Você está na página 1de 55

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

RINGKASAN BAB 4 -10

SIRDAYANI

1600093

KELAS B/ SEMESTER 1
PRODI D3

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


PEKANBARU
RIAU
RINGKASAN BAB IV
HUKUM HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

A. Hukum Islam

1. Pengertian Syariah dan Fiqih


a) Pengertian Syari’ah

Syariah adalah ketentuan yang mengatur hidup manusia dalam berhubungan


dengan ALLAH seperti mengimani, dan beribadah kepada-Nya. Dalam redaksi yang lain
syari’ah diartikan “Seperangkat norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan manusia lain dalam kehidupan sosial, hubungan
manusia dengan bendda dan alam lingkungan hidupnya”. Syari’ah merupakan pedoman
atau panduan bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini sehingga terwujud
kehidupan yang harmonis.

b) Pengertian Fiqih

Ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas menetukan dan menguraikan norma-norma
hokum dasar yang terdapat dalam hadits Nabi SAW. Dalam redaksi yang lain, fikih
adalah mengetahui hokum-hukum syara’ yang bersifat amaliah yang dikaji dari dalil-
dalilnya yang terinci. Pengertian diatas menjelaskan fikih adalah pemhaman manusia
yang memenuhi syrat untuk menentukan dan menjelaskan norma-norma hokum yang
diambil atau dikeluarkan dari Al-Qur’an dan hadits untuk diaktualkan dalam kehidupan
keseharian.

c) Perbedaan antara syariat dan fikih adalah sebagai berikut:

 Syari’at adalah wahyu dari Allah yang terdapat dalam Al-Quran, kitab-kitab
hadits. Fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat untuk
berijttihad tentang syari’at.
 Syari’at bersifat fundamental sedangkan Fikih bersifat instrumental
 Syari’at adalah ketetapan Allah dan ketentuan rosulnya karena itu bersifat
abadi. Fikih adalah karya manusia yang tidak berlaku abadi dapat berubah dari
masa kemasa.
 Syari’at ada satu, sedangkan fikih mungkin lebih dari satu
 Syari’at menujukan kesatuan dalam islam, sedangkan fikih menunjukan
keragamannya.

2. Sifat dan Tujuan Hukum Islam

a) Sifat Hukum Islam


Hukum islam mempunyai 3 macam sifat yaitu: pertama, bidimensional artinya
hukum islam itu mengandung segi ketuhanan dan segi kemanusiaan, disamping itu
hukum islam itu komprehensif. Kedua, adil.Sifat kedua ini mempunyai hubungan yang
erat sekali dengan sifat bidimensional. Dalam hukum islam keadilanbukan saja
merupakan tujuan, tetapi merupakan sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah syariat islam
ditetapkan. Ketiga, individualistic dan kemasyarakatan yang diikat oleh nilai-nilai
transdental yaitu wahyu Allah yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW.

b) Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada
manusia dan mendatangkan kemaslahatan, mengarahkan manusia pada kebenaran untuk
mencapai kebahagian hidup didunia dan akhirat. Para ahli hukum islam menyetujui
pengembangan tujuan hukum islam (Maqhasid Syari’ah).

Tujuan hukum Islam yang dikemukakan oleh syaid Sabiq adalah:

 Membentuk pribadi dari segi fisik


 Mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan mengakkan keadilan
social.
 Kedua hal diatas akan mendorong terpeliharanya agama, jiwa, akal dan
keturunan serta harta yang semuanya itu berarti.

Pada prinsipnya tujuan islam itu adalah:

 Untuk memelihara agama


 Untuk memelihara jiwa
 Untuk memelihara akal
 Untuk memelihara keturunan
 Untuk memelihara harta

3. Fungsi Hukum Islam

Hukum islam mempumyai ruang lingkup sangan luas, segala aturan yang
mengatur hubungan manusia dengan penciptanya, dan hubungan antar manusia
serta hubungan dengan makhluk alam sekitar telah terdapat dalam hukum islam
itu sendiri.

Fungsi hukum islam itu dalam kehidupan bermasyarakat sangat banyak,


diantaranya adalah seperti berikut ini:

 Fungsi ibadah
Tujuan penciptaan manusia oleh Allah adalah untuk beribadah, aturan tata
cara dan pelaksanaan upacara ibadah harus sesuai dengan aturan yang ditetapkan
oleh Allah.
 Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Hukum islam bersentuhan dengan hukum bermasyarkat
 Fungsi Zawazir
Sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala
bentuk ancaman dan perbuatan yang membhayakan.
 Fungsi Tanzim wa Islah Al- Ummah
Sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan mempelancar proses
interaksi social sehingga terwujud masyarakat yang harmonis, aman, sejahtera.

4. Sumber Hukum Islam

Sumber hukum islam adalah wahyu dari Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw. Wahyu Allah itu diturunkan dalam bahasa arab yang secara autentik
terhimpun dalam mushaf AL-Quran. Sumber hukum islam itu ada tiga yaitu: al-qur’an,
hadist/sunnah, dan idjitihad.

a) Al-qur’an sebagai sumber hukum islam pertama

Al-qur’an adalah kitab suci yang demikian masyhur sehingga sulit untuk
menemukan suatu defenisi yang mencangkup keseluruhan al-qur’an, karena itu defenisi
yang ada masih bersifat parsial.

b) Hadist atau sunnah sebagai sumber hukum islam kedua

Sunnah dikenal juga dengan hadist, menurut arti harfiah kata sunnah berarti jalan,
tabiat, perikehidupan, adat istiadat. Kata hadist lebih banyak mengarah pada ucapan Nabi
Muhammad Saw, kata sunnah mengarah pada perbuatan dan tindakan Nabi Muhammad
Saw.

c) Ra’yu/Itjihad sumber Hukum Islam yang ketiga

Ra’yu atau akal manusia yang memenuhi syarat untuk berusaha, kaedah-kaedah
hukum yang bersifat umum yang terdpat dalam sunnah Nabi Muhammad Saw dan
merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
Yang di maksud penglihatan di sini adalah penglihatan akal bukan penglihatan mata.
Ra’yu atau ijtihad merupakan sumber hukum islam yang sangat kuat kedudukannya
setelah Al-qur’an dan sunnah, dan juga berlandaskan atau tidak terlepas dari prinsip-
prinsip Al-qur’an dan sunnah.

Ada beberapa metode atau cara untuk melakukan itjitihad, baik itjitihad dilakukan
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. Diantara metode atau cara
berijtihad itu adalah

 Ijma’ : Konsensus atau kesepakatan.


 Qiyas : Menerapkan hukum perbuatan tertentu pada
perbuatan lain yang memiliki kesamaan.
 Istishab : Keadaan sesuatu yang sudah ditetapkan pada
masa lalu sebelum ada dalil yang mengubahnya.
 Istihsan : Hukum suatu perbatasan berdasarkan prinsip
prinsip umum agama islam.
 Istislah : Hukum berdasarkan tinjauan dan kemanfaatannya
sesuai dengan tujuan syariat.
 Zadd al zari’ah : Wasilah atau sarana.
 ‘urf : perkataan dan perbuatan yang dikenal di kalangan
masyarakat dan menjadi adat kebiasaan diantara
mereka.

B. Hak Asasi Manusia Menurut Islam

1. Sejarah Ringkas Hak Asasi Manusia

Upaya memperoleh kebutuhan hidup yang kompetitif sering melahirkan


pelanggaran hak asasi manusia, kedudukan sederajat di muka hukkum adalah sama tanpa
ada perbedaan etnis, warna kulit, agama, bangsa, keturunan, kelas maupun
kekayaan,tidak ada perbedaan diantara seorang manusia yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Jan Materson dari komisi hak asasi manusia PBB,hak asasi manusia
adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia. Menurut Baharudin Lopa, kalimat “mustahil dapat hidup
sebagai manusia “hendaklah diartikan “mustahil dapat hidup sebagai manusia yang
bertanggung jawab”.Konsepsi HAM dikalangan sejarawan Eropa tumbuh dari konsep hak
(right) pada yurisprudensi Romawi,kemudian meluas pada etika teori hukum alam
(Natural Law).

Secara ringkas gambaran kronologis konseptualisasi penegakan HAM yang


diakui secara yuridis Formal.Pertama,di mulai dari munculnya perjanjian agung magna
charta di ingrris pada 15 juni 1215,sebagai bagian dari pemberontakan para baron
terhadap raja john (Saudara raja Richard berhati singa,pemimpin tentara
salib).Kedua,keluarnya Bill of Right tahun 1628 yang berisi penegasan tentang
pembatasan kekuasaan raja dan di hilangkannya hak raja untuk melaksanakan kekuasaan
terhadap siapapun, atau untuk memanjarkan, menyiksa, dan mengirimkan tentara kepada
siapapun tanpa dasar hukum. Ketiga, Deklarasi kemerdekaan amerika serikat 6 juli 1779,
yang memuat penegasan setiap orang di lahirkan dalam persamaan dan kebebasan dengan
hak untuk hidup dan mengejar kebahagiaan serta keharusan mengganti pemerintah yang
tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan dasar tersebut. Keempat, Deklarasi hak asasi
manusia dan warga Negara dari perancis 4 agustus 1798, dengan titik berat lima hak asasi
pilihan, harta (propiete), kebebasan (liberta), persamaan (egalite), keamanan (securie),
dan perlawanan terhadap penindasan (resitence of apression). Kelima, Deklarasi universal
tentang hak-hak asasi manusia (Universal Declaration of Human Right/UDHR) pada 10
desember 1948, yang memuat tentang pokok kebebasan,pemilihan harta, hak-hak dalam
perkawinan, pendidikan, hak kerja, dan kebebasan beragama (termasuk pindah agama).

2. Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM Dalam Pandangan Islam Dan Barat

Menurut Supriyanto Abdi, terdapat 3 pandangan tentang hubungan islam dan


HAM, baik yang dikemukakan para sarjana barat atau pemikir muslim. Pertama,
menegaskan bahwa islam tidak sesuai dengan gagasan dan konsepsi HAM modern.
Kedua, menyatakan bahwa islam menerima semangat kemnusiaan modern, tetapi pada
saat yang sama, menolak landasan sekulernya dan menggantikannya dengan landasan
islami.

Konsepsi HAM dalam dunia Barat berbeda dengan konsep HAM dalam Islam.
Islam tidak menerima konsep HAM sekuler, namun islam sangat mendukung semangat
HAM. Islam memberikan landasan normative yang kuat dan sakral bagi HAM itu sendiri.
HAM menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat artroposentris, artinya segala
sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat di pentingkan, hak
asasi manusia di lihat dari sudut pandangan islam bersifat teosentris, artinya segala
sesuatu berpusat pada tuhan.

Dalam undang-undang internasional tentang hak asasi manusia banyak terdapat pasal
yang di dalamnya tertuang hak-hak asasi manusia (Human Right).Pasal-pasal tersebut
diantarnya adalah sebagai berikut:

 Pasal 1
Sekalian orang yang merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama.Mereka dikaruniai akal dan budi dan kehendak,satu sama lain dalam
persaudaraan.
 Pasal 2
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang
tercantum dalam pernyataan ini dengan tak ada perkecualian apapun,seperti
bangsa,warna kulit,jenis kelamin,bahsa,agama,politik atau pendapat lain,asal mula
kebangsaan atau kemasyarakatan,milik kelahiran ataupun kedudukan lain.
 Pasal 3
Setiap orang berhak atas penghidupan,kemerdekaan dan keselamatan.
 Pasal 4
Tidak seorang pun boleh di perbudak atau di perhambakan,perhambaan
dan perdagangan budak dalam bentuk apapun mesti dilarang.
 Pasal 5
Tidak seorang pun boleh dianiaya atau di perlakukan secara kejam,dengan
tidak mengingat kemanusiaan ataupu jalan perlakuan atau hukum yang
menghinakan.
 Pasal 6
Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi terhadap
undang-undang dimana saja dia berada.
 Pasal 7
Sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas
perlindungan hukum yang sama dengan tak ada perbedaan.
 Pasal 8
Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh hakim-hakim
nasional yang kuasa terhadap tindakan perkosaan hak-hak dasar yang di berikan
kepadanya oleh undang-undang dasar Negara atau undang-undang.
 Pasal 9
Tidak seorang pun boleh ditangkap,ditahan atau di buang semenah-menah.
 Pasal 10
Setiap orang berhak dalam persamaan yang sepenuhnya didengarkan
suaranya di muka umum dan secara adil oleh pengadilan yang adil dan tidak
memihak.dalam hal menetapkan hak-hak dan kewajiban dalam setiap tuntutan
pidana yang di tujukan kepadanya.
 Pasal 11
1. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran
pidana dianggap tidak bersalah,sampai di buktikannya kesalahannya menurut
undang-undang dalam suatu pengadilan yang terbuka,dan di dalam sidang itu
di beri segala jaminan yang perlu untuk pembelaannya.
2. Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran pidana karena
melakukan perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran
undang-undang nasional atau internasional.
 Pasal 12
Tidak seorang pun dapat diganggu sewenang-wenang dalam urusan
pribadinya, keluarganya, rumah tangganya, atau hubungan surat menyuratnya,
juga tidak di perkenankan pelanggaran atas kehormatannya dan nama baiknya.
Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan undang-undang terhadap
gangguan-gangguan atas pelanggaran-pelanggaran demikian.
 Pasal 13
1. Setiap orang berhak atas kebebasan,bergerak dan berdiam didalam lingkungan
batas-batas tiap Negara.
2. Setiap orang berhak meninggalkan suatu negri,termasuk negerinya sendiri,dan
berhak kembali kenegrinya.
 Pasal 14
1. Setiap orang berhak mencari dan mendapat tempat pelarian di negeri-negeri
lain untuk menjauhi pengejaran.
2. Hak ini tidak dapat dipergunakan dalam pengejaran yang benar-benar timbul
dari kejahatan-kejahatan yang berhubungan dengan perkara atau perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan tujuan-tujuan dan dasar-dasar
perserikatan bangsa-bangsa.
Adapun prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia yang terdapat dalam ajaran agama islam,
diantaranya adalah:

a) Tentang Martabat Manusia


Ajaran islam menempatkan manusia pada martabat dan harkat yang tinggi,
manusia memiliki akal budi kehendak, manusia itu tanpa kecuali mempunyai
harkat dan martabat yang sama, cacat atau tidak, manusia yang satu sama
mulianya dengan mansuia yang lain.
b) Hak Persamaan Dan Kebebasan
Kedudukan sederajat dimuka umum adalah persamaan yang dimiliki oleh
manusia di hadapan hukum tanpa ada perbedaan diantara mereka, baik karena
perbedaan etnis, warna kulit, agama, bangsa, keturunan, kelas maupun kekayaan.
Disamping itu tanpa membedakan anatara muslim, nasrani, atau lainnya antara
cendikiawan dengan yang bukan, antara yang kuat dengan yang lemah, Allah
berfirman:”Dan apabila kamu menghukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil”(Q.S;4:58).
c) Hak Hidup Kemerdekaan dan Keselamatan
Allah berfirman: ”Tidak ada paksaan untuk memasuki agama
islam,sesungguhnya sudah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat.barang
siapa yang ingkar kepada taghut dan beriman kepada Allah,maka sesungguhnya ia
telah berpegang pada buhul tali yang kokoh yang tidak akan putus. Dan allah
maha mendengar lagi maha melihat.”(Q.S;2:256). Ayat-ayat tersebut menunjukan
bahwa ajaran islam sangat melindungi hak-hak hidup dan kemerdekaan dan
kebebasan dan keselamatan setiap orang siapapun dan apapun agamnya atau tidak
beragama.
d) Tidak Seorangpun Yang Boleh Diperbudak
Islam sangat melarang perbudakan karena bertentangan dengan prinsip
kesamaan derajat dan prinsip kemanusiaan.
e) Tidak Seorangpun Boleh Dianiaya atau Diperlakukan Secara Kejam
Allah berfirman: ”Janganlah kalian mempunyai kecenderungan
membenarkan orang-orang yang aniaya (zalim), karena kelak kalian akan di bakar
api neraka” (Q.S;11:113). Dalam sebuah hadist Qudsinya Allah berfirman: ”Allah
mewahyukan kepada nabi Daud AS: ”katakanlah kepada orang-orang yang
membuat kezaliman,janganlah kalian berdzikir kepada ku (kecuali setelah
bertaubat).Karena aku selalu memperhatikan terhadap (orang yang melakukan
kezaliman) berupa laknat terhadap neraka.” Ayat dan hadits Qudsi diatas
menunjukan larangan Allah atas perbuatan zalim atau kekejaman dan Allah
menunjukan kebencian atas perbuatan zalim dan kekejaman tersebut,dengan
melarang orang yang zalim untuk berzikir kepadanya.Dan mengancam pelaku
perbuatan zalim tersebut dengan neraka.
f) Hak Untuk Diakui Sebagai Manusia Pribadi Dihadapan Undang-Undang
Tidak ada suatu ayat atau hadits yang menempatkan manusia dihadapan
hukum berbeda.Semua umat islam dalam ajaran islam wajib menempatkan
manusia sebagai manusia,bahkan dalam pergaulan masyarakat setiap orang harus
menghargai orang lain.Ketetapan Allah adalah bahwa manusia adalah mahkluk
termulia dan sesame manusia sama mulianya.
g) Setiap orang sama terhadap Undang-Undang dan berhak atas Perlindungan
Hukum Tanpa ada Perbedaan
Undang-undang merupakan seperangkat aturan yang berguna untuk
menata kehidupan sosial manusia dan untuk melindungi manusia serta
mengarahkan nya kepada kedamaian,sehingga terwujud keserasian dalam
kehidupan,tidak seorang pun yang boleh melanggar peraturan tersebut karena bisa
berakibat terganggunya hak-hak orang lain.
h) Hak Kebebasan Mempunyai dan Menyampaikan pendapat.
Setiap orang punya peluang yang sama untuk menyampaikan pandangan
atau pendapat nya asal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran islam
serta dapat di pertanggung jawabkan.Bermusyawarah adalah bentuk kebersamaan
menuju kekompakan.
i) Kebebasan Menganut Agama
Allah berfirman: ”Tidak ada paksaan menganut agama islam,
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. karena itu barang
siapa yang ingkar kepada taghut dan beriman kepada allah, maka sesunguhnya ia
telah berpegang pada buhul tali yang kokoh yang tidak akan putus, dan allah maha
mendengar lagi maha mengetahui (Q.S;2:256). Memilih agama memang menjadi
hak asasi setiap orang,maka setiap orang harus meilih agama dengan cerdas,bila
salah memilih tentu akan berakibat yang buruk.
j) Setiap Orang sebagai Anggota Masyarakat berhak Atas Jaminan sosial
Setiap orang terutama sebagai anggota masyarakat mempunyai
kemampuan yang berbeda,tingkat kehidupan yang tidak sama mujurnya.Agar
tingkat kehidupan yang berebeda itu tidak menjadi jurang pemisah,maka agama
islam mensyariatkan orang yang mempunyai tingkat kehidupan lebih diwajibkan
untuk membantu yang lain dalam segala aspek kehidupan untuk meningkatkan
taraf hidup orang lain guna mencerahkan kehidupannya.
k) Hak atas pengadilan Efektif oleh Hakim yang Diberikan Undang-Undang
kepadanya
Allah berfirman:”Dan Allah menyuruh kamu apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”(Q.S;4:581). Hak
diperlakukan adil diantara manusia merupakan kebutuhan mutlak,prilaku
menyimpang dari prinsip keadilan dapat menimbulkan gejolak dan permusuhan
dan bentrokan antara umat manusia yang dapat menimbulkan akibat yang fatal.
l) Tidak Boleh Mengganggu Seseorang dan keluarganya

Dalam ajaran islam dilarang mengganggu seseorang,keluarga,dan rumah


tangganya.seorang muslim punya hak atas dirinya dan keluarganya serta rumah
tangganya.
Beberapa hal pokok yang disebutkan dalam Universal Islamic Delaration of Human Right
antara lain:

 Hak untuk hidup


 Hak untuk mendaoatkan kebebasan
 Hak atas persamaan kedudukan
 Hak untuk mendapatkan keadilan.
 Hak utuk mendapatkan perlindungan terhadap penyalah gunaan
kekuasaan.
 Hak untuk mendapatkan perlindungan kehormatan dan nama baik.
 Hak bebas berfikir.
 Hak untuk memilih agama.
 Hak untuk bebas berkumpul dan berorganisasi.
 Hak untuk mengatur tata kehidupan ekonomi.
 Hak atas jaminan sosial.
 Hak untuk bebas mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya.
 Hak bagi wanita dalam kehidupan rumah tangga.
 Hak untuk mendapatkan pendidikan dan sebagainya.

C. DEMOKRASI DALAM ISLAM

Pemerintah islam didirikan atas dasar musyawarah (demokrasi) dalam hal ini
Allah menegaskan: ”Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat,sedang urusan meraka diputuskan dengan musyawarah antar
mereka”(Q.S;42:38).

Demokrasi berasal dari bahasa yunani yitu demos (rakyat) dan kratos (kekuasaan)
yang berarti kekuasaan oleh rakyat. Karena itu demokrasi merupakan suatu sistem politik
dimana para anggotanya saling memandang antara satu dengan yang lainnya sebagai
orang yang sama dari segi politik, mereka bersama-bersama berdaulat (Sukron
Kamil,2002,16).

Demokrasi islam dianggap sebagai mengukuhkan konsep islam yang sudah lama
berakar, yaitu musyawarah (syuro), persetujuan (ijmak), dan penilaian interpretative
yang mandiri (ijtihad). Perlunya musyawarah merupakan konsekwensi politik ke
khalifaan manusia. Disamping musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam
masalah demokrasi, yaitu consensus atau ijma’, Konsep consensus memberikan dasar
bagi penerimaan sistem yang mengakui suara mayoritas. Selain syuro dan ijma’ ada
konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi islam yaitu ijtihad. Dalam konteks
modern ijtihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan pembaharuan radikal

Ijma’ dan dan suro merupakan satu kesatuan yang saling menyempurnakan dalam
sistem konstitusi masa kini. Syuro dan ijma’ mempunyai hubungan yang sangat erat,
karena keduanya memerlukan ijtihad. Ijma’ merupakan kumpulan dari berbagai ijtihad
yang mengeluarkan banyak pendapat secara dialogis dimusyawarahkan.

RINGKASAN BAB V
ETIKA MORAL DAN AKHLAK

A. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak

1. Pengertian Etika
Kata etika berasal dari bahasa yunani ethos yang dalam bentuk tunggal
mempunyai arti tempat tinggal biasa, adang rumput, kebiasaan, akhlak, watak,
perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak taetha artinya latar
kebiasaan. Hamzah yakub menyatakan pengertian etika sebagai berikut:
 Ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang isistimatisir
tentang tindakan moral yang betul.
 Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan, hujah-
hujahnya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan.
 Ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai –
nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetaoi tentang idenya, karena
itu bukan ilmu yang positif tetapi ilmu yang formatif
 Ilmu entang moral prinsip-rinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan
dan kelakuan

Jadi, etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk,
dengaan memperhatikan amal baik manusia, sejauh yang dpat diketahui oleh akal fikiran.
Allah telah membimbing manusia untuk memahami mana yang baik dan mana yang
buruk, serta mengarahkannya kepada yang baikdan mencegahnya terjerumus kepada
keburukan. Dalam ayat berikut Allah mengatakan : Katakan tidak sama yang buruk
degan yang baik meskipun banyaknya yang buruk itu menaruh hatimu, maka
bertawakalah kepada Allah hai orang – orang yang berakal agar kamu beruntung. “ (
Q.S;5;100)

2. Pengertian Moral

Perkataan moral berasal dari bahasa latin mores kata jamak dari mos yang berarti
kebiasaan. Dalam bahsa Indonesia, moral ialah sesuai dengan ide-ide yang diterima
tentang tindakanmanusia mana yang baik dan wajar, disesuaikan dengan ukuran ukuran
yang umum diterima yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Dengan
demikian jelaslah persamaan antara etika dan moral. Namun ada pula perbedaanya, yaitu
etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih bersifat praktis. Dengan demikian
moral adalah ajaran tentang kebaikan dan keburukan dengan ukuran tradisi yang berlaku
dalam suatu masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.

3. Pengertian Akhlak

Dilihat dari segi bahasa pengertian akhlak adalah bentuk jamak dari khuluk, arti
segi budi pekerti perangai tingkah laku, atau tabiat. Ahmad Amin memberi pengertian
akhlak itu ialah : “ Suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dn buruk, menjelaskan apa
yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainya, menyatakan tujuan
yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat “. Dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tingkah
laku manusia untuk menetapkan nilai-nilai baik atau buruknya perbuatan itu.

Berbicara tentang akhlak berarti berbicara tentang konsep al-husnah dan al-kubh.
Menurut Muktazilah al-husn adalah suau yang menurut akal baik dan al-kubh adalah
sesuatu yang bernilai buruk. Bagi muktazila baik dan buruk itu ukurannya akal manusia.
Berbeda dengan Muktazilah, ahl-Sunnah berpendapat bahwa yang menentukan baik dan
buruk bukan akal tapi wahyu, oleh karena itu ahl Al-qubh adalah sesuatu yang meurut Al-
Qur’an dan sunnah buruk

Perbuatan baik adalah perbuatan yang mengadung kriteria –kriteria kebaikan.


Kriteria kebaikan itu adalah sesuatu yang dicintai islam dan islam menganjurkan untuk
melakukan itu. Perbuatan buruk adalah perbuatan yang mengandung kriteria-kriteria
buruk. Sedangkan kriteria buruk itu adalah sesuatu yang dilarang oleh islam untuk
dilakukan.
Ukuran batasan tersebut adalah dari Allah. Karena itulah ukuran yang pasti yang
tidak membedakanorang dan tidak pula berubah oleh perubahan kondisi dan situasi.
Berbeda dengan ukuran – ukuran lain yang diberikan ileh para ahli yang terdiri dari
bermacam macam ukurn yang berbeda dan masing- masing menurut penilaian mereka
sendiri-sendiri. Mereka akan terus mempertahankannya selama ukuran itu dpapat
dijadikan pegangan.

Kebenaran objektif adalah kebenaran yang pasti dan tentu didasarkan pada
peraturan yang dibuat oleh Yang Maha Benar, sehingga peraturan yang diuat oleh
manusia bersifat relative, menjadi benar apabila tidak bertentangan dengan wahyu Allah

B. Karakeristik Etika Islam

Islam adalah agama yang mengandung ajaran akhlak yang berbeda dengan
akhlan dengan agama lain. Akhlak islam mempunyai karakteristik yang unik (istimewa),
yaitu adanya ciri khas yang menjadikannya ajaran akhlak islam sesuai dengan kebutuhan
rohani manusia. Yusuf Qardowi mengemukakan tujuh karakteristik etika islam yaitu
sebagai:

1) Moral yang beralasan dan dapat difahami


Moral atau etika islam sesungguhnya selalu bersandar penilaian yang logis
dan alasan yang dapat diterima oleh akal lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan
menjelaskan masalah dibalik apa yang dilarang. Dalam Al-Qur’an Allah
mengatakan “Dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari
perbuatan-perbuatan keji dan munkar”. (Q.S;29:45).

2) Moral Universal
Moral dalam islam berdasarkan karakter manusiawi yang universal, yaitu
larangan bagi semua manusia. Artimya berlaku bagi setiap umat islam dan umat-
umat lain. Dalam Al-Qur’an Allah menegaskan: “janganlahsekali-sekali
kebencianmu terhadap suatu kaum mrndorong kamu untuk berlaku tidak adil,
berlaku adillah kamu karena adil lebih dekat dengan taqwa.”(Q.S;5:8).

3) Sesuai dengan fitrah


Islam datang membawa ajaran yang sesuai dengan fitrah dan tabiat
manusia serta menyempurnakannya. Islam mengakui eksistensi manusia yang
telah diciptakan Allah dengan segala dorongan kejiwaan, kecendrungan fitrah
serta segala yang telah digariskan-Nya. Islam membuat balasan hukum agar dapat
memelihara kebaikan masyarakat dan individu manusia.

Islam membolehkan manusia untuk menikmati barang atau hal-hal yang baik, dan
menegaskan kepemilikan pribadi. Namun syariat islam tidak membenarkan hasrat
insting, jika barang-barang dan hal-hal yang najis atau merupakan perbuatan maksiat,
dalam hal ini Allah berfirman: “Katakanlah; siapa yang mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan siapapulahlah yang
mengharamkan reski yang baik.”(Q.S;7:32)

4) Mempertahankan realita
Karakteristik akhlak islam merupakan akhlak realistik, tidak mengeluarkan
perintah dan larangannya kepada orang tak berakal kecuali pada orang yang
mempunyai dorongan nafsu, keinginan dan cita-cita, kepentingan dan kebutuhan,
juga memiliki kecendrungan hasrat biologis terhadap kesenangan duniawi sebagai
mana mereka juga memiliki kerinduan jiwa kepada Allah.

5) Moral positif
Moral islam adalah moral yang positif yang meruluskan perintah. Moral
islam menganjurkan untuk menggalang kekuatan, berjuang meneruskan amal
soleh dengan penuh cita-cita, melawan sikap ketidakberdayaan, pesismisme
(putus asa), dan segala bentuk penyebab kelemahan. Dalam hal ini Allah
berfirman: “Ambilah kitab itu (hai yahya) dengan sungguh-sungguh (penuh
kekuatan). Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi masih anak-
anak.”(Qs:19;12)

6) Komprehemsifitas (menyeluruh)
Jika sebagian orang menyangka moral agama hanyalah menyangkut
pelaksanaan ibadah-ibadah saja, maka hal ini sangat keliru, karena etika islam itu
membicarakan konsep moral dengan kaidah tertentu bahkan menggariskan
hubungan seseorang dengan dirinya sendiri dan hubungannya dengan umat. Moral
islam itu mengatur hubungan manusia dengan alam secara global maupun detail,
oleh karena itu ajaran moral islam meletakkan atau memberikan adab susila yang
tinggi dan ajaran luhur.

7) Tawazun (keseimbangan)

Karakteristik ajaran moral islam selanjutnya ialah dengan menggabungkan sesuatu


dengan penuh keserasian dan keharmonisan, tanpa sikap berlebihan maupun
berkekurangan, contohnya adalah : sikap seimbang antara hak tubuh dan hak roh, contoh
lainnya adalah sikap seimbang dalam mengejar dunia dan akhirat. Hal itun Allah tegaskan
dalam ayatnya: “Dan diantara mereka ada yang berdo’a: Ya, Allah berikanlah kepada
kami kebaikan didunia dan diakhirat dan peliharalah kami dari siksa api
neraka.”(Q.S;2:201)

C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Memahami agama islam dari sudut hukum hanya akan menjangkau aspek formal
dan aturan yang lahir saja. Sedangkan dari formalisme rasional belum bisa menjangkau
aspekmoral yang merupakan aspek kejiwaan dan kemasyarakatan dalam islam. Manusia
berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya. Sedangkan manusia yang tidak
berahlak adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya.

Istilah tasawuf atau sufi baru muncul pada abadke 2 hijrah. Pada dasarnya
tasawuf merupkan pola hidup sederhana memperbanyak ibadah dengan mendekatkan diri
kepada allah, mensucikan jiwa dengan menjauhi hawa nafsu. Cikal bakalnya bermula dari
praktek para pemuka generasi pertama umat islam, baik dari kalangan sahabat, tabi’in dan
generasi sesudahnya, sebagai cara untuk mencapai kebenaran dan hidayah (allah). Asal
usulnya adalah memutuskan diri. Hanya untuk ibadah, mengadapkan diri kepada allah,
menghindarkan dari hiasan dan pesona dunia.

Ada beberapa pendapat tentang asal usul kata tasawuf, ada yang menyatakan
bahwa tasawuf berasal dari kata shafa, artinya suci, bersih atau murni. Memang jika di
lihat dari segi niat maupun tujuannya dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi, jelas
bahwa semua itu di lakukan dengan niat suci untuk membersihkn jiwa dalam mengabdi
kepada allah.

Adalagi yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata saff, yang artinya saf
atau baris. Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada allah dengan cara mensucikan
hati. Hati yang suci bukan hanya dekat kepada allah malah dapat melihat allah. Dalam
tasawuf disebutkan bahwa tuhan yang maha suci tidak dapat di dekatikecuali dengan hati
yang suci.

Hati yang zuhud terhadap sesuatu adalah hati yang tidak menghendakinya, tetapi
ia tidak membenci dan tidak lari dari padanya tidak menginginkan dan tidak mencintai.
Zuhud artinya tidak menghendaki sesuatu, kadang – kadang disertai rasa tidak suka pada
sesuatu, sebagai mana juga disertai ketidak bencian dan tidak lari darinya, barang siapa
mencitai sesuatu namun dia tidak menghendakinya, berarti dia tergolong ahli zuhud, baik
sesuatu itu terwujud seiring dengan rasa tidak suka karna benci, maupun tidak.

Membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela, oleh orang-orang sufi di pandang
penting karena sifat-sifat itu merupakan jenis maknawi (Najis ma’nawiyah), adanya najis
ini pada diri seseorang menyebabkan dia tidak mungkindekat dengan tuhan, sebagai mana
kalau mempunyai najis zati, ia tidak mungkin menddekati tuhan dalam melakukan ibadah
kepaa tuhan.

Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluk) kata al-ghazali, adalah tertanamnya


iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (su’al khuluq) adalah
manusia yang ada “nifoq” di dalam hati. Nifaq artinya sikap mendua terhadap tuhan.
Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Menurut zun nun al-misri menyebutkan
tiga macam pengetahuan tentang tuhan

 Pengetahuan awam : tuhan satu dengan ucpan syahadat.


 Pengetahuan ulama : tuhan satu menurut logika akal.
 Pengetahuan kaum sufi : tuhan satu dengan perantaraan hati sanubari.
Bagaimana caranya mensucikan hati. Dalam tasawuf? Metode tasfiat Al-qalbi menurut
pendapat para ahli sufi adalah dengan :

 Al-‘ijtinab al-manhiyat
 Ada Al-wajibat
 Ada al nafilat
 Al-riyadloh

Al-riyadloh (latihan spiritual), seperti yang di jelaskan nabi adalah menjauhi yang
di larang, sebab yang mengotori hati adalah kemaksiatan yang di lakukan manusia,
karena bujukan hawa nafsu dan setan. Kemaksiatan menyebabkan hati manusia kotor,
kelam dan berkarat sehingga hati tak berfungsi malah menjadi mati.

Menurut kalangan sufi tanda-tanda berakhlak adalah memiliki budaya malu


dalam interaksi dengan sesame, tidak menyakiti orang lain, banyak kebaikannya, benar
dan jujur dalam ucapan, tidak hanya banyak bicara, banyak bekerja, penyabar, hatinya
selalu bersama allah, tenang, suka berterimakasih, ridho terhadap ketentuan, bijaksana
dan hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak pemalu dan, tidak pelit
dan hasad, cinta karna allah dan benci karna allah.

Tasawuf adalah upaya spiritual bagaimana agar manusia memilih akhlak al-
karimah. Caranya yaitu dengan tasfiat al-qalb. Metode tasfiat al-gaib yang disepakati
orang sufi adalah dawam al-zikri (selalu ingat pada tuhan). Zikir adalah rohnya amal
saleh. Mengapa zikir menjadi pola tasfiat al-qalbi yang di sepakati oleh para sufi? Paling
tidak ada tujuh alasan yang mereka majukan :

 Pemerintah berzikir dalam al-qur’an dating secara mutlak dalam arti tidak
dihayati dengan pernyataan yang tidak dikayidi dengan pernyataan yang
lain dan ada pemerintah dengan kayid-kayid yang lain.
 Larangan lupa atau lalai berzikir
 Kebahagiaan yang di peroleh manusia banyak banyak berdo’a dan
istiqomah dalam berzikir.
 Pujian allah dalam orang yang berzikir dan menjanjikan ampunan dan
dosa.
 Rugi orang yang tidak berzikir.
 Zikir para hamba allah menjadi syarat bagi zikirnya allah kepada
hambanya.
 Zikir adalah pahala yang besar dan merupakan ketaatan utama.

D. Aktualisasi Akhlak Dalam Kehidupan

Kalau Akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, makamanusia berakhlak


adalah manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam
hubungandengan Tuhan dan alam lingkungan. Perbaikan akhlak merupakan tujuan dari
perbaikanyang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual tlah gagal
membawamanusia dalam pengungsian dirinya sebagai khalifah Filard.

Berakhlak baik atau terpuji artinya menghilankan adat-adat kebiasaan yang


teercela yang telah dirincikan oleh agama Islam serta najis dan kotoran, kemudian
membiasakan kebiasaan yang baik, melakukannya dan mencintainya. Terkait dengan
ruang lingkup islamiyah yang telah dikemukakan sebelumnya mkaa pada kajian berikut
ini adalah menyajikan beberapa aspek ruang lingkup akhlak tersebut sebagai berikut :

1. Akhlak terhadap diri sendiri


 Memelihara dirisendiri
 Memelihara keindahan diri
 Berlaku tegas dan tidak tergesa-gesa
 Meningkatkan Ilmu pengetahuan
 Sabar
 Syukur
 Tawadlu’

2. Akhlak Terhadap Allah


 Beribadah kepadanya dengan ikhlas
 Mentauhidkan Allah
 Bertawakal
 Bertaqwa kepada Allah
 Berdo’a kepada Allah saja
 Berzikir kepada Allah
 Akhlak Suami kepada Istri
 Menggauli istri dengan sopan
 Memberi nafkah batin
 Memberikan nafkah lahir
 Menyimpan rahasia istri

3. Akhlak Istri terhadap Suami


 Patuh terhadap suami
 Melayani suami
 Mengurus harta suami
 Berterimaksih atas pemberian suami
 Tinggal berdama dan tidak keluar rumah tanpa izin suami
 Menyimpan rahasia suami

4. Akhlak orang tua terhadap anak


 Menjaga keselamatan anak, mulai dari kandungan sampai menjadi
generasi yang bermanfaat kelak, serta mendoakannya.
 Menyusukan dan memberi makan kurang lebih selama dua tahun
 Mengaqiqahkan pada hari ketujuh kelahirannya, mencukur rambut, dan
memberi nama yang biak
 Memberi pakaian dan tempat tifur yang layak
 Mengkhitankannya
 Mendidik dan membekalinya dengan ilmu pengetahuan
 Menikahkan bila sudah mencapai baliqh dan mampu

5. Akhlak anak terhadap orang tua


 Patuh kepada keduanya
 Berbuat baik kepda keduanya
 Berkata dengan lemah lembut
 Merendahkan diri dihadapan mereka
 Berterimakasih kepada kedua orangtua
 Mendo’akan keduanya

6. Akhlak terhadap lingkungan

Berakhlak terhadap alam adalah dengan cara menyikapi ,memelihara


kelangsungan hidup dan kelestarianny. Agama islam menekankan agar manusia
mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam,sebab alam dan rusakdan
merugikam, bahkan menghancurkan kehidupan manusia. Allah melarang manusia
merusak alam dengan firmannya: ”janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi,
sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan didarat dan dilaut disebabkan oleh ulah
tangan manusia Allah menimpakan kepada manusia sebagian dari(akibat) perbuatan
mereka agar mereka kembali kejalan yang benar”.
RINGKASAN BAB VI
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

A. Konsep IPTEK dalam Islam

1. Definisi IPTEK

Sains di Indonesia di artikan sebagai ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandangan


filsafat pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan adalah segala
sesuatu yang di ketahui manusia melalui pancaindra, intuisi dan firasat. Sedangkan ilmu
adalah ilmu pengetahuan yang sudah di klasifikasi, di organisasi, di sistimatisasi dan
interpretasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif, dan sudah di uji kebenarannya
secara ilmiah.

Secara etimologi kata ilmu berarti kejelasan. Dalam KBBI teknologi di artikan
sebagai kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta berdasarkan
proses teknis. Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk
memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Iptek dengan segala
hasil-hasilnya di samping harus mengingatkan manusia kepada ALLAH, juga harus
mengingatkan diri sendiri bahwa manusia adalah khalifah. Seni adalah hasil ungkapan
akal budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan hasil ekspresi jiwa
seseorang.

2. Sumber Ilmu Pengetahuan.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang mengajak manusia yang berfikir cerdas untuk
membaca dan mengamati semua realita di alam ini. Ayat al-Qur’an yang diturunkan yang
pertama kali adalah berisi perintah belajar dan menemukan ilmu pengetahuan. Yakni
yang berbunyi : “ bacalah dengan menyebut nama Tuhan mu yang maha mulia. Dia telah
menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah dan Tuhan mulah yang maha
mulia yang mengajarkan manusia dengan perantaraan alam dan dia mengajarkan kepada
manusia apa- apa yang tidak di ketahuainya(Q.S:96:1-5).

Berbagai macam fikiran yang di dorong pengembanagannya oleh wahyu dapat di


sebutkan contohnya yaitu:

a) Pemikiran tentang benda-benda langit dan angaksa raya yang melahirkan


ilmu-ilmu astronomi, metereologi, alam falaq, geologi.
b) Pemikiran tentang alam tumbuh-tumbuhan yang merangsang ilmu-ilmu
pertanian.
c) Pemikiran tentang alam hewani yang melahirkan ilmu-ilmu tentang
kehewanan.
d) Pemikiran tentang dunia obat-obatan yang melahirkan ilmu-ilmu
kefarmasian.
e) Pemikiran tentang ilmu ekonomi dan perdagangan dalam arti luas.
f) Pemikiran tentang masalah kemasyarakatan yang melahirkan ilmu-ilmu
social.
g) Pemikiran tentang masalah-masalah hukum.
h) Pemikiran tentang masalah-masalah moral dan etika.
i) Pemikiran tentang masalah filsafat.

Semua pandangan di atas pada dasarnya menyatakan bahwa ilmu pengetahuan


berasal dari ilmu yang satu yaitu Allah SWT.

B. Integrasi Iman Ilmu Teknologi dan Seni

Dengan potensi yang ada manusia dapat membaca,meneliti, dan memahami


fenomena alam yang dapat menimbulkan pengetahuan. Fenomena alam ini dapat juga
disebut ayat-ayat kauniyah. Salah satu istilah yang paling popular dipakai dalam konteks,
integrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum adalah kata islamisasi.

Dalam al-Qur’an digambarkan terintegrasinya iman, ilmu dan amal yang


digambarkan dalam al-Qur’an sebagai berikut: “tidakkah kamu perhatikan bagaimana
ALLAH telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti sebatang pohon yang
baik, akarnya kokoh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan
buahnya setiap musim dengan izin ALLAH. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia agar manusia selalu ingat”. Ayat ini menjelaskan kesatuan dan
keutuhaniman, ilmu dan amal dengan menganalogikan agama islam bagaikan sebatang
pohon yang subur yang kuat dan rindang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia. Ilmu yang benaradalahhukumalamituhukumtuhan yang tidak
pernah berubah. Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan secara sistemati suntuk
memanfaatkan alam sekelilingnya dan mengendalikan gejala yang dapat dikemudikan
manusia dalam proses produktif dan ekonomis.

C. Keutamaan Orang yang Berilmu.

Islam sangat mengutamakan orang yang berilmu pengetahuan karena itu setiap
orang wajib belajar dan meningkatkan ilmu pengetahuan tanpa batas. Wahyu pertama
yang di turunkan Allah adalah perintah untuk mencari ilmu pengetahuan dengan cara
banyak membaca dan menulis. Firman Allah: ”sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah
cerita yang di buat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum beriman”
(Q.S;12,11).

Dalam penjelasan tersebut diatas terlihat akal dan hati merupakan alat untuk memperoleh
pengetahuan. Akal mengarah terhadap analisis alam nyata sedang hati mengarah pada
merasakan sesuatu. Orang yang berilmu adalah orang yang mampu melihat kebenaran
yang disampaikan tuhan melalui rosulnya. Terdapat ayat al- Qur’an yang
menempatkan orang yang berilmu derajat yang tinggi firman Allah’ ALLAH mengagkat
derajat orang yang beriman dan berilmu.
D. Tanggung Jawab Ilmuan terhadap Lingkungan

Manusia merupakan bagian segala hal yang ada dalam lingkungan hidup
hubungan timbal balik antara manusia dan berbagai hal ekosistem berada dalam
lingkungan yang senantiasahidup, mengganggu keseimbangan menusia adalah makhluk
yang paling mukiadan yang paling sempurna. Kemampuan manusia lebih baik maka
manusia ditawari oleh Allah untuk memikul amanah ALLAH berfirman: “sesungguhnya
kami telah menawarkan amanah kepada langit dan bumi dan gunung-gunung maka
semuanya enggan memikul amanah tersebut, mereka khawatir akan mengkhianatinya dan
dipikul amanah oleh manusia, sesungguhnya manusia itu zalim lagi bodoh (Q.S,33:72).

Kehadiran manusia di bumi adalah untuk memikul amanah berupa kewajiban dan
tanggung jawab terhadap Allah dan dirinnya sendiri terhadap sesama manusia dan
lingkungan. Kerusakan lingkungan hidup pada dasarnya adalah ulah perilaku manusia
akibat akhlak yang buruk terhadap alam lingkungan.

RINGKASAN BAB VII


KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Agama Islam Merupakan Rahmad Bagi Seluruh Alam

1. Makna Agama Islam


Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera. Penyerahan diri, taat dan
patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam merupakan agama
yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan dan
kesejahteraan kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua makhluk
Allah pada umumnya. Kondisi itu akan terwujud apabila manusia sebagai
penerima amanah Allah mau menjalankan aturan tersebut secara benar dan
kaafah.

Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi
pertama yaitu nabi Adam. Agama Islam itu kemudian Allah turunkan secara
berkesinambungan kepada para nabi dan rasul-rasul berikutnya. Akhir dari proses
turunnya agama Islam ini baru terjadi pada masa kerasulan Muhammad SAW pada awal
abad VII Masehi.

Ajaran agama Islam memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Sesuai dengan fitrah hidup manusia


 Ajarannya sempurna
 Kebenarannya mutlak
 Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan.
 Fleksibel dan ringan
 Berlaku secara universal
 Sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan
akal pikirannya.
 Inti ajarannya Tauhid dan seluruh ajarannya mencerminkan ketauhidan
Allah SWT.
 Menciptakan rahmat, kasih sayang Allah terhadap makhlukNya, seperti
ketenangan hidup bagi orang yang meyakini dan mentaatinya,

2. Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam

Ketika Islam mulai disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada masyarakat Arab
dan beliau mengajak masyarakat untuk menerima dan mentaati ajaran ajaran tersebut,
tanggapan yang mereka sampaikan kepada Rasulullah adalah sikap heran, aneh dan
ganjil. Islam dianggapnya sebagai ajaran menyimpang dari tradisi leluhur yang telah
mendarah daging bagi masyarakat Arab yang telah mereka taati secara turun temurun dan
mereka tidak mau tahu apakah tradisi tersebut salah atau benar.

3. Fungsi Islam sebagai rahmat Allah tidak tergantung pada penerimaan atau
penilaian manusia

Fungsi Islam sebagai rahmat Allah bagi semua alam itu dijelaskan oleh Allah
dalam QS. 21 : 107 “ Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi
Rahmad bagi semesta alam “

Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam yaitu :


a) Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar. Ajaran Islam
sebagiannya bersifat supral rasional, artinya di atas kemampuan akal
manusia untuk mengetahuinya. Sebagian ajaran Islam yang lain bersifat
rasional, artinya mampu difahami rasionalitasnya, tetapi tanpa bimbingan
Islam tidak ada jaminan kalau manusia sendiri dengan akalnya mampu
menemukannya.
b) Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan
potensi yang diberikan oleh Allah secara bertanggung jawab.
c) Allah menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah,
baik mereka maupun non muslim.
d) Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional.
e) Islam menghormati kondisi fisik individu manusia dan memberikan
perlakuan yang spesifik pula.

B. Ukhwah Islaniyah dan Ukhwah Insaniyah

1. Makna Ukhwah Islamiyah


Kata ukhwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan empati dan
simpati antara dua orang atau lebih. Ukhwah atau persaudaraan dan berlaku
sesama umat Islam, yang disebut dengan Ukhwah Islamiyah, dan berlaku pula
pada semua umat manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku dan
aspek-aspek kekhusukan lain, yang disebut Ukhwah insaniyah.
Persaudaraan sesama muslim, berarti saling menghormati dan saling
menghargai relativitas masing-masing sebagai sifat dasar kemanusiaan,seperti
perbedaan pemikiran, sehingga tidak menjadi penghalang untuk saling tolong
menolong karena diantara mereka terikat oleh suatu keyakinan dan jalan hidup,
yaitu Islam.

2. Makna Ukhwah Insaniyah


Konsep persaudaraan sesama manusia, ukhwah insaniyah dilandasi oleh
ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Sekalian Allah
memberikan petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga
memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup
berdasarkan rasionya. Ketegangan yang sering timbul intern umat beragama, antar
umat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah yang disebabkan
oleh :
 Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau
misi.
 Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan
agama pihak lain.
 Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain.
 Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan
toleransi dalam kehidupan masyarakat.
 Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat
beragama, antar umat beragama dengan pemerintah.
 Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan
pendapat.

Dalam pembinaan umat beragama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai
peranan yang besar, yaitu :
 Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama dalam kehidupan
masyarakat.
 Menerjemahkan gagasan pembangunan kedalam bahasa yang dimengerti
masyarakat.
 Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan
cara-cara yang dilakukan untuk suksenya pembangunan.
 Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut
serta dalam usaha pembangunan.

C. Kebersamaan Umat Beragama dalam Kehidupan Sosial

1. Pandangan Agama Islam Terhadap Umat Non Islam

Dari segi akidah, setiap orang yang tidak mau menerima atau mentaati aturan
Allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran Islam. Kata kafir berarti orang
yang menolak, yang tidak mau menerima atau mentaati aturan Allah yang diwujudkan
kepada manusia melalui ajaran Islam.

Ketika Rasulullah SAW mulai menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat


Arab, sebagian dari mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut dan sebagian lagi
menolak. Orang yang menolak ajakan tersebut disebut kafir, mereka terdiri dari orang-
orang musyrik yang menyembah berhala yang disebut orang Watsani, dan orang-orang
ahli kitab, baik orang Yahudi maupun Nasrani.

Diantara orang-orang kafir tersebut ada yang mengganggu, menyakiti, dan ,


memusuhi orang Islam dan diantaranya hidup rukun bersama orang Islam. Orang kafir
yang mengganggu, menyakiti dan memusuhi orang Islam boleh diperangi oleh orang
Islam disebut kafir harbi dan orang kafir yang hidup rukun dengan orang Islam disebut
kafir dzimmi.

2. Tanggung Jawab Sosial Umat Islam

Umat Islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan Allah dalam kehidupan
dunia ini. Dalam Alquran ada 2 komitmen yaitu disebut hablun minallah dan hablun
minannas. Bentuk tanggung jawab social umat Islam meliputi berbagai aspek kehidupan,
diantaranya adalah :

 Menjalin silaturrahmi dengan tetangganya menjadi salah satu indicator


keimanan.
 Memberikan infak sebagian dari harta yang dimilikinya, baik yang wajib
dalam bentuk zakat maupun yang sunah dalam bentuk zakat maupun yang
sunah dalam bentuk sedekah.
 Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziah bila ada
anggota masyarakat yang meninggal dan mengantarkan jenazahnya
sampai kekubur.
 Memberi bantuan menurut kemampuan bila ada anggota masyarakat yang
memerlukan bantuan.
 Penyusunan system social yang effektif dan efesien untuk membangun
masyarakat, baik mental spiritual maupun fisik materialnya.

3. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Amal ma’ruf dan nahi mungkar artinya memerintahkan orang lain untuk berbuat
baik dan mencegah perbuatan jahat. Sikap amar ma’ruf dan nahi mungkar akan efektif
apabila orang yang melakukannya juga memberikan contoh. Perintah amar ma’ruf dan
nahi mungkar itu diperintahkan oleh Allah dalam QS 3: 104 “ Dan hendaklah ada
diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah yang mungkar; mereka lah orang-orang yang beruntung “.

Disamping system dan sarana pendukung, amar ma’ruf dan nahi mungkar juga
memerlukan kebijakan dalam bertindak. Karena itu Rasulullah memberikan tiga tingkatan
yaitu :

 Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila mampu


 Menggunakan lisan
 Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak memungkinkan

Bentuk amar ma’ruf dan nahi mungkar yang tersistem diantaranya :


 Mendirikan masjid
 Menyelenggarakan pengajian
 Mendirikan lembaga wakaf
 Mendirikan lembaga pendidikan Islam
 Mendirikan lembaga keuangan dan perbankan syariah
 Mendirikan media masa Islam : Koran, radio, televise, dll
 Mendirikan panti rehabilitasi anak-anak nakal
 Membuat jaringan informasi sosial
RINGKASAN BAB VIII
MAYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

A. Konsep Mayarakat Madani

Konsep masyarakat madaqni merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep


civil society pemaknaan civilsociety sebai masyarakat madani merujuk pada konsep dan
bentuk masyarakat Madinah yang dibangus Nabi Muhammad SAW. Antara masyarakat
madani dan civil society sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, masyarakat
madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep diluar menjadi
islami.

Perbedaan antara masyarakat madani dengan civil society adalah : Civil society
merupakan buah modernitas sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buayaian dan
asuhan petunjuk tuhan. Maarif mendefenisikan masyarakat madani sebagai sebuah
masyarakat yang terbuka,egalitar dan toleran atas landasan nilai – nilai etik moral
trasendental yang bersumber dari wahyu Allah SWT

1. Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi nilai –


nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyarakt madai menjadi symbol idealisme yang diharapkan setiap masyarakat.
Secara etimologis, masyarakat madani berarti masyarakat kota (mujtama’al
madani) atau masyarakat utama (mujtama al-fadhilah/khaira ummah)

a) Istilah mujtama’al madani diperkenalkan kepada masyarakat indonesia


oleh anwar ibrahim dalam ceramah simposium nasional dalam rangka
festifal istiqlal, pada 26 september 1995. Ia merumuskan bahwa
masyarakat madani adalah suatu sistem sosial yang subur yang didasarkan
pada prinsip moral yang menjamin keseimbangan atara kebebasan
perorangan dengan kestabilan masyarakat mendorong daya usaha dan
inisiatif indifidu, baik dari segi pemikiran seniekonomi,maupun teknologi.
b) Menurut komaruddin Hidayat, istilah antara masyarakat agama dan
madani memiliki akar normative dan keagaam sebagaimana yang
diwujudkan oleh Muhammad SAW di Madinah.
c) Menurut mufid, masyarakat madani terdiri dari sebagai warga yang
beraneka atau beragam bakat dan potensi

2. Masyarakat Madani dalam Sejarah

Ada dua masyarakat dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat


madani , yaitu :

a) Masyarat Saba’. Yaitu masyarakat dimasa Nabi Sulaiman AS. Nama saba’
terdapat dalam Al-Qur’an bahkan itu dijadikan nama setelah satu surat al-
quran yaitu surat ke 34.keadaan masyarakat saba’ yang dikisahkan di al
quran itu mendiami negri yang baik, yang subur dan nyaman. Di tempat
itu terdapat kebun dan tanamannya yang subur, yang menyediakan rezeki,
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
b) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjian dengan penduduk
madinah yang beragama yahudi da beragama watsani dari kaum aus dan
kharaj. Madinah adalah nama kota dinegara arab saudi, tempat yang
dialamiRasulullah sampai akhir hayat beliau. Kota itu sangat popular
karena menjadi pusat lahir dan berkembangnya agama islam setelah
mekkah. Dikota itu pertama kali Rasulullah mendirikan masjid yaitu
masjid Nabawi.

3. Karakteristik Masyarakat Madani

Masyarakat madani sebagai masyarakat ideal memiliki karakteristik sebagai


berikut:

a) Bertuhan artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang


beragama,yang mengakui adanya tuhan dan menempatkan hukum tuhan
sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.landasan hukum tuhan
dalam kehidupan sosial itu lebih obyektif dan adil karena tidak adanya
kepentingan kelompok tertentu yang di utamakan dan tidak ada kelompok
lain yang di abaikan.
b) Damai, artinya masing –masing elemen masyarakat ,baik secara individu
maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.kelompok
sosial mayoritas hidup berdampingan dengan kelompok minoritas
sehingga tidak muncul kecemburuan sosial.
c) Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal,individu lain yang
dapat mengurangi kebebasan nya.prinsip tolong menolong antara anggota
masyarakat di dasarkan pada aspek kemanusiaan serta kesulitan hidup
yang dihadapi oleh sebagian masyarakat tertentu.
d) Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yng telah
diberkan oleh Allah SWT sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktifitas pihak lain yang berbeda tersebut.masalah yang
menonjol dari sikap toleran ini adalah sikap keagamaan dimana setiap
manusia memiliki kebebasan bearagama dan tidak ada hak bagi orang lain
yang berbeada agama untuk mencampuri.
e) Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.setiap anggota masyarakat
memiliki hak dan kewajiban yang seimbang untuk menciptakan
kedamaian,kesjahteraan dan keutuhan masyarakat nya sesuai dengan
kondisi masing-masing.
f) Berperadaban tinggi,artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengeyahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk kemaslahatan hidup umat manusia.namun disis lain
ilmu pengetahuan bisa menjadi ancaman yang membahayakan kehidupan
umat manusia.
g) Berahlak mulia, sekalipun pembentukan akhlak dapat dilakukan
berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan semata,tetapi relatifitas manusia dapat
menyebkan terjebak nya akhlak yang relativ.

Setidaknya ada tiga karakteristik dalam masyarakat madani.

Pertama, diakui nya semangat peluralisme.artinya peluralitas sudah menjadi


sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau telah menjadi
suatu kaidah yang abadi bagi alqur-an.dalam ajran islam,pluralisme merupakan karunia
Allah yang bertujuan mencerdaskan umat manusia melalui perbedaan konstruktif dan
dinamis.

Kedua, adalah tinggi nya sikap toleransi (Tasamuh).baik terhadap saudara sesama
muslim maupun tehada non muslim.secara sederhanaan toleransi dapat di artian sebagai
sikap mendengar dan menghargai pendapan dan pendirian orang lain.

Ketiga, adalah tegak nya perinsip demokrasi atau dunia islam lebih dikenal
dengan istilah musyawarah.terlepas dari perdebatan mengenai perbedaan konsep
demokrasi dengan musyawarah,saya memandang dalam arti membatasi pada wilayah
terminologi saja, tidak lebih.
Ketiga prinsip itu setidak nya menjadi refleksi bagi kita yang menginginkan
terwujudnya sebuah tatanan sosial masyarakat madani dalam korteks hari ini.paling tidak
hal tersebut menjadi modal dasar untuk mewujudkan yang dicita-citakan.

4. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Maysyarakat Madani

Dalam sejarah umat Islam, realitas keunggulan normative atau potensi umat
Islam terjadi pada masa Abbasiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di
berbagai bidang kehidupan : ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik,
dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan
terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Farabi, dan lain-lain. Kemunduran umat Islam terjadi pada
pertengahan abad ke-13 setelah Dinasti Bani Abbas dijatuhkan oleh Hulagu Khan, cucu
Jengis Khan.

Saat ini kendali kemajuan dipegang masyarakat Barat. Umat Islam belum mampu
bangkit mengejar ketertinggalannya. Semangat untuk maju berdasar nilai-nilai Islam telah
mulai dibangkitkan melalui Islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi kelembagaan
ekonomi melalui lembaga ekonomi dan perbankan syari’ah, dan lain-lain. Kesadaran dan
semangat untuk maju tersebut apabila disertai dengan sikap konsisten terhadap moral atau
akhlak islami, pasti akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil
yang dicapai masyarakat Barat, yang sekedar mengandalkan pemikiran akal semata.

SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul.
Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, ilmu
pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang signifikan. Dari
segi jumlah, umat Islam cukup besar, begitu pula dari segi potensi alam yang terdapat
dalam wilayah kekuasaannya, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, eksplorasi
kekayaan alamnya itu justru dilakukan oleh bangsa-bangsa non Islam, sehingga
keuntungan terbesar diperoleh oleh orang non Islam.

B. Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat

1. Sistem Ekonomi Islam

Islam mempunyai cara tersendiri dalam mengorganisir kehidupan penganutnya,


baik individu ataupun masyarakat, sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW di
Madinah, Khalifaurrasyidin dan sampai negara-negara Islam sesudahnya. Pada masa
sekarang ini, seperti yang kita ketahui hampir semua negara Islam, ekonominya tidak di
kelola secara Islam. Pengelolaannya cenderung masih menggunakan sistem ekonomi
kapitalis dengan mengikuti pola organisasi seperti APEC, AFTA, NAFTA, IMF dan
Bank Dunia. Ini mengakibatkan kesenjangan dalam kemakmuran dan kedamaian karena
hanya dinikmati kelompok minoritas saja sedangkan rakyat miskin semakin sulit dengan
kondisi ekonomi mereka.

2. Prinsip Ekonomi Islam


Kamaruddin Hidayat, menanamkan prinsip ekonomi Islam dengan prinsip
ekonomi laba versus zakat. Disebut juga dengan ekonomi nur dan dalam sistem itu ada
prinsip ketuhanan secara fungsional. Maksudnya adalah kegiatan ekonomi di tetapkan
berdasarkan aturan Allah dalam Al-Quran sebagaimana yang di contohkan Rasulullah
SAW. Prinsip-prinsip itu adalah :

a) Alam mutlak milik Allah.


b) Alam merupakan karunia Allah SWT yang di peruntukkan bagi manusia.
c) Alam merupakan karunia Allah SWT untuk di nikmati dan di manfaatkan
manusia.
d) Hak milik perorangan diakui sebagai hasil jerih payah dengan usaha yang
halal dan hanya boleh di pergunakan untuk hal-hal yang halal pula.
e) Allah SWT melarang menimbun kekayaan tanpa ada manfaat bagi sesama
manusia.
f) Di dalam harta orang kaya itu terdapat hak orang miskin, fakir dan
sebagainya

Unsur-unsur dan masalah pokok ekonomi

Menutur Kamaruddin Hidayat dkk,(2000:35-41) masalah pokok pada umumnya


mencangkup:

a) Jenis barang dan jasa yang dihasilkan.


b) Barang dan jasa yang dihasilkan didalam agama tidak dibenarkan dari
sesuatu yang dilarang,seperti minuman keras,jasa hiburan yang
melanggar kesusilaan dan lainny.
c) Sistem organisasi produksi barang dan jasa.
d) Islam menganut system organisasi produksi yang menjamin kebebasan
baik secara individu maupun kelompok,untuk mengelola produksi barang
dan jasa yang dimiliki.
e) Sistem distribusi yang dipakai
f) Islam mengakui adanya lembaga perdagangan sebagai system distribusi
barang dan jasa dengan menggunakan uang sebagai alat ukur.
g) Pencapaian tingkat efisiensi dan pencegahan influsi
h) Pembagian kerja dan spesialisasi dibolehkan dalam islam bahkan hal itu
menurut pendapat ulama hukumnya fardhu kifayah.
i) Ikhtiar pencegahan in-efisiensi
Keadaan monopoli dan ologopi sering tidak dikehendaki karena
menghampat pencapaian keseimbangan perekonomian dalam titik pemakaian
faktor produksi pada kapasitas penuh.

3. Perdagangan dalam Ekonomi Islam

Dalam perdagangan islam terdapat hal hal yang harus diperhatikan :


a) Didasari atas suka sama suka,dan tidak ada unsur paksaan
b) Memberi peluang untuk meneruskan dan membatalkan transaksi
c) Menyempurnakan takaran dan timbangan
d) Tidak boleh menyembunyikan cacat barang
e) Dilarang jual beli tipuan
f) Dilarang menjual barang haram
g) Dilarang menjual dengan dua aqad

Menurut Imam AL-Gazali dan dikutip Muslim Nurdin,dkk(1995:177),menjelaskan


tentang beberapa perilaku terpuji dalam perdagangan menurut islam

a) Tidak mengambil laba lebih banyak,seperti yang lazim dalam dunia


dagang
b) Membayar harga agaklebih mahal kepada penjual yang miskin,ini adalah
amal yang baik dari pada sedekah biasa
c) Memurahkan harga atau memberi kepada pembeli yang miskin pahala
berlipat ganda
d) Bila membayar utang,pembayrannya dipercepat dari waktu yang telah
ditentukan.

D. Manejemen Pengelolaan Ekonomi Islam (zakat,infaq,sedekah,dan


wakaf)

1. Konsep Zakat, Infaq Sedekah dan Wakaf


a) ZAKAT
Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT.
Yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak
b) INFAQ
Infaq adalah membelanjakan menggunakan atau mengeluarkan harta
secara sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali memperoleh rezeki.
c) SEDEKAH
Sedekah adalah derma atau pemberian yang dilakukan dengan harapan
memperoleh ridha Allah SWT.
d) WAKAF
Wakaf adalah memberikan harta yang tahan lama serta dapat memberikan
manfaat untuk kepentingan umum. Harta wakaf tidak boleh dijual hanya boleh
diambil manfaatnya.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami Zakat hukumnya


WAJIB, Sedangkan Infaq,sedekah,wakaf Hukumnya SUNAT.

2. Pengelolaan Infaq, Zakat, Wakaf, Sedekah


Zakat, infaq, sedekah, dan wakaf merupakan ibadah yang bernilai social dan juga
mengembagkan serta meningkatkan perekonomian umat islam. Diantara firman Allah
SWT yang mengi syaratkan pengelolaan yang dimaksud terdapat dalam surat AT-
TAUBAH (9:103). Undang-undang nomor 30 Tahun 1999 menjadi payung hukum untuk
pengelolaan zakat di indonesia. Beberapa hal teknis yang diatur didalam UU tersebut
antara lain :

a) Ruang lingkup kerja amil zakat juga meliputi infa, sedekah, wakaf, hibah,
dan kifarat.
b) Sanksi terhadap amil dalam pelaksanaan tugasnya.
c) Struktur amil mulai tingkat nasional, provinsi dan seterusnya memiliki
hubungan kerja yang bersifat koordinatif.
d) Pengurus amil zakat terdiri atas unsure masyarakat dan pemerintah yang
memenuhi persyaratan tertentu.
e) Struktur amil zakat terdiri atas pertimbangan, pengawas dan pelaksana.
f) Tugas amil zakat meliputi: mengumpulkan, mendistribusikan, dan
memberdayagunakannya sesuai dengan ketentuan agamadan bertanggung
jawab kepada pemerintah sesuai dengan ingkatannya.
RINGKASAN BAB IX
PERNIKAHAN DAN WARISAN

A. PERNIKAHAN

1. Kedudukan dan Hukum Pernikahan

Manusia sebagai makhluk psiko-fisik dituntut memenuhi kebutuhan kebutuhan


hidupnya, baik kebutuhan yang berkenaan dengan tuntunan fisiknya maupun kebutuhan
rohaninya. Pemenuhan kebutuhan hidup berlandaskan syari’at akan memelihara
kehormatan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang paling mulia dan menghindarkan
dari dosa dan kehinaan.

Salah satu aturan Allah SWT berkenaan dengan penuhan kebutuhan biologis
manusia itu adalah syari’at tentang perkawinan. Perkawinan dalam ajaran Islam
ditempatkan pada tempat yang mulia, ia tidak hanya legalisasi hubungan laki-laki dengan
perempuan semata-mata, melainkan wahana untuk mewujudkan kasih sayang yang
diberikan Allah SWT pada proses penciptaan pertama kali.

Tujuan perkawinan dalam Islam adalah sakinah, yaitu terwujudnya ketenangan dan
kelapangan jiwa, keluasan hidup dan kehidupan, dan terpenuhinya kebutuhan fitrah
jasmani dan rohani seperti yang tercantum dalam Firman Allah SWT di dalam QS. 30: 21
yang artinya: “Dan diantara tanda tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda Pernikahan adalah sunnah
Rasulullah, tetapi dilihat dari niat dan kasus yang terjadi pada calon pasangan, pernikahan
dapat digolongkan kepada lima macam hukum, yaitu:

a) Wajib
Bagi orang yang sudah berkeinginan untuk menikah, mampu menanggung
resiko dan tanggung jawab serta merasa kuatir dirinya akan terjerumus kepada
perbuatan zina apabila tidak segera menikah.
b) Sunnah
Bagi orang yang berkeinginan untuk menikah, mampu menanggung resiko
dan tanggung jawab, tetapi ia tidak khawatir dirinya akan terjerumus kepada
perbuatan zina apabila tidak segera menikah.

c) Haram
Bagi orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak mampu untuk menjalani
kehidupan berumah tangga dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
suami atau istri. Juga bagi orang yang menikah untuk tujuan menyakiti
istrinya.
d) Makruh
Bagi orang yang tidak memberikan nafkah dan pelayanan yang
selayaknya, sementara ia belum mempunyai keinginan untuk menikah.
e) Mubah
Bagi orang yang berkeinginan untuk menikah sedang ia sendiri mampu
untuk menjaga dirinya dari perbuatan zina.

Perkawinan berfungsi untuk:

 Mempertahankan keturunan dalam rangka mendekatkan (tawarrub) kepada


Allah
 Membetengi diri dari dorongan syahwat yang illegal
 Menenangkan hati
 Mengatur dan menertibkan hidup melalui istri shlihah.

2. Pra Pernikahan

a) Memilih Calon Pasangan


Islam mengajarkan agar orang yag ingin berkeluarga memilih calon
pasangannnya dengan pertimbangan yang matang dan menjafikan agama sebagai
bahan pertimbangan utama, sebagaimana dinyatakan Nabi: “Seorang perempuan
dikawini karena empat hal: kecantikannya, hartanya, keturunannya dan
agamanya. Pilihlah karena agamanya, rngkau akan menperoleh ketenangan.” (
hadist riwayat bukhari musli ).

b) Meminang
Meminang adalah menunjukan atau menyatakan peurmintaan untuk
penjodohan dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya baik
secara langsung maupun dengan perantara seseorang yankg dipercayainya.
Meminang hukumnya mubah tidak termasuk wajib, sunah atau haram
sebagai mana diungkapkan dalam firman Allah :” Dan tidak ada dosa bagi kamu
untuk meminang wanit-wanita itu ( wanita yang telah meninggal suaminya )
dengan sindiran ( karena dalam masa iddah ) atau kamu menyembunyikan isi
hatimu. Allah mengetahui akan mengingat-ingat mereka. Jangan lah kamu
mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan perkataan yang ma’ruf ( sindiran yang baik ). jangan lah kamu
boerkeras hati untuk bertekad nikakh sebelum habis masa iddah nya. Dan
ketahuilah bahwa Allah SWT mengetahui isi hatimu, maka takutlah kepadaNya
dan ketahuilah bahwa Allah SWT maha Pengampun dan maha Penyantun ) (
QS.Al-baqarah : 35 ).

c) Perempuan yang haram dinikahi ( muhrim ).

Yang haram dinikahi selamanya terdiri dari :


 Dengan sebab pertalian saudara atau nasab, yaitu:
o Ibu termasuk nenek dari pihak ibu dan bapak seterusnya keatas
o Anak perempuan termasuk cucu-cucu perempuan terus kebawa
o Saudara perempuan kandung baik siayah maupun siibu
o Saudara perempuan bapak baik kandung baik seayah ataupun seibu
o Saudara perempuan ibu baik sekandung seayah maupun seibu
o Anak perempuan saudara laki-laki ( keponakan )
o Anak perempuan saudara perempuan

 Dengan sebab pertalian pernikahan yaitu :


o Ibu istri ( mertua perempuan ) termasuk mertua istri
o Anak istri ( anak tiri ) jika istri telah digauli
o Istri anak ( menantu ) termasuk bekas menantu
o Istri bapak ( ibu tiri ) termasuk bila sudah dicerai

 Dengan sebab pertalian susuan (radhla’ah), yaitu:


o Perempuan yang menyusui (ibu susuan)
o Saudara-saudara perempuan sepersusuan, baik kandung, seayah,
maupun seibu.

Yang Haram dinikahi sementara, terdiri dari:

 Pertalian pernikahan, yaitu perempuan yang masih berada dalam ikatan


pernikahan, jika sudah diceraikan serta sudah habis masa iddahnya boleh
dinikahi.
 Talaq bain kubra, yaitu perempuan yang ditalaq dengan talaq tiga, haram
dinikahi oleh bekas suaminya, kecuali ia telah dinikahi oleh orang lain dan
sudah digauli, kemudian dicerai. Setelah habis masa iddahnya, perempuan
itu boleh dinikahi kembali oleh bekas suaminya yang pertama.
 Menikahi dua orang bersaudara sekaligus.
 Menikahi perempuan lebih dari 4
 Berlainan agama

3. Pelaksanaan Pernikahan

Pernikahan dinyatakan sah apabila memenuhi syari’at Islam, yaitu:

a) Adanya wali, yaitu orang yang bertanggung jawab untuk mengawinkan


anak gadisnya, sabda Rasulullah SAW berbunyi: “Barangsiapa diantara
wanita yang menikah tidak atas izin walinya, maka pernikahan itu
dianggap tidak sah.” (HR. Empat Ahli Hadist) “Tidaklah dianggap sah
nikah itu, kecuali dengan adanya (izin) wali) (HR. Abu Darimi)
Syarat wali nikah yaitu:
 Laki-laki
 Islam
 Baligh
 Merdeka
 Adil
 Berakal
 Tidak sedang melaksanakan ihram

b) Sighat nikah atau ijab qabul, yaitu penyerahan dari wali perempuan dan
penerimaan dari pihak pengantin laki-laki.
c) Saksi, yaitu dua orang laki-laki yang menjadi saksi pernikahan dan
bertanggung jawab atas sah atau tidaknya suatu aqad nikah yang
dilaksanakan.
Adapun syarat saksi:
 Islam
 Baligh
 Berakal
 Merdeka
 Laki-laki
 Adil

d) Mas kawin (mahar), yaitu pemberian laki-laki kepada perempuan pada


saat pernikahan. Mahar adalah milik perempuan yang tidak bisa diminta
kembali oleh suaminya, kecuali kalau istri merelakannya

4. Putusnya Aqad Perkawinan

Hal – hal yang mengakibatkan putusnya aqad pernikahan :


a) Kematian
Apabila salah seorang dari suami istri meninggal dunia, maka putuslah tali
perkawinannya. Maka seorang suami ataupun istri boleh melakukan pernikahan
lagi namun bagi sang istri boleh melakukan pernikahan lagi setelah masa
iddahnya (menunggu) yang lamanya telah ditentukan oleh syari’at, yang mana
masa iddahnya tersebut sebagai berikut :
 Sampai melahirkan, kalau ia sedang hamil
 Empat bulan sepuluh hari (empat kali sucian) bila ia ditinggl mati dalam
keadaan suci

b) Thalaq
Thalaq berarti lepasnya ikatan. Dalam arti syari’at berarti lepasnya ikatan
pernikahan dengan lafadh thalaq atau lafadh lain yang identik dengan thalaq. Di
dalam islam thalaq merupakan suatu hal yang dibenci tapi tidak diharamkan,
sebagaimana hadist Rasulullah “Barang halal yang amat dibenci oleh Allah SWT
adalah thalaq”(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah) Hukum asal thalaq menurut
ulama Syaf’iyah dan Hambaliyah adalah makruh, dengan berdasarkan pada hadits
Rasulullah yang disebutkan diatas, namun menurut ulama Hanafiyah hukumnya
haram.

Setiap suami mempunyai hak untuk menjatuhkan thalaq kepada istrinya sebanyak
3 kali. Perbedaannya, apabila suami menjatuhkan thalaq satu atau dua kepada istrinya,
maka ia masih punya kesempatan untuk rujuk kembali. Sedangkan bila menjatuhkan
thalaq tiga sekaligus atau satu-satu sehingga menjadi tiga kali thalaq, maka suami tidak
dapat rujuk kembali sebelum bekas istrina tersebut dinikahi terlebih dahulu oleh orang
lain serta sudah dicampuri dengan sempurna oleh suaminya dan dithalaq oleh suaminya.

Dari segi keadaan sang istri, Thalaq ada 2 macam :

 Thalaq Sunni, yaitu thalaq yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
dalam keadaan suci dan belum dicampurinya.
 Thalaq Bid’i, yaitu thalq yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci namun sudah dicampurinya.
Thalaq ini hukumnya Haram.

Dari segi boleh tidaknya suami merujuk bekas istrinya, thalaq dibagi menjadi 2 bagian :

 Thalaq Raj’I, yaitu thalaq thalaq yang membolehkan bekas suami untuk
merujk bekas istrinya sebelum masa iddahnya (tidak perlu adanya
pernikahan baru dan hanya berlaku pada thalaq 1 dan 2)
 Thalaq Bain, yaitu thalaq yang tidak membolehkan suami untuk merujuk
bekas istrinya, tetapi harus dengan pernikahan baru. Thalaq ini dibagi 2,
yaitu :
o Sugra, yaitu thalaq yang tidak memperbolehkan bekas suami
merujuk bekas istrinya, tetapi harus melakukan perkawinan baru.
Thalaq ini adalah thalaq yang dijatuhkan kepada istri dengan
disertai ‘idwadl (pengganti)
o Kubra, yaitu thalaq tiga, dimana bekas suami tidak boleh
mengawini kembali bekas istrinya, kecuali bekas istriya telah
dinikahi terlebih dahulu oleh orang lain, telahbergaul dengan
suami barunya dan kemudian dicerai
c) Khulu'

Khulu’ adalah perceraian antara suami istri dengan cara istri membayar uang
‘idwadl (pengganti). Syarat istri diperbolehkan meminta khulu’ pada suaminya adalah :

 Suaminya berzina dengan perempuan lain


 Suaminya pemabuk
 Suaminya tidak melaksanakan ajaran islam
 Istri tidak senang lagi pada tingkah laku suami
 Thalaq yang jatuh dengn ‘idwadl tidak bisa dirujuk, kecuali dengan
pernikahan baru.

d) Fasakh

Fasakh adalah perceraian yang diputuskan oleh hakim atas pemintan pihak istri.
Syaratnya :

 Suaminya gila
 Suaminya berpenyakit kusta, gondok
 Suaminya sakit kelamin, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan
biologis istrinya
 Suaminya tidak dapat memberikan nafkah
 Suaminya hilang tidak tentu adanya

e) Syiqaq

Syiqaq adalah perceraian yang diakibatkan oleh pertengkaran diantara suami istri
dan tidak dapat didamaikan lagi.

f) Pelanggaran Ta’liq Thalaq

Ta’liq Thalaq adalah thalaq yang diakitkan dengan sesuatu, jika sesuatu terjadi
maka thalaq akan jatuh. Dalam pelaksanaan seorang istri meminta suaminya berjanji
dengan cara mengucapkan ta’liq thalaq, yaitu thalaq yang dikaitkan (ta’liq) dengan
perbuatan suami antara lain :

 Jika meninggalkan istri selama dua tahun berturut-turut


 Tidak memberi nafkah wajib kepada istri selama tiga bulan
 Menyakiti badan / jasmani istri
 Membiarkan istri enam bulan berturut-turut
Apabila hal tersebut terjadi, maka sang istri boleh mengadukan suaminya
pada pengadilan agama dan membayar uang I’wadl kepadda suaminya dan
jatuhlah thalaq 1 kepada istrinya. Hal tersebut sah jika suami menerima dan mau
mengucapkan janjinya serta dibuktikan dengan membubuhkan tanda tangan.
5. Iddah
Iddah adalah masa menunggunya bagi perempuan yang diceraikan atau
ditinggal mati oleh suaminya untuk dapat menikah lagi dengan laki-laki lain.
Masa iddah tersebut ada beraneka ragam, yakni :

Iddah istri yang dicerai dan ia masih haid, lama iddahya tiga kali quru’ (suci)
sebagaiman firman Allah (Q.S. 2:228). Imam Syafi’I dan Imam Maliki berpendapat tiga
kali quru’ maknanya tiga kali suci. Sedangkan Imam Hambali menafsirkan tiga kali haid.

 Iddah istri yang dicerai dan sudah tidak haid (menopause), iddahnya tiga
bulan sesuai firman Allah (Q.S. 55:4)
 Iddah istri yang ditinggal mati suami, lamaran empat bulan sepuluh hari
seperti firman Allah (Q.S. 2:234)
 Iddah istri yang dicerai dalam keadaan hamil, lamanya sampai melahirkan.

6. Hikmah Pernikahan

Pernikahan adalah awal pembentukan keluarga dalam ruang lingkup rumah


tangga. Rumah tangga yang Islami adalah basis pertama dari masyarakat yang berdiri
diatas dasar percintaan dan kasih sayang. Tatanan hidup dalam rumah tangga hendaknya
dibangun atas dasar cinta kasih dan saling pengertian diantara kedua belah pihak.

Nikah merupakan suatu fundamental yang mampu menjaga manusia dari


kejahatan dan kekerasan yang diakibatkan oleh dorongan nafsu seksual. Menurut ajaran
Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan yang lemah, hal ini diungkapkan dalam firman
Allah SWT (Q.S. 4:280 yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah
terutama jika ia berhadapan dengan nafsu). Dengan demikian, untuk mengendalikan hawa
nafsu Islam menyari’atkan kepada umatnya untuk menikah agar terhindar dari kejahatan
nafsu birahi.

Dilihat dari sudut lain, pernikahan merupakan proses pendidikan ruhaniyah yang
memberikan dampak yang kuat dalam mewujudkan pribadi yang mandiri dan
bertanggung jawab, sebab jika pasangan telah menginjak jenjang pernikahan, terjadi
perubahan pada jiwanya masing-masing. Suami memikirkan cara mencari nafkah yang
halal, istri berpikir bagaimana cara memanfaatkan hasil jerih payah suami.

Dalam ajaran Islam, seorang suami mempunyai kewajiban untuk memberikan


nafkah kepada istri dan keluarganya. Ia harus bersikap bersungguh-sungguh dan berlaku
adil sert memiliki rasa bertanggung jawab dalam melakukan kewajibannya. Karena dalam
konsep Islam suami adalah pemimpin dalam keluarga, sebagaimana difirmankan oleh
Allah SWT bahwa laki-laki adalah pemimpin atas wanta (Q.S. 4:4).

B. KEWARISAN

1. Hukum Waris
Peraturan tentang pembagian harta peninggalan (pusaka) disebut dengan hukum
waris atau faraidl. Faraidl dalam istilahmewaris dikhususkan untuk suatu bagian ahli
waris yang telah ditentukan besar kecilnya oleh syara’, sedangkan ilmu faraidl dita’rifkan
sebagai berikut :

“ Ilmu fiqih yang berkaitan dengan pembagian harta pusaka, pengetahuan tentang cara
perhitungan yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta pusaka dan
pengetahuan tentang bagian bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap
pemilik hak pusaka”.

Umat islam melaksanakannya hukum syariat yang ditunjuk oleh nash nash yang
jelas adalah suatu kewajiban. Demikian pula melaksanakan ketentuan Allah mengenai
warisan dalah wajib hukumnya, sebagaimana firman Allah :

“Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar ketentuan
ketentuanNya, Allah akan memasukkan nya kedalam neraka sedang ia kekal didalamnya
dan baginya siksa yang menghinakan”. (Q.s.4:14)

Belajar ilmu faraidl menurut kesepakatan ulama adalah fardhu kifayah, yaitu
wajib untuk sebagian dan apabila sebagian orang yang telah melakukannya, maka
sebagian yang lain menjadi gugur kewajiban mempelajarinya.

Pengurutan hak hak yang harus dibayarkan itu sebagai berikut :

a) Didahulukan membiayai perawatan jenazah dari pada hutang hutang


b) Didahulukan pelunasan hutang hutang daripada pelaksanaan wasiat
c) Didahulukan membayar wasiat daripada mempusakakan harta peninggalan
kepada ahli waris

Pusaka mempusakai terjadi apabila ada syarat syarat sebagai berikut:

a) Matinya orang yang mempusakakan (muwaris). Mati haqiqi yaitu


hilangnya nyawa dengan alat pembuktian. Mati hukmi yaitu kematian
yang disebabkan adanya vonis hakim, baik ada akikatnya, seseorang benar
benarmasih hidup, maupun dalam dua kemungkinan antara hidup dengan
mati. Sedangkan mati taqdiri adalah kematian yang hakiki dan hukmi,
tetapi berdasarkan dugaan keras.
b) Hidupnya orang yang mempusakai (waris) disaat kematian muwaris.
c) Tidak ada penghalang penghalang yang mempusakai.

Sesudah kewajiban tersebut dibayarkan, maka harta benda disebut dengan tirkah
atau maurust (harta peninggalan) yang hartanya dibagikan kepada ahli warisnya:

1) Sebab sebab pusaka :


 Perkawinan, yaitu ikatan yang sah menurut syariat antara laki laki dengan
perempuan dalam suatu ikatan keluarga.
 Kekerabatan, ialah hubungan nasab antara orang yang mewariskan dengan
orang yang mewarisi yang disebabkan oleh kelahiran.
 Wala’, yaitu perwalian yang timbul karena membebaskan budak dan
karena adanya perjanjian tolong menolong dan sumpah setia antara
seseorang dengan orang lain.

2) Pusaka Dengan Sebab Perkawinan


 Pusaka Istri
o Seperempat, apabila suami yang diwarisinya tidak mempunyai
far’ul waris, yaitu anak si mayit yang berhak waris baik secara
bagian (fardl).
o Seperdelapan, bila yang lahir melalui istri pewaris ini maupun istri
yang lain. Istri tidak berhijab (hijab hirman) oleh ahli waris
manapun, tetapi dapat terkurangi bagiannya (hijab nuqhsan) oleh
anak laki laki / perempuan dan oleh cucu laki laki/ perempuan.
 Pusaka Suami
o Separoh, apabila istrinya tidak mempunyai far’ul waris.
o Seperempat, apabila istrinya meninggalkan far’ul waris. Yang
dimaksudadalah anak yang lahir dari suami yang menjadi pewaris
atau suami lain (terdahulu).(QS. An-Nisa:12) Suami tidah terhijab
(hirman) oleh siapapun, tetapi terkena pengurangan (hijab
nuqhsan).

3) Pusaka Dengan Sebab Kekerabatan


 Anak turun simati (Furu’ul Mayyit)
o Anak perempuan sulbiyah
Adalah anak perempuan yang dilarirkan secara langsung dari orang yang
meninggal, baik yang meninggal itu ibunya maupun ayahnya.
Bagi anak perempuan sulbiyah adalah:
a. Setengah, bila iya sendiri dan tidak mewarisi bersama sama dengan
saudara laki-laki yang menjadikan dia sebagai ashabah. Aturan ini
didasarkan kepada firman Allah:”.....jika hanya seorang diri baginya
separoh”(QS.4:11)
b. Dua pertiga, bila anak perempuan dua orang atau lebih dari dua tidak
mewarisi saudara laki-lakinya yang menjadikan ia sebagai
nasabah(‘Asabah bilgair). Aturan ini tercantum pada firman Allah
“maka jika mereka itu perempuan-perempuan lebih dari dua
orang,bagi mereka dua pertiga dari harta peninggalannya”(QS.4:11)
c. Ushubah, bila ia mewarisi bersama sama dengan saudara laki-lakinya,
baik anak perempuan itu tunggal maupun banyak dan baik anak laki-
laki tunggal dan banyak. Ketentuan ini tercantum pada firman
Allah(QS.4:7)
o Anak laki-laki
Anak laki-laki tidak termasuk ashabul furudhh, Ahli waris yang mendapatkan
bagian yang sudah ditentukan kadarnya, tetapi ia termasuk ahli waris ashabah,
penerima sisa peninggalan dari ashabul furudh atau penerima seluruh harta
peninggalan bila tidak ada dzawil furudh seorangpun.

Berdasarkan QS.4:11 bahwa anak laki-laki adalah ushubah. Adapun cara-cara


dalam mempusakai dirinci sebagai berikut:

o Jika seseorang mati hanya meninggalkan seorang atau beberapa anak laki-
laki saja,maka anak laki-laki mewarisi seluruh harta secara ta’shib.
o Jika orang yang mati meninggalkan anak laki-laki dan anak perempuan
atau ashabul furudh, maka seluuruh harta atau sisa harta peninggalan serta
diambil setelah diambil oleh ashabul furudh dibagi dua, dengan
ketentuan anak laki-laki mendapat dua kali lipat anak perempuan.
Kebanyakan ahli waris banyak dihijab oleh anak laki-laki, kecuali: ibu,
bapak, suami, istri, anak perempuan, kakek, nenek.

o Cucu perempuan pancar laki-laki


Ialah anak perempuan dari anak laki-laki orang yang mrninggal
dunia(bintul ibni) dan anak perempuan cucu laki-laki pancar laki-laki(bintu_ibnil-
ibni) sampai kebawah.

Hak pusaka cucu perempuan pancar laki-laki ada 6 macam :

o Setengah, bila seorang diri


o Dua pertiga, bila ia dua oran atau lebih.
o Ushubah, bila ia mewarisi bersama-sama dengan ahli waris yang
menjadikan ashabah bersama.
Dalam hal ini ada 3 kemungkinan :
- Jika tidak ada ashabul furud seorang pun, mereka menerima seluruh
harta peninggalan secara ushubah.
- Jika ada ashabul furudh, mereka hanya menerima sisa harta dari
ashabul furudh juga dengan cara pembagian seperti yang diatas.
- Jika harta peninggalan telah dihabiskan oleh ashabul furudh mereka
tidak menerima bagian sedikitpun.

Cucu perempuan pancar laki-laki dapat menhijab ahli waris :

o Saudara ( si mati ) seibu, dan


o Saudari ( simati ) seibu

Ia dapat menghijab oleh ahli waris :

o Dua orang anak perempuan shulbiyah


o Dua orang cucu perempuan pancar laki-laki yang lebih tinggi derajatnya,
bila tidak ada mu’ashib yang mendapinginya.
o Far’ul warist laki-laki yang lebih tinggi derajatnya,
o Cucu laki-laki pancar laki-laki
o Cucu laki-laki pancar laki-laki adalah termasuk far’ul waris, yaitu anak
turunan si mati yang mempunyai hak mewarisi. Dengan ketentuan sebagai
berikut :
- Jika si mati tidak mempunyai anak dan tidak ada ahli waris yang lain,
ia menerima seluruh harta peninggalan secara ‘ushubah. Dan jika ada
ahli waris tashabul furudh ia menerima sisa ashabul furudh.
- Jika cucu itu mewarisi bersama-sama dengan saudari saudarinya, ia
membagi seluruh harta peninggalan atau sisa harta dari ashbul furudh
dengan saudari-saudarinya menurut perbandingan 2 : 1. Untuk laki-
laki menerima dua lipat bagian perempuan.

Kebanyakan ahli waris dapat dihijab oleh cucu laki-laki pancar laki-laki, kecuali :

o Ibu
o Bapak
o Suami
o Istri
o Anak perempuan
o Cucu perempuan pancar laki-laki
o Kakek shahih
o Nenek shahihah

Ia sendiri dapat dihijab oleh setiap orang laki-laki yang lebih tinggi derajatnya.
Ada dua ahli waris yang termasuk juga kepada furu’ul waris, yaitu anak dalam
kandungan, anak zina dan anak li’an. Anak dalam kandungan tergolong ahli waris yang
berhak menerima warisan dengan syarat-syarat :

- Sudah mempunyai ujud pada saat orang yang mewariskan mati dengan
asumsi bahwa sperma yang berada dalam rahim apabila tidak
hancur, mempunyai zat hidup, karena itu dihukumkan hidup.
- Dilahirkan dalam keadaan hidup dengan tanda-tanda hidup, seperti
menangis, bergerak dan lain-lain, seperti disabdakan Nabi “ apa bila
anak yang dilahirkan itu berteriak, maka diberi pusaka” ( H.R.
Ashabus Sunnah ).
-
Oleh karena anak dalam kandungan tergolong ahli waris dan menerima
pusaka apabila dilahirkan dalam keadaan hidup , apanila dalam keadaan begini
sebaiknya harta pusaka tidak dibagikan dahulu sampai anak dalam kandungan
dilahirkan, agar dapat secara jelas diketahui baginya, jika ia laki-laki atau
perempuan atau kembar.
Anak zina ialah anak yang dilahirkan diluar perkawinan menurut syariat. Para
ahli sepakat bahwa anak seperti itu tidak dinasabkan kepada bapaknya sebagai anak sah
kalau anak itu dilahirkan kurang dari 6 bulan dari akad perkawinan. Anak li’an ialah anak
yang dihukumi tidak bernasab dengan ayahnya setelah terjadi tuduh menuduh zina anatar
istri kedua suami istri menurut sifat-sifat yang telah dijelaskan didalam Al-Qur’an.

Kedua macam anak tersebut putus hubungan nasab dengan ayahnya, tetapi
pertalian nasab dengan ibunya masih tetap utuh. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi “dari
Ibnu Umar R.A. menjelaskan bahwa seorang laki-laki yang li’an istrinya pada zaman nabi
menceraikan keduanya dan mempertemukan nasab anaknya kepada ibunya “. ( Bukhari
dan Abu Daud )

 Leluhur Mayit (Ushulul Mayyit)


o Pusaka Ibu

Bagian ibu ada 3 macam:

- Seperenam dengan ketentuan bila ia mewarisi bersama-sama dengan


far’ul warist bagi si mati, baik far’ul warits itu seorang atau lebih,
laki-laki atau pun perempuan atau ia bersama dengan saudara-saudara
si mati baik kandung seibu maupun seayah, atau campuran seibu
dan seayah. (Berdasarkan QS. An-Nisa: 11)
- Sepertiga dengan ketentuan tidak bersama-sama dengan far’ul warist
bagi si mati atau pun bersama-sama dengan dua orang atau lebih
saudari-saudari si mati yang mewarisi hanya ia sendiri dengan ayah
si mati tanpa salah seorang suami/istri si mati.

Apabila si mati bersama dengan far’ul ghairu warist bagi si mati atau
besama dengan seorang saudari-saudari si mati, maka ia tidak terhijab dari 1/3
menjadi 1/6 fardh. Bila ia mewarisi bersama dengan ayah salah seorang suami
atau istri, ia mendapat 1/3 sisa peninggalan.

Tidak ada ahli warits yang dapat menghijab hirman terhadap ibu, tetapi ada 2 ahli warits
yang dapat menhijab muqshan kepadanya, yaitu:

- Far’ul warits secara mutlak


- Dua orang saudara, secara mutlak

Sedangkan Ibu dapat menghijab ahli warits, yaitu:

- Ibunya Ibu (Ummul Umi)


- Ibunya Ayah (Ummul Abi)

o Pusaka Nenek Shahihah


Nenek shahihah ialah leluhur perempuan (nenek) yang dipertalikan kepada si
mati tanpa memasukkan kakek ghairu shalih. Bagian nenek adalah seperenam dengan
ketentuan bila ia tidak bersama-sama ibu baik sendiri ataupun beberapa orang. Para ahli
waris yang dapat menghijab nenek adalah:

- Ibu
- Ayah
- Kakek shalih
- Nenek yang dekat

o Pusaka Ayah

Seorang ayah mempusakai harta peninggalan anaknya dengan tiga macam


bagian, yaitu:

- Seperenam, dengan ketentuan bila anak yang di warisi mempunyai


far’u warist mudzakkar (anak turun si mati yang berhak mewarisi yang
laki-laki), yaitu anak laki-laki dan cucu laki-laki pancar laki-laki
sampai kebawah.
- Seperenam dan ‘ushubah, dengan ketentuan bila anak yang diwarisi
mempunyai far’u warist muannats (anak turun si mati yang
perempuan), yakni anak perempuan pancar laki-laki sampai
kebawah. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT: “..... Dan
untuk ibu bapak, masing-masing seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal mempunyai anak .....” (QS. An -
Nisa: 11).
- ‘Ushubah, bila anak yang diwarisi harta peninggalan tidak mempunyai
far’u warist sama sekali, baik laki-laki maupun perempuan, sesuai
firman Allah SWT: “..... (tetapi) jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu dan bapaknya (saja), maka
untuk ibunya sepertiga bagian .....” (QS. An - Nisa: 11).

o Pusaka Kakek

Istilah kakek dalam ilmu faraidl ada dua arti, yaitu:


Kakek Shahih, yaitu kakek yang hubungan nasabnya dengan si mati tanpa diselangi
perempuan. Seperti: Ayahnya ayah (Abul ab) dan ayah dari ayahnya ayah (Abul abi ab)
seterusnya sampai keatas. Kakek Ghairu Shahih, yaitu kakek yang hubungan nasabnya
dengan si mati diselingi oleh perempuan. Seperti: Ayahnya ibu (Abul um) dan ayah
dari ibunya ayah (Abul umi ab).

Kakek dapat menduduki statusnya ayah bila tidak ada ayah dan saudara-saudara
atau saudari-saudari sekandung atau seayah, karena itu ia mendapat bagian pusaka seperti
bagian ayah, yaitu:
- Seperenam bila si mati mempunyai anak turun yang berhak waris yang
laki laki (Far’u warits-mudzakkar).
- Seperenam dan sisa dengan jalan ‘ushubah bila si mati mempunyai
anak turun yang berhak waris yang perempuan (Far’u warits-
muannats).
- ‘Ushubah, bila si mati tidak mempunyai anak turun yang berhak waris
(Far’u warits) secara mutlak., baik laki-laki maupun perempuan, atau
bila ia mempunyai anak turun yang tidak berhak menerima pusaka
(Far’u ghairu warist), seperti cucu perempuan pancar laki-laki.

Para ahli warist yang termahjub oleh kakek shahih adalah:

- Saudara-saudara sekandung
- Saudara-saudara seayah
- Saudara-saudara seibu
- Anak laki-laki saudara sekandung
- Anak laki-lakinya saudara
- Paman sekandung
- Paman seayah
- Anak laki-lakinya paman sekandung
- Anak laki-lakinya seayah

C. Kerabat Menyamping

1. Pusaka Saudari Sekandung

Pusaka saudari kandung di dalam pusaka mempusakai itu ada 4 macam:

 Separuh, jika ia hanya sendiri dan tidak mewarisi bersama dengan saudara
kandung yang menjadikannya ‘ashabah (Bilghair).
 Dua pertiga, jika saudari tersebut berdua atau lebih dan tidak mewarisi
bersama sama dengan saudara kandung yang menjadikan ‘ashabah
(Bilghair).
 ‘Ushubah (Bilghair), baik tunggal maupun banyak. Mereka semuanya
dapat menerima seluruh harta peninggalan atau sisa dari Dzawil furudh
dengan ketentuan bahwa penerimaan saudar adalah dua kali lipat
penerimaan saudari.
 ‘Ushubah (Ma’al ghair), jika ia mewarisi bersama sama:
o Seorang atau beberapa orang anak perempuan
o Seorang atau beberapa orang cucu perempuan pancar laki-laki
o Anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki, dengan
ketentuan saudari kandung tersebut tidak bersama-sama dengan
saudara kandung yang menjadi Ma’ashib-nya. Tetapi bila ada
saudara kandung, sebagai konsekuensinya andaikata sudah tidak ada
sisa yang tinggal setelah pembagian kepada Dzawil furudh, ia tidak
menerima apa-apa.
Bila seorang atau beberapa orang saudari kandung bersama-sama dengan
anak perempuan atau cucu perempuan pancar laki-laki, mereka dapat menghijab
ahli warits:
 Saudara seayah
 Anak laki-laki saudara seayah seibu
 Anak laki-laki saudara seayah
 Paman seayah seibu
 Paman seayah
 Anak laki-laki paman seayah seibu
 Anak laki-laki paman seayah
 Saudari seayah

Bila saudari kandung atau lebih, mereka dapat menghijab seorang atau beberapa
orang saudari seayah. Adapun ahli warits yang dapat menghijab saudari sekandung, baik
tunggal atau beberapa orang baik bersama-sama dengan saudara kandung maupun tidak
ialah:

 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki
 Ayah

2. Pusaka Saudari Seayah

Bagian saudari seayah adalah sebagai berikut:

 Separuh, jika ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi besama-sama


dengan saudari kandung atau saudara seayah yang menjadikannya
‘Ashabah(Bilghair).
 Dua pertiga, dalam keadaan bila saudari tersebut ada dua orang atau lebih
yang tidak mewarisi bersama-sama dengan saudari kandung atau saudara
seayah yang menjadikan ‘Ashabah (Bilghair).
 ‘Ushubah (Bilghair), baik seorang diri maupun banyak bila ia mewarisi
bersama-sama dengan saudara tunggal seayah . Dalam hal ini saudara
memperoleh dua kali lipat bagian saudari.
 “Ushubah (Ma’al ghair), jika ia mewarisi bersama-sama dengan anak
perempuan pancar laki-laki betapa pun menurunnya, serta anak
perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki dalam hal ini ia
mendapat sisa peninggalan setelah para ahli waris tersebut mengambil
bagiannya, Apabila tidak terdapat sisa sama sekali, ia tidak menerima apa-
apa.
 Seperenam sebagai pelengkap dua pertiga, jika ia mewarisi bersama-sama
dengan saudari kandung. Kalau ia mewarisi bersama-sama saudara seayah,
ia menjadi ‘Ashabah (Bilghair), yaitu menerima sisa dari ‘Ashabah furudh
dan jika ternyata sudah tidak ada sisa sama sekali, mereka keduanyatidak
mendapatkan bagian sedikit pun.

Saudari seayah jika bersama-sama dengan saudara seayah tidak dapat menghijab
ahli warits mana pun. Jika bersama-sama dengan saudara seayah ia dapat
menghijab:
 Anak laki-laki saudara (kemenakan) seayah seibu
 Kemenakan seayah
 Paman seayah seibu
 Paman seayah
 Anak laki-laki (saudara sepupu) seayah ibu
 Saudara sepupu ayah.

Ahli waris yang dapat menghijab saudara seayah:

 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki
 Ayah
 Saudara (laki-laki) seayah seibu
 Saudara sekandung yang menjadi ‘Ashabah ma’al ghair.
 Dua orang saudari sekandung, jika saudari seayah tidak mewarisi bersama-
sama dengan muashibnya.

3. Pusaka Saudara-saudari Tunggal Ibu (Auladul Ummi)

Adalah anak-anaknya ibu si mati atau saudara tiri si mati yang lahir dari ibu.
Bagian mereka:

 Seperenam, jika mereka tunggal, baik laki-laki maupun perempuan.


 Sepertiga, jika mereka banyak, baik laki-laki maupun perempuan.

Mereka tidak memiliki ketentuan itu bila si mati tidak dalam keadaan kalalah,
yaitu tidak beranak turun yang berhak mewarisi (Far’ul warits) baik laki-laki maupun
perempuan mereka tidak mewarisi dalam kalalah, mereka terhijab oleh Far’ul warits atau
Ashlul warits mudzakkar. Anak-anak ibu (saudara-saudari tiri si mati) ini tidak dapat
menghijab siapa pun, tetapi mereka dapat dihijab oleh:

 Anak laki-laki
 Ayah
 Kakek shahih

4. Pusaka saudara kandung

Hak pusaka saudara kandung adalah ‘ushubah, dengan ketentuan apabila mereka
tidak bersama-sama dengan ahli waris yang dapat menghijabnya dan tidak bersama kakek
shahih. Secara terperinci pusaka mereka sebagai berikut :

 Kalau tidak ada ahli waris selain seorang saudara, maka ia mendapat
seluruh harta.
 Kalau ahli waris semuanya terdiri dari saudara-saudara kandung, maka
seluruh harta peninggalan dibagi rata anatar mereka.
 Kalau ahli warisnya terdiri dari saudara dan saudari sekandung, seluruh
harta peninggalan dibagi antar mereka dengan ketentuan yang laki-laki
mendapat dua kali yang perempuan.
 Kalau mereka mewarisi bersama-sama dengan saudara-saudara seibu dan
kebetulan tidak ada sisa tinggal untuknya, maka ia menggabungkan diri
dengan saudara-saudara ibu menerima 1/3.
 Kalau mereka mewarisi bersama-sama dengan ahli waris selain dari
golongan ashabul furudh, mereka menerima sisa dari ashabul furudh.

Para ahli waris yang terhijab oleh saudara laki-laki sekandung adalah :
 Saudara seayah
 Anak laki-laki saudara sekandung
 Anak laki-laki saudara seayah
 Paman sekandung
 Paman seayah
 Anak laki-laki paman sekandung
 Anak laki-laki paman seayah

Sedangkan yang menghijab saudara sekandung adalah :


 Ayah
 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki

5. Pusaka Saudara Seayah

Pusaka saudara seayah dengan cara ‘ushubah, bila tidak ada ahli waris yang
menghijabnya, sebagaimana halnya cara pusaka saudara kandung. Hanya kalau sudah
tidak ada sisa harta peninggalan, mereka tidak bisa menggabungkan diri kepada saudara-
saudara seibu dalam mendapat 1/3, karena mereka tidak mempunyai garis yang sama
dalam mempertemukan nasabnya kepada ibu, seperti saudara-saudara kandung.

 Para ahli waris yang terhijab oleh saudara seayah adalah :


 Anak laki-laki saudara sekandung
 Anak laki-laki saudara seayah
 Paman sekandung
 Paman seayah
 Anak laki-laki paman sekandung
 Anak laki-laki paman seayah

Sedangkan ahli waris yang dapat menghijab saudara seayah adalah :

 Saudara sekandung
 Ayah
 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki
 Saudari sekandung bila bersama anak perempuan atau cucu perempuan
pancar laki-laki

6. Pusaka Anak-anak Saudara (Kemenakan Laki-laki), Paman-paman dan


anak-anak Paman (Saudara Sepupu Laki-laki)
Mereka tergolong ahli warits ‘Ashabah yang utama setelah anak laki-laki,
cucu laki-laki pancar laki-laki sampai kebawah, bapak, kakek terus keatas,
saudara kandung dan saudara seayah.
Anak laki-laki saudara sekandung dapat menghijab ahli warits:
 Anak laki-laki saudara seayah
 Paman sekandung
 Paman seayah
 Anak laki-laki paman sekandung
 Anak laki-laki paman seayah

Ahli warits yang dapat menghijabnya adalah:

 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki
 Bapak
 Kakek
 Saudara laki-laki
 Saudara seayah
 Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘Ashabah ma’al ghair
bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan.
Anak laki-laki saudara seayah dapat menghijab ahli warits

 Paman sekandung
 Paman seayah
 Anak paman sekandung
 Anak paman seayah

Ahli warits yang dapat menghijabnya:

 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki
 Ayah
 Kakek
 Saudara sekandung
 Saudara seayah
 Anak laki-laki saudara sekandung
 Saudara sekandung atau seayah yang menjadi ‘Ashabah ma’al ghair
bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan

Paman dapat menghijab:

 Paman seayah
 Anak laki-laki saudara sekandung
 Anak laki-laki saudara seayah

Ahli warits yang dapat menghijab paman adalah:

 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki
 Ayah
 Kakek
 Saudara sekandung
 Saudara seayah
 Anak laki-laki saudara sekandung
 Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘Ashabah ma;al ghair
bersama-sama anak perempuan
 Anak laki-laki saudara seayah

Paman seayah dapat menghijab ahli warits:

 Anak laki-laki paman sekandung


 Anak laki-laki paman seayah

Ahli warits yang dapat menghijab paman seayah:


 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki
 Ayah
 Kakak
 Saudara sekandung
 Saudara seayah
 Anak laki-laki saudara sekandung
 Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘Ashabah ma’al ghair
bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan
 Anak laki-laki saudara seayah
 Paman sekandung

Anak laki-laki paman sekandung hanya dapat menghijab anak laki-laki paman
seayah saja. Adapun ahli warits yang dapat menghijab anak laki-laki paman sekandung

 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki
 Ayah
 Kakek
 Saudara sekandung
 Saudara seayah
 Anak laki-laki saudara kandung

Saudara kandung atau seayah yang menjadi ‘Ashabah ma’al ghair bersama-sama
dengan anak perempuan atau cucu perempuan

 Anak laki-laki saudara seayah


 Paman seayah

Anak laki-laki paman seayah tidak dapat menghijab ahli warits mana pun.
Adapun yang ahli warits yang dapat menghijabnya adalah:

 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki pancar laki-laki
 Ayah
 Kakek
 Saudara laki-laki sekandung
 Saudara laki-laki seayah
 Anak laki-laki saudara sekandung
 Anak laki-laki saudara seayah
 Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘Ashabah ma’al ghair
bersama anak perempuan
 Paman sekandung
 Paman seayah
 Anak laki-laki paman sekandung

RINGKASAN BAB X
SISTEM POLITIK ISLAM

A. Pengertian Politik

Politik berasal dari kata “ Politicus” yang berarti hubungan warga negara. Sedangkan
dalam bahasa arab, politik diterjemahkan sebagai “siyasah” yaitu mengemudi,
mengendalikan dan mengatur. Jadi kata politik itu adalah mengatur kepentingan
seseorang.

Abdul Qadim Zallum berpendapat bahwa makna dari kata politik itu adalah mengatur
urusan rakyat baik dalam maupun luar negeri. Sehingga dari pendapat diatas dapat di
artikan bahwa politik merupakan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan
mengurus kepentingan masyarakat. Dalam politik terdapat 5 kerangka konseptual yang
digunakan untuk memahami politik tersebut yaitu :

a) Politik dipahami sebagai usaha warga negara dalam membicarakan dan


mewujudkan kebaikan bersama.
b) Politik sebagai segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara
dan pemerintah.
c) Politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat.
d) Politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan umum.
e) Politik sebagai konflik dalam rangka mencari atau mempertahankan
sunber - sumber yang dianggap penting.

B. Prinsip dasar Politik Islam

Politik islam didasarkan kepada tiga prinsip yaitu, Tauhid yang berarti mengesakan
Allah SWT selaku pemilik kedaulatan tertingggi. Risalah merupakan medium perantara
penerimaan manusia terhadap hukum-hukum Allah SWT. Khalifaf berarti pemimpin atau
wakil Allah di bumi. Dalam pelaksanaan politik juga terdapat norma-norma yaitu :
a) Politik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan.
b) Politik islam berhubungan dengan kemaslahatan umat.
c) Kekuasaan mutlak adalah milik Allah.
d) Manusia diberi amanah sebagai khalifaf untuk mengatur alam.
e) Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah
f) Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan
Rasul
g) Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan negara.

C. Nilai-nilai Dasar Sistem Politik dalam Al-Quran

a) Kemestian mewujudkan kesatuan dan persatuan umat (QS 23 : 52)


b) Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah
ijtihadiyyah ( QS 42 : 38 ) dan ( QS 3 : 159 )
c) Keharusan menunaikan amahat dan menetapkan hukum secara adil ( QS 4
: 58 )
d) Kemestian menaati Allah dan Rasulullah dan uli amri ( QS 4 :59 )
e) Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat
islam ( QS 49 : 9 )
f) Kemestian mementingkan perdamaian dari pada permusuhan ( QS 8 : 61 )
g) Keharusan Meningkatkan Kewaspadaan da;am bidang pertahanan dan
keamanan
h) Keharusan menepati janji.
i) Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa – bangsa .

D. Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikab Nasional

Kontribusi umat islam dalam politik sudah ada sejarahnya. Buktinya perjuangan
untuk mendapatkan kemerdekaan dengan adanya tokoh-tokoh islam seperti Tuanku Imam
Bonjol, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Tuan Ku Nan Ranceh, Sultan Baharuddin
dan lainya. Pada fase kemerdekaan juga dibuktikan dengan nilai ajaran islam yang
terdapat pada pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya pada masa orde baru juga dibuktikan
dengan adanya UU peradilan agama dan KHI. Sedangkan pada masa reformasi adanya
undang-undang pengelolaan zakat no 38 tahun 1999

E. Prinsip-prinsip Politik Luar Negeri

Politik luar negeri merupakan kebijakan bangsa yang berpengaruh dengan pemikiran
tentang pemeliharaan urusan. Memiliki tujuan seperti :

a) Mengamankan penyebaran dakwah kepada manusia.


b) Mengamankan bata-batas teritorial negara islam dan umat islam yang
hidup di negara itu terhadap seluruh musuh yang berusaha menyebar
fitnah terhadp agama.
c) Mengaplikasikan sistem fi sabilillah yang masuk didalamnya pemahaman
tentang perang dan pertempuran

Adapun prinsip-prinsip politik luar negeri dalam keadaan damai adalah :

a) Menjaga perdamaian
b) Menegakakan keadilan
c) Memenuhi Janji
d) Menjaga hak-hak dan kebebasan bagi non muslim
e) Melakukan tolong-menolong kemanusiaan dan saling toleransi

Dan juga prinsip politik luar negeri dalam keaadaan perang adalah :

a) Menentukan tujuan perang


b) Melakukan persiapan
c) Tidak meminta bantuan musuh untuk mengalahkan musuh

Você também pode gostar