Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bahasa pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan, karena anak pada umumnya masih
menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami tahap transisi dalam
berbicara, sehingga sukar untuk dipahami oleh mitratuturnya. Untuk menjadi mitratutur pada
anak dan untuk dapat memahami dari pembicaraan anak, mitratutur harus menguasai kondisi
atau lingkungan sekitarnya, maksudnya ketika anak kecil berbicara mereka menggunakan
media di sekitar mereka untuk menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan. [2]
Anak usia 3-4 tahun umumnya memiliki semangat dalam berbicara, kemampuan
keingintahuannya cenderung lebih besar, seperti menceritakan sesuatu yang terjadi di
sekelilingnya kepada orang terdekat. Anak usia tersebut walaupun mempunyai semangat
yang tinggi dalam berbicara sebagian dari mereka belum dapat menyusun kata dengan baik
walaupun mereka menggunakan lebih dari satu kosakata, terkadang kata yang disampaikan
tidak nyambung dengan alur cerita atau terkendala dengan kosakata yang belum mereka
ketahui.
Dari penjelasan di atas pemakalah mengangkat judul “Analisa Perkembangan Bahasa Anak
Usia 3-4 Tahun Berdasarkan Sintaksis”. Analisa ini dilaksanakan di Kelompok Bermain
Masjid Al-Akbar Surabaya, dengan menggunakan media gambar dan catatan anekdotal anak
yaitu catatan komentar anak pada saat kegiatan belajar dan bermain di sekolah. Dari makalah
ini dapat diketahui analisa perkembangan bahasa anak usia 3-4 dalam mengungkapkan
bahasanya, kemudian ungkapan tersebut dianalisa dari segi sintaksisnya. Maka dapat
diketahui apakah anak usia 3-4 dalam berkomunikasi menggunakan tata bahasa S-P-O serta
ujaran satu kata (USK) dan ujaran dua kata (UDK).
1. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari:
2. Tahap meraban-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari bulan pertama
hingga bulan keenam dimana anak akan mulai menangis, tertawa, dan menjerit.
3. Tahap meraban -2 (pralinguistik kedua). Tahap ini pada dasarnya merupakan tahap
kata tanpa makna mulai dari bulan ke-6 hingga 1 tahun.
4. Tahap II (linguistik) tediri dari dua tahap, yaitu:
5. Holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai menyatakan makna keseluruhan frasa
atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata
anak hingga kurang lebih 50 kosa kata.
6. Frasa (1-2 tahun), pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan dua kata (ucapan
dua kata). Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak sampai dengan
rentang 50-100 kosa kata.
7. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun). pada tahap ini
anak sudah dapat membuat kalimat, seperti telegram. Dilihat dari aspek
pengembangan tata bahasa seperti S-P-O, anak dapat memperpanjang kata menjadi
satu kalimat.
8. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap ini ditandai dengan
kemampuan menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat kompleks.[4]
Ciri khas kalimat yang diucapkan oleh anak usia 3-4 tahun adalah kalimat tanya. Sebab,
seiring dengan perkembangan kognitifnya, yaitu memenuhi rasa ingin tahunya yang besar,
anak akan senang sekali memulai percakapan dengan kalimat atau kata, “Ada apa?”, “Di
mana?”, “Bagaimana?” atau “Kenapa?”. Pada usia ini, anak juga mulai mengembangkan rasa
humornya melalui percakapan.[5]
Meskipun tujuan pertama perkembangan berbicara adalah untuk berkomunikasi namun
bahasa juga memiliki peran yang khusus, yaitu untuk mengelola dirinya. Anak misalnya,
akan mulai senang berbicara dengan dirinya sendiri untuk mengungkapkan imajinasi atau
perasannya. Hal ini penting bagi pertumbuhan mental dan intelektualnya. Namun dalam masa
tumbuh-kembang yang pesat ini, bisa saja ditemukan berbagai masalah berkaitan dengan
perkembangan berbahasa dan berbicara.
Jika pada usia kira-kira 2 tahun anak berada pada tahap menggabungkan beberapa kata
menjadi kalimat pendek, seperti “Ingin makan”, maka pada usia 3-4 tahun kalimat anak
sudah hampir lengkap. Misalnya anak dapat mengucapkan “Sasa ingin makan”. Pada usia
ini, perkembangan bahasa anak sangat mengagumkan. Anak mampu menguasai antara 900-
1300 kosa kata yang memungkinkannya untuk berkomunikasi dengan orang lain secara
efektif. Anak juga sudah dapat menceritakan pengalamannya kepada orang lain.
F (Firza): Orang
G: Lagi apa?
F: Main
G: Main apa?
G: Apa itu?
F: Putar-putar
F: ini,ini,ini
G: Siapa itu?
F: Orang banyak
Catatan anekdotal firza: “Ustadzah, aryan sudah tidak sekolah disini lagi?”
Analisa: firza mengerti dengan pertanyaan yang diajukan kemudian dapat menentukan
jawaban dari pertanyaan tersebut, hanya saja jawaban yang diungkapkan masih abstrak
karena ketidak tahuan kosakata, seperti saat menjawab pertanyaan nama mainan yang
berputar, jawaban pertama yang diungkapkan hanya menunjuk pada gambar yang di maksud.
Pada catatan anekdotal yang diungkapkan firza di kelas pada guru, firza sudah menguasai
kalimat introgatif yang memiliki tata bahasa S-P-O.
2. Yafiq 4;5
G: Yafiq ini gambar apa?
Y: Anak-anak
Y: lagi bermain
G: mainnya dimana?
Y: di taman
Y: andul-andulan
Analisa: Yafiq dapat mengungkapkan jawaban yang konkrit dari pertanyaan yang diajukan.
Ini menunjukan bahwa kosakata yang dimilikinya cukup banyak dan kemampuan menjawab
pertanyaan yang baik. Tata bahasa yang dimilikinya cukup baik. Pada UDK yafiq menguasai
hubungan kasus (case relation) antara perbuatan dengan objek (action-objec relation). [9]
3. Arya 4;8
G: Arya ini gambar apa?
A: Selurutan, putar-putar,ayunan
Catatan anekdotal: Aku di semprot cumi-cumi/ itu orang ngaji-ngaji ya?/ aryan sudah sekolah
di twinkel/
Analisa: arya dapat memahami pertanyaan yang di ajukan, dan memberikan jawaban yang
konkrit dari pertanyaan. Jawaban yang diberikan lebih kreatif seperti ketika guru bertanya
‘ada siapa saja?’ arya dapat memberikan jawaban yang berbeda dari teman-temannya yaitu
menyebutkan nama teman-temannya dikelas, ini menunjukan kemampuan mengingat
lingkungan sekitar cukup baik karena arya dapat menyebutkan nama teman-temannya. pada
catatan anekdotal, tata bahasa yang dimiliki arya sudah baik,arya dapat menggunakan kalimat
introgatif, deklaratif dan kalimat yang diucapkan memiliki S-P-O.
4. Alesha 3;10
G: Alesha ini gambar apa?
A: gambar teman-teman
G: mainnya dimana?
A: di tempat mainan
Analisa: alesha dapat memahami pertanyaan yang diajukan dan dapat memberikan jawaban
yang tepat dan konkrit, walaupun ada kosakata yang belum diketahuinya.
5. Salsa 4;0
G: salsa digambar ini anak-anak lagi apa?
G: mainnya dimana?
S: Ga tau,,
Analisa: salsa dapat memahami pertanyaan yang diberikan dan dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan walaupun ada kosakata yang belum diketahui. Pada kalimat yang diucapkan
terdapat hubungan kasus (case relation) antara perbuatan dengan objek (action-objec
relation) seperti pada kalimat ‘ga boleh kotor-kotor,nanti dimarahi ambe ustadzahnya’.
Kalimat yang diucapkan memiliki tata bahasa subjek, predikat, dan objek (pada saat
mengomentari gundukan pasir).
1. Kesimpulan
Perkembangan bahasa anak pada dasarnya tergantung pada usia anak. Perkembangan bahasa
pada anak usia 3-4 pada tingkat kematangan yang normal sudah memiliki kosa kata yang
cukup banyak, ujaran yang diungkapkan bukan lagi USK dan UDK mereka mampu membuat
frasa dan kalimat (introgatif, deklaratif, imperatif). Ketika diajukan pertanyaan mereka dapat
memahami pertanyaan tersebut dan menjawab pertanyaan yang tepat. Mampu mengingat
lingkungan sekitarnya dan mampu mengungkapkan perasaannya. Kebutuhan berbicara pada
usia tersebut sangat tinggi, maka alangkah baiknya anak diberi stimulus seperti bercerita,
bernyanyi, bermain peran, dengan demikian kemampan berbahasa semakin baik dan kosa
kata yang dimilikinya semakin banyak.
[1] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), 74.
[2] Priyono Auranet, “Analisa Bahasa anak usia 0-6
tahun”, dalam http://profesormakalah.blogspot.co.id/2015/01/analisa-bahasa-anak-umur-0-6-
tahun.html (29 Maret 2016)
[3] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), 73.
[4] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), 74.
[5] _____ Balita & Masalah Perkembangannya, Seri Ayahbunda (Jakarta: Yayasan Aspirasi
Pemuda,2001), 90.
[6] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) 247.
[7] Ibid., 247.
[8] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) 248.
[9] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) 249.
DAFTAR PUSTAKA