Você está na página 1de 6

1. penyebab perdarahan pervagina?

 perdarahan pada kehamilan muda: abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa
 Perdarahan antepartum: plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri
 Perdarahan pasca persalinan: dikarenakan atonia uteri dan laserasi jalan lahir

2. apa hubungan kehamilan pertama dengan keluhan pada kasus?

3. apa hubungan coitus dengan perdarahan yang terjadi pada Mrs. A?

4. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemfis dan obstetric outer examination?

No. Kasus Referensi Interpretasi Keterangan


1. TB 158 cm
2. BB 59 kg
Dengan
pertambahan berat
selama kehamilan
3. TD 110/80 mmHg 120/80 mmHg Hipotensi Terjadi
penurunan
resistensi vascular
(perubahan
fisiologis ibu
hamil)
4. Heart rate 97 x/mnt 60-100 x/mnt Normal Denyut nadi
istirahat
meningkat sekitar
10 – 15 denyut
per menit pada
kehamilan
5. RR 20x/mnt 16-24 x/mnt Normal Pada kondisi
hamil, terjadi
peningkatan
volume tidal
akibat
peningkatan
konduktasi
saluran udara dan
penurunan
resistensi paru
total oleh kerja
progesterone,
sehingga
respiratory rate
hanya meningkat
sedikit.

Pemeriksaan obstetric
Pemeriksaan luar : Abdomen flat, soft, fundal height 1 finger above symphisis, mass (-),
tenderness (-), ascites (-).
Pemeriksaan
Obstetri luar:
- Abdomen flat, Normal
soft, fundal
height 1 finger
above symphisis
- Mass (-) Normal
- Tenderness (-) Normal
- ascites (-) Normal
5. interpretasi dari pemlab?

Hasil Pemeriksaan Nilai Normal (trimester 2) Interpretasi


Hb: 10,2 g/dL 9,7 – 14,8 g/dL Normal
Platelet : 187.000/mm3 155.000 – 409.000/mm3 Normal
WBC : 11.300/mm3 5.600 – 14.800/mm3 Normal
Plano test (+)

Klasifikasi
Abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan
1. Tujuan
a. Abortus medisinalis yaitu abortus yang sengaja dilakukan dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu. Pertimbangan ini dilakukan oleh minimal 3
dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, dan
spesialis jiwa, bila perlu ditambah dengan pertimbangan dari tokoh agama yang terkait.
b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
c. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan apapun.
2. Jenis (dibahas pada diagnosis)
3. Waktu
Menurut Shiers (2003), disebut abortus dini bila abortus tejadi pada usia kehamilan <12 minggu
dan >12 minggu disebut abortus lanjut.71 Abortus trimester satu biasanya diakibatkan kelaian
genetik atau penyakit autoimun yang diderita ibu, abortus trimester dua biasanya disebabkan
oleh kelainan uterus, dan abortus trimester tiga

Diagnosis abortus dilakukan berdasarkan jenisnya, yaitu:


1. Abortus Iminens adalah pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu,
hasil konsepsi masih di dalam uterus dan tidak ada dilatasi serviks. Pasien akan atau tidak
mengeluh mules-mules, uterus membesar, terjadi pendarahan sedikit seperti bercak-bercak
darah menstruasi tanpa riwayat keluarnya jaringan terutama pada trimester pertama
kehamilan. Pada pemeriksaan obstetrik dijumpai tes kehamilan positif dan serviks belum
membuka. Pada inspekulo dijumpai bercak darah di sekitar dinding vagina, porsio tertutup,
tidak ditemukan jaringan.
2. Abortus Insipiens adalah erdarahan kurang dari 20 minggu karena dilatasi serviks uteri
meningkat dan hasil konsepsi masih dalam uterus. Pasien akan mengeluhkan mules yang
sering dan kuat, keluar darah dari kemaluan tanpa riwayat keluarnya jaringan, pendarahan
biasanya terjadi pada trimester pertama kehamilan, darah berupa darah segar menglair.
Pada inspekulo, ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, porsio terbuka, tidak
ditemukan jaringan.
3. Abortus inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih terdapat sisa hasil konsepsi tertinggal dalam uterus. Pada anamnesis, pasien
akan mengeluhkan pendarahan berupa darah segar mengalir terutama pada trimester
pertama dan ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir.
4. Abortus Komplit adalah keaddan di mana semua hasil konsepsi telah dikeluarkan. Pada
penderita terjadi perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus mulai
mengecil. Apabila hasil konsepsi saat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semua sudah
keluar dengan lengkap. Pada penderita ini disertai anemia sebaiknya disuntikan sulfas
ferrosus atau transfusi bila anemia. Pendarahan biasanya tinggal bercak-bercak dan
anamnesis di sini berperan penting dalam menentukan ada tidaknya riwayat keluarnya
jaringan dari jalan lahir Pada inspekulo, ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina,
porsio terbuka, tidak ditemukan jaringan
5. Missed Abortion ditandai dengan kematian embrio atau fetus dalam kandungan >8 minggu
sebelum minggu ke-20. Pada anamnesis akan ditemukan uterus berkembang lebih rendah
dibanding usia kehamilannya, bisa tidak ditemukan pendarahan atau hanya bercak-bercak,
tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir. Pada inspekulo bisa ditemukan bercak
darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
6. Abortus rekuren adalah abortus spontan sebanyak 3x/ lebih berturut-turut. Pada anamnesis
akan dijumpai satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas, riwayat menggunakan IUD atau
percobaan aborsi sendiri, dan adanya demam.
7. Abortus Septik ditandai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritonium.
Hasil diagnosis ditemukan: panas, lemah, takikardia, sekret yang bau dari vagina, uterus
besar dan ada nyeri tekan dan bila sampai sepsis dan syok (lelah, panas, menggigil)
8. Blighted ovum adalah suatu keadaan di mana embrio tidak terbentuk tetapi terdapat
kantung gestasi. Kofirmasi tidak ada embrio pada kantung gestasi (diameter minimal 25
mm) dengan USG.

Patogenesis & Patofisiologi


Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio
akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang menyebabakn nekrosis jaringan.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus. Karena hasil konsepsi tersebut
terlepas dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus kontraksi dan
mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus
dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun
sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di kanalis servikalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8-14
minggu biasanya diawali dengan pecahnya selaput ketuban dan diikuti dengan pengeluaran janin
yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan
perdarahan pervaginam banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun
rasa sakit lebih menonjol.
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai bentuk yaitu kantong
amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat benda kecil yang bentuknya masih belum
jelas (blighted ovum), atau janin telah mati lama. Plasentasi tidak adekuat sehingga sel tropoblas
gagal masuk ke dalam arteri spiralis. Akibatnya, terjadi peredaran darah prematur dari ibu ke
anak.

Você também pode gostar