Você está na página 1de 7

Analisa Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Berdasarkan Sintaksis di

Kelompok Bermain Masjid Al-Akbar Surabaya


1. Pendahuluan
Bahasa adalah alat untuk berpikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi. Keterampilan
bahasa sangat penting dalam rangka pembentukan konsep, informasi, dan pemecahan
masalah. Melalui bahasa kita dapat memahami komunikasi pikiran dan perasaan.[1]
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka meningkat
dalam kuantitas, keluasan, dan kerumitan. Anak secara bertahap berubah dari melakukan
ekspresi menjadi melakukan ekspresi dengan berkomunikasi, berubah dari komunikasi
gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan
berbicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Anak dapat menggunakan
bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog dan bernyanyi.

Bahasa pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan, karena anak pada umumnya masih
menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami tahap transisi dalam
berbicara, sehingga sukar untuk dipahami oleh mitratuturnya. Untuk menjadi mitratutur pada
anak dan untuk dapat memahami dari pembicaraan anak, mitratutur harus menguasai kondisi
atau lingkungan sekitarnya, maksudnya ketika anak kecil berbicara mereka menggunakan
media di sekitar mereka untuk menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan. [2]
Anak usia 3-4 tahun umumnya memiliki semangat dalam berbicara, kemampuan
keingintahuannya cenderung lebih besar, seperti menceritakan sesuatu yang terjadi di
sekelilingnya kepada orang terdekat. Anak usia tersebut walaupun mempunyai semangat
yang tinggi dalam berbicara sebagian dari mereka belum dapat menyusun kata dengan baik
walaupun mereka menggunakan lebih dari satu kosakata, terkadang kata yang disampaikan
tidak nyambung dengan alur cerita atau terkendala dengan kosakata yang belum mereka
ketahui.
Dari penjelasan di atas pemakalah mengangkat judul “Analisa Perkembangan Bahasa Anak
Usia 3-4 Tahun Berdasarkan Sintaksis”. Analisa ini dilaksanakan di Kelompok Bermain
Masjid Al-Akbar Surabaya, dengan menggunakan media gambar dan catatan anekdotal anak
yaitu catatan komentar anak pada saat kegiatan belajar dan bermain di sekolah. Dari makalah
ini dapat diketahui analisa perkembangan bahasa anak usia 3-4 dalam mengungkapkan
bahasanya, kemudian ungkapan tersebut dianalisa dari segi sintaksisnya. Maka dapat
diketahui apakah anak usia 3-4 dalam berkomunikasi menggunakan tata bahasa S-P-O serta
ujaran satu kata (USK) dan ujaran dua kata (UDK).

1. Perkembangan Bahasa Anak


Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak,
sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya. Perkembangan adalah suatu
perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam simbol-simbol


yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir. Bahasa erat sekali kaitannya dengan
perkembangan kognitif. [3]
Bruner menyatakan bahwa anak belajar dari konkret ke abstrak melalui tiga tahapan,
yaitu enactive, iconic, dan symbolic. Pada tahap enactive, anak berinteraksi dengan objek
berupa benda-benda, orang dan kejadian. Dari interaksi tersebut, anak belajar nama dan
merekam ciri benda dan kejadian. Itulah sebabnya anak usia 2-3 tahun akan banyak bertanya,
“Apa itu?”, “Apa ini?”, sangat penting untuk mengenalkan nama benda-benda sehingga anak
mulai menghubungkan antara benda dan simbol nama benda.
Pada proses iconic anak mulai belajar mengembangkan simbol dengan benda.
Proses symbolic terjadi saat anak mengembangkan konsep. Dengan proses yang sama anak
belajar tentang bagaimana benda seperti gelas, minum, dan air. Kelak, semakin dewasa ia
akan mampu menggabungkan konsep tersebut menjadi lebih kompleks, seperti “minum air
dengan gelas”.
Pada tahap simbolis anak mulai belajar berpikir abstrak. Ketika anak usia 4-5 tahun
pertanyaan “apa itu?”, dan “apa ini?” akan berubah menjadi “Kenapa?” atau “Mengapa?”.
Pada tahap ini anak mulai mampu menghubungkan keterkaitan antara berbagai benda, orang,
atau objek dalam suatu urutan kejadian. Ia mulai mengembangkan arti atau makna dari suatu
kejadian.

1. Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun


Secara umum tahap-tahap perkembangan bahasa pada anak dapat dibagi ke dalam beberapa
rentang usia, masing-masing rentang tersebut menunjukan ciri tersendiri. Tahap
perkembangan ini sebagai berikut:

1. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari:
2. Tahap meraban-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari bulan pertama
hingga bulan keenam dimana anak akan mulai menangis, tertawa, dan menjerit.
3. Tahap meraban -2 (pralinguistik kedua). Tahap ini pada dasarnya merupakan tahap
kata tanpa makna mulai dari bulan ke-6 hingga 1 tahun.
4. Tahap II (linguistik) tediri dari dua tahap, yaitu:
5. Holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai menyatakan makna keseluruhan frasa
atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata
anak hingga kurang lebih 50 kosa kata.
6. Frasa (1-2 tahun), pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan dua kata (ucapan
dua kata). Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak sampai dengan
rentang 50-100 kosa kata.
7. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun). pada tahap ini
anak sudah dapat membuat kalimat, seperti telegram. Dilihat dari aspek
pengembangan tata bahasa seperti S-P-O, anak dapat memperpanjang kata menjadi
satu kalimat.
8. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap ini ditandai dengan
kemampuan menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat kompleks.[4]
Ciri khas kalimat yang diucapkan oleh anak usia 3-4 tahun adalah kalimat tanya. Sebab,
seiring dengan perkembangan kognitifnya, yaitu memenuhi rasa ingin tahunya yang besar,
anak akan senang sekali memulai percakapan dengan kalimat atau kata, “Ada apa?”, “Di
mana?”, “Bagaimana?” atau “Kenapa?”. Pada usia ini, anak juga mulai mengembangkan rasa
humornya melalui percakapan.[5]
Meskipun tujuan pertama perkembangan berbicara adalah untuk berkomunikasi namun
bahasa juga memiliki peran yang khusus, yaitu untuk mengelola dirinya. Anak misalnya,
akan mulai senang berbicara dengan dirinya sendiri untuk mengungkapkan imajinasi atau
perasannya. Hal ini penting bagi pertumbuhan mental dan intelektualnya. Namun dalam masa
tumbuh-kembang yang pesat ini, bisa saja ditemukan berbagai masalah berkaitan dengan
perkembangan berbahasa dan berbicara.
Jika pada usia kira-kira 2 tahun anak berada pada tahap menggabungkan beberapa kata
menjadi kalimat pendek, seperti “Ingin makan”, maka pada usia 3-4 tahun kalimat anak
sudah hampir lengkap. Misalnya anak dapat mengucapkan “Sasa ingin makan”. Pada usia
ini, perkembangan bahasa anak sangat mengagumkan. Anak mampu menguasai antara 900-
1300 kosa kata yang memungkinkannya untuk berkomunikasi dengan orang lain secara
efektif. Anak juga sudah dapat menceritakan pengalamannya kepada orang lain.

Sejalan dengan perkembangan kemampuan berbahasa dan lingkungan bermainnya yang


semakin luas, tidak tertutup kemungkinan bagi anak untuk menyerap berbagai kata yang
tidak lazim digunakan di dalam lingkungan keluarga. Selain itu meskipun sudah mahir
berbicara anak dapat mengalami gangguan yang cukup berarti seperti berbicara kotor, gagap,
dan berbicara seperti bayi.

1. Pemerolehan Bahasa Anak dalam Bidang Sintaksis


Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian
kata). Kata ini bagi anak merupakan kalimat penuh, tetapi karena anak belum dapat
mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu.
Ujaran ini dinamakan Ujaran Satu Kata, USK, (one word utterance) anak tidak sembarangan
memilih kata yang diungkapkan, dia akan memilih kata yang memberikan informasi baru. [6]
Dari segi sintaksisnya, USK sangatlah sederhana karena hanya terdiri dari satu kata saja,
bahkan untuk bahasa seperti bahasa indonesia hanya sebagian saja dari kata itu. Namun dari
segi semantiknya, USK adalah kompleks karena satu kata bisa memiliki lebih dari satu
makna. Ujaran satu kata yang mempunyai berbagai makna ini dinamakan ujaran holofrastik
(holophrastic). [7]
Ciri lain dari USK adalah bahwa kata-kata yang dipakai hanyalah kata-kata dari kategori
sintaktik utama (content words), yakni, nomina, verba, adjektiva, dan mungkin adverbia.
Disamping itu, kata-katanya selalu dari kategori sini dan kini.Tidak ada yang merujuk kepada
yang tidak ada di sekitar atau pun ke masa lalu dan masa depan.
Sekitar umur 2;0 anak mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata, UDK (two word utterance).
Dengan adanya dua kata dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bisa menerka apa yang
dimaksud oleh anak karena cakupan makna menjadi lebih terbatas. Berbeda dengan USK,
UDK sintaksisnya lebih kompleks (karena adanya dua kata) tetapi semantiknya makin lebih
jelas. [8]
Ciri UDK adalah kedua kata ini adalah kata-kata dari kategori utama: nomina, verba,
adjektiva, atau bahkan adverbia. Belum ada kata fungsi di, yang, dan, dsb. Karena wujud
ujaran yang seperti bahasa tilgram ini maka UDK sering juga disebut ujaran telegrafik
(telegraphic speech).
Pada UDK juga belum ditemukan afiks macam apa pun. Pada bahasa indonesia, anak belum
memakai prefix meN– atau sufiks –kan, -I atau –an.
1. Analisa Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun
Analisa ini mengambil sampel sebanyak 5 orang anak dengan menggunakan media gambar
dan catatan anekdotal anak. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara.

1. Firza Syarif 4;7


G (guru): Firza ini gambar apa?

F (Firza): Orang
G: Lagi apa?

F: Main

G: Main apa?

F: Main ini (menunjuk permainan yang berputar)

G: Apa itu?

F: Putar-putar

G: Siapa yang bermain?

F: ini,ini,ini

G: Siapa itu?

F: Orang banyak

Catatan anekdotal firza: “Ustadzah, aryan sudah tidak sekolah disini lagi?”

Analisa: firza mengerti dengan pertanyaan yang diajukan kemudian dapat menentukan
jawaban dari pertanyaan tersebut, hanya saja jawaban yang diungkapkan masih abstrak
karena ketidak tahuan kosakata, seperti saat menjawab pertanyaan nama mainan yang
berputar, jawaban pertama yang diungkapkan hanya menunjuk pada gambar yang di maksud.
Pada catatan anekdotal yang diungkapkan firza di kelas pada guru, firza sudah menguasai
kalimat introgatif yang memiliki tata bahasa S-P-O.

2. Yafiq 4;5
G: Yafiq ini gambar apa?

Y: Ayunan, ini perosotan

G: Ada siapa aja?

Y: Anak-anak

G: Anak-anak lagi apa?

Y: lagi bermain

G: mainnya dimana?
Y: di taman

G: anak perempuan lagi main apa?

Y: andul-andulan

G:anak laki-laki lagi main apa?

Y:main perosotan,main ayun-ayunan

Analisa: Yafiq dapat mengungkapkan jawaban yang konkrit dari pertanyaan yang diajukan.
Ini menunjukan bahwa kosakata yang dimilikinya cukup banyak dan kemampuan menjawab
pertanyaan yang baik. Tata bahasa yang dimilikinya cukup baik. Pada UDK yafiq menguasai
hubungan kasus (case relation) antara perbuatan dengan objek (action-objec relation). [9]
3. Arya 4;8
G: Arya ini gambar apa?

A: Selurutan, putar-putar,ayunan

G: Ada siapa aja?

A: ada Yafiq,arya,hanum,alesha (menyebutkan nama temannya)

G: Anak-anak main dimana?

A: disini,sama disini (menunjuk pada alat permainan)

Catatan anekdotal: Aku di semprot cumi-cumi/ itu orang ngaji-ngaji ya?/ aryan sudah sekolah
di twinkel/

Analisa: arya dapat memahami pertanyaan yang di ajukan, dan memberikan jawaban yang
konkrit dari pertanyaan. Jawaban yang diberikan lebih kreatif seperti ketika guru bertanya
‘ada siapa saja?’ arya dapat memberikan jawaban yang berbeda dari teman-temannya yaitu
menyebutkan nama teman-temannya dikelas, ini menunjukan kemampuan mengingat
lingkungan sekitar cukup baik karena arya dapat menyebutkan nama teman-temannya. pada
catatan anekdotal, tata bahasa yang dimiliki arya sudah baik,arya dapat menggunakan kalimat
introgatif, deklaratif dan kalimat yang diucapkan memiliki S-P-O.

4. Alesha 3;10
G: Alesha ini gambar apa?

A: gambar teman-teman

G:teman-teman lagi apa?


A: bermain

G: mainnya dimana?

A: di tempat mainan

G: anak perempuan lagi main apa?

A:-tidak menjawab- tidak tahu nama mainannya

G: anak laki-laki lagi main apa?

A: main ayunan, main perosotan

Analisa: alesha dapat memahami pertanyaan yang diajukan dan dapat memberikan jawaban
yang tepat dan konkrit, walaupun ada kosakata yang belum diketahuinya.

5. Salsa 4;0
G: salsa digambar ini anak-anak lagi apa?

S: Lagi perosotan, anak perempuan jungkit-jungkit

G: mainnya dimana?

S: Ga tau,,

Oooo…ini didalamnya ada pasirnya, anak-anak ga boleh kotor seharusnya (salsa


mengomentari gambar gundukan pasir pada gambar)

G: kenapa ga boleh kotor?

S: Kalo kotor nanti dimarahi ambe ustadzahnya

Analisa: salsa dapat memahami pertanyaan yang diberikan dan dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan walaupun ada kosakata yang belum diketahui. Pada kalimat yang diucapkan
terdapat hubungan kasus (case relation) antara perbuatan dengan objek (action-objec
relation) seperti pada kalimat ‘ga boleh kotor-kotor,nanti dimarahi ambe ustadzahnya’.
Kalimat yang diucapkan memiliki tata bahasa subjek, predikat, dan objek (pada saat
mengomentari gundukan pasir).
1. Kesimpulan
Perkembangan bahasa anak pada dasarnya tergantung pada usia anak. Perkembangan bahasa
pada anak usia 3-4 pada tingkat kematangan yang normal sudah memiliki kosa kata yang
cukup banyak, ujaran yang diungkapkan bukan lagi USK dan UDK mereka mampu membuat
frasa dan kalimat (introgatif, deklaratif, imperatif). Ketika diajukan pertanyaan mereka dapat
memahami pertanyaan tersebut dan menjawab pertanyaan yang tepat. Mampu mengingat
lingkungan sekitarnya dan mampu mengungkapkan perasaannya. Kebutuhan berbicara pada
usia tersebut sangat tinggi, maka alangkah baiknya anak diberi stimulus seperti bercerita,
bernyanyi, bermain peran, dengan demikian kemampan berbahasa semakin baik dan kosa
kata yang dimilikinya semakin banyak.

[1] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), 74.
[2] Priyono Auranet, “Analisa Bahasa anak usia 0-6
tahun”, dalam http://profesormakalah.blogspot.co.id/2015/01/analisa-bahasa-anak-umur-0-6-
tahun.html (29 Maret 2016)

[3] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), 73.
[4] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), 74.
[5] _____ Balita & Masalah Perkembangannya, Seri Ayahbunda (Jakarta: Yayasan Aspirasi
Pemuda,2001), 90.
[6] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) 247.
[7] Ibid., 247.
[8] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) 248.
[9] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) 249.

DAFTAR PUSTAKA

___________ Balita & Masalah Perkembangannya, Seri Ayahbunda (Jakarta: Yayasan


Aspirasi Pemuda Jakarta) 2001
Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia(Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia) 2008.
Priyono Auranet, “Analisa Bahasa anak usia 0-6
tahun”, dalam http://profesormakalah.blogspot.co.id/2015/01/analisa-bahasa-anak-umur-0-6-
tahun.html (29 Maret 2016)
Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group)
2011
Upton, Penney. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga) 2012

Você também pode gostar