Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu ; yaitu bila
pembukaan pada primi < 3 cm, dan pada multi para < 5cm. ( Sinopsis
Obstetri, 2012).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada tanda-
anda inpartu dan setelah ditunggu selama 1 jam belum juga mulai ada tanda-
tanda inpartu (Manuaba, 2010).
Di Negara-Negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5-10
per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan dinegara-negara berkembang
berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Indonesia angka kematian ibu hamil dan melahirkan masih sangat
tinggi (373/100.000 kehamilan) (SDKI, 2005). Karena tiga terlambat yaitu ,
Terlambat mengenali bahaya, Terlambat menangani bahaya, Terlambat
mendapatkan pertolongan yang memadai, selain itu adanya penyebab tak
langsung yaitu status gizi ibu yang memprihatinkan (30 % ibu hamil kurang
gizi kronik, 51% anemia), corak reproduksi yang kurang baik (14%
kehamilan kurang dari 20 tahun, 12,7 terlalau tua untuk hamil, 17% jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun dan 17% terlalu sering hamil), periksa hamil
terlambat, Pelayanan untuk ibu hamil dan bayi belum menjangkau7 1,1 juta
ibu dan bayinya (Depkes RI, 2009 ).
Mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia,
khususnya di NTB maka di butuhkan tenaga kesehatan atau bidan yang
terampil dan profesional mengikuti aturan atau protap kebidanan sesuai
aturan Perundang-undangan yang berlaku (Millenium Development Goals,
2015).

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dengan belajar langsung di
lapangan atau pada pasien langsung selain pembelajaran yang didapatkan
dari perkuliahan khususnya pada kasus patologi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. “M”.
b. Mahasiswa mampu mengumpulkan semua data obyektif pada Ny. “M”.
c. Mahasiswa mampu menganalisa dan dapat mengidentifikasi
diagnosa/masalah potensial pada Ny. “M”.
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan sesuai asuhan
kebidanan pada Ny. “M”.

C. Manfaat
1. Bagi Institusi.
Di harapkan dengan penulisan ini dapat memberikan masukan bagi
institusi pendidikan tentang kendala dan masalah-masalah kesehatan yang
terjadi pada masyarakat, khususnya masalah yang terkait dengan
kebidanan, sehingga dapat memberikan, mempertahankan dan
meningkatkan pembelajaran yang lebih baik.
2. Bagi Puskesmas Tanjung Karang
Diharapkan dapat mempertahankan pelayanan kesehatan dan terus
ditingkatkan.
3. Bagi Mahasiswa
a. Diharapkan dengan adanya kasus ini dapat meningkatkan keterampilan
mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan
manajemen kebidanan.
b. Dengan melakukan penulisan ini dapat memberikan pengalaman
langsung kepada penyusun dalam melakukan asuhan kebidanan
terhadap kasus Ketuban Pecah Dini (KPD).

2
BAB I I
LANDASAN TEORI

1. Definisi
Ketuban pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
(Sarwono,Abdul Bahri, 2012).
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5
cm. (Wiknjosastro,Hanifa, 2010).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada tanda-
anda inpartu dan setelah ditunggu selama 1 jam belum juga mulai ada
tanda-tanda inpartu (Wiknjosastro,Hanifa, 2010).
Ketuban pecah dini dapat secara teknis didefinisikan sebagai pecah
ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa memerhatikan usia gestasi.
Namun, dalam praktik dan dalam penelitian, pecah ketuban dini
didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban sampai
awitan persalinan. Interval ini disebut periode laten dan dapat terjadi kapan
saja dari 1 sampai 12 jam atau lebih. (Helen Varney, 2008).

2. Etiologi
Adapun penyebab dari KPSW itu sendiri adalah masih belum jelas,
maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
infeksi (Saifudin,Abdul Bahri, 2008).
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatkannya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor

3
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks.

3. Patogenesis
Tylor dkk, telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan
hal-hal berikut:
○ Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan
vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
○ Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
○ Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
○ Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multipara,
malposisi, cervix incompeten, dan lain-lain.
○ Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan
terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar udah
pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada
atau kecil.
Cara menentukannya adalah dengan:
o Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa,
rambut, lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau.
o Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dan
kanalis servisis dan apakah ada bagian yang sudah pecah.
o Gunakan kertas lakmus (litmus):
bila menjadi biru (basa) – air ketuban.
bila menjadi merah (asam) – air kemih (urin).

4
o Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM pH adalah basa (air
ketuban).
o Pemeriksaan histopatologi air (ketuban).
o aborization dan sitologi air ketuban.
KPSW berpengaruh terhadap keharnilan dan persalinan. Jarak antara
pecahnya ketuban dan permulaan dan persalinan disebut periode laten =
LP = lag period. Makin muda umur kehamilan maim memanjang LP-nya.
Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dan biasa, yaitu pada primi 10
jam dan multi 6 jam.
4. Pengaruh KPSW
(a) Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu
terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi
akan meninggikan mortalitas dan mobiditas perinatal, biasanya pada
janin akan terjadi IUFD, IPFD, aspiksia dan prematuritas.
(b) Terhadap ibu
Karenajalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi Duerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia, serta
dhy-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaning di tempat tidur, partus akan
menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi.
Hal-hal di atas akan meninggikan angka kematian dan angka
morbiditas pada ibu.
Insiden ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan serviks
inkompeten polihidramnion, maipresentasi Janin, kehamilan kembar
atau infeksi vagina/serviks (mis, vaginosis bakterial, trikomonas,
kiamidia, gonore, Streptokokus Grup B). Hubungan yang signifikan
juga telah ditemukan antara keletihan karena bekerja dan peningkatan
risiko ketuban pecah dini sebelum cukup bulan di antara wanita

5
nulipara (tetapi bukan wanita multipara). Kemungkinan komplikasi
akibat ketuban pecah dini antara lain persalinan dan pelahiran prematur
infeksi intrauteri, dan kompresi tali pusat akibat prolaps tali pusat atau
oligohidramnion.
5. Diagnosis
Karena risiko infeksi intrauteri (korioamnionitis) meningkat seiring
insiden pecah ketuban, penting agar bidan menegakkan diagnosis yang
akurat tanpa meningkatkan risiko infeksi. Kebocoran cairan amnion harus
dibedakan dan inkontinensia urine, rabas vagina atau serviks, semen, atau
(jarang) ruptur korion, Data berikut ini digunakan untuk menegakkan
diagnosis.
1. Riwayat
a. Jumlah cairan yang hilang: pecah ketuban awalnya menyebabkan
semburan cairan yang besar diikuti keluarnya cairan yang terus-
menerus. Namun, pada beberapa kondisi pecah ketuban, satu-
satunya gejala yang diperhatikan wanita adslah kelusrnya sedikit
cairan yang terus-menerus (jernih, keruh, kuning, atau hijau) dan
perasaan basah pada celana dalamnya.
b. Ketidakmampuan mengendalikan kebocoran dengan latihan Kegel:
membedakan PROM dari inkontinensia urine.
c. Waktu terjadi pecah ketuban.
d. Warna cairan: cairan amnion dapat jernih atau keruh; jika
bercampur mekonium, cairan akan berwarna kuning atau hijau.
e. Bau cairan; cairan amnion memiliki bau apek yang khas, yang
membedakannya dari urine.
f. Hubungan seksual terakhir, semen yang keluar dan vagina dapat
disalahartikan sebagai cairan amnion.
2. Pemeriksaan fisik: lakukan palpasi abdomen untuk menentukan
volume cairan amnion. Apabila pecah ketuban telah pasti, terdapat
kemungkinan mendeteksi berkurangnya cairan karena terdapat
peningkatan molase uterus dan dinding abdomen di sekitar janin dan
penurunan kemampuan balotemen dibandingkan temuan pada

6
pemeriksaan sebelum pecah ketuban. Ketuban yang pecah tidak
menyebabkan perubahan yang seperti ini dalam temuan abdomen.
3. Pemeriksaan spekulum steril
a. Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genitalia eksternal.
b. Lihat serviks untuk mengetahui aliran cairan dan omfisium
c. Lihat adanya genangan cairan amnion diforniks vagina
d. Jika Anda tidak melihat ada cairan, minta wanita mengejan
(perasat Valsalva). Secara bergantian, beri tekanan pada fundus
perlahan-lahan atau naikkan dengan perlahan bagian presentasi
pada abdomen untuk memungkinkan cairan melewati bagian
presentasi pada kasus kebocoran berat sehingga Anda dapat
mengamati kebocoran cairan.
e. Observasi cairan yang keluar untuk melihat lanugo atau verniks
kaseosa jika usia kehamilan lebih dan minggu ke-32.
f. Vissalisasi serviks untuk menentukan dilatasi jika pemeniksaan
dalam tidak akan diakukan.
g. Visualisasi serviks untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau
ekstremitas janin.
4. Uji laboratonium
a. Uji pakis positif: pemakisan (farning), juga disebut percabangan
halus (arborization), pada kaca objek (slide) mikroskop yang
disebabkan keberadaan natrium klorida dan protein dalam cairan
amnion. Apus spesimen pada kaca objek mikroskop dan biarkan
seluruhnya kering minimal selama 10 menit. lnspeksi kaca objek di
bawah mikroskop untuk memeniksa pola pakis.
b. Uji kertas nitrazin positif: kertas berwarna mustard-emas yang
sensitif terhadap pH ini akan berubah warna menjadi biru gelap
jika kontak dengan bahan bersifat basa. Nilai pH vagina normal
adalah 4,5 Selama kehamilan, terjadi peningkatan jumlah sekresi
vagina akibat eksfoliasi epitelium dan bakteri, sebagian besar
Lactobadilus, yang menyebabkan pH vagina lebih asam. Cairan
amnion memuliki pH 7,0 sampai 7,5 (Letakkan sehelai kertas

7
nitrszin pada lebih spekulum setelah menanik spekulum dan
vagina)
Uji pakis lebih dapat dipercaya daripada uji kertas nitrazin.
Ini karena sejumlah bahan selain cairan amnion memiliki pH yang
lebih alkali, termasuk lendir senviks, rabas vagina akibat vaginotis
bakterial atau infeksi trikomonas, darah, urine, semen, dan bubuk
sarung tangan. Oleh sebab itu, spesimen yang diambil langsung
dari orifisium serviks dan kemudian diapus pada kertas nitrazin
dapat mengakibatkan perubahan warna yang positif-palsu.
Ultrasonografi untuk pemeriksaan oligohidramnion dapat
sangat membantu jika pemeriksaan sebelumnya tidak memberikan
gambaran jelas pecah ketuban. Namun, penyebsb lain oligo-
hidramnion harus disingkirkan dan Anda perlu ingat bahwa wanita
dapat mengalami pecah ketuban dan masih memiliki jumlah cairan
amnion yang normal, terutama jika ketuban hanya mengalami
kebocoran.
c. Spesiman untuk kultur Streptokokus Grup B (Group B
Streptococcus, GBS): jika wanita ditapis untuk 685 antara minggu
ke-35 dan ke-37 gestasi dan hasil kultur negatif dalam 5 minggu
sebelumnya didokumentasikan, sel spesimen lainnya untuk kultur
tidak diperlukan dan antibiotik profilaksis tidak dianjurkan, jika
kultur GBS tidak dilaksanakan atau hasilnya tidak diketahui dan
kehamilan wanita telah cukup bulan, pengumpulan spesimes untuk
kultur GBS.
6. Penanganan
Adapun penatalaksanaan perawatan persalinan yang digunakan sama
seperti pensalinan yang lain, dengan tambahan sebagai benikut:
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
didahului kondisi ibu yang menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum awitan
persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas
normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik

8
secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda
gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat
rnengindikasiksn infeksi intrasteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak penlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,
perhatikan juga hal-hal berikut:
a. apakah dinding vagina teraba lebih hangat dan biasa
b. bau rabas atau cairan di sarung tangan pemeriksa
c. warna rabas atau cairan di sarung tangan pemeriksa
5. Beri perhatian lebih saksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh
gambaran jelas dan setiap infeksi yang timbul. Sering kali tenjadi
pengingkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.
Penanganan KPD Terdiri Dari :
Konservatif
 Rawat di Rumah Sakit.
 Berikan artibiotika (ampisdin 4 x 500 mg atau entromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metroaidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
 Jika umur kehamiian < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuhan masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
 Jika usia khamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif: beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
 Jika usia khamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi.
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
 Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
 Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betarnetason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali
(Walsh,Linda V, 2008 ).

9
Aktif
 Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal tiap 6 jam
rnaksimal 4 kali.
 Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri: a. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea: b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(Manuaba, dkk 2007 ).
Tabel. Penatalaksanaan ketuban pecah dini
KETUBAN PECAH
< 37 minggu  37 Minggu
Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada infeksi
Berikan penisilin, Amoksisilin + Berikan penisilin, Lahirkan bayi
gentamisin dan eritrominis untuk gentamisin dan
metronidazol 7 hari metronidazol.
Lahirkan bayi Stroid untuk Lahirkan bayi Berikan penisilin
pembentangan atau ampisilin
paru
ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN
Profilaksis Infeksi Tidak ada infeksi
Stop antibiotic Lanjutkan untuk 2 Tidak perlu antibiotic
– 48 jam setelah
bebas panas
PERSALINAN PRETERM
A. Batasan
 Berat Badan Lahir Kurang dari 2500 grm atau
 Bayi yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu
B. Kriteria Diagnosa
 Subyektif
Pasien mengeluh adanya kontraksi uterus seperti mau melahirkan
sebelum aterm

10
 Obyektif
a. Adanya kontraksi uterus minimal 2x dalam 10 menit, pembukaan
lebih atau sama dengan 2 cm dan penipisan lebih atau sama dengan
50 % dan ditemukannya pembawa tanda ( darah campur lendir ),
atau.
b. Adanya pembukaan serviks yang bermakna yaitu ada kemajuan
pembukaan yang diperiksa oleh pemeriksa yang sama dalam selang
waktu 2 jam.
C. Penatalaksaan
1. Tirah baring ke satu sisi (miring kiri).
2. Monitor kontraksi uterus dan denyut jantung janin.
3. Cari kemungkinan penyebab persalinan preterm.
 Sistitis
 Pielonefritis
 Bakteri uria Asimtomatis
 Inkompotensi serviks.dll
4. Tentukan umur kehamilan lebih pasti dengan:
 Anamnesis
 Pemeriksaan klinis
 Kalau perlu lakukan pemeriksaan USG (Ultrasonografi).
5. Pemberian tokolitik pada perinsipnya di perlukan, tapi dengan
berbagai pertimbangan.
a. Tokolitik tidak diberikan pada keadaan:
 Adanya infeksi intra uteri.
 Adanya solusio placenta.
 Lethal fetal malformation.
 Adanya kematian janin dalam rahim (KJDR)
b. Keputusan pemberian tokolitik, Pada kasus-kasus diabetes
melitus (DM),hipertensi,dalam kehamilan insufisien ,plasenta
dan dugaan adanya pertumbuhan janin terhambat (PJT) harus
dilakukan penilaian kesejahteraan janin terlebih dahulu atau
dikonsultasikan kepada supervisor.

11
c. Pemberian tokolitik dengan memakai
 MgSO4 (Magnecium sulfat)
 Ritodrine
d. Pemberian glukokortikoid pada umur kehamilan kurang dari 35
mg
 Deksametason 5 mg intramuskuler (IM),dosis setiap 6 jam
yang dapat di ulangi 1 mg kemudian.
 Glukokortikoid tidak boleh diberikan apa bila ada tanda-
tanda infeksi.
D. Protokol pemberian tokolitik pada persalinan pre term
a. Protokol pemberian magnesium sulfat (MgSo4)
1) Dosis awal 4 gr MgSO4 10 % atau 40 ml MgSO4 10 % dalam
larutan dekstrose 5 % atau normal salin,di berikan intravena pelan-
pelan dalam waktu 15 menit
2) Dosis lanjutan dipertahan kan 2 gr/ jam 40 gr MgSO4.20 %
dalam 1000 ml dekstrose 5 % atau normal salin dan berikan 50
ml/jam.Dosis MgSO4,dinaikan 1 gr/jam sampai kontraksi uterus
berkurang dari 1x setiap 10 menit atau maksimum dosis 4 gr/jam
tercapai.
3) Setelah dosis efektif untuk menghilangkan kontraksi uterus kurang
pertahanan dosisi tersebut selama 12 jam .
4) Setelah 12 jam dosis pemeliharaan dipertahankan dosis MgSO4
diturunkan 0.5 gr/jam tiap 30 menit samapi mencapai dosis 2
gr/jam 50 ml/jam dann dipertahankan sampai 24 jam
5) Selam pemberian MgSO4, refleks patellas dan tanda vital diperiksa
setiap jam serta keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar
setiap 4 jam.
6) Jika kontraksi uterus timbul kembali setelah dosisi efektif di
turunkan maka dosis MgSO4 tersebut di naikan kembali sampai
tercapai dosis dimana kontraksi uterus kurang dari 1 x dalam 10
menit atau maksimal dosis 4 gr/jam

12
7) Dosis MgSO4,tersebut dinaikan kembali sampai tercapai dosis
kemudian 30 menit,Sebelum infuse dilepas berikan 2 gr MgSO4 20
% intramuskuler masing satu jam di bokong kanan dan 1 gr di
kiri,dan pemberian yang sama di lanjutkan setiap 6 jam sampai 24
jam.
8) Pemberian MgSO4 di katakana gagal bila setiap 4 jam dari
tercapainya dosis makasimum MgSO4,kontraksi uterus tetap
berlangsung reflek patella menghilang atau terjadi defresi
pernapasan.
9) Selama pemberian MgSO4
b. Protokol Pemberian Ritrodine.
1) Dosis inisial diberikan intravena 50 mg atau 1 ampul dilarutkan
500 ml dekstrose 5 %, diberikan 10 tetes / menit, kemudian
dinaikan 50 mg setiap 10 menit sampai kontraksi hilang atau
maksimum dosis 350 mg / menit dan dipertahan kan selama 12
jam.
2) Setelah 12 jam dosis pemeliharaan dipertahankan dosis di turunkan
50 mg setiap 30 menit sampai dosis minimal 100 mg/menit dan
dipertahankan selama 12 jam.
3) Ritrodine oral diberikan 30 menit sebelum infus di hentikan
berikan 2 tablet tiap 4 jam,maksimum oral dapat diberikan sapai
umur kehamilan 36 minggu lebih untuk mempertahankan
kehamilan .
4) Jika kontraksi uterus muncul kembali setelah dosis di turunkan
maka dosis dinaikan 50 mg /jam menit dan dipertahankan selam 12
jam
5) Pemberian ritrodine Dianggap gagal apa bila dalam 4 jam setelah
tetap dosis maksimum atau 350 mg /menit kontraksi uterus tetap
berlangsung,selama pemberian ritrodine harus observasi tanda
vital,keluhan,penderitaan,denyut jantung janin dan keseimbangan
cairan masuk cairan keluar.

13
METODE PENDOKUMENTASIAN SOAP
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.
Pencatatan ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan. Ada 4
(empat) langkah dalam metode ini adalah ini secara rinci adalah sebagai berikut:
A. Data Subjektif
Merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien. Informasi tersebut
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa.
B. Data Objektif
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada
waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dll.
Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti
dari diagnosa yang akan ditegakkan.
C. Analisa/assessment
Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan data
objektif yang didapatkan.Merupakan suatu proses yang dinamik, meliputi:
Diagnosa, Antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera
(Langkah 2,3,4 dalam manajemen varney).
D. Penatalaksanaan/Planning = perencanaan
Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan
yang dibuat ( berdasarkan langkah 5,6,7 pada manajemen varney).
Alasan pemakaian SOAP dalam pendokumentaian Asuhan kebidanan,
yaitu:
1. SOAP merupakan pencatatan yang memuat kemajuan informasi yang
sistematis, mengorganisasikan penemuam kesimpulan sehingga terbentuk
suatu rencana asuhan.

2. SOAP merupakan intisari dari manajemen kebidanan untuk penyediaan


pendokumentasian.

3. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat embantu bidan


mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat
komprehensif.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY ”M”
DENGAN KETUBAN PECAH DINI 12 JAM
DI RUANG BERSALIN PUSKESMAS TANJUNG KARANG
TANGG 14 FEBRUARI 2018

A. SUBYEKTIF(S)
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Februari 2018
Waktu : Pukul 13.10 Wita
Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Tanjung Karang

1. Biodata
Identitas Istri Suami
Nama Ny. “M” Tn. “K”
Umur 20 tahun 23 tahun
Agama Islam Islam
Suku Sasak Sasak
Pendidikan Tidak Sekolah SD
Pekerjaan IRT Buruh
Alamat Kekalik Jaya

2. Keluhan utama
Ibu hamil 9 bulan mengeluhkan keluar air banyak
3. Riwayat perjalanan penyakit
Ibu hamil 9 bulan mengatakan keluar air banyak berbau amis sejak tanggal
14 Februari pukul 13.00 wita, tidak ada rasa sakit di perut bagian
bawah/pinggang, dan tidak ada pengeluaran lendir bercampur darah,
gerakan janin masih dirasakan sampai sekarang.
4. Riwayat menstruasi
a) Menarche : ± 15 tahun
b) Siklus : 28 hari

15
c) Lama : 6-7 hari
d) Jumlah : 2-3 kali ganti pembalut/hari
e) Fluor Albus : Tidak ada
f) Dismenorea : kadang-kadang
g) Kelainan lain : Tidak ada
5. Riwayat kehamilan sekarang
a) Hamil ke : II (kedua), dan pernah keguguran
b) HPHT : 22-06-2017
c) Usia kehamilan : 9 bulan
d) Pergerakan janin : Dirasakan sejak umur kehamilan ± 5 bulan, dan
sampai sekarang masih aktif dirasakan (>10x/12 jam).
e) Tanda bahaya/penyulit : keluar air ketuban sebelum waktunya
f) Obat-obat yang dikonsumsi (termasuk jamu) : Ibu mengatakan hanya
mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh bidan yaitu tablet
tambah darah dan vitamin.
g) ANC : 8x di posyandu dan puskesmas
h) Imunisasi TT : TT1 = 16-10-2017 TT2 = 10-01-2018
i) Kekhawatiran-kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan khawatir
menghadapi persalinan ini karena pernah mengalami keguguran
6. Riwayat penyakit yang pernah diderita dulu dan atau sekarang
a) Penyakit Kardiovaskuler : Tidak ada
b) Hipertensi : Tidak ada
c) Penyakit diabetes : Tidak ada
d) Penyakit malaria : Tidak ada
e) Penyakit kelamin, HIV/AIDS : Belum diperiksa
f) Penyakit ginjal : Belum diperiksa
g) Penyakit astma : Tidak ada
h) Anemia berat : Tidak ada
i) Penyakit campak : Tidak ada
j) Penyakit hepatitis : Belum diperiksa
k) Penyakit TBC : Tidak ada
l) Gangguan mental : Tidak ada

16
m) Riwayat hamil kembar : Tidak ada
n) Penyakit lainnya : Tidak ada
7. Riwayat biopsikososial ekonomi
a) Status perkawinan : Nikah 1 kali selama ± 2 tahun.
b) Respon ibu dan keluarga dengan kehamilan ini :
Ibu dan keluarga merasa senang dengan kehamilan ini karena ini
merupakan kehamilan yang dinanti setelah mengalami keguguran.
c) Dukungan suami dan keluarga dengan kehamilan ini :
Suami dan keluarga sangat memberi dukungan seperti mengantarkan
ibu memeriksakan kehamilannya dan membantu mengerjakan
pekerjaan rumah.
d) Riwayat KB : suntik 3 bulan
e) Rencana KB : suntik 3 bulan
f) Pengambilan keputusan dalam keluarga : bersama-sama (suami-istri)
g) Nutrisi
Makan terakhir 14-02-2018 pukul 11.30 wita
Porsi ± 1 piring
Komposisi Nasi, lauk, sayur
Masalah Tidak ada

17
h) Eliminasi
BAB terakhir 14-02-2018 pukul 07.00Wita
BAK terakhir 14-02-2018 pukul 12.00 Wita
Masalah Tidak ada

i) Istirahat & tidur


Istirahat terakhir 13-02-2018 pukul 22.00 Wita
Lama ± 8 jam
Masalah Tidak ada

j) Beban kerja/aktivitas sehari-hari : Ibu mengatakan mengerjakan


pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan membersihkan
rumah.
k) Kebiasaan hidup sehat : Ibu mengatakan tidak merokok, minum-
minuman keras dan mengkonsumsi obat-obat terlarang, namun suami
merokok.

B. DATA OBYEKTIF (O)


1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan emosi : Stabil
d. Berat badan sebelum hamil : 42 kg
e. Berat badan selama hamil : 51 kg
f. Kenaikan berat badan : 9 kg
g. HTP : 29-03-2018
h. Tinggi badan (TB) : 147 cm
i. Lingkar lengan atas (Lila) : 22,5 cm
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah (TD) : 120/80 mmHg
b. Nadi (N) : 82 x/mnt
c. Suhu (S) : 36,7 ºC

18
d. Respirasi (R) : 20 x/mnt
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bersih, warna rambut hitam dengan distribusi merata, tidak
ada lesi/benjolan, tidak ada rambut rontok.
b. Wajah : tidak ada pucat, ada cloasma gravidarum, tidak ada oedema.
c. Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
d. Mulut : bibir tidak pucat, mulut dan gigi cukup bersih, terdapat gigi
berlubang, tidak pucat pada gusi.
e. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe, dan tidak ada
bendungan vena jugularis.
f. Payudara : bentuk simetris, puting susu menonjol, hyperpigmentasi
areola, tidak ada retraksi/dimpling, tidak ada benjolan/massa, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pengeluaran
kolostrum (+/+).
g. Abdomen :
1) Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, pembesaran abdomen
sesuai umur kehamilan dan bentuknya simetris, , terdapat linea
nigra, terdapat striae, kandung kemih kosong.
2) Palpasi :
o Leopold I : TFU 28 cm, teraba bokong pada fundus.
o Leopold II : Punggung kiri
o Leopold III : Presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP.
o Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP 4/5 bagian
PBBJ : 2635 gram
3) Auskultasi : DJJ (+), irama teratur 11-11-11, frek. 132x/menit.
h. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas : kuku tidak pucat, oedema (-)/(-)
2) Ekstremitas bawah : kuku tidak pucat, oedema (-)/(-) , tidak ada
varises, refleks patela : (+)/(+).

19
i. Genitalia :
1) Tidak ada oedema, tidak ada varises, pengeluaran air ketuban
warna jernih.
2) Pemeriksaan dalam tanggal 14-02-2018 pukul 13.10 wita
VT Ø 1 cm, eff 10%, ketuban (-), presentasi kepala, denominator
belum jelas, penurunan HI, tidak teraba bagian kecil janin atau tali
pusat.

C. ANALISA (A)
Diagnosa
G1P0A1H0 usia kehamilan 33-34 minggu keadaan umum ibu baik,
dengan KPD
Janin : tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala, k/u janin baik
1. Diagnose potensial ibu : Infeksi
Diagnose potensial janin :Gawat janin,IUFD
2. Antisipasi penanganan
a. Mandiri : suntik antibiotic (1 gr/6 jam per IV,
skin tes dulu, ) Memasang infuse
b. Kolaborasi :-
c. Rujukan : Merujuk ibu ke RSUD Kota
Mataram

D. PELAKSANAAN (P)
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Februari 2018 Pukul : 13.15 wita
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu umum baik, TD
120/80 mmHg, pembukaan jalan lahir 1 cm. Keadaan bayi ibu baik,
denyut jantung normal dan perkiraan berat janin 2635 gram. Selain itu
menjelaskan kepada ibu bahwa ketubannya sudah pecah sehingga tidak
ada yang melindungi bayi, untuk itu ibu akan diberi obat agar tidak terjadi
infeksi. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Melakukan injeksi ampicillin 1 gram/IV (pukul 13.15 wita). Ibu sudah
diinjeksi ampicilin.

20
3. Menganjurkan ibu makan dan minum yang cukup, dan minum yang
manis-manis untuk persiapan tenaga ibu selama proses persalinan. Ibu
setuju untuk melakukan anjuran yang diberikan.
4. Menganjurkan ibu tidur miring ke kiri agar aliran darah ke janin lancar,
ibu tidak dianjurkan dalam posisi tidur terlentang terlalu lama karena dapat
mengurangi pasokan oksigen ke janin. Ibu setuju melakukan anjuran yang
diberikan.
5. Memberikan dukungan moril pada ibu agar tetap semangat dan berdoa
agar proses persalinan ibu berjalan lancar. Ibu telah menerima dukungan
moril dari keluarga yaitu ibu ditemani selama proses persalinan.
6. Mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin, serta kemajuan persalinan.
Table observasi
Tgl/jam HIS DJJ TTV pengeluaran keluhan keterangan
Frek lama inten +/ Fre TD N S R
- k
14-2-18 - - - + 132 120/ 82 36, 20 tidak ada Tidak ada VT Ø 1 cm, eff 10
13.10 80 7 %, ket (-), teraba
kepala, Penurunan
kepala HI ,denom
belum jelas , tidak
teraba bagian terkecil
janin/tali pusat.
14.10 - - - + 136 20 Tidak ada Tidak ada -

-
15.10 - - - + 136 80 36, 20 Tidak ada Tidak ada
7

16.10 - - - + 132 20 Tidak ada Tidak ada -

17.10 - - - + 136 120/ 76 36, 20 Tidak ada Tidak ada


VT tidak dilakukan
80 5

18.10 - - - + 132 20 Tidak ada Tidak ada -


Suntik ampicillin 1
19.10 - - - + 132 82 36, 20 Tidak ada Tidak ada
gr/IV

21
5

20.10 - - - + 132 20 Tidak ada Tidak ada -

21.10 - - - + 132 80 36. 20 Tidak ada Tidak ada


VT tidak dilakukan
5

22.10 - - - + 136 120/ 20 Tidak ada Tidak ada -


70

-
23.10 - - - + 136 82 36, 20 Tidak ada Tidak ada
7

24.10 - - - + 136 20 Tidak ada Tidak ada -

-
01.10 - - - + 136 120/ 82 36, 20 Tidak ada Tidak ada
80 7

7. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga bahwa ibu akan
dirujuk ke RSUD Kota Mataram untuk mendapat penanganan lebih lanjut
karena pembukaan masih Ø 1cm sedangkan belum ada rasa sakit perut ibu.
Ibu dan keluarga telah menandatangani informed consent dan setuju untuk
dirujuk.
8. Memasang infuse RL dengan 20 tetes/menit pukul 19.10 wita. Infus sudah
terpasang di lengan kiri ibu.
9. Merujuk ibu ke RSUD Kota Mataram dengan prinsip BAKSOKU
10. Evaluasi terakhir pukul 01.15 wita k/u ibu baik, kesadaran composmentis,
TD : 120/80, Nadi 82x/menit, Respirasi 20x/menit, Suhu 36,7oC, his (-),
DJJ (+) 136x/menit, Pembukaan (hasil VT Ø 1 cm)
11. Pukul 01.20 wita ibu dirujuk ke RSUD Kota Mataram dengan
BAKSOKU.

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak
diikuti tanda-tanda persalinan, ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum
inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang menyatakan
dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum
pembukaan servik pada primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5
cm.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks
Dari pengkajian data subyektif : ibu mengatakan keluar air banyak berbau
amis sejak tanggal 10 Februari 2018 pukul 13.00 wita, tidak ada rasa sakit di perut
bagian bawah/pinggang, dan tidak ada pengeluaran lendir bercampur darah.
Kemudian dari data obyektif : keadaan umum ibu baik, kesadaran
composmentis, emosi stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi: 82x/menit, suhu:
36,70 C, respirasi: 20x/menit. TFU 28 cm, teraba bokong pada fundus, punggung
kiri, presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP, his (-), dan kepala sudah masuk
PAP 4/5 (PBBJ : 2635 gram), VT Ø 1cm.
Dari pengkajian data baik subyektif maupun obyektif telah dapat
disimpulkan, atau diagnosa pada Ny “S” yaitu G1P0A1H0, UK 33-34 minggu,
T/H/IU keadaan umum ibu dan janin baik dengan KPD (Ketuban Pecah Dini)
Selain dilakukan penegakan diagnosa dilakukan juga penatalaksanaan di
puskesmas kepada Ny “M” yaitu menyuntikkan ampicillin 1 gram/IV kemudian
memasang infuse RL dengan 20 tetes/menit. Menurut teori penatalaksanaan
dilakukan dipuskesmas memberikan antibiotik yaitu injeksi ampicillin 1 gram/IV
dan memberikan infus RL dengan 20 tetes/menit, jadi tidak mendapat kesenjangan
antara teori dan praktik.

23
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD) untuk mendapatkan informasi dan data yang
akurat dari data subjektif.
2. Mahasiswa telah mampu mengumpulkan semua data obyektif berdasarkan
hasil pengkajian pada Ny. “M”.
3. Mahasiswa telah mampu menetapkan diagnosa berdasarkan hasil
pengkajian pada Ny. “M”.
4. Mahasiswa telah mampu melakukan penatalaksanaan terhadap kasus
Ketuban Pecah Dini (KPD) pada Ny”M”.

B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan dengan penulisan ini dapat memberikan masukan bagi institusi
pendidikan tentang kendala dan masalah-masalah kesehatan yang terjadi
pada masyarakat, khususnya masalah yang terkait dengan kebidanan,
sehingga dapat memberikan mempertahankan dan meningkatkan
pendidikan yang lebih baik.
2. Bagi Puskesmas Tanjung Karang
Khususnya Puskesmas Tanjung Karang diharapkan dapat mempertahankan
pelayanan kesehatan dan terus ditingkatkan. Pelayanan yang diberikan
sudah baik dan terus dipertahankan.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya kasus ini dapat meningkatkan keterampilan
penulis dalam melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen
kebidanan. Dengan melakukan penulisan ini dapat memberikan
pengalaman langsung kepada penulis dalam melakukan asuhan kebidanan
terhadap kasus Ketuban Pecah Dini (KPD) ini.

24

Você também pode gostar