Você está na página 1de 10

ASKEB AMENORE

A. Pengkajian
1. Data subyektif
a. Biodata
Umur :
- Usia reproduktif 20-35 tahun, wanita yang pernah mendapat haid, tapi kemudian tidak dapat
haid selama 3 bulan (Manuaba, 1998 : 399).
- Pubertas, ibu hamil, ibu meneteki, menopause (Sulaiman Sastrawinata, 1981 : 31)
Pekerjaan :
- Beresiko terhadap wanita-wanita yang bekerja sering terpapar radiasi (radiologi) (Sulaiman
Sastrawinata, 1981 : 31)
Pergantian lingkungan dapat menimbulkan amnore karena stress (Sulaiman Sastrawinata, 1981 :
29)
b. Keluhan utama
Tidak adanya haid selama 3x siklus berturut-turut atau lebih (Pusdiknakes, 1992 : 2).
c. Riwayat kesehatan
- Adanya gangguan pankreas (DM), adanya tumor, radang, distruksi, hipotyroidea, kretinisme
(Sarwono, 2006 : 206-208).
- Adanya kelainan gizi, gangguan pada hepar dan ginjal (Sulaiman Sastrawinata, 1981 : 32)
d. Riwayat kebidanan
1) Haid
- Pola haid sebelumnya teratur, kemudian tidak datang haid selama 3 bulan/lebih (Sarwono, 2006
: 202).
2) Kehamilan dan persalinan
- Pernah mengalami histerektomi (sarwono, 2006 : 208)
- Pada wanita yang tidak hamil, tapi ingin sekali hamil (Sarwono, 2006 : 212).
- Dapat untuk membantu menentukan amenore primer atau sekunder (Sarwono, 1999 : 208)
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Kelainan organik pada serebrum berupa radang (encephalitis), tumor, trauma dan sebagainya
dapat disertai amenore, tetapi peranan gejala ini kecil. Penting untuk diagnosis ialah anamnesis
dan gambaran klinik yang bersangkutan dengan kelainan-kelainan itu (Sarwono, 2006 : 211).
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi : Amenore bisa terjadi pada anoreksia nervosa, tidak ada nafsu makan, gangguan gizi
berat, tetapi tanpa letargi dan rasa nyeri diepigastrium (Sarwono, 2006 : 211).
Aktifitas : Pada amenore yang disebabkan anoreksia nervosa penderita masih tetap aktif
(Sarwono, 2006 : 212).
Istirahat : Pada wanita dengan stressor yang tinggi dapat mengganggu pola istirahat/tidur
(Sarwono, 2006 : 213)
Seksual : Pada amenore karena insufisiensi hipotesis biasanya disertai adanya penurunan libido
(Sarwono, 2006 : 214)
g. Riwayat ketergantungan
Pada sindrom amenore galaktore ditemukan pada kasus-kasus wanita yang memakai alat
penenang (Phonothiazine) dalam jangka lama (Sarwono, 2006 : 213).
h. Riwayat psikososial
Keadaan kejiwaan dengan syock emosional karena trauma atau kejadian yang menyedihkan serta
pergantian lingkungan dapat menimbulkan amenore. Psikosis yang paling sering ditemukan
bersama amenore adalah penyakit yang disertai depresi (Sarwono, 2006 : 211).
i. Riwayat KB
Pada wanita dengan sindrom amenore galakfore dapat pola ditemukan pada wanita-wanita yang
telah menghentikan minum pil kontrasepsi (Sarwono, 2006 : 213).
2. Data obyektif
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda-tanda vital
Pada amenore karena anoreksia nervosa dapat terjadi bradikardi dan suhu yang lebih rendah dari
normal (Sarwono : 211).
c. Berat badan
Amenore sering memyertai pada wanita yang mengalami obesitas (kelebihan berat badan)
(Sarwono, 2006 : 208).
d. Tinggi badan
Pada sindrom turner dapat dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150 cm (Sarwono, 2006 :
218).
e. Pemeriksaan fisik
Menurut Sarwono P, 2006 : 211-218
Mata : Mengetahui keadaan retina, luas lapang panjang, virus, jika ada kemungkinan tumor
hipofisis yang dapat menyebabkan amenore.
Thorax : - Amenore pada sindrom turner disertai adanya dada berbentuk perisai dengan puting
susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak sedikit/tidak ada.
- Terjadi pula pada sindrom feminisasi, yaitu hipoplasia puting susu, rambut ketiak sedikit/tidak
ada.
- Mammae mengeluarkan cairan seperti air susu pada kasus sindrom amenore galakkore
Abdomen : Pada amenore karena cushing sindrom didapatkan adanya striae terutama pada
dinding perut.
Genetalia : - Rambut pubis bisa normal/sedikit/tidak ada
- Alat-alat genetalia mengalami antrifi pada anoreksia nervosa, sindrom amenore galaktore dan
insufisiensi hipofisis.
- Amenore pada sindrom feminisasi testikuler vagina tidak ada dan pendek atau buntu, serviks
dan uterus tidak ada.
- Amenore pada tumor ovarium dan sindrom adreno genital didapatkan pembekuan klitoris
Ekstremitas : Pada amenore karena sindrom turner disertai tanda ruas tulang tangan dan kaki
pendek, osteoporosis.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Apabila pemeriksaan klinik tidak dapat memberi gambaran yang jelas mengenai sebab
amenore, maka dapat dilakukan pemeriksaan, sebagai berikut :
- Foto rontgen thorax : apakah ada TBC pulmonum, apakah ada perubahan pada sella tursika.
- Pemeriksaan sitologi vagina : untuk mengetahui adanya estrogen yang dapat dibuktikan berkat
pengaruhnya.
- Pemeriksaan sitologi vagina : untuk mengetahui adanya DM.
- Kerokan uterus : untuk mengetahui keadaan endometrium adanya endometritis tuberkulosa.
- Pemeriksaan metabolik basal : jika perlu pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi
glandola tiroidea
- Pemeriksaan mata : keadaan retina dan lapang panjang, virus jika ada kemungkinan tumor
hipofisis (Hanifa W, 2006 : 209).
2) Uji laboratorium pertama adalah terhadap peta HCG
- Jika positif, maka wanita hamil
- Jika negatif, dapatkan nilainya
TSH, prolaktin dan uji tantangan progesteron (provera 5-10 mg per os tiap hari selama 5-10 hari)
- Kadar TSH dan prolaktin normal yang bergabung dengan darah yang diambil dari uji tantangan
progesteron anovulasi (Varney, 2002 : 55).
B. Diagnosa Kebidanan
Setelah dilakukan analisa dari data subyektif dan data obyektif dapat dsimpulkan suatu diagnosa
kebidanan, yaitu ibu dengan amenore sekunder. Keadaan umum ibu baik/buruk, masalah yang
mungkin timbul adalah ;
1. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang amenore
2. Resiko nutrisi in adekuat sehubungan dengan adanya anoreksia nervosa karena gangguan
kejiwaan
3. Resiko tidak efektifnya pengetahuan diri sehubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan efek emosional dan fisik dari penyakit (Sarwono, 1999 : 211).

C. Perencanaan
1. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang amenore
Tujuan : Ibu tidak cemas
Kriteria : - Ekspresi wajah ceria
- Ibu dapat mengungkapkan rasa cemasnya berkurang dan tenang
- Ibu merasa rileks dan pengetahuannya bertambah tentang kondisinya
- Menggunakan sistem pendukung dengan efektif dan beradaptasi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 110/70-140/90 mmHg
S : 37oC
N : 68-94 x/mnt
R : 16-24 x/mnt
Intervensi
a. Adakan pendekatan dengan klien dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
masalahnya.
R/ Untuk membantu klien mengenal masalahnya dan lingkungannya.

b. Ciptakan suasana yang menyenangkan.


R/ Suasana yang menyenangkan akan mengurangi rasa kecemasan.
c. Identifikasi dan benarkan bila ada mis konsepsi tentang amenore.
R/ Membantu klien mengklasifikasi masalah.
d. Beri umpan balik/informasi yang tepat dan aktual untuk memperbaiki mis konsepsi.
R/ Membantu klien untuk memecahkan masalah secara tepat.
e. Beri penyuluhan tentang sebab akibat masalah/penyakitnya, kemungkinan tindakan yang
dilakukan, serta tujuan dilakukan tindakan.
R/ Dengan penyuluhan pengetahuan ibu bertambah.
f. Validasi keluhan ibu.
R/ Untuk meningkatkan harga diri dan perawatan diri.
g. Diskusikan dengan ibu untuk mekanisme kopping.
R/ Membantu ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
h. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengobatan.
R/ Untuk memilih kemungkinan tindakan.
2. Resiko nutrisi in adekuat sehubungan dengan anoreksia nervosa karena gangguan kejiwaan.
Tujuan : Ibu tidak jatuh dalam kondisi anoreksia berat, dan kekurangan gizi betul.
Kriteria : - Ibu makan teratur dan tidak menjadi kurus betul.
- Nafsu makan ibu meningkat dan BB meningkat (dalam batas normal)
- Tidak ada gangguan gizi yang berat dan nyeri epigastrium
- Ibu menberti tentang akibat resiko nutrisi in adekuat.
Intervensi
a. Kaji penyebab anoreksia.
R/ Mengetahui sebab anoreksia secara benar sehingga tindakan yang diberikan tepat.
b. Beri penyuluhan tentang pentingnya nutrisi, dan nutrisi yang baik dan benar.
R/ Ibu mengerti dan lebih kooperatif.
c. Beri penjelasan tentang alternatif untuk meningkatkan nafsu makan.
R/ Membantu meningkatkan nafsu makan.
d. Anjurkan untuk minum multi vitamin.
R/ Untuk menambah asupan gizi dan menambah nafsu makan.
3. Resiko tidak efektifnya pertahanan diri sehubungan dengan
- Kurang pengetahuan tentang penyakit
- Efek emosional dan fisik dari penyakit
- Kurang pengetahuan tentang perawatan dan pengobatan
Tujuan : Pertahanan diri ibu baik
Kriteria : - Pengetahuan ibu tentang penyakitnya serta emosional dan fisiknya baik.
- Pengetahuan ibu tentang perawatan dan pengobatan.
Intervensi
a. Adakan diskusi dan komunikasi dengan ibu tentang.
- Perasaan yang dirasakan sekarang
- Perubahan yang terjadi pada siklus haid/menstruasi
- Perawatan yang dilakukan
R/ Ibu mengerti dan koordinasi
b. Berikan dukungan kopping individu
R/ Meningkatkan kopping individu ibu

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan adalah merupakan realisasi dan rencana tindakan yang dilaksanakan oleh
bidan dalam membantu ibu dan keluarga untuk memenuhi dan mengatasi masalahnya meliputi
penjelasan, observasi tindakan, dan kolaborasi (Depkes RI, 1995 : 11).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari manajemen kebidanan untuk menilai hasil yang dicapai,
apakah sesuai dengan tujuan/tindakan. Dalam evaluasi dihasilkan dari dalam catatan
perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditentukan.
Catatan perkembangan ditulis dalam bentuk SOAP yaitu :
S : Subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan klien.
O : Obyektif
Yaitu data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan bidan maupun tenaga kesehatan lainnya.
A : Assesment
Adalah penilaian yang dapat disimpulkan dari data subyektif dan data obyektif.
P : Planning
Adalah rencana tindakan yang dibuat sesuai masalah yang ada
(Depkes RI, 1995 : 27-28)
1. Pengumpulan data
a. Data subyektif
1) Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny. Y Tn.A
Umur : 29 th 32 th
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Pedagang
Penghasilan : - ±Rp. 850.000,-/bln
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Usia kawin : 23 th 26 th
Lama/brp kali : 6 th/1x 6 th/1x
Alamat : Teguhan Paron Teguhan Paron
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan sudah 3 bulan tidak mentruasi.
3) Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan dulu
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita sakit dengan gejala tekanan darah tinggi,
sakit dengan gejala sesak nafas dan batuk yang tidak sembuh-sembuh, sakit dengan gejala nyeri
dada, dan bila dipergunakan beraktifitas sering berdebar-debar, sakit dengan gejala banyak
makan, banyak minum dan sering kencing.

• Riwayat kesehatan sekarang


Tanggal 8-1-2011, pukul 09.00 WIB ibu datang di Puskesmas Teguhan. Ibu mengatakan
sebelumnya haid teratur, tetapi sudah 3 bulan ini tidak menstruasi. Ibu juga mengatakan tidak
menggunakan alat kontrasepsi apapun sejak 1 tahun yang lalu. Sebelumnya belum pernah
berobat ke tempat pelayanan kesehatan, dan baru kali ini ibu memeriksakan diri.
Ibu mengatakan saat ini tak sedang menderita sakit dengan gejala batuk yang lama dan tidak
sembuh-sembuh, sakit dengan gejala susah buang air kecil, sakit dengan gejala banyak makan,
banyak minum dan sering kencing.
• Riwayat kesehatn keluarga
Anggota keluarga ibu tidak ada yang menderita sakit dengan gejala tekanan darah tinggi, sakit
dengan gejala banyak makan, banyak minum dan sering kencing, sakit dengan gejala nyeri dada
dan sering berdebar-debar bila aktifitas.
4) Riwayat kebidanan
• Haid
Ibu mengatakan menarche umur 14 tahun, siklus teratur 28-30 hari. Lama 5-6 hari, konsistensi
encer, kadang mengalami nyeri pada awal haid. Keputihan sedikit sesudah menstruasi tapi tidak
gatal sudah 3 bulan ini tidak haid.
HPHT : 6 Oktober 2010
• Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
- Saat hamil ibu mengeluh mual-muntah di pagi hari pada umur kehamilan 1-3 bulan. Selama
hamil ibu rutin periksa ke bidan, pada TM I 1x, TM II 3x, TM III tiap 2 minggu sekali. Ibu
mendapat imunisasi TT 2x umur kehamilan 4 dan 5 bulan, tablet Fe, kalk, dan vitamin. Ibu juga
mendapatkan penyulhan tentang perawatan payudara dan senam nifas.
- Ibu melahirkan anak pertama umur kehamilan 9 bulan lebih. Persalinan ditolong oleh bidan,
spontan langsung menangis. Jenis kelamin laki-laki, BB : 3100 gr, PB : 51 cm, setelah bayi lahir
plasenta lahir spontan, tidak mengalami perdarahan.
- Selama nifas ibu tidak mengalami masalah, anak sehat meneteki bayi pada hari kedua sampai
umur 2 tahun. Pada usia 6 bayi diberi MPASI sekarang anak berumur 6 tahun.
5) Riwayat KB
Ibu mengatakan sudah 1 tahun ini tidak memakai alat kontrasepsi apapun. Sebelumnya ibu
memakai kontrasepsi suntik selama 5 tahun.
6) Pola kebiasaan sehari-hari
• Nutrisi
Makan 3x sehari, porsi 1 piring dengan komposisi nasi, sayur (bayam, sup, kangkung), lauk pauk
(tahu, tempe, kadang daging, telur, ayam). Minum ± 6-7 gelas/hari, air putih kadang minum teh
pada pagi hari.
• Istirahat dan tidur
Biasanya ibu tidur siang ± 1-2 jam mulai pukul 13.00-15.00, tidur malam mulai pukul 21.00-
05.00 WIB, tidak ada keluhan.
• Eliminasi
BAK 3-4x sehari, warna kuning jernih, tak ada keluhan. BAB teratur 1x sehari tiap pagi hari,
konsistensi padat, warna kuning tengguli.
• Personal hygiene
Mandi 2x sehari, ganti pakaian setiap mandi, gosok gigi bersamaan dengan mandi, keramas 2x
seminggu, potong kuku bila panjang, ganti celana dalam 2-3x sehari atau bila terasa basah.
Selalu membersihkan genetalia setelah BAK dan BAB.
• Aktifitas
Ibu tetap melaksanakan tugasnya seperti biasa yaitu menyapu, serta memasak dan mengepel.
• Kehidupan seksual
Selama memakai KB suntik ibu melakukan hubungan sex dengan suami 2 minggu 1-2x tanpa
ada keluhan dari pihak istri dan suami.
7) Riwayat ketergantungan
Sejak dulu ibu tidak mempunyai kebiasaan/riwayat ketergantungan terhadap obat-obatan dan
obat-obatan anti depresi. Ibu juga tidak pernah merokok dan minum-minuman keras.
8) Riwayat psikososial
Sejak dulu sampai sekarang hubungan ibu dengan suami dan keluarga baik-baik saja. Ibu
mengatakan takut dan cemas dengan keadaannya sekarang yang tidak mengalami haid selama 3
bulan, jangan-jangan hamil. Ibu datang ke BPS sendirian, tidak diantar siapapun.
9) Riwayat spiritual
Ibu adalah pemeluk agama Islam yang taat, selalu pergi ke Masjid yang ada di samping
rumahnya untuk sholat dan kadang-kadang mengaji.
b. Data obyektif
1) Kesadaran : komposmentis
2) Keadaan umum : baik
3) BB/TB : 50 kg/155 cm
4) Tanda-tanda vital
T : 100/70 mmHg
S : 37oC
N : 80 x/mnt
R : 20 x/mnt

5) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, tidak ada lesi, hitam, tidak mudah rontok/berketombe.
Muka : Tidak sembab, ekspresi waja gelisah.
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda, kelopak mata tidak oedem.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Mulut : Bersih, tidak ada caries/gigi yang berlubang, tidak stomatitis, bibir lembab.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Dada : Bentuk simetris, pernafasan teratur, tidak ada stridor, ronchi, wheezing.
Mammae : Bersih, simetris, tidak ada hyperpigmentasi pada areola mammae, maupun benjolan
abnormal.
Ketiak : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
Abdomen : Tidak teraba/terlihat perut yang membesar, tidak terdapat hyperpigmentasi pada linea
nigra.
Genetalia : Bersih, tidak ada tanda chadwick pada vagina, tidak ada condiloma
matalata/condiloma akuminata, tidak ada fluor albus, tidak ada pengeluaran pervaginam.
Ekstremitas : Berfungsi normal, tidak terdapat oedem pada kedua tungkai, tidak ada varices.
2. Analisa data
Tanggal Diagnosa/masalah Data dasar
8-1-2011
Pukul 09.00 WIB P10001 dengan masalah amenore sekunder DS : - Ibu mengatakan sudah 3
bulan tidak haid.
- Ibu mengatakan sudah 1 tahun ini tidak memakai alat kontrasepsi apapun
- Ibu mengatakan punya 1 anak, lahir cukup bulan, hidup umur 6 tahun, HPHT : 6 Oktober 2010
DO : - Keadaan umum ibu baik
- Genetalia : v/v taa, bersih, tidak ada condiloma akuminata/condiloma akuminata, tidak ada
fluor albus, tidak ada pengeluaran pervaginam.
- Payudara : tidak ada hyperpigmentasi pada areola maupun benjolan abnormal
- Abdomen : tidak teraba/terlihat perut yang membesar, tidak terdapat hyperpigmentasi pada
linea nigra.
Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore DS : - Ibu mengatakan
takut dengan keadaannya sekarang yang tidak haid selama 3 bulan, jangan-jangan hamil
- Ibu mengatakan sebelumnya haid teratur
- Ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun sejak 1 tahun yang lalu
DO : - Tanda-tanda vital
T : 100/70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 37oC
R : 20 x/mnt
- Ekspresi wajah ibu gelisah

B. Diagnosa Kebidanan
Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik, dengan masalah cemas
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang amenore.
Prognosa : baik

C. Perencanaan
1. Diagnosa : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyebab dan cara mengatasi amenore
Kriteria : - Klien mampu beradaptasi dengan keadaannya.
- Klien mengerti penyebab amenore
- Klien mengerti dan memahami penanganan terhadap amenore
Intervensi
a. Jelaskan pada klien hasil pemeriksaan.
R/ Meningkatkan kognitif klien, sehingga lebih kooperatif.
b. Jelaskan pada klien penyebab dari amenore sekunder.
R/ Pengetahuan klien yang cukup meningkatkan perhatian terhadap tindakan selanjutnya.
c. Berikan penyuluhan tentang
- Kemungkinan tindakan yang dilakukan
- Tujuan dari tindakan yang dilakukan
R/ Klien mengerti dan kooperatif.
d. Anjurkan klien untuk melakukan Pap Smear.
R/ Deteksi adanya kanker serviks.
2. Masalah : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan dalam waktu 15 menit, cemas mulai
berkurang/hilang.
Kriteria : - Ekspresi wajah ibu ceria.
- Ibu tenang dan mengungkapkan rasa cemasnya berkurang.
- Pengetahuan ibu bertambah, dan ibu merasa rileks.
- Ibu dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungannya.
Intervensi
a. Adakan pendekatan dengan ibu dan beri kesempatan kepada ibu untuk mengungkapkan
perasaannya.
R/ Untuk membantu ibu mengenal masalah dan lingkungannya.
b. Ciptakan suasana yang menyenangkan.
R/ Suasana yang menyenangkan akan mengurangi kecemasan.
c. Validasi keluhan ibu.
R/ Untuk meningkatkan harga diri dan perawatan diri.
d. Identifikasi dan berikan bila ada mis konsepsi tentang amonore.
R/ Membantu ibu untuk mengulasifikasi masalah.
e. Beri umpan balik/informasi yang tepat dan aktual untuk memperbaiki mis konsepsi.
R/ Membantu ibu untuk memecahkan masalah secara tepat.
f. Lakukan test kehamilan (plano test).
R/ Membantu memastikan adanya kehamilan.
g. Beri penyuluhan tentang : sebab akibat masalah/penyakitnya, kemungkinan tindakan yang
dilakukan, serta tujuan dilakukan tindakan.
R/ Dengan penyuluhan pengetahuan ibu bertambah dan kooperatif.
h. Diskusikan dengan ibu untuk mekanisme topping.
R/ Membantu ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
i. Kolaborasi dengan team kesehatan untuk pengobatan.
R/ Untuk memilih kemungkinan tindakan.

D. Pelaksanaan
Tanggal 8-1-2011, pukul 09.00 WIb
1. Diagnosa : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik.
Implementasi
a. Menjelaskan pada klien hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa klien tidak sedang
hamil dan tidak ditemukan adanya kelainan pada klien.
b. Menjelaskan pada klien penyebab dari amenore bisa dari berbagai hal sehingga tidak timbul
haid seperti kondisi emosional yang tidak stabil, keadaan nutrisi yang kurang.
c. Memberikan penyuluhan pada klien tentang :
1) Kemungkinan tindakan yang akan dilakukan, dimana tidak semua amenore memerlukan
tindakan/terapi, mungkin dengan menghilangkan stress atau pemenuhan nutrisi yang cukup saja
sudah dapat membantu. Bisa juga dengan memberikan obat-obat hormonal jika memang
diperlukan sesuai kondisi tiap-tiap individual.
2) Tuuan tindakan adalah untuk
- Memperbaiki keadaan umum klien terlebih dahulu
- Diharapkan bila faktor penyebab sudah teratasi maka menstruasi dapat lancar
d. Menganjurkan klien untuk melakukan Pap Smear untuk deteksi dalam terhadap kanker
serviks.
2. Masalah : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore.
Implementasi
a. Mengadakan pendekatan dengan ibu dan memberikan kesempatan ibu untuk mengungkapkan
masalahnya.
b. Menciptakan suasana yang menyenangkan misalnya dengan
- Memberi suasana yang tenang saat komunikasi atau anamnesa
- Melakukan komunikasi terapeutik dengan cara menampung semua keluhan ibu, serta memberi
kesempatan ibu untuk bertanya.
c. Mengidentifikasi dan membenarkan salah persepsi ibu tentang
- Kaji sejauh mana pengetahuan ibu tentang amenore
- Tunjukan pada ibu bahwa pendapatnya tentang amenore itu tidak benar, karena wanita yang
mengalami amenore belum tentu dia hamil.
d. Memberikan informasi yang tepat tentang amenore bahwa :
- Amenore bisa disebabkan berbagai macam hal, termasuk gangguan jiwa/stress dan juga karena
kurang gizi.
- Amenore bukanlah suatu penyakit, tapi hanya suatu gejala
- Amenore tidak selalu memerlukan terapi/pengobatan, tapi mungkin hanya diperlukan perbaikan
gizi saja sudah cukup membantu
e. Memberikan penyuluhan tentang
Sebab akibat dari amenore, yaitu bisa disebabkan berbagai macam hal dan juga bisa berakibat
bermcam-macam dimana respon tiap individu tidak sama
- Kemungkinan tindakan yaitu bahwa tidak semua amenore memerlukan tindakan/terapi, tapi
mungkin dengan menghilangkan stress atau dengan pemberian nutrisi saja sudah cukup
membantu, seperti halnya yang dialami ibu sekarang, bahwa amenorenya masih dianggap
fisiologis, dan diduga karena nutrisi yang kurang, maka diharapkan ibu dapat meningkatkan
mutu dan jumlah nutrisinya.
- Tujuan tindakan yaitu untuk memperbaiki keadaan ibu sendiri, dan diharapkan bila faktor
penyebab sudah teratasi, maka menstruasi bisa lancar.
- Supaya ibu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.

E. Evaluasi
Tanggal 8-1-2011, pukul 09.30 WIb
1. Diagnosa : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik.
S : - Ibu mengatakan telah mengerti tentang penyebab dari keadaannya.
- Ibu mengatakan telah paham mengenai penanganan terhadap amenore.
O : Ibu mampu mengulang penjelasan petugas tentang penyebab serta penanganan yang
dilakukan pada amenore.
A : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder.
P : - Anjurkan klien untuk melakukan Pap Smear
- Anjurkan klien untuk kontrol 1 minggu lagi (19 Juni 2008) atau jika ada keluhan
- Lakukan deteksi ulang tentang kemungkinan penyebab amenore pada pemeriksaan berikutnya.
2. Masalah : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore
S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan sudah tidak terlalu cemas.
O : Ibu tenang, ekspresi wajah tenang
A : Cemas teratasi
P : Anjurkan ibu kontrol ulang bila keluhan masih berlanjut

Você também pode gostar