Você está na página 1de 9

12.1 Standar Pelaporan.

Standar auditing berisi empat standar pelaporan berlaku umum yaitu:


12.1.1 Standar Pelaporan Pertama.
Standar pelaporan yang pertama menyatakan sebagai berikut:
“Laporan Audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum”
Istilah prinsip akuntansi berlaku umum yang dimaksud diatas adalah meliputi prinsip
akuntansi, praktik akuntansi, dan metode penerapan prinsip akuntansi. Standar pelaporan yang
pertama mengharuskan auditor untuk secara eksplisit menyatakan apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Standar ini menghendaki
pernyataan suatu pendapat, bkan pernyataan tentang fakta.
SA 411.04, Makna Menyajikan Secara Wajar Sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum (PSA No.08), menyatakan bahwa pendapat auditor tentang kesesuaian dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan atas pertimbangan-pertimbangannya
apakah:
 Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum.
 Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan.
 Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat
memengaruhi penggunaanya, pemahamannya, dan penafsiran.
 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan
semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun tidak terlalu ringkas.
 Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu
cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang
dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan
keuangan.
Yang menjadi sumber acuan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah sebagai
berikut:
a) Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
b) Literatur akuntansi lainnya, termasuk di dalamnya International Accounting Standards
Comittee Statements, yaitu pernyataan yang dibuat oleh asosiasi profesional lain atau badan
pengatur buku teks, handbooks, dan artikel akuntansi.

12.1.2 Standar Pelaporan Kedua.


Standar pelaporan kedua berbunyi sebagai berikut:
1
“Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara
konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya
dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya”
Tujuan dari standar ini adalah memberi jaminan bahwa komparabilitas di antara dua
periode akuntansi tidak dipengaruhi secara material oleh perubahan dalam prinsip akuntansi dan
mengharuskan pelaporan yang tepat oleh auditor apabila komparabilitas telah dipengaruhi
secara material oleh perubahan prinsip akuntansi.
1) Perubahan akuntansi yang mempengaruhi konsistensi
Perubahan akuntansi yang memengaruhi konsistensi yaitu antara lain sebagai berikut.
a) Perubahan dalam prinsip akuntansi itu sendiri.
b) Perubahan dalam metoda penerapan suatu prinsip.
c) Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan.
2) Perubahan-perubahan yang tidak memengaruhi konsistensi
Standar konsistensi tidak mencakup perubahan atas komparabilitas yang diakibatkan oleh
hal-hal berikut:
a) Perubahan dalam estimasi akuntansi.
b) Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi.
c) Perubahan dalam klasifikasi dan klasifikasi kembali.
d) Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda.
e) Perubahan atas kondisi perusahaan.
f) Perubahan berupa adanya produk baru.
g) Bencana alam.
12.1.3 Standar Pelaporan Ketiga.
Standar pelaporan ketiga menyatakan hal berikut ini.
“Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit”
Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan sebagai pendukung dan pelengkap
laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk catatan atas
laporan keuangan ataupun dalam bentuk pengungkapan lain. Laporan audit tidak perlu
menyatakan hal ini apabila pengungkapan informatif sudah memadai.

12.1.4 Standar Pelaporan Keempat.


Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah kesalahan penafsiran tingkat
tanggungjawab auditor apabila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.
1) Pernyataan suatu pendapat.
2
Standar ini mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat atau pernyataan bahwa
suatu pendapat tidak dapat diberikan. Apabila pernyataan pendapat tidak dapat diberikan,
alsannya harus dinyatakan dalam laporan auditor.
2) Laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dimaksud dengan standar ini bisa berupa sebuah laporan, seperti
misalnya neraca, atau seperangkat laporan utam yang lengkap (neraca, laporan laba rugi,
laporan laba ditahan, dan laporan arus kas). Kata-kata “secara keseluruhan” dalam standar
pelaporan keempat mempunyai berbagai makna yang sangat penting bagia auditor.
3) Karakter suatu audit.
Dalam menyatakan atau menolak memberi pernyataan pendapat atas laporan keuangan,
auditor diminta untuk menunjukkan dalam laporannya petunjuk yang jelas mengenai
karakter audit.
4) Keterkaitan dengan laporan keuangan.
Seorang akuntan publik terkait dengan laporan keuangan auditan apabila ia telah ditunjuk
untuk mengaudit laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia dan telah menerapkan prosedur-prosedur auditing atas laporan keuangan
tersebut.

5) Tingkat tanggungjawab.
Ketentuan terakhir dalam standar pelaporan keempat adalah bahwa auditor harus
menunjukkan tingkat tanggungjawabnya atas audit dan pendapat yang diberikannya.
Apabila terdapat lebih dari seorang auditor terlibat dalam audit dan setiap auditor hanya
bertanggungjawab atas pekerjaan yang dilakukannya, maka laporan auditor harus
menunjukkan pembagian tanggungjawab yang terjadi.

12.2 Laporan Auditor.


Keempat standar pelaporan dalam standar auditing dipenuhi dengan diterbitkannya sebuah
laporan auditor dalam bentuk sesuai dengan keadaannya. Meskipun dalam kebanyakan audit,
auditor menerbitkan laporan bentuk baku, namun dalam keadaan-keadaan tertentu auditor harus
mengeluarkan laporan dalam bentuk menyimpang dari laporan bentuk baku.
12.2.1 Laporan Bentuk Baku.
Laporan bentuk baku terdiri dari paragraf pendahuluan, paragraf lingkup, dan paragraf
pendapat dengan kalimat-kalimat standar (baku). Laporan pada umumnya ditujukkan kepada
orang atau orang-orang yang menunjuk atau memberi penugasan kepada auditor. Laporan
bnetuk baku diberi tanggal sesuai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan.
3
12.2.2 Penyimpangan dari Laporan Bentuk Baku.
Penyimpangan dari laporan bentuk baku terjadi apabila auditor berkesimpulan bahwa
perlu ditambahkan paragraf penjelasan pada laporan auditor dengan tetap memberi pendapat
wajar tanpa pengecualian atau harus diberikan jenis pendapat yang lain atas laporan keuangan.
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas.
Terdapat beberapa keadaan yang memerlukan tambahan paragraf penjelasan atas laporan
bentuk baku dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yaitu: a) Ketidaksesuaian dengan
suatu prinsip akuntansi yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia untuk mencegah agar
laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, b) Tidak
konsisten dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, c) Ketidakpastian
peristiwa masa yang akan datang yang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal
laporan audit, d) Keraguan besar tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, e) Pemberian tekanan atas masalah tertentu oleh auditor, f)
Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
2) Pendapat auditor jenis lain
Auditor mungkin berkesimpulan bahwa pendapat wajar tanpa pengecualian tidak dapat
dibeikan. Dalam situasi demikian, SA 508.10 menyatakan bahwa auditor bisa menyatakan
salah satu dari jenis pendapat berikut yaitu :
1. Pendapat wajar dengan pengecualian.
2. Pendapat tidak wajar.
3. Pernyataan tidak memberi pendapat.

12.3 Pengaruh Situasi yang Menyebabkan Penyimpangan dari Laporan Standar.


12.3.1 Pembatasan Lingkup
Apabila auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang diperlukan atau prosedur tidak
dapat menghasilkan bukti yang cukup, dikatakan bahwa auditor mengalami pembatasan lingkup
pemeriksaan. Pembatasan lingkup bisa berasal dari klien atau bisa juga merupakan akibat dari
suatu keadaan.
a) Penugasan Pelaporan Terbatas.
Auditor bisa diminta untuk mengaudit hanya satu laporan keuangan utama.
Penugasan demikian tidak merupakan pembatasan lingkup pemeriksaan sepanjang auditor
bisa melaksanakan semua prosedur yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan.
b) Jenis Pendapat Lainnya
Pembatasan lingkup mengharuskan auditor untuk menyatakan pendapat wajar
dengan pengecualian atau menolak memberi pendapat atas laporan keuangan.
4
c) Pendapat Wajar Dengan Pengecualian.
Apabila auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, maka yang harus
dilakukan yaitu : a) Menunjukkan adanya pembatasan lingkup pemeriksaan dalam paragraf
lingkup, b) Memberikan substansi alasan pembatasan dalam suatu paragraf penjelasan, c)
Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian dalam paragraf pendapat dengan merujuk
pada paragraf penjelas.
d) Pernyataan Tidak Memberi Pendapat.
Apabila auditor menyatakan pernyataan tidak memberi pendapat, maka yang harus
dilakukan yaitu : a) Paragraf pendahuluan harus dimodifikasi, b) Paragraf lingkup audit
dihilangkan, c) Paragraf penjelasan dicantumkan setelah paragraf pendahuluan yang
menerangkan alasan tidak memberi pendapat, d) Paragraf ketiga dan kesimpulan berisi
penolakan memberi pendapat.
12.3.2 Ketidaksesuaian dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum.
Apabila laporan keuangan klien berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum, dampaknya terhadap laporan auditor akan berbeda tergantung apakah
penyimpangan itu terhadap prinsip akuntansi yang diterapkan IAI atau prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
1) Paragraf Penjelasan dengan Pendapat Wajar tanpa Pengecualian.
Apabila auditor setuju karena adanya keadaan luar biasa, maka diperlukan
penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI agar laporan keuangan tidak
menjadi menyesatkan, maka auditor bisa menerbitkan laporan dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian disertai dengan paragraf penjelasan.
2) Jenis Pendapat Lainnya.
SA 508.50 menyatakan bahwa dalam menetapkan pendapat yang tepat, auditor harus
mempertimbangkan faktor-faktor berikut, yaitu besarnya dampak dalam nilai rupiah,
signifikan tidaknya suatu pos bagi perusahaan, luasnya akibat salah saji, dan dampak salah
saji terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan.
3) Pendapat Wajar dengan Pengecualian.
Apabila diterbitkan pendapat wajar dengan pengecualian, maka auditor harus
melakukan hal-hal sebagai berikut yaitu : a) Mengungkapkan dalam suatu paragraf
penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat semua alasan substantif mengenai
pendapat yang diberikan, b) Mengungkapkan dalam paragraf penjelasan dampak utama
penyebab pengecualian terhadap posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas, jika hal ini
praktis dapat dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat secara beralasan ditentukan,

5
laporan audit harus menyatakan hal tersebut, c) Menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian dalam paragraf pendapat dengan merujuk pada paragraf penjelasan.
4) Pendapat Tidak Wajar.
Pengaruh pemberian pendapat tidak wajar atas laporan auditor serupa tapi tidak identik
dengan pengaruh pendapat wajar dengan pengecualian. Dalam hal ini paragraf penjelasan
harus menunjukkan semua alasan substantif yang mendukung pendapat tidak wajar.
12.3.3 Tidak Ada Konsistensi dalam Penerapan Prinsip Akuntansi.
Dampak dari tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi terhadap
laporan auditor akan tergantung pada apakah perubahan tersebut masih sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan.
Apabila perubahan dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
auditor akan menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan wajar tanpa pengecualian dan
menjelaskan perubahan dalam suatu paragraf tambahan yang dicantumkan setelah paragraf
pendapat.
2) Jenis Pendapat Lainnya.
Apabila perubahan dalam prinsip akuntansi tidak dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas perubahan.
3) Pengungkapan Tidak Memadai.
Apabila laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan gagal dalam
mengungkapkan informasi sebagaimana diminta oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum,
maka laporan keuangan tidak disajikan secara wajar.
12.3.4 Keraguan Besar akan Kemampuan Perusahaan Untuk Mempertahankan
Kelangsungan Hidupnya.
Dalam suatu audit, perusahaan diasumsikan akan berlangsung terus diwaktu-waktu yang
akan datang. Namun auditor bertanggungjawab untuk menilai apakah dalam kenyataannya
perusahaan akan mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu
yang pantas, tidak lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca tahun yang diaudit.
1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan.
Apabila keadaan-keadaan tentang kemapuan satuan usaha untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya diungkapkan secara memadai dalam catatan atas laporan keuangan,
auditor harus menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian, dan menambahkan paragraf
penjelsan yang dicantumkan setelah paragraf pendapat dengan mengacu pada catatan atas
laporan keuangan yang bersangkutan.
6
2) Jenis Pendapat lainnya.
Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan
dalam laporan keuangan tidak memadai, berarti laporan keuangan tidak disajikan secara
wajar.
12.3.5 Penekanan Atas Suatu Hal.
Dalam keadaan tertentu, auditor mungkin perlu memberi penekanan atas suatu hal yang
berkaitan dengan laporan keuangan, namun ia bermaksud untuk menyatakan pendapat wajar
tanpa pengecualian. Informasi penjelasan ini harus disajikan dalam suatu paragraf terpisah
dalam laporan audit.
12.3.6 Pendapat Auditor Sebagian Didasarkan Pada Laporan Auditor Lain.
Apabila klien memiliki satu atau lebih anak perusahaan, divisi, atau cabang, kadang-
kadang diperlukan lebih dari satu kantor akuntan publik untuk berpartisipasi dalam pengauditan
laporan keuangan perusahaan tersebut.
1) Keputusan untuk Tidak Mengacu.
Apabila auditor utama dapat meyakinkan dirinya tentang (1) independensi dan
reputasi profesional auditor lain, dan (2) lingkup dan kualitas pemeriksaan yang dilakukan
auditor lain.
2) Keputusan untuk Mengacu.
Auditor utama bisa memutuskan untuk mengacu pada auditor lain apabila satu atau
lebih faktor di atas tidak terpenuhi, termasuk apabila bagian dari laporan keuangan yang
diaudit auditor lain cukup material terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan.
3) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas.
Apabila auditor utama memutuskan untuk mengacu pada auditor lain, laporan harus
secara jelas menunjukkan pembagian tanggungjawab yang ada di antara para auditor.
4) Jenis Pendapat Lainnya.
Apabila auditor berkesimpulan bahwa pekerjaan auditor lain tidak dapat diandalkan
dan pekerjaan tersebut material terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan, maka
terjadilah pembatasan lingkup.

12.4Pertimbangan Lainnya dalam Pelaporan.


12.4.1 Pelaporan apabila akuntan publik tidak independen.
Seorang akuntan publik mungkin mengaudit laporan keuangan dalam posisi tidak
independen terhadap klien. Apabila akuntan publik mungkin berkedudukan tidak independen,
maka akuntan publik tersebut tidak diperbolehkan mengeluarkan pendapat wajar tanpa
pengecualian, melainkan harus mengeluarkan pernyataan tidak memberi pendapat.
7
12.4.2 Keadaan-keadaan yang Berhubungan dengan Laporan keuangan Komparatif.
Selama audit atas tahun berjalan, auditor harus waspada terhadap keadaan atau kejadian
yang terjadi pada periode-periode laporan keuangan yang lalu. Keadaan-keadaan tersebut
meliputi:
1) Pendapat audit berbeda.
Untuk suatu tahun tertentu, auditor mungkin menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian untuk suatu laporan dan memberi pendapat yang berbeda untuk laporan
lainnya.
2) Pemutahiran suatu pendapat.
Auditor yang mengaudit tahun sekarang mungkin memperoleh bukti bahwa pendapat
atas laporan keuangan tahun lalu seharusnya berbeda dengan pendapat yang telah diberikan.
3) Penggantian auditor.
Apabila laporan auditor pendahulu periode sebelumnya tidak disajikan, maka auditor
pengganti harus memodifikasi laporannya untuk menjelaskan keadaan. Karena keadaan
menyangkut kantor akuntan yang melaksanakan audit, maka penjelasan ditambahkan pada
paragraf pendahuluan, bukan dalam paragraf terpisah.
12.4.3 Informasi yang Disertakan pada Laporan keuangan Auditan.
1) Informasi Tambahan Yang Diharuskan Oleh IAI
Auditor diminta untuk menerapkan prosedur-prosedur tertentu atas informasi dan
melaporkan setiap kekurangan atau tidak disertakannya informasi tersebut. Berhubung
informasi tersebut tidak diaudit dan bukan merupakan bagian yang diharuskan dari lapora
keuangan utama.
2) Informasi Yang Disajikan Secara Sukarela Oleh Manajemen.
Auditor diminta untuk membaca informasi dari laporan tahunan suatu perusahaan
untuk memastikan apakah data atau cara menyajikannya tidak konsisten secara material
dengan laporan keuangan yang telah diberi pendapat oleh auditor.
3) Tambahan Informasi Yang Diberikan Auditor.
Setelah membuat kesimpulan atas penugasan auditnya, auditor menyerahkan kepada
klien sebuah dokumen yang berisi laporan keuangan utama perusahaan klien dan laporan
auditor. Auditor bisa memasukkan tambahan informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan utama.

8
DAFTAR PUSTAKA

Jusup Haryono, Al. 2014. Auditing. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Você também pode gostar