Você está na página 1de 20

Ada yang tahu arti istilah di atas? Gw yakin klo yg berkecimpung di dunia medis pasti ngerti..

Jadi intinya gw belum genap seminggu menghirup udara kebebasan di luar Rumah Sakit Yos
Sudarso Padang Room No.320.. U know why? Gw habis operasi pren.. Operasinya Medium,
dengan sebuah tonjolan di selakangan gw (bukan, bukan tonjolan yang itu) deket2 anus,
makanya namanya periANAL. Gw kira sbelumnya tonjolan itu adaalh Wasir, tapi anehnya waktu
BAB ga masalah tuh.. Sminggu sbelumnya gw dah periksa ke dokter di Bukittinggi dan beliau
juga mengira itu wasir. Alhasil gw dikasih obat wasir berbentuk peluru yang mesti dimasukkan
lewat anus. Gw ga ngerti perasaan temen2 gw kalo tau gw salaman setelah minum, eh
memasukkan obat. (becanda dink, gw pake antiseptik kok). Trus dokter itu nyuruh gw kontrol
seminggu lagi. Belom genap seminggu, gw maen2 ke padang, kumpul ma tmen2 alumni BDK
Palembang 06. Nah.., karena waktu itu pas arus balik lebaran, gw mesti berdesak2an di travel 2
jam lebih. Pantat gw berusaha menjerit dan berontak karena tergesek dan terhimpit. Inilah yang
gw tengarai menjadi trigger atas perihnya tonjolan gw itu keesokan harinya.
Esoknya ketika gw bangun di pagi hari, gw tidak disambut oleh nyanyian burung2 gereja (??)
melainkan gw mesti berjalan ngangkang karena klo ga gt rasanya sakit deh (ga pake banget,
belum saatnya). Dan gw memutuskan untuk pergi ke RS Yos Sudarso ditemenin ma Dimas naek
taksi buluk khas padang karena dah ga sanggup lagi buat naek kendaraan umum jenis lain,
apalagi buat jalan dengan gaya orang pasca sunat dan anunya tiba2 jadi dua. Seperti yg gw duga,
dokter di RS memutuskan untuk dilakukan operasi malam harinya. So, gw check in di RS siang
itu juga.

14.00
Check in di RS, Puasa pra operasi dimulai
15.00
Hampir mati kebosanan, karena namanya jg Rumah Sakit, mau jalan2 ke mana? Ngecengin
perawat? ide bagus
16.00
Tidur
18.00
Dimas n Nyokapnya dateng
19.00
Minum obat
19.30
Dokter datang, perasaan gw dah ga enak. Yap gw disuruh duduk di kursi roda untuk pindah ke
ruang operasi. Masuk ruangan aku disambut beberapa lelaki dan perempuan yang memaksaku
untuk melucuti seluruh pakaian yang aku kenakan.. (kok familiar ya dgn kalimat spt ini). Trus
dokter pimpinan operasi gw datang dengan masih ngobrol di hapenya. Namanya dokter Wirsman
Arif, panggilannya dr. Ucok (darimana ucoknya ya? ga pake marga juga kok). Habis nutup telp
dia tanya ke salah satu perawat bernama Melsi, “Mana cipika-cipikinya?” Entah setan mana yang
lewat, gw langsung nyeletuk, “Buat pasiennya enggak suz?” sedetik kemudian sebuah bantal
sukses mendarat di muka gw, sebuah perilaku keji untuk seorang pasien tak berdaya , yang kaki
dan tangannya sudah terikat di meja operasi. Operasi udah siap, nah sekarang saatnya para
perawat mengalihkan perhatian gw dengan mengajak ngobrol, pas ngelubangin pergelangan
tangan gw seorang perawat cowok (bukan gaylord focker) nanya olahraga gw apa, soalnya kulit
tangan gw susah ditembus. Gw ga nyangka klo Basket punya efek kaya gini. Ternyata bukan
cuman tangan gw yang dilubangin, habis itu giliran punggung gw ditusuk jarum yang bikin gw
hilang kesadaran kurang dari 5 menit sesudahnya…
20.30
Mata gw kebuka setengah…. cuma keliatan bayangan2 orang di sekitar gw.. oh.. operasi dah
kelar ya? tapi gw ngerasa terbang di awan tanpa bisa ngerasain anggota badan gw ada di mana
20.45
Gw dipapah duduk di kursi Roda n dibalikin ke bangsal 13, eh 320. Sbelum keluar Lift, suster
bilang ke mamanya Dimas yang setia nungguin (thanks Mom), “Tolong jagain ya buk, barang
langka nih.” Pikiran gw belum mampu buat mencerna kata2 itu, orang badan gw aja baru kerasa
setengah. Di bangsal gw ternyata udah nungguin Dimas, dek Soli (adeknya Dimas), bokapnya,
and so pasti nyokapnya… Fyuh… merekalah yang ngurus kesendirian gw sakit di rantau orang..
I dont know how to thanks and what to give back..

next day…
gw bangun dengan perasaan enaaakkkk bgt.. tapi ga bertahan lama setelah melihat infus di
tangan gw dan ranjang yang berdarah kena noda bekas tusukan di punggung gw.
gw pikir penderitaan gw bakal berakhir di sini…
ternyata gw salah

Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan luka tekan :

1. Kaji resiko individu terhadap kejadian luka tekan

2. Pengkajian resiko luka tekan seharusnya dilakukan pada saat pasien memasuki RS dan diulang dengan pola yang
teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien, seperti pembedahan atau penurunan status
kesehatan[5]. Beberapa instrumen pengkajian resiko dapat digunakan untuk mengetahui skor resiko. Diantara skala
yang sering digunakan adalah skala Braden dan Norton[18]. Saat ini skala Braden telah diuji validitasnya di
Indonesia, dan memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang tinggi [17].

3. Identifikasi kelompok kelompok yang beresiko tinggi terhadap kejadian luka tekan. Orangtua dengan usia lebih dari
60 tahun, bayi dan neonatal, pasien injuri tulang belakang adalah kelompok yang mempunyai resiko tinggi terhadap
kejadian luka tekan[12].

4. Kaji keadaan kulit secara teratur


a. Pengkajian kulit setidaknya sehari sekali
b. Kaji semua daerah diatas tulang yang menonjol setidaknya sehari sekali .
c. Kulit yang kemerahan dan daerah diatas tulang yang menonjol seharusnya tidak dipijat karena pijatan yang keras
dapat mengganggu perfusi ke jaringan[1].

5. Kaji status mobilitas.


Untuk pasien yang lemah, lakukanlah perubahan posisi. Ketika menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara
langsung pada daerah trochanter. Bila ingin memposisikan pasien pada posisi lateral, maka posisikanlah pasien
pada posisi lateral inklin 30 , posisi ini memungkinkan distribusi tekanan pada daerah yang lebih luas[16]. Posisi
lateral inklin 30 derajad terdapat pada gambar 5.
Untuk menghindari luka tekan didaerah tumit, gunakanlah bantal yang diletakan dibawah kaki bawah. Bantal juga
dapat digunakan pada daerah berikut untuk mengurangi kejadian luka tekan :

● Diantara lutut kanan dan lutut kiri


● Diantara mata kaki
● Dibelakang punggung
● Dibawah kepala

6. Minimalkan terjadinya tekanan.


● Hindari menggunakan kasa yang berbentuk donat di tumit[14]. Perawat dirumah sakit di Indonesia masih sering
menggunakan donat yang dibuat dari kasa atau balon untuk mencegah luka tekan. Menurut hasil penelitian Sanada
(1998) ini justru dapat mengakibatkan region yang kontak dengan kasa donat menjadi iskemia.
● Rendahkan kepala tempat tidur 1 jam setelah makan, bila tidak mungkin karena kondisi pasien, maka kajilah
daerah sakral lebih sering
● Tentukanlah jenis matras yang sesuai dengan kondisi pasien[19].

7. Kaji dan minimalkan terhadap pergesekan (friction)dan tenaga yang merobek (shear).

Bersihkan dan keringkan kulit secepat mungkin setelah episode inkontinensia. Kulit yang lembab mengakibatkan
mudahnya terjadi pergesaran dan perobekan jaringan. Pertahankan kepala tempat tidur pada posisi 30 atau dibawah
30 derajat untuk mencegah pasien merosot yang dapat mengakibatkan terjadinya perobekan jaringan[19].
8. Kajilah inkontinensia
Kelembapan yang disebabkan oleh inkontinensia dapat menyebabkan maserasi. Lakukanlah latihan untuk melatih
kandung kemih (bladder training) pada pasien yang mengalami inkontinesia. Hal lain yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya luka tekan adalah :

● Bersihkanlah setiap kali lembab dengan pembersih dengan PH seimbang.


● Hindari menggosok kulit dengan keras karena dapat mengakibatkan trauma pada kulit.
● Pembersih perianal yang mengandung antimikroba topikal dapat digunakan untuk mengurangi jumlah mikroba
didaerah kulit perianal[10]..
● Gunakalah air yang hangat atau sabun yang lembut untuk mencegah kekeringan pada kulit. Kulit orangtua lebih
kecil toleransinya dari efek kekeringan karena sabun dan air panas[19]..
● Berikanlah pelembab pada pasien setelah dimandikan untuk mengembalikan kelembaban kulit.
● Bila pasien menggunakan diaper, pilihlah diaper yang memiliki daya serap yang baik, untuk mengurangi
kelembapan kulit akibat inkontinensia.

9. Kaji status nutrisi


● Pasien dengan luka tekan biasanya memiliki serum albumin dan hemoglobin yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan mereka yang tidak terkena luka tekan[11]
● Kajilah status nutrisi yang meliputi berat badan pasien, intake makanan, nafsu makan, ada tidaknya masalah
dengan pencernaan, gangguan pada gigi, riwayat pembedahan atau intervensi keperawat/medis yang
mempengaruhi intake makanan[19].

10. Kaji dan monitor luka tekan pada setiap penggantian balutan luka[19].
meliputi :

● Deskripsi dari luka tekan meliputi lokasi, tipe jaringan ( granulasi, nekrotik, eschar), ukuran luka, eksudat ( jumlah,
tipe, karakter, bau), serta ada tidaknya infeksi.
● Stadium dari luka tekan
● Kondisi kulit sekeliling luka
● Nyeri pada luka

11. Kajilah faktor yang menunda status penyembuhan

● Penyembuhan luka seringkali gagal karena adanya kondisi kondisi seperti malignansi, diabetes, gagal jantung,
gagal ginjal, pneumonia
● Medikasi seperti steroid, agen imunosupresif, atau obat anti kanker juga akan mengganggu penyembuhan luka[18].

12. Evaluasi penyembuhan luka


● Luka tekan stadium II seharusnya menunjukan penyembuhan luka dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Pengencilan
ukuran luka setelah 2 minggu juga dapat digunakan untuk memprediksi penyembuhan luka. Bila kondisi luka
memburuk atau terjadi deteriorasi pada luka, evaluasilah luka secepat mungkin[21].

● Parameter untuk penyembuhan luka termasuk dimensi luka, eksudat, dan jaringan luka.
● Pantaulah perkembangan dari penyembuhan luka dengan menggunakan instrumen/skala. Contoh instrumen yang
sering digunakan untuk mengkaji penyembuhan luka adalah PSST (pressure sore status tool ), dan PUSH ( pressure
ulcer scale for healing)[4].

13. Kajilah komplikasi yang potensial terjadi karena luka tekan seperti abses, osteomielitis, bakteremia, fistula[19].

14. Berilah pasien edukasi berupa penyebab dan faktor resiko untuk luka tekan dan cara cara untuk meminimalkan
luka tekan.

Acknowledgement

I would like to thank to Professor Hiromi Sanada and Gojiro Nakagami for the figures and helping me in creating this
article.
Daftar Pustaka

1. Agency for Health Care Policy and Reseach, U.S. Department of health and Human Services. Pressure ulcers in
adult: prediction and prevention. 1992. Rockville

2. Allman R.M.,Goode,P.S, Patrick,M.M.,et al. Pressure ulcer risk factors among hospitalized patients with activity
limitations. Journal of the american Medical association. 1995;273:865-870

3. Ankrom A.M., Bennet G.R., Sprigle S.,et al. Pressure-related deep tissue injury under intact skin skin and the
current pressure ulcer staging systems. Advances in skin and wound care.2005;18:35-42

4. Bates -Jensen . Indices to include in wound healing assessment. Advances in Wound Care. 1995;8:25-3

5. Berlowitz D.R., Brandeis. G.H., Anderson J., Du W, et al. Effect of pressure ulcers on the survival of long -term
care residents. The Journal Of Gerontology. 1997, 52A

6. Braden BJ, Bergstrom N . A conceptual schema for the study of the etiology of pressure sores. Rehab Nursing,
2000, 25, 105-110

7. Defloor T., The Risk of Pressure Sores: Aconceptual scheme. Journal of Clinical Nursing, 1999;8:206-216,.

8. Guenter P., Malyszck R.,Bliss D.Z.,et al. Survey of nutritional status in newly hospitalized patiens with stage III or
stage IV pressure ulcers. Advances in Wound Care.2000;13:164-168

9. National Pressure Ulcer Advisory Panel. Push Tools. Available at : http://www.npuap.org. Accesed Desember 2006

10. Newman. D.K., Wallace.D.W., et.al Moisture control and incontinence management. In D.L Krasner.G.T.
Rodeheaver,and R.G Sibbald, Chronic wound care : A clinical source book for healthcare professionals (3rd ed).2001.
Wayne,PA:HMP communication

11. Pieper B., Sugrue M., Weiland M., et al. Risk factor, prevention methods, and wound care for patients with
pressure ulcers. Clinical Nurse Speacialist.1998;12:7

12. Quigley. S.M., Curley. M.A.Q. Skin Integrity in The Pediatric Population: preventing and managing pressure
ulcers. Journal Of The Society Of Pediatric Nurses. 1996;1(1):7

13. Republika. Dekubitus. Available at: www.republika.co.id. Acessed Desember 2006.

14. Sanada, H. Pressure ulcers management. http://square.umin.ac.jp/sanada/english/show-e.html. Accessed


Desember 2006

15. Sato M., Sanada H., Konya C., et al. Prognosis stage I and related factors. International Wound Journal.
2006;3:335-362

16. Sugama., J., Sanada, H., Kanagawa, K., et al . Risk factors of pressure sore development, intensive care unit,
Pressure – relieving care, the Japanese version of the Braden Scale. Kanazawa Junior Collage, 1992, 16, 55-59

17. Suriadi, Sanada H, Kitagawa A, et.al. Study of reliability and validity of the braden scale translated into indonesia.
2003. Master thesis. Kanazawa University, Japan

18. Sussman, C. & Bates-Jensen, B.M.. Wound Care: a collaborative practice manual for physical therapist and
nurses. Second Edition. Gaithersburg: AN Aspen publication, 2001,235 – 260

19. Wound Ostomy and Continence Nurses Society : Guideline for prevention and management of pressure ulcers,
2003, 1-15

20. Wound, Ostomy, and Continence Nurses Society. WOCN society response to NPUAP white papers: Deep tissue
injury, stage 1 pressure ulcer, and stage II pressure ulcers. Glenview ill: Wound, Ostomy, and Continence Nurses
Society;2005

21. Van Rijswijk L., Braden B. Pressure ulcer patient and wound assessment: An AHCPR clinical parctice guideline
update. ostomy/Wound Management.1999;45(suppl.1A):56S-67S
FISTEL/ABSES PERIANAL

Definisis :

Fistula : Hubungan abnormal antara anal dan kulit perianal oleh saluran yang dilapisi epitel

Abses : Terdapat penumpukan Nanah pada saluran anal dan kulit perianal

Gejala :

 Nyeri/sakit
 berdarah atau bernanah
 rasa gatal sekitar anus
 Sering disertai Demam bila ada

Penemuan yang Mungkin:

 Terlihat Saluran di kulit dekat anus


 Nyeri pada pemeriksaan
 Warna Kemerahan/Radang
 Teraba penebalan pada kejadian kronis/lama
 Bisa terlihat adanya cairan yang keluar dari lobang

Pengobatan

 Pemberian Antibiotik/Antinyeri
 Operasi Fistulotomy/Fistulektomy
Appendicitis/Usus Buntu
Definisi: Peadangan pada Usus buntu/Appendik

Dapat berupa :

 Apendisitis akut

 Periapendikuler infiltrat

 Periapendikuler abses

 Apendisitis perforate yang disertai Peritonitis lokal atau Peritonitis umum.

Gejala :

 Nyeri disekitar pusar pindah ke kanan bawah


 Demam
 Mual mutah
 Bisa Disertai Diare/Nyeri Pada Saat Kencing

Pemeriksaan Fisik :

 Nyeri tekan dititik McBurney/Kanan Bawah

 dapat disertai defance muskulare/Otot perut kaku

 Panas badan meningkat

 Dapat teraba massa di kanan bawah pada periapendikuler infiltrat/abses

 Colok dubur nyeri jam 09.00-11.00

Terapi :

 Apendisitis kronis : Appendektomi terbuka/Laparoskopi direncanakan

 Apendisitis akut : Appendektomi terbuka/Laparoskopi segera


 Periapendikuler abses/Infiltrat/Peritonitis : Laparotomi appendektomi
HEMOROID/EMBEYEN

Definisi :Pembengkakan atau radang pembuluh darah vena di rectum dan anus

Dikenal : Hemoroid interna dan eksterna

Gejala :

 keluar darah segar saat BAB (terutama saat feses akan keluar atau setelah feses keluar
(Stadium I)
 Keluar benjolan saat anus dapat masuk atau tidak dapat masuk (stadium IIs/d IV).
 Rasa nyeri pada dubur,
 kadang terasa gatal pada dubur

Pemeriksaan Fisik

 Pucat/Anemis (perdarahan menerus)

 Terdapat benjolan pada anus (stadium III-IV)


 Nyeri pada anus (Infeksi/Trombosis)

Terapi :

 Stadium I & II tanpa atau dengan pendarahan : rawat jalan, medikamentosa, pengaturan
diet, skleroterapi.
 Stadium III & IV : MRS, ligasi rubber band.operasi haemoroidektomi.
STRUMA/GONDOK

Definisi : Benjolan di leher bagian depan ikut bergerak saat menelan

Dapat Berupa :

1. Struma non toksika

tenang, tidak ada gejala hipertiroidi (lihat struma toksika)

1). Struma uninodosa : bila terdapat satu benjolan/nodus dalam satu sisi/lobus

2). Struma multinodsa : bila terdapat dua atau lebih benjolan/nodus dalam satu atau kedua
sisi/lobus

3). Struma difusa : bila kedua sisi/lobus membesar difuse.

2. Struma toksika (hypertiroid)

Struma umumnya difus tetapi dapat pula nodosa

Terdapat gejala-gejala hipertiroidi :

Penderita gelisah, gemetar, nadi cepat, badan tambah kurus, jantung berdebar, sering
keringatan, sulit tidur, diare,mata melotot(exophthalmos)

Kemungkinan Lain :

KARSINOMA/KEGANASAN TIROID:

Benjolan di leher bagian depan, ikut bergerak waktu menelan disertai tanda : Penekanan, suara
parau, sesak nafas, gangguan menelan, teraba keras, gerakan terbatas, pembesaran kelenjar getah
bening leher, FNAB keganasan (+)

Terapi :

a. Bedah :
Operasi macamnya tergantung proses patologi tiroid :

Struma uninodosa : lobektomi subtotal

Struma multinodosa : lobektomi / tiroidektomi subtotal

Karsinoma Thyroid : total tiroidektomi + RND bila metastase ke kel.leher. Radiasi


externa/interna

b. Non bedah : Struma toksika (Basedow); obat anti-tiroid


HERNIA/TEDUN

Definisi : Keluarnya organ dalam rongga perut melalui bagian dinding perut yang lemah

Dapat berupa :

 Hernia Ingunalis Lateralis(diatas lipat paha pada sisi lateral/bentuk lonjong)


 Hernia Ingunalis Medialis(diatas lipat paha pada sisi Medial/bentuk bulat)
 Hernia Femoralis(Dibawah Ligamentum inguinal/Lipat paha/bentuk bulat)
 Incisional hernia (Pada bekas luka operasi)

Diagnosis :

 Benjolan pada lipat paha, dapat keluar masuk


 Klinis dapat reponibilis (keluar masuk), ireponibilis (terjepit), inkarserata
(Ileus:gangguan BAB/Flatus),Strangulata (Nyeri Hebat karena jepitan)

Terapi :

 Operasi segera bila inkaserata/Strangulata


 Operasi terencana untuk henia reponibilis dan hernia ireponibilis

(Hernioraphy menurut Bassini / shouldice atau lebih baik dengan memakai Prolene Mesh
(Lichtenstein)
HIPERTROFI PROSTAT BENIGNA (BPH)
Definisi : Pembesaran kelenjar prostat,dapat menyebabkan ganguan kencing

Diagnosa :

3 pertanyaan penting :

¨ Apakah anda terbangun malam hari untuk kencing ?

¨ Apakah pancaran kencing anda melemah ?

¨ Apakah anda merasa terganggu dengan kencing anda ?

Tanda-tanda

 Mengejan
 Pancaran lemah
 Pengosongan tidak sempurna
 Kencing tidak puas
 Kencing terputus
 Sering kencing
 Kesulitan menahan rasa ingin kencing
 Menetes setelah kencing
 Kencing malam hari

Pemeriksaan Fisik :

 Kandung kencing penuh (Adanya retensio urine)


 Nyeri Suprapubik (Tanda-tanda infeksi saluran kencing)
 Colok dubur terasa pembesaran prostat
Terapi :

a. Non bedah : Medikamentosa (alfa blocker & anti androgen)

Sementara pemasangan kateter

b. Bedah : Operasi terbuka (Prostatektomi)

SUMBING BIBIR (LABHIOSHISIS)


Diagnosis : Kelainan bawaan

Bibir atas tidak menyatu

Terapi : Labioplasti

CELAH LANGIT-LANGIT (PALATHOSHISIS)

Diagnosis : Kelainan bawaan

Terdapat celah pada langit-langit

Terapi :

a. Non bedah : Speech therapy/terapi wicara, perbaikan gigi

b. Bedah : Palatoplasti

KARSINOMA KOLON

Diagnosis :

 Perubahan kebiasaan buang air besar


 Berak darah dan lendir
 Penurunan berat badan
 Anemia dan diare untuk karsinoma kolom kanan
 Tanda-tanda obstruksi untuk kolom kiri
 pada fase lanjut teraba tumor

Terapi :

 Kolon kanan : hemikolektomi kanan


 Kolon transversum : reseksi dan reanastomose
 Kolon kiri : hemikolektomi kiri
 Sigmoid : reseksi anterior
 Terapi adjuvant : kemoterapi

KARSINOMA REKTUM

Diagnosis :

 Berak darah & lendir, berbau,


 ganguan kebiasaan BAB
 Nyeri saat BAB, tenesmus pada kasus lanjut, obstruksi/sumbatan usus

Pemeriksaan Fisik

Colok dubur :

 Teraba tumor berbenjol, rapuh, tukak, mudah berdarah

Terapi :

 Ca. Rektum 12 cm diatas anus dilakukan reseksi anterior


 Ca. Rektum kurang 12 cm dari anus reseksi anterior rendah
 Ca. Rektum 6 – 12 cm dari anus dilakukan reseksi anterior rendah
 Ca. Rektum kurang 6 cm dari anus: reseksi abdominal Perineal

LUKA BAKAR

2. Kriteria diagnosis : Luka baker merupakan kerusakan pada jaringan karena


pengaruh suhu (baik panas maupun dingin) atau dari penyerapan energi fisik dan dari kontak
dengan bahan-bahan kimia. Setiap penyebab mempunyai gambaran klinis yang khusus dan
manajemen pengelolaannya.

Pembagian derajat luka baker :

Derajat I : Hanya mengenai cairan epidermis luar, tampak


hiperemi dan eritema

Derajat II : Mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan


sebagian dermis disertai lepuh, edema jaringan dan basah

Derajat III : Mengenai semua lapisan epidermis dan dermis,


biasanya tampak luka kering dengan vena koogulasi pada permukaan kulit

3. Diagnosis banding : -
4. Pemeriksaan penunjang : Laboratorium : DL, UL, RFT, elektrolit, protein darah

Mikrobiologi : Kultur dan tes kepekaan kuman

Radiologi : Foto polos toraks AP

Jantung : EKG

5. Terapi :

a. Non bedah : - Tindakan darurat ABC, retutilasi jantung, paru, otak

- Koreksi elektrolit dengan rumus Rule of nine dan koreksi


Hiperaktif

- Perawatan terhadap jantung, paru, ginjal dan hati

- Terapi suportif seperti nutrisi, protein

- Antibiotika, analgetika, antidiuretika

- Pertolongan pertama bisa diberikan air dingin (waktunya


singkat)

Você também pode gostar