Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Gejala Stres
Stres bisa muncul dalam berbagai gejala. Sebagai contoh seseorang yang
mengalami stres yang tinggi dapat menderita tekanan darah tinggi, lambung, cepat
marah, sulit membuat keputusan, dan hilang selera makan. Gejala ini dapat
digolongkan menjadi 3 kategori (Stepehen P. Robbin, 1996).: Gejala Fisiologis,
psikologis dan perilaku.
Stres, sebagai sebuah keadaan yang dapat dialami setiap orang, dalam
hubungannya dengan pekerjaan dapat dalam keadaan tinggi atau rendah serta dapat
berpengaruh pada berbagai macam faktor. Salah satunya adalah dapat berpengaruh
terhadap prestasi kerja.
Stres dapat menurunkan prestasi maupun meningkatkan prestasi kerja. Hal sangat
tergantung seberapa tingkat stress yang dimiliki. Ketika tidak ada stres, tantangan
berkinerja tidak ada, kinerja (prestasi kerja) cenderung menurun. Ketika stress
bertambah, kineria (Prestasi keria) cenderung meningkat, karena stres membantu
seseorang mengerahkan sumberdaya energi untuk memenuhi tuntutan yang
diharapkan. Ini merupakan stimulus yang sehat yang meningkatkan semangat
karyawan merespon semua tantangan. Akhirnya karyawan mampu berprestasi atau
mengaktualisasikan potensinya sampai titik maksimal.
Jika stres terlalu tinggi kinerja mulai menurun, karena stres mengintervensi
kinerja. Seorang karyawan kehilangan daya/kemampuan untuk mengatasi , menjadi
tidak mampu membuat berbagai keputusan, dan ini berpengaruh pada perilaku. Jika
stres meningkat sampai titik tertinggi, kinerja menjadi titik nol, karyawan mengalami
kehancuran, terlalu sulit untuk bekerja, mogok dan menolak untuk berangkat bekerja
untuk menghadapi stres saat bekerja.
Ketika tingkat stres kerja sangat rendah prestasi kerja juga rendah, ini
dikarenakan seseorang tidak menghadapi banyak tekanan atau tantangan sehingga
orang tersebut kemungkinan tidak melakukan usaha yang tinggi untuk mengerjakan
sesuatu. Sedangkan, ketika tingkat stres meningkat, yang berarti bhawa seseorang
mengalami banyak tuntutan dalam pekerjaannya, tingkat usaha akan ditingkatkan
supaya prestasi kerja meningkat sehingga seseorang masih mampu mengatasi. Namun,
ketika tingkat stres meningkat melebihi tingkat yang dapat dikendalikan, prestasi
kerja akan menurun.
5. Mengelola Stres
Karena stres menjadi sesuatu yang melekat (inheren) dalam kehidupan manusia
di dalam organisasi dan karena stres dapat memengaruhi prestasi kerja, masalah stres
perlu mendapat perhatian dan pengelolaan dalam usaha mencapai sasaran-sasaran
organisasi. Penanganan stres dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai. Dengan
penanganan stres, kerja setiap pegawai akan mendapatkan kondisi kesehatan mental
dan fisik yang baik yang dapat memengaruhi pegawai tersebut melakukan berbagai
peran sosial, misalnya di rumah sebagai ayah/ibu dan sebagai anggota masyarakat
dengan lebih baik. Penanganan stres akan meningkatkan produktivitas organisasi.
Karena itu, beberapa pedoman untuk menanggulangi stres secara individual (Rita L.
Akitson, Richard C. Akitson, dan Ernest R. Higrad, 1991) adalah:
Mengelola Waktu
Manajemen mungkin tidak peduli terhadap karyawan yang mengalami stres tingkat
rendah sampai sedang. Dasar pemikirannya adalah bahwa stres pada tingkat tersebut
justru bersifat fungsional dan mendorong karyawan berkinerja lebih tinggi. Namun
apabila karyawan mengalami stres tingkat tinggi, atau pada tingkat rendah namun
berkepanjangan dapat mendorong kinerja karyawan menjadi lebih menurun. Oleh
karena itu kondisi karyawan yang demikian menuntut adanya tindakan manajemen.
Pelaksanaan tindakan manajemen dapat dilakukan dengan pendekatan individual dan
dapat dilakukan dengan pendekatan organisasional.
1. Pendekatan Individual
2. Pendekatan organisasional
Pendekatan stres yang telah kita bicarakan di atas adalah pendekatan yang
menekankan pendekatan individual. Pendekatan ini nampaknya belum memadai
untuk mengurangi stres karyawan. Di samping pendekatan individual,
penanggulangan stres perlu dilakukan melalui pendekatan organisasi, di mana
organisasi harus terlibat pula dalam pengelolaan stres. Hal ini disebabkan anggota
organisasi sebagai individu kemungkinan besar tidak dapat mengendalikan semua
aspek yang berada di sekitar pekerjaan dan lingkungan kerjanya, terutama
aspek-aspek yang bersumber dari kelompok dan organisasi yang dapat menjadi
sumber stres. Dalam hal ini, usaha yang dapat dilakukan manajemen dalam
menurunkan stres karyawan adalah: seleksi dan penempatan, penentuan tujuan,
rancangan ulang pekerjaan, komunikasi, dan program pengembangan (Stephen P.
Robin, 1996).
Penentuan Tujuan
Pekerjaan dapat menjadi sumber stres jika terlalu berat, tidak sesuai dengan
tingkat kemampuan dan minat. Bila ini terjadi maka pekerjaan akan menjadi
membosankan, elemen-elemen pekerjaan seperti otonomi, variasi, dan arti pentingnya
tugas bagi orang lain tidak bermakna, dan feedback tidak sesuai. Perancangan ulang
pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan, minat dan spesialisasi serta
keinginan individu pelaksana merupakan salah satu usaha yang mungkin bisa
dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi frustasi dan stres karyawan,
meningkatkan tanggung jawab, pekerjaan lebih bermakna, lebih otonomi. Selain itu
kegiatan tersebut juga bisa meningkatkan umpan balik diri dan mengurangi stresnya
karena ini akan meningkatkan kontrol diri karyawan atas aktivitas pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
Keterlibatan Karyawan
Pada taraf tertentu,. stres peran bersifat menggang karena karyawan merasa tidak
pasti mengenai tujuan, harapan, bagaimana akan dinilai dan semacamnya dengan
melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang secara langsung
memengaruhi kinerja mereka, manajemen dapat meningkatkan kendali karyawan dan
mengurangi stres peran ini. Oleh karena itu, demi pengurangan stres, sebaiknya para
manajer melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang
langsung terkait dengan kenerjanya.
Program Pengembangan
Program pengembangan adalah usaha terencana yang dilakukan organisasi dalam
rangka memotivasi dan membantu peningkatan kesehatan fisik dan mental pegawai
melalui kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya kegiatan olah raga bersama, lokakarya
tentang usaha untuk menurunkan berat badan, menghindari rokok, dan lain-lain.
Usaha ini, meskipun merupakan tanggung jawab pribadi anggota organisasi,
organisasi pun harus memfasilitasi sebagai upaya mempercepat pencapaian hasil. Hal
ini disebabkan pegawai merupakan aset penting organisasi dengan pertimbangan
bahwa bila mereka dalam kondisi baik akhirnya akan menguntungkan organisasi.