Você está na página 1de 3

Asas-asas penyelenggaraan pelayanan kesehatan

Asas-asas penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh
setiap penyelenggara pelayanan kesehatan bermutu untuk meminimalisasi konflik hukum antara rumah
sakit, dokter dan tenaga kesehatan lainnnya dengan pasien. Asas-asas pelayanan kesehatan tersebut
antara lain:

1. Asas tepat waktu

ini merupakan asas yang sangat penting diperhatikan oleh para provider jasa layanan kesehatan
khususnya para dokter. Karena keterlambatan penanganan seorang pasien akan dapat berakibat fatal
yaitu kematian pasien. Penanganan yang berkesan lambat dan asal-asalan terhadap pasien sangat tidak
terpuji dan bertentangan dengan asas tepat waktu ini. Kecepatan dan ketepatan penanganan terhadap
pasien yang sakit merupakan salah satu faktor yang dapat berakibat terhadap kesembuhan pasien.

2. Asas Iktikad Baik.

Asas ini bersumber pada prinsip etis berbuat baik (beneficence) yang perlu diterapkan dalam
pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan. Seorang dokter berkewajiban memberikan upaya pelayanan
kesehatan yang maksimal atas dasar itikat baiknya terhadap setiap pengguna jasa layanan kesehatan
tersebut. Sebagai profesional seorang dokter dalam menerapkan asas itikad baik ini akan tercermin
dengan penghormatan terhadap hak pasien dan pelaksanaan praktek kedokteran yang selalu berpegang
teguh pada standar profesi. Kewajiban untuk berbuat baik ini tentunya tidak harus mengorbankan atau
merugikan diri sendiri.

3. Asas Kejujuran.

Kejujuran antara dokter dan pasien merupakan salah satu hal penting dalam hubungan dokter pasien..
Awal timbulnya perseteruan antara pihak provider jasa layanan kesehatan dengan para receiver jasa
layanan kesehatan ini adalah adanya ketidakjujuran atau keterbukaan diantara keduanya. Seorang
dokter yang seharusnya memberikan informasi yang akurat tentang tindakan apa yang akan dilakukan,
bagaimana cara melakukannya, kemungkinan resiko medis yang akan timbul jika tindakan ini dilakukan
atau tidak dilakukan termasuk berapa besar biaya yang mungkin timbul dari tindakan tersebut jika
dilakukan dan berapa lama perawatan yang dibutuhkan. Pada sisi lain pasienpun harus jujur dan terbuka
atas setiap informasi medis yang dibutuhkan oleh dokter dalam menangani penyakitnya, termasuk
kejujuran atas kesediaan untuk menerima atau menolak tindakan medik yang disarankan oleh dokter,
termasuk kesanggupan membiayai setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

4. Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan ini sangat penting dalam sebuah transaksi terapeutik dimana dokter sebagai
pemberi jasa layanan kesehatan dan pasien sebagai penerima jasa layanan ini harus berada dalam
kesetaraan dan keseimbangan sehingga setiap keputusan terhadap tindakan apa yang dilakukan atau
tidak dilakukan oleh dokter terhadap pasien telah merupakan sebuah upaya kompromi diantara kedua
belah pihak. Hal ini tentunya akan semakin meminimalisasi konflik hukum yang mungkin akan terjadi.

Senada dengan penyelenggaraan praktek pelayanan kesehatan tersebut diatas, Catherine Tay Swee
Kian dalam Munir Fuady (2005:6-8)mengatakan bahwa praktek profesional dokter haruslah
mengedepankan asas-asas etika modern yang meliputi :

1. Asas Otonom.

Asas ini (autonomy) menghendaki agar pasien yang mempunyai kapasitas sebagai subjek hukum yang
cakap berbuat, diberikan kesempatan untuk menentukan pilihannya secara rasional, sebagai wujud
penghormatan terhadap hak asasinya untuk menentukan nasibnya sendiri (selfdetermination).

Walaupun pilihan pasien salah, dokter tetap harus menghormatinya dan berusaha untuk
menjelaskannya dengan sebenarnya menurut pengetahuan dan keterampilan profesional dokter
tersebut agar pasien benar-benar mengerti tentang akibat yang akan timbul tatkala pilihannya tidak
sesuai dengan anjuran dokter. Misalnya penolakan pemberian transfusi darah oleh pasien karena alasan
agama tidak mengizinkan. Dalam terjadi demikian, dokter harus memberikan masukan kepada pasien
tentang dampak negatif yang mungkin timbul sebagai akibat ditolaknya transfusi tersebut.

Dalam memberikan informasi kepada pasien, dokter hendaknya menyadari bahwa kurangnya
pengetahuan pasien tentang kesehatan dan rasa takut terhadap penyakitnya serta latar belakang
keyakinan-nya, adat istiadat, sosial ekonomi pasien akan sangat mempengaruhi persetujuan yang akan
diberikannya.

2. Asas Murah Hati

Istilah atau kata lain dari asas murah hati ini adalah beneficence, adalah suatu asas yang sangat
menekankan kepada para dokter sebagai tenaga profesional agar dalam setiap upayanya pelayanan
kesehatan yang dilakukan terhadap pasien atau masyarakat agar mengutamakan sifat murah
hati,mudah menolong orang tanpa pilih kasih, dan bersikap dermawan khususnya bagi penderita yang
kurang mampu.

3. Asas Tidak Menyakiti

Asas tidak menyakiti atau nonmaleficence mengandung makna bahwa sejauh mungkin dalam upaya
melakukan pelayanan kesehatan atau tindakan medis kepada pasiennya sedapat mungkin dokter
menghindarkan rasa sakit yang dialami oleh pasiennya. Rasa sakit ini dapat dimaknai dengan rasa sakit
pada fisik maupun psikhis sang pasien, karena tidak jarang masih kita temui perilaku atau sikap dokter
dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada pasien yang kurang ramah atau bahkan acuh tak acuh
sehingga dapat menimbulkan rasa sakit hati dari pasien dan atau keluarganya.Tindakan operatif yang
cenderung menimbulkan rasa sakit secara fisik akan dapat diterima oleh pasien sebagai suatu kenyataan
yang tidak dapat dihindari, apabila sebelumnya telah mendapatkan penjelasan yang cukup dari dokter
yang bersangkutan.
4. Asas Keadilan

Dokter dalam melakukan upaya pelayanan kesehatannya tidak dibenarkan membedakan status ekonomi
ataupun status sosial dari pasien. Dokter wajib memberikan penghormatan yang sama kepada seluruh
pasiennya dan juga memberi penghargaan sama atas hak-hak pasien, seperti hak atas kerahasiaan atau
privacy pasien, hak atas informasi dan memberikan persetujuannya, dan sebagainya.

5. Asas Kesetiaan

Asas ini merupakan terjemahan dari fidebility yang terkandung makna bahwa dokter harus dapat
dipercaya dan setia terhadap amanah yang diberikan pasien kepadanya. Seorang pasien datang kepada
dokter mempercayakan penyakit yang diderita termasuk hal-hal yang menyangkut kerahasiaanya yang
berhubungan dengan penyakit tersebut, karena dia percaya bahwa dokter tersebut mampu
memberikan kesembuhan dan sekaligus menjaga kerahasiaanya tersebut. Kepercayaan yang besar ini
merupakan suatu amanah bagi dokter untuk berupaya semaksimal mungkin menyembuhkan pasiennya
berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya

6. Asas Kejujuran

Kejujuran atau veracity atau honesty merupa-kan satu asas yang harus sama-sama dijunjung tinggi baik
oleh dokter atau maupun pasien. Pasien harus jujur menceritakan riwayat penyakitnya tanpa harus ada
yang disembunyikan kepada dokter, demikian pula sebaliknya dokter atau harus pula secara jujur
menginformasikan hasil pemeriksaan, penyakit serta langkah-langkah pengobatan yang akan
dilakukannya tentu dengan cara-cara yang bijaksana.

Você também pode gostar