Você está na página 1de 5

ANALISA ASPEK LEGAL ETIK

DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunitas 1

Dosen pengampu : Natalia. R. Yulianti MAN

DISUSUN OLEH:

RESTU HAYU ANNISA HAQ


S13047

PRODI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA


SURAKARTA
2015
APX, seorang mahasiswa Cina 17 tahun, mengeluh sejak 2 bulan mengalami pembengkakan
yang progresif pada kaki kanan, mati rasa dan gaya berjalan pincang tanpa trauma atau
penyakit sistemik.

 Awalnya dia berobat ke seorang dokter tradisional China spesialis cedera fisik tanpa
perbaikan.
Dia dirujuk ke rumah sakit pengobatan tersier di Hong Kong. Pemeriksaan
memperlihatkan massa 8 cm di kaki kanan dengan kelumpuhan saraf peroneal, dan
biopsi menyatakan sarkoma osteogenik tanpa metastasis jauh. Dokter mengusulkan
kemoterapi sesegera dan mengamputasi kaki dengan angka kesembuhan diperkirakan
80-90%.

A. Analisis Kasus
a. Otonomi
Menunjukka bahwa setiap keputusan berada di tangan pasien, dalam mewujudkan
prinsip otonomi didasarkan pada inform consent (persetujuan atas tindakan yang
dilakukan).
Dalam kasus ini perawat menghormati hak pasien untuk berpikir dan membuat
keputusan sendiri seperti memilih untuk tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap dirinya untuk kemoterapi dan mengamputansi kakinya. Perawat juga
melakukan inform consent untuk bukti persetujuan tindakan kemoterapi dan
amputansi jika pasien bersedia dalam tindakan yang akan dilakukan.
b. Justice
Seorang perawat memberikan perlakuan yang sama dan adil dalam menangani
pasien dengan tidak membedakan pelayanan menurut tingkat ekonomi, agama,
suku, dan ras.
Dalam kasus ini tidak terdapat masalah mengenai keadilan dalam menangani
pasien.
c. Beneficene
Seorang perawat berbuat baik dan berusaha agar menghindari dari kesalahan atau
kejahatan.
Dalam kasus perawat dapat melakukan pendidikan kesehatan mengenai
penyakitnya dan memberi tahu dampak jika tidak dilakukan perawatan yang telah
disarankan.
d. Nonmaleficene
Perawat tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan meminimalkan
resiko bagi pasien.
Dalam kasus ini perawat dan dokter sudah mengusulkan untuk sesegera dilakukan
kemoterapi dan amputasi kaki kanan untuk mengurangi dampak yang lebih serius
bagi pasien. Dalam pengusulan tindakan ini tentunya dari tenaga kesehatan sudah
memikirkan hal yang baik kedepannya dengan angka kesembuhan diperkirakan
80-90% bila dilakukan tindakan kemoterapi dan amputasi kaki.

B. Identifikasi proses pengambilan keputusan


a. Pengumpulan data dan identifikasi hak moral yang bertentangan.
 Amputansi
Amputasi merupakan sutu tindakan yng dilakukan untuk
menyelamatkan seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh
yang lain (Aldiavanza, 2008).
 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker
secara sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker
stadium lanjut, local maupun metastatis. Kemoterapi sangat penting
dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik
mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui
infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi
kanker terutama kanker stadium lanjut local (Desen, 2008).
 Hak moral
Meskipun dokter mengusulkan untuk kemoterapi sesegera dan
mengamputasi kakinya, keputusan tetap berada di tangan pasien sesuai
dengan hak otonomy pasien. Keputusan yang akan pasien ambil
tentunya harus didasari dengan menganalisa baik buruknya dalam
keputusan yang pasien ambil tersebut.
b. Identifikasi pasien
 Nama : APX
 Pendidikan : mahasiswa cina
 Umur : 17 tahun
 Riwayat penyakit sekarang
APX mengeluh sejak 2 bulan mengalami pembengkakan yang
progresif pada kaki kanan, mati rasa dan gaya berjalan pincang tanpa
trauma atau penyakit sistemik.
 Riwayat penyakit dahulu
Awalnya dia berobat ke seorang dokter tradisional China spesialis
cedera fisik tanpa perbaikan. Dia dirujuk ke rumah sakit pengobatan
tersier di Hong Kong. Pemeriksaan memperlihatkan massa 8 cm di
kaki kanan dengan kelumpuhan saraf peroneal, dan biopsi menyatakan
sarkoma osteogenik tanpa metastasis jauh.

c. Penentuan perspektif moral dan tahap


Moral merupakan pikiran, perasaan dan dan perilaku yang dikaitkan dengan
standar benar dan salah. Yang dalam kasus ini pertimbangan moralnya yaitu
penentuan keputusan pengobatan. Banyak pasien tidak kompeten dalam
membuat keputusan untuk mereka sendiri. Contohnya pada kasus pasien ini
jika pasien tidak memiliki pengetahuan kesehatan untuk mengidentifikasi
dampak jika dilakukan suatu tindakan dan dampak jika tidak dilakukan
tindakan. Jika pasien dianggap mampu membuat keputusan untuk dirinya
sendiri maka keputusan pasien tidak boleh di tolak karena pasien mempunyai
hak otonomi, jika pasien dianggap tidak mampu menentukan keputusan
pengobatan untuk dirinya sendiri, maka keluarga yang menentukan keputusan
pengobatan terbaik untuk pasien.
d. Perkembangan moral pasien
Jika amputasi benar-benar dilakukan maka perubahan citra tubuh sangat
mungkin terjadi (pola persepsi dan konsep diri), koping yang baik dengan
selalu berfikir positif tidak akan mengganggu psikologi pasien. Namun jika
koping pasien tidak baik, maka psikologi pasien akan terganggu, pasien akan
merasa tidak berguna lagi hidup, pasien merasa tidak lagi bisa melakukan apa-
apa, pasien selalu merasa hanya bisa menyusahkan orang lain dan lain-lain.
Oleh karena itu dukungan dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar sangat
dibutuhkan untuk pasien seperti ini guna memotivasi pasien untuk selalu
berfikir positif dengan tetap menghargai anggota tubuhnya.
e. Tentukan hasil yang diinginkan
Hasil yang diinginkan sebagai seorang perawat yaitu pasien tidak lagi
mengalami pembengkakan yang progresif dan mati rasa.
f. Identifikasi pilihan
Dalam menentukan pilihan tentunya dari pasien sendiri sangat sulit, tetapi
demi kesembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit yang lebih
serius sebaiknya pasien mampu memilih tindakan kemoterapi dan amputasi
kakinya.
g. Bertindak pada pilihan
Pasien mampu memilih tindakan medis kemoterapi dan amputasi agar dapat
mengurangi komplikasi atau dampak yang tak diinginkan untuk kedepannya,
meskipun hal tersebut bertentangan dengan diri pasien.
h. Mengevaluasi hasil dari tindakan

Jika memiliki Harga diri bersifat negatif saat seseorang merasa tidak mampu,
tidak berguna, dan tidak kompeten

Kemungkinan mengalami kecemasan pada pasien terhadap amputasi yang


akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi
terhadap gaya hidup

Pasien masih remaja tentunya lebih sulit menerima kenyataan karena


sebelumnya ia pernah merasakan hidup sebagai orang normal dan pada
umumnya pasien membutuhkan waktu untuk bisa menerima keadaannya.

Você também pode gostar