Você está na página 1de 1

Antagonisme Farmakodinamik

Secara farmakodinamik dapat dibedakan 2 jenis antagonisme farmakodinamik,yakni:

1. Antagonisme fisiologik,yaitu antagonisme pada sistem fisiologik yang sama,tetapi pada sistem
reseptor yang berlainan.Misalnya,efek hsitamin dan autakoid lainnya yang di lepaskan tubuh
sewaktu terjadi syok anafilaktik dapat diantagonisasi dengan pemberian adrenalin

2. Antagonisme pada reseptor,yaitu antagonisme melalui sistem reseptor yang sama(antagonisme


anatara agonis dengan antagonisnya).Misalnya,efek histamin yang dilepaskan dalam reaksi alergi
dapat dicegah dengan pemberian antihistamin,yang menduduki reseptor yang sama.

Pembahasan selanjutnya dibatasi pada antagonisme pada reseptor,yang dapat diuantifikasi


berdasarkan interaksi obat – obatan.Telah disebutkan bahwa agonis adalah obat yang jika
menduduki reseptornya mampu secara intrinsik menimbulkan efek farmakologik,sedangkan
antagonis adalah obat yang menduduki reseptor yang sama tapi tidak mampu secara intrinsik
menimbulkan efek farmakologik.Dengan demikian antagonis menghalangi ikatan reseptor dengan
agonisnya sehingga terjadi hambatan kerja agonis.Oleh karena itu,antagonis sering kali juga disebut
receptor blocker atau blocker saja.Jadi,bloker tidak menimbulkan efek langsung,tetapi efek tidak
langsung akibat hambatan kerja agonisnya.

Antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif atau nonkompetitif.

Antagonisme kompetitif.Dalam hal ini,antagonis mengikat reseptor di tempat ikatan agonis(receptor


site atau active site) secara reversibel sehingga dapat digeser oleh agonis kadar tinggi.Dengan
demikian hambatan efek agonis dapat diatasi dengan meningkatkan kadar agonis sampai akhirnya
dicapai efek maksimal yang sama.Jadi,diperlukan kadar agonis yang lebih tinggi untuk memperoleh
efek yang sama.Ini berarti afinitas agonis terhadao reseptornya menurun.Contoh antagonis
kompetitif adalah ß-bloker dan antihistamin.

Antagonis kompetitif(Ak) menyebabkan Log DEC agonis(D) bergeser sejajar ke kanan (D+ Ak).Efek
maksimal yang dicapai agonis sama(=Emax),tetapi afinitas agonis terhadap reseptornya
menurun(K’D>KD)

Kadang – kadang suatu antagonis mengikat reseptor di tempat lain dari reseptor site agonis dan
menyebabkan perubahan konformasi reseptor sedemikian sehingga afinitas terhadap agonisnya
menurun.Jika penurunan afinitas agonis ini dapat diatasi dengan meningkatkan dosis agonis,maka
keadaan ini tidak disebut antagonisme kompetitif(meskipun gambar kurvanya sama) tetapi disebut
kooperativitas negatif.

Você também pode gostar