., Sepai, Haris
Muhammad., & Aich, Rajarshi., et al. Relevance of Risk Factors of Breast
Cancer in Women : An Eastern Indian Scenario. 2016. Journal of Cancer
Research and Therapeutics.

American Cancer Society. 2016. Cancer Facts And Figure 2016. Atlanta : American
Cancer Society 008-12. [Accessed 19 Januari 2018].

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2016. Breast Cancer: What You
Need to Know. Available From :
www.cdc.gov/cancer/breast/pdf/BreastCancerFactSheet.pdf. [Accessed 19
Januari 2018]

Chabner BA, Longo DL. 2011. Cancer Chemotherapy and Biotherapy : Principles
and Practice. Philadelphia: Lippincott

Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara. Jakarta : Dirjen PP & PL

Gray MJ, Gallick GE. 2010. The Role of Oncogene Activation in Tumor
Progression. Mechanisms of Oncogenesis. USA: Springer.

Harahap, Wirsma Arif. 2016. Cancer Epidemiology & Cancer Risks Faktor. Surgery
Departement – Andalas Medical School.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Panduan Nasional Penanganan Kanker


Payudara. Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker Nasional.

Stopeck AT. 2014. Breast Cancer Risk Factors. Arizona. Medscape. Tersedia dari
http://emedicine.medscape.com. Diakses pada tanggal 20 januari 2018.

Suryaningsih E & Sukosa B. 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara. Yogyakarta:


Paradigma Indonesia.

WHO (World Health Organization), 2013. Breast Cancer: Prevention and Control.
Tersedia dari http://www.who.int. Diakses pada tanggal 20 Januari 2018.

Você também pode gostar