Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat terlambat haid dan keluhan
mual muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan morning sickness,
dialami 80% wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar
terjadi pada usia kehamilan trimester I . Mual biasanya terjadi pada pagi hari, dapat
juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung ± 10 minggu. Derajat beratnya
mual dan muntah yang terjadi pada kebanyakan kehamilan sampai dengan gangguan
yang berat dimana keluhan semakin memburuk, menetap, hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari dikenal dengan hiperemesis gravidarum. 1,2
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya
sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin. 1,2
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-
90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-
60% multigravida. Dari seluruh kehamilan di USA 0,3-2% diantaranya mengalami
hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan
biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan
11-13 minggu, dan kebanyakan sembuh pada umur kehamilan 12-14 minggu, 1-10%
dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu. Berdasarkan hasil penelitian Depkes RI
ditahun 2009 menjelaskan bahwa lebih dari 80% perempuan hamil mengalami rasa
mual dan muntah, Hal ini bisa menyebabkan perempuan menghindari makanan
tertentu dan biasanya membawa resiko bagi ibu dan janin. 3,4

1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. ES
Usia : 27 tahun
Alamat : Kalipawon
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Diploma 1
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal masuk : 13 Februari 2018
Tanggal pemeriksaan : 14 Februari 2018

Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 14 Februari 2018 pukul WIB

Keluhan utama
Mual dan muntah berlebihan sejak 3 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien berusia 27 tahun, hamil 8 minggu, datang dengan keluhan mual dan
muntah berlebihan sejak 3 hari SMRS. Mual dan muntah dirasakan sejak 3 minggu
SMRS, namun semakin memburuk sejak 3 hari SMRS. Mual dirasakan terutama
sehabis makan. Pasien juga mengatakan setiap sehabis makan atau minum pasien
kemudian muntah. Muntah tersebut berisi makanan atau minuman yang pasien baru
konsumsi. Pasien mengatakan muntah lebih dari 10x. Pasien juga merasakan nyeri

2
pada ulu hati. Pasien mengeluh air liurnya menjadi lebih banyak dan pangkal lidah
terasa asam dan sedikit pahit. Pasien merasakan badannya lemas, nafsu makan
menurun dan sulit tidur. Keluhan mual muntah ini sudah dirasakan sejak awal
kehamilan namun tidak begitu hebat. Pasien menyangkal adanya penurunan berat
badan.
Riwayat BAB dan BAK lancar. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
Pasien mengaku mengalami mual dan muntah terus menerus pada kehamilan
sebelumnya hingga dirawat di rumah sakit. Ini merupakan kehamilan kedua. Hamil
pertama pasien tahun 2010 melahirkan secara perabdominam (section caesarea)
dibantu oleh dokter SpOG atas indikasi riwayat asma dan letak sungsang. Pasien
memiliki riwayat menstruasi teratur. HPHT 15 Desember 2017, HPL 22 September
2018.

Riwayat Kehamilan
ANC rutin di bidan, pasien tidak memiliki riwayat KB.

Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Dismenorrhea : (+)
HPHT : 15 Desember 2017
HPL : 22 September 2018.
- Perkawinan : 1 kali
- Lama menikah : 9 tahun
- Riwayat KB :-

3
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil Usia Jenis Penyulit Penolong Jenis BB Umur
ke kehamilan persalinan kelamin lahir sekarang
1 Aterm SC Riwayat Dokter Laki- 3000 8 tahun
asma dan SpOG laki gr
letak
sungsang
2 Kehamilan
saat ini

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien memiliki riwayat asma
 Pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama pada saat
kehamilan yang pertama
 Tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis,
sakit kuning dan alergi
 Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing
manis, asma dan alergi.

Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 24 November 2016 pukul 20.00


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 105 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,8oC
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/- , mata cekung +/+
Telinga : Ottorhea (-/-), CAE hiperemis (-/-), Membran Timpani intak

4
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-), epitaksis (-)
Mulut/gigi : Mukosa bibir tampak kering
Leher : Tidak tampak pembesaran KGB dan tiroid
Jantung : BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Thorak : Suara napas dasar vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Membuncit, supel, nyeri tekan epigastrium (+), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat , turgor kulit menurun

Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : Pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+),
puting susu menonjol (+), pengeluaran ASI (-)
Abdomen : Linea nigra (+), striae gravidarum (-), bekas operasi SC (+)

Periksa Dalam
 Tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8.9 11.7 – 15.5 g/dL
Eritrosit 5.07 3.8 – 5.2 ribu
Leukosit 8.2 3.6 – 11.0 juta
Limfosit 2.13 1.0 – 4.5 103/mikro
Monosit 0.65 0.2 – 1.0 103/mikro
Eosinofil 0.09 0.04 – 0.8 103/mikro
Basofil 0.02 0 – 0.2 103/mikro
Neutrofil 5.27 1.8 – 7.5 103/mikro
Limfosit % 26.1 25 – 40%
Monosit % 8 2 – 8%

5
Eosinofil % 1.1 2 – 4%
Basofil % 0.2 0 – 1%
Neutrofil % 64.6 50 – 70%
Hematokrit 29.3 35 – 47%
Trombosit 385 150 – 400 ribu
MCV 63.4 82 – 98 fL
MCH 19.2 27 – 32 pg
MCHC 30.3 32 – 37 g/dL
MPV 9.5 7 – 11 mikro m3
PCT 0.367 0.2 – 0.5%
PDW 10.7 10 – 18%
PTT 10.2 10 – 18
APTT 24.7 24.5 – 32.8
Golongan Darah B
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 77 74 – 106 mg/dL
SGOT 14 0 – 35 U/L
SGPT 16 0 – 35 U/L
Ureum 9.2 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 0.66 0.45 – 0.75 mg/dL
SEROLOGI
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

Resume
Pasien berusia 27 tahun, hamil 8 minggu, datang dengan keluhan mual dan
muntah berlebihan sejak 3 hari SMRS. Mual dan muntah dirasakan sejak 3 minggu
SMRS, semakin memburuk sejak 3 hari SMRS. Pasien muntah setiap sehabis makan
atau minum, berisi makanan atau minuman yang pasien baru dikonsumsi, muntah
lebih dari 10x, nyeri pada ulu hati, air liurnya menjadi lebih banyak, pangkal lidah
terasa asam dan sedikit pahit, badannya lemas, nafsu makan menurun dan sulit tidur.
Keluhan mual muntah ini sudah dirasakan sejak awal kehamilan namun tidak begitu
hebat. Penurunan berat badan disangkal. Pasien memiliki riwayat sakit asma dan
pernah memiliki keluhan yang sama saat kehamilan pertama sampai dirawat di rumah
sakit. Pasien tahun 2010 melahirkan secara perabdominam (section caesarea) dibantu

6
oleh dokter SpOG atas indikasi riwayat asma dan letak sungsang. Pasien memiliki
riwayat menstruasi teratur. HPHT 15 Desember 2017, HPL 22 September 2018.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, TD: 100/60 mmHg, N: 105x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,8OC, mata
cekung +/+, mukosa bibir kering, pemeriksaan jantung dan paru tidak ada kelainan,
pemeriksaan abdomen: membuncit, nyeri tekan epigastrium (+), turgor kulit
menurun, didapatkan tanda kehamilan: pembesaran payudara (+); hiperpigmentasi
areola mammae (+); puting susu menonjol (+); Linea nigra (+), bekas operasi SC (+).
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
penurunan Hb: 8,9 g/dL.

Diagnosis Kerja
G2PIAO , usia 27 tahun, hamil 8 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I dan
dehidrasi sedang.

Pengelolaan
 Infus D5%
 Injeksi ondancetron 8 mg

Prognosa
• Ad vitam : ad bonam
• Ad fungsionam : ad bonam
• Ad sanationam : dubia

Follow Up
15 Februari 2018, pukul 08.00 WIB
S : Pasien mengatakan mual (+), muntah (+) 6x berisi makanan dan cairan.
O : Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 88x/menit

7
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,8°C
Mata : sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), mata cekung (-/-)
Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax : SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Membuncit, supel, Nyeri tekan epigastrium (+), BU (+)
PPV : (-)
Ekstremitas : Akral hangat, turgor kulit baik
A : G2PIAO , usia 27 tahun, hamil 8 minggu dengan hiperemesis gravidarum
tingkat I dan dehidrasi sedang.
P : Terapi dilanjutkan

16 Februari 2018, pukul 07.15 WIB


S : Keluhan mual (+) berkurang, muntah (-). Pasien nyeri ulu hati (+)
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 87x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6°C
Mata : sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax : SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Membuncit, supel, Nyeri tekan epigastrium (+), BU (+)
PPV : (-)
Ekstremitas : Akral hangat, turgor kulit baik.
A : G2PIAO , usia 27 tahun, hamil 8 minggu dengan hiperemesis gravidarum
tingkat I dan dehidrasi sedang.
P : Lanjutkan terapi

8
17 Februari 2018, pukul 07.30 WIB
S : Keluhan mual berkurang, muntah (-), nyeri ulu hati (-).
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
Mata : sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax : SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Membuncit, supel, Nyeri tekan epigastrium (-), BU (+)
PPV : (-)
Ekstremitas : Akral hangat, turgor kulit baik.
A : G2PIAO , usia 27 tahun, hamil 8 minggu dengan hiperemesis gravidarum
tingkat I dan dehidrasi sedang.
P : Pasien boleh pulang

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan menganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit
apendisitis, pielititis, dan sebagainya. 2
Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50 % kehamilan. Kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih
belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin,
biokimiawi, dan psikologis. 2

Tabel 1. Definisi-definisi Mual dan Muntah dalam Kehamilan 1


Emesis gravidarum Hiperemesis gravidarum
Mual dan muntah dikeluhkan terus Mual dan muntah mengganggu
melewati 20 minggu pertama aktivitas sehari-hari
kehamilan
Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari Mual dan muntah menimbulkan
komplikasi (ketonuria, dehidrasi,
hipokalemia, penurunan berat badan
Tidak menimbulkan komplikasi
patologis

10
III.2 Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain adalah usia
ibu, usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan
mola, kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia ibu merupakan faktor
risiko dari hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis ibu
hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia
kehamilan juga merupakan faktor risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut
berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron
di dalam darah ibu. Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu
etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon
gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester pertama, tepatnya
sekitar minggu ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada
trimester pertama.4 Peningkatan kadar hCG mengakibatkan perubahan atau gangguan
(dismotilitas) sistem pencernaan serta gangguan sistem imun humoral yang diduga
sebagai pencetus infeksi H.pilory selama kehamilan.8
Faktor risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan
kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan
mengalami stress yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat
menyebabkan hiperemesis gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu
beradaptasi terhadap perubahan korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan
ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum.
Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit hiperemesis gravidarum. Pekerjaan
berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola makan,
aktifitas dan stres pada ibu hamil.4
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
3
merupakan faktor organik. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu
3
terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. Faktor psikologik
memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak,

11
kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual
dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
3,4,5
sebagai pelarian kesukaran hidup. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes,
dan lain-lain. Gejala mual-muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus
digestivus seperti pada penderita diabetes melitus (gastroparesis diabeticorum). Hal
ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus pada penderita. 4,5

III.3 Etiopatogenesis
Etiologi dan patogenesis emesis dan hiperemesis gravidarum berkaitan erat
dengan etiologi dan patogenesis mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab pasti
mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat beberapa
teori yang mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan psikologis.
Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon selama
kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar Human Chorionic
Gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang
dapat merangsang mual dan muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola
hidatidosa yang diketahui memiliki kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan
hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat. Progesteron juga
diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung
dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. Penurunan kadar thyrotropin-
stimulating hormone (TSH) pada awal kehamilan juga berhubungan dengan
hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas. Hiperemesis
gravidarum merefleksikan perubahan hormonal yang lebih drastis dibandingkan
kehamilan biasa.1

III.4 Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat I

12
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir
dan cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100
kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal. 2
2. Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100 - 140 kali per menit, tekanan darah
sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus,
aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun. 2
3. Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam
urin. 2

III.5 Gejala Klinis


Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai
adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan),
tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan
laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit.
Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai. 2,44

III.6 Diagnosis
1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
2. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
3. Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal
toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada
pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide).

13
4. Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan
molahidatidosa.
5. Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,
benda keton, dan proteinuria.
6. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk
konsultasi psikologi. 2,5

III.6 Risiko
1. Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus
ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan
terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas),
ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu
dipertimbangkan terminasi kehamilan.
2. Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR). 2

III.7 Penatalaksanaan
1. Untuk keluhan hiperemesis yang berat, pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah
sakit dan membatasi pengunjung.
2. Stop makanan per oral 24 — 48 jam.
3. Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit. 1
4. Obat 1
a. Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus.
b. Vitamin B12 200 µg/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus.
c. Fenobarbital 30 mg I.M. 2 - 3 kali per hari atau klorpromazin 25 - 50 mg/hari
I.M. atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2- 3 kali per hari I.M.

14
d. Antiemetik: prometazin (avopreg) 2 - 3 kali 25 mg per hari per oral atau
proklorperazin (stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B 6 3 kali
1 per hari per oral.
e. Antasida : asidrin 3 x 1 tablet per hari per oral atau milanta 3 x 1 tablet per
hari per oral atau magnam 3 x 1 tablet per hari per oral. 2
5. Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali
vitamin C sehingga hanya diberikan selama beberapa hari. 2
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi,
kecuali vitamin A dan D. 2
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.2
6. Rehidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dekstrose tidak boleh
diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi
hiponatremia. Suplemen potasium boleh diberikan secara intravena sebagai
tambahan. Suplemen tiamin diberikan secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg
dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output juga harus dimonitor dan perlu
dilakukan pemeriksaan dipstick untuk mengetahui terjadinya ketonuria. 2
7. Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin antagonis
(metoklopramid, domperidon) fenotiazin (klorpromazin, proklorperazin),
antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin,
siklizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga

15
digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-
Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid). 2

Tabel 2. Obat-obatan untuk Tata Laksana Mual dan Muntah dalam Kehamilan 1

8. Isolasi
Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang baik hanya
dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan
pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan
makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. 4,6

16
9. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. 4,6

III.8 Terminasi Kehamilan.


Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium,
kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh
karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital. Gejala-gejala untuk
mempertimbangkan abortus terapeutikus, ialah:5,6
a. Ikterus
b. Delirium atau koma
c. Nadi yang naik berangsur-angsur sampai di atas 130 kali/menit
d. Suhu meningkat di atas 38oC
e. Perdarahan dalam retina
f. Uremi, proteinuri, silinder yang merupakan tanda-tanda intoksikasi. 5,6

III.9 Evaluasi Keberhasilan Terapi


Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah
komplikasi seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih
dari 3 kg atau 5% berat badan. Jika sudah terjadi komplikasi, perlu dilakukan tata
laksana terhadap komplikasi tersebut. Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara
klinis dan laboratoris. Secara klinis, keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan
frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan intensitas mual, serta perbaikan tanda-
tanda vital dan dehidrasi. Parameter laboratorium yang perlu dinilai adalah perbaikan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit.

17
III.10 Komplikasi
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang
berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat
mengalami syok. Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang
janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat
abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per
menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan kesadaran. 1
Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda
dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan. Selain
dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan elektrolit
seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis
metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia. Hiperemesis
gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum
sama sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai
untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi.
Namun, lemak tidak dapat dioksidasi dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam
aseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah
satu gejalanya adalah bau aseton (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan
laboratorium pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan
relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam
darah dan proteinuria. 1
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila
muntah terlalu sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan
perdarahan yang muncul dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi
darah biasanya tidak diperlukan. Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum
dan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa
kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh. 1

18
III.11 Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera
turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan
teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi
yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat
merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.6

III.12 Diagnosis Banding


Keluhan muntah yang berat dan persisten tidak selalu menandakan
hiperemesis gravidarum. Penyebab-penyebab lain seperti penyakit gastrointestinal,
pielonefritis dan penyakit metabolik perlu dieksklusi. Satu indikator sederhana yang
berguna adalah awitan mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum biasanya
dimulai dalam delapan minggu setelah hari pertama haid terakhir. Karena itu, awitan
pada trimester kedua atau ketiga menurunkan kemungkinan hiperemesis gravidarum.
Demam, nyeri perut atau sakit kepala juga bukan merupakan gejala khas hiperemesis
gravidarum. Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan untuk mendeteksi kehamilan
ganda atau mola hidatidosa.1
Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum,
kolestasis obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, hipertiroidisme
dan infeksi Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah
penyakit ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam
anamnesis dapat ditemukan riwayat sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah
nyeri epigastrium yang berkurang dengan makanan atau antacid dan memberat

19
dengan alkohol, kopi atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Nyeri tekan
epigastrium, hematemesis dan melena dapat ditemukan pada ulkus peptikum. 1
Pada kolestasis dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya
ruam. ikterus, warna urin gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar
enzim hati dan bilirubin. Pada perlemakan hati akut ditemukan gejala kegagalan
fungsi hati seperti hipoglikemia, gangguan pembekuan darah, dan perubahan
kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. 1
Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan
gambaran klinis gagal hati. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami
demam dan nyeri perut kanan bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri
lepas dan lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus
yang semakin membesar. Apendisitis akut pada kehamilan memiliki tanda-tanda yang
khas, yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder
(apabila pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah). Meskipun jarang,
penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena itu, perlu dicari
apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4 dan TSH pada
pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit Graves, tetapi
pasien hiperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis penyakit Graves,
seperti proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4 meningkat tanpa
didapatkan bukti penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu diulang pada usia
gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu usia gestasi, saat kadar FT4 dapat
menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian propiltiourasil pada
pasien hipertiroidisme dapat meredakan gejala-gejala hipertiroidisme, tetapi tidak
meredakan mual dan muntah. Sebuah studi lain yang menarik menemukan adanya
hubungan antara infeksi kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum. 1
Pada studi tersebut, sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis
gravidarum menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif, namun studi
tersebut masih kontroversial. Sebuah studi lain di Amerika Serikat mendapatkan tidak
terdapat hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan infeksi H. pylori.1

20
III.13 Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin. Literatur lain
menyebutkan, prognosis hiperemesi gravidarum umumnya baik, namun dapat
menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi
dengan tepat dan cepat.6

21
BAB IV
KESIMPULAN

1. Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu.
2. Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain adalah usia ibu,
usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan
mola, kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory.
3. Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan. Tingkat I, II dan
III.
4. Diagnosis
a. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
c. Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada
vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak,
pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide).
d. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan
molahidatidosa.
e. Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,
benda keton, dan proteinuria.
f. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk
konsultasi psikologi.
5. Penatalaksanaan
a. Untuk keluhan hiperemesis yang berat, pasien dianjurkan untuk dirawat di
rumah sakit dan membatasi pengunjung.
b. Stop makanan per oral 24 — 48 jam.

22
c. Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit. 1
d. Obat 1
1) Vitamin B1, B2, B6
2) Vitamin B12
3) Antiemetik: dopamin antagonis (metoklopramid, domperidon) fenotiazin
(klorpromazin, proklorperazin), antikolinergik (disiklomin) atau
antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin, siklizin), reseptor
antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid).
4) Antasida
6. Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
7. Rehidrasi: Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dekstrose
tidak boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk
mengoreksi hiponatremia.
8. Suplemen: potasium IV, tiamin oral
9. Urin output dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstick untuk
mengetahui terjadinya ketonuria.
10. Prognosis hiperemesi gravidarum umumnya baik, namun dapat menjadi fatal bila
terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan
cepat

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan K, Manengkei PSK, Ocviyanti D. Diagnosis dan tatalaksana


hiperemesis gravidarum. Vol.61. Jakarta: J Indon Med Assoc; 2011.h.459-65
2. Wibowo B, Soejono A. Hiperemesis gravidarum dalam ilmu kebidanan. Edisi
ketiga cetakan ketujuh. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo;
2005.h.275-280.
3. Mochtar R. Hiperemesis gravidarum dalam sinopsis obstetri. Edisi 2 cetakan
pertama. Jakarta: EGC; 1998.h.195-197
4. Hiperemesis Gravidarum, 26 Juli 2007. Di unduh dari : www.medicastore.com ,
tanggal 20 Desember 2014
5. Hartanto H. Penyakit saluran cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric Williams.
Edisi ke-21. Jakarta: EGC; 2005.h.1424-1425
6. Moeloek FA. Hiperemesis gravidarum. Dalam : Standar Pelayanan Medik:
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia;2006.h.21-22

24

Você também pode gostar