Você está na página 1de 35

ANATOMI TELINGA

Telinga adalah salah satu organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai organ
pendengaran dan pengatur keseimbangan. Telinga dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari aurikula dan liang telinga. Aurikula, atau pinna, tersusun dari
kartilago yang dilapisi kulit dan mengisi 1/3 bagian telinga luar. Liang telinga, atau
meatus auditori eksternus, dibentuk oleh tulang yang dilapisi kulit dan glandula
seruminosa. Liang telinga menyusun 2/3 bagian telinga luar dan bersambungan
dengan tulang temporal. Pada perbatasan dengan telinga tengah, terdapat membran
timpani. Pada pemeriksaan otoskop, membran timpani memiliki penampakan khas
yaitu cone of light yang timbul akibat reflek cahaya dari umbo ke arah bawah
mengikuti serabut sirkuler dan radier sehingga tampak kerucut. Membran timpani
berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik
terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas terdapat pars flaksida (membran Sharpnell)
dan pars tensa (membran propria) di bagian bawah. Pars flaksida hanya berlapis 2 di
mana bagian luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa memiliki 1 lapis tambahan di tengah.
Lapisan tersebut terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat yang tersusun radier di
bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.
b. Telinga tengah
Telinga tengah adalah kavitas berisi udara yang berbentuk kubus di dalam tulang
temporal. Adapun batas dari telinga tengah adalah:
- Batas luar : Membran timpani
- Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah yaitu kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar, promontorium
- Batas depan : Tuba eustachius
- Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
- Batas atas : Tegmen timpani
- Batas bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
Pada telinga tengah, terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan
stapes. Dalam proses penghantaran getaran, getaran membran timpani akan
menggetarkan tulang-tulang pendengaran tersebut. Kemudian, getaran diteruskan ke
telinga dalam melalui tingkap lonjong. Selain itu, terdapat juga tuba eustachius. Tuba
eustachius menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring dan menjadi penjaga
keseimbangan tekanan telinga tengah dan tekanan udara luar supaya membran timpani
dapat bergetar dengan baik. Pada anak-anak, tuba eustachius terletak lebih datar
daripada orang dewasa sehingga memudahkan perpindahan infeksi dari saluran
pernapasan atas ke telinga.

c. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklear (rumah siput) dan vestibuler. Koklea terdiri dari
bentukan 2 setengah lingkaran dengan puncak yang disebut helikotrema. Pada
potongan melintang, koklea tampak memiliki 3 ruang yaitu skala vestibuli, skala
media, dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini, terdapat organ Corti.

Organ vestibuler (organ keseimbangan) terdiri dari 3 buah kanalis semirsirkularis,


utrikulus dan sakulus. Kanalis semisirkularis terdiri dari 3 buah bentukan setengah
lingkaran dengan letak geografisnya yang berbeda sehingga dibagi menjadi 3 yaitu
kanalis horizontal, kanalis anterior, dan kanalis posterior. Pada setiap kanalis, terdapat
penonjolan yang juga berhubungan dengan utrikulus yaitu ampula. Ampula berisi
krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya
tertutup substansi gelatin yaitu kupula. Kanalis semisirkularis, atau labirin kinetik,
berperan dalam mempertahankan keseimbangan dalam keadaan bergerak. Sedangkan,
utrikulus dan sakulus, atau labirin statis, berperan dalam mempertahankan
keseimbangan dalam keadaan diam. Utrikulus dan sakulus memiliki penonjolan yang
disebut makula. Makula terdiri dari otolit yaitu sel silia pada membran yang tersusun
atas substansi gelatin dan dilapisi lapisan tipis kalsium karbonat.
FISIOLOGI TELINGA

FISIOLOGI PENDENGARAN
Telinga secara anatomis terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam. Telinga luar dan tengah berperan dalam transmisi suara melalui udara menuju telinga
bagian dalam yang terisi cairan. Pada telinga dalam ini, terjadi amplifikasi energi suara. Di
sana juga terdapat dua macam sistem sensoris yaitu koklea yang mengkonversikan
gelombang suara menjadi impuls saraf dan vestibular apparatus yang berguna untuk
keseimbangan.
Pendengaran merupakan persepsi saraf terhadap suara yang terdiri dari aspek
identifikasi suara dan lokalisasinya. Suara merupakan sensasi yang dihasilkan saat getaran
longitudinal molekul lingkungan luar yang menghantam membran timpani. Gelombang suara
merupakan getaran udara yang merambat yang terdiri dari area bertekanan tinggi disebabkan
kompresi molekul udara dan area bertekanan rendah yang disebabkan oleh rarefaction
molekul.
Suara dikarakteristikan berdasarkan tone, intensitas dan kualitas. Pitch atau tone
ditentukan oleh frekuensi getaran. Makin besar frekuensinya, makin tinggi pitch-nya. Telinga
manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi dari 20 sampai 20.000 Hz. Namun, yang
paling sensitif adalah antara 1000-4000 Hz. Suara pria dalam percakapan normalnya sekitar
120 Hz sedangkan wanita mencapai 250 Hz. Jumlah pitch yang dapat dibedakan oleh orang
normal adalah sekitar 2000, tetapi musisi yang terlatih dapat lebih dari itu. Suara yang paling
mudah dibedakan nadanya adalah suara dengan frekuensi 1000-3000 Hz. Lebih atau kurang
dari itu akan semakin sulit dibedakan.

Intensitas atau kekerasan tergantung oleh amplitudo gelombang suara atau perbedaan
tekanan antara daerah gelombang bertekanan tinggi akibat kompresi dan daerah bertekanan
rendah akibat rarefaction. Dalam interval suara yang dapat didengar, makin besar
amplitudonya, makin keras suara tersebut terdengar.

Kekerasan atau kebisingan suara diukur dengan satuan dB (desibel)yang merupakan


pengukuran logaritmis dari intensitas dibandingkan dengan suara teredup yang bisa didengar
(ambang pendengaran). Suara dengan kebisingan melebihi 100 dB dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada koklea.

Suara dengan range 120 sampai 160 dB seperti alarm kebakaran maupun pesawat jet
diklasifikasikan sebagai suara yang menyakitkan; 90-110 dB (subway, bass drum, gergaji
mesin) diklasifikasikan sebagai suara yang ekstrem tinggi; 60-80dB (alarm jam, lalu lintas
yang bising, percakapan) diklasifikasikan sebagai sangat keras; 40-50 dB (hujan, bising
ruangan normal) moderate, dan 30 dB (bisikan, perpustakaan) sebagai redup.
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari pinna (telinga), meatus akustikus eksterna dan membran
timpani (eardrum). Pinna adalah struktur menonjol yang merupakan kartilago terbalut kulit.
Fungsi utamanya adalah mengumpulkan dan menghubungkan suara menuju meatus akustikus
eksterna. Karena bentuknya, pinna secara parsial membatasi suara yang berasal dari belakang
sehingga timbrenya akan berbeda. Dengan begitu, kita dapat membedakan apakah suaranya
berasal dari depan atau belakang.

Lokalisasi suara yang berasal dari kanan atau kiri ditentukan oleh dua hal. Pertama
adalah gelombang suara mencapai telinga yang lebih dekat terlebih dahulu sebelum sampai
ke telinga yang lebih jauh. Kedua adalah saat mencapai telinga yang lebih jauh, intensitas
suaranya akan lebih kecil dibandingkan telinga yang lebih dekat. Selanjutnya, korteks
auditori mengintegrasikan kedua hal tersebut untuk menentukan lokalisasi sumber suara.
Oleh karena itu, lokalisasi suara akan lebih sulit dilakukan jika hanya menggunakan satu
telinga.

Jalur masuk pada telinga luar dilindungi oleh rambut halus. Kulit yang membatasi
kanal tersebut berisi kelenjar keringat termodifikasi yang menghasilkan serumen (earwax),
yang akan menangkap partikel-partikel asing yang halus.

Membran timpani (gendang telinga)


Membran timpani berada pada perbatasan telinga luar dan tengah. Area tekanan
tinggi da rendah pada gelombang suara akan menyebabkan membran timpani bergetar ke
dalam dan ke luar. Supaya membran tersebut dapat secara bebas bergerak kedua arah,
tekanan udara istirahat pada kedua sisi membran timpani harus sama. Membran sebelah luar
terkekspos pada tekanan atmosfer yang melewati meatus akustikus eksterna sedangkan
bagian dalam menghadapi tekanan atmosfer dari tuba eustachius yang menghubungkan
telinga tengah ke faring. Secara normal, tuba ini tertutup tetapi dapat dibuka dengan gerakan
menguap, mengunyah dan menelan.

Pada perubahan tekanan eksternal yang cukup signifikan seperti saat dalam pesawat,
membran timpani menonjol dan menimbulkan rasa nyeri ketika tekanan luar telinga berubah
sementara bagian dalam tidak berubah. Pembukaan tuba eustachius dengan menguap dapat
membantu untuk menyamakan tekanan tersebut.

Telinga tengah
Telinga tengah mengirimkan pergerakan vibratori dari membran timpani menuju
cairan pada telinga dalam. Ada tiga tulang ossicle yang membantu proses ini yaitu malleus,
incus dan stapes yang meluas dari telinga tengah. Malleus menempel pada membran timpani
sedangkan stapes menempel pada oval window yang merupakan gerbang menuju koklea
yang berisi cairan.

Saat membran timpani bergetar, tulang-tulang tersebut bergerak dengan frekuensi


yang sama , mentransmisikan frekuensi tersebut dari menuju oval window. Selanjutnya, tiap-
tiap getaran menghasilkan pergerakan seperti gelombang pada cairan di telinga dalam dengan
frekuensi yang sama dengan gelombang suara aslinya.

Sistem osikular mengamplifikasikan tekanan dari gelombang suara pada udara dengan
dua mekanisme untuk menghasilkan getaran cairan pada koklea. Pertama adalah karena
permukaan area dari membran timpani lebih besar dari oval window, tekanan ditingkatkan
ketika gaya yang mempengaruhi membran timpani disampaikan oleh ossicle ke oval window
(tekanan=gaya/area). Kedua adalah kerja dari ossicle memberikan keuntungan mekanis
lainya. Kedua hal tersebut meningkatkan gaya pada oval window sampai 20 kali. Tambahan
tekanan tersebut penting untuk menghasilkan pergerakan cairan pada koklea.

Beberapa otot tipis di telinga tengah dapat berkontraksi secara refleks terhadap suara
keras (70dB) menyebabkan membran timpani menebal dan menyebabkan pembatasan
gerakan pada rangkaian ossicle. Pengurangan pergerakan pada struktur telinga tengah akan
mengurangi transmisi dari suara yang keras tersebut ke telinga dalam guna melindungi bagian
sensoris dari kerusakan. Refleks tersebut berlangsung relatif lambat, terjadi setidaknya sekitar
40 msec sesudah pajanan terhadap suara keras. Oleh karena itu, hanya bisa melindungi dari
suara yang berkepanjangan, bukan suara yang sangat tiba-tiba seperti ledakan.

Koklea
Koklea adalah sebuah struktur yang menyerupai siput yang merupakan bagian dari
telinga dalam yang merupakan sistem tubular bergurung yang berada di dalam tulang
temporalis. Berdasarkan panjangnya, komponen fungsional koklea dibagi menjadi tiga
kompartemen longitudinal yang berisi cairan. Duktus koklear yang ujungnya tidak terlihat
dikenal sebagai skala media, yang merupakan kompartemen tengah. Bagian yang lebih di
atasnya adalah skala vestibuli yang mengikuti kontur dalam spiral dan skala timpani yang
merupakan kompartemen paling bawah yang mengikuti kontur luar dari spiral.

Cairan di dalam skala timpani dan skala vestibuli disebut perilimfe. Sementara itu,
duktus koklear berisi cairan yang sedikit berbeda yaitu endolimfe. Bagian ujung dari duktus
koklearis di mana cairan dari kompartemen atas dan bawah bergabung disebut dengan
helikotrema. Skala vestibuli terkunci dari telinga tengah oleh oval window, tempat stapes
menempel. Sementara itu, skala timpani dikunci dari telinga tengah dengan bukaan kecil
berselaput yang disebut round window. Membran vestibular tipis membentuk langit-langit
duktus koklear dan memisahkannya dari skala vestibuli. Membran basilaris membentuk
dasar duktus koklear yang memisahkannya dengan skala timpani. Membran basilar ini sangat
penting karena di dalamnya terdapat organ korti yang merupakan organ perasa pendengaran.

1) Aliran gelombang getaran melewati skala vestibuli dan skala timpani yang berguna
untuk meredam tekanan (bukan persepsi suara).
2) Aliran gelombang yang berkaitan dengan persepsi suara akan melewati shorcut
menembus membran vestibularis lalu mencapai membran basilaris yang di dalamnya
terdapat organ korti sebagai reseptor stimulus suara.

Sel Korti dan Sel Rambut


Dalam organ korti pada satu koklea terdapat sekitar 15.000 sel rambut yang menjadi reseptor
suara. Sel-sel tersebut tersusun dalam baris paralel empat. Satu baris berupa sel rambut dalam
dan tiga lainnya merupakan sel rambut dalam. Pada masing-masing sel rambut akan ada
penonjolan sekitar 100 rambut yang dikenal sebagai stereosilia (mikrovili yang diperkuat
dengan aktin).
Sel-sel rambut ini merupakan mekanoreseptor yang menghasilkan sinyal neural ketiga
permukaan rambutnya mengalami deformasi secara mekanis berkaitan dengan pergerakan
cairan di telinga dalam. Stereosilia ini berkontak dengan membran tektorial, struktur mirip
tenda yang menjalar pada seluruh panjang organ korti.

Kerja mirip piston yang dilakukan stapes melawan oval window menghasilkan
gelombang tekanan pada kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat dikompresi, tekanan
dihamburkan dalam dua arah ketika stapes menyebabkan oval window menggembung ke
belakang yaitu dengan pergeseran round window dan defleksi membran basilar.

Gelombang tekanan tersebut akan menekan perilimfe ke depan pada kompartemen


atas, kemudian ke helikotrema dan ke kompartemen bawah. Selanjutnya, hal tersebut
menyebabkan round window menggembung ke arah luar (ke arah telinga tengah) untuk
mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak ke arah belakang dan menarik
oval window ke arah telinga tengah, perilimfe akan bergeser ke arah berlawanan,
menggantikan area yang tadinya diisi window round. Jalur ini tidak menghasilkan persepsi
suara, hanya mengurangi tekanan saja.

Gelombang tekanan yang berkaitan dengan persepsi suara akan


menggunakan shortcut. Gelombang tekanan pada kompartemen atas ditransfer melalui
membran vestibular yang tipis ke duktus koklear dan melalui membran basilar ke
kompartemen bawah. Hal tersebut selanjutnya akan memfasilitasi round window untuk
menggembung ke arah luar dan dalam. Perbedaan utama pada jalur ini adalah transmisi
gelombang tekanan melalui membran basilar menyebabkan membran tersebut bergerak ke
atas dan ke bawah atau bergetar yang sinkron dengan gelombang tekanan. Akibatnya sel
rambut pada organ korti yang ada di sana juga ikut bergerak.
Sel rambut yang berfungsi untuk mendengar adalah sel rambut dalam. Sel tersebut
mentransformasikan gaya mekanis suara menjadi impuls elektris pendengaran. Stereosilia
pada sel reseptor tersebut berkontak dengan membran tektorial yang kaku sehingga sel
tersebut akan membelok kembali (bolak-balik), saat membran basilar yang berosilasi
menggeser posisinya.

Gerakan bolak-balik tersebut akan menyebabkan pembukaan dan penutupan kanal


kation secara mekanis pada sel rambut menghasilkan depolarisasi atau hiperpolarisasi sesuai
dengan frekuensi suara penstimulus.

Stereosilia pada masing-masing sel rambut tersusun ke dalam baris-baris yang


berurutan sesuai dengan tinggi (seperti tangga). Tip links, yang merupakan CAMs (cell
adhesion molecules), menghubungkan ujung stereosilia dalam barisan tersebut. Saat
membran basilar bergerak ke atas, bundle stereosilia membengkok ke arah membran yang
paling tinggi, meregangkan tip links tersebut. Peregangan tersebut akan membuka kanal
kation.

K+ lebih banyak ditemukan di endolimfe daripada yang ditemukan di dalam sel.


Beberapa kanal kation memang sudah terbuka dalam keadaan istirahat yang memungkinkan
K+ mengalir. Semakin banyak kanal yang terbuka, lebih banyak K+ yang memasuki sel
rambut. Tambahan K+ ini akan mendepolarisasi sel rambut. Sebaliknya, saat membran
basilaris turun, terjadilah hiperpolarisasi karena makin banyak K+ yang tidak bisa masuk sel.
Sel rambut tidak menghasilkan potensial aksi melainkan akan bersinaps secara kimia
dengan ujung serat saraf afferen nervus koklearis. Kadar K+ yang rendah menyebabkan sel
rambut dalam mengeluarkan secara spontan neurotransmiter melalui eksositosis yang
diinduksi oleh Ca2+ dalam kondisi tidak ada stimulasi. Depolarisasi akan menyebabkan
pembukaan kanal bergerbang listrik Ca2+. Akibatnya terjadilah peningkatan kecepatan
pengeluaran neurotransmitter. Pada hiperpolarisasi, terjadi hal yang sebaliknya. Potensial
membran istirahat sel rambut adalah sekitar -60 mV. Saat stereosilia terdorong ke arah
kinosilia, potensial membran dapat berkurang menjadi -50 mV.
Sementara itu, sel rambut luar menjalankan fungsi elektromotili. Sel tersebut secara
aktif dan sering mengubah panjangnya sebagai respon terhadap perubahan potensial
membran. Sel akan memendek saat depolarisasi dan memanjang saat hiperpolarisasi.
Perubahan tersebut akan mengamplifikasi pergerakan dari membran basilaris. Oleh karena
itu, sel rambut luar akan membantu reseptor sensori supaya lebih sensitif terhadap intensitas
suara dan diskriminasi bermacam pitch suara.

Diskriminasi Pitch, Timbre dan Kebisingan (Loudness)


Diskriminasi pitch atau nada tergantung pada bentuk dari membran basilaris. Daerah
yang berbeda dari membran basilaris secara alami bergetar secara maksimal pada frekuensi
yang berbeda. Ujung sempit dekat oval window akan bergetar paling baik pada nada
berfrekuensi tinggi sedangkan area yang luas dekat helikotrema paling baik pada nada
rendah. Saat gelombang suara dengan frekuensi tertentu menyebabkan osilasi stapes,
gelombang tersebut akan berjalan ke membran basilar yang memiliki daerah sensitif terhadap
frekuensi tersebut. Energi gelombangnya akan dihamburkan dengan adanya osilasi membran
ini sehingga berakhir pada area maksimal tadi. Adanya overtone pada bermacam frekuensi
akan menyebabkan membran basilaris bergetar secara simultan tetapi kurang intens
dibandingkan nada dasarnya sehingga sistem saraf pusat dapat membedakan timbre suara.

Sementara itu, kenyaringan tergantung dari amplitudonya. Gelombang suara yang


berasal dari sumber yang lebih keras akan menghantam gendang telinga (membran timpani)
sehingga bergetar dengan lebih bertenaga meskipun frekuensinya tetap sama. Osilasi pada
membran basilaris yang lebih besar akan diinterpretasikan sebagai suara yang lebih keras
oleh sistem saraf pusat.

Korteks Auditori
Sebagaimana area pada membran basilaris yang berasosiasi dengan nada tertentu,
korteks auditori primer pada lobus temporalis juga tersusun secara tonotopically. Masing-
masing area pada membran basilaris tersebut terkait pada area spesifik pada korteks auditori
primer (satu nada, satu neuron kortikal teraktivasi).
Saraf afferen yang mengambil sinyal auditori dari sel rambut dalam akan keluar dari
koklea melalui nervus auditori. Ada beberapa sinaps yang terjadi terutama pada batang otak
dan nukleus geniculatum medial thalamus.Batang otak menggunakan input auditori untuk
kewaspadaan dan bangun. Pada batang otak, jaras saraf auditori ini akan menuju baik sisi
ipsilateral maupun kontralateralnya sehingga kedua lobus temporal akan mendapatkan
impuls. Oleh karena itu, gangguan pada jaras di atas batang otak pada satu sisi tidak akan
mengganggu pendengaran.

Korteks auditori primer juga dapat menerima bermacam suara yang berbeda
sedangkan korteks auditori yang lebih tinggi mengintegrasikan suara yang berbeda tersebut
menjadi koheren sebagai pola yang berarti. Dengan begitu, kita dapat membedakan suara-
suara terpisah yang masuk ke telinga dan memilih mana suara yang memang penting untuk
didengarkan.
Area auditori ternyata memiliki spesialisasi hemisfer. Pada area Brodman 22
diperkirakan merupakan tempat pemprosesan sinyal auditori yang berhubungan dengan
pembicaraan. Dalam proses bahasa, bagian kiri lebih aktif daripada sisi kanan. Area 22
sebelah kanan lebih kepada melodi, nada dan intensitas suara.

FISIOLOGI KESEIMBANGAN
Vestibular sistem dibagi menjadi dua vestibular apparatus dan central vestibular
nuclei. Vestibular apparatus terletak di telinga dalam dan berfungsi mengirimkan rangsang
sensoris orientasi tubuh sedangkan central vestibular nuclei berfungsi mengintegrasikan
rangsangan sensoris dari vestibular apparatus dengan sistem koordinasi dan motoris untuk
mencapai keseimbangan tubuh.

Untuk mengetahui posisi terhadap gravitasi terdapat struktur khusus untuk


mengindera yang ada di dalam saculus dan urticulus vestibuli. Organ ini memiliki sel dengan
kinosilia yang di atasnya terdapat lapisan gelatinosa dan dia atasnya lagi ada kristal otoconia.
Kristal ini berfungsi sebagai pemberat sehingga jika ada kemiringan maka lapisan helatin
akan cenderung miring ke satu sisi dan membelokkan kino silia hair cellls sehingga timbul
potensial aksi dan terjadi impuls ke otak. Selain itu saculus dan urticulus dapat mennagkap
rangsangan percepatan linier. Kedua struktur ini letaknya saling tegak lurus satu dengan yang
lain.

Canalis semi sirkularis mampu mengindera rangsangan gerak angular. Pada ujung
canalis ada struktur yang melebar disebut ampula. Di dalam ampula terdapat struktur krista
ampularis. Krista ini terdiri dari cupula yang merupakan lapisan gelatin yang elastis,
dibawahnya terdapat hair cell dan juluran syaraf. Ketika kepala berputar ke arah lateral kiri
misalnya, endolimph pada canalis semisirkularis kiri maupun kanan akan mengalir, sehingga
akan terjadi pergeseran pada cupula dan terbentuk potesial aksi akibat depolarisasi hair cell.
KELAINAN PADA TELINGA LUAR

OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh
bakteri. Infeksi dapat terlokalisir atau difus dan menimbulkan rasa sakit pada telinga. Faktor
penyebab timbulnya otitis eksterna ini adalah kelembaban,penyumbatan liang telinga, trauma
lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan
edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan
bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis
eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),strepokokus (22%), stafiloko kus.aureus (15%)
dan bakteroides (11%).

Etiologi
Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari 1000 orang, kebanyakan pada
usia remaja dan dewasa muda.Terdiri dari inflamasi,iritasi atau infeksi pada telinga bagian
luar.Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing
dalam liang telinga.Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya
otitis eksterna (swimmer’s ear).

Gejala Klinis
1. Rasa sakit didalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit
yang hebat, serta berdenyut.pada suatu penelitian multisenter yang melibatkan 239
pasien yang dilakukan oleh Cassisi dkk, rasa sakit yang hebat 20%, sedang 27%,
ringan 36% dan tidak ada rasa sakit 17%. Meskipun rasa sakit sering merupakan
gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan.
Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang
ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,sehingga edema dermis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang
rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan
tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan
oleh penderita otitis eksterna.
2. Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga.
3. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang hebat 9%, sedang
23%, ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada kebanyakan penderita rasa gatal
disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu
etitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
4. Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut.
Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif.30 Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.

Diagnosis
Diagnnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta terdapat gejala
klinis khas adanya furunkel, atau adanya nyeri pada penekanan perikondrium terutama pada
otitis eksterna sirkumskripta. Sedangkan otitis eksterna difus dengan gejala adanya nyeri
tekan tragus liang telinga yang sempit dan terdapat sekret yang berbau.

Terapi
Terapi untuk otitis eksterna akut ada 2 tergantung jenisnya yaitu otitis eksterna
sirkumskripta atau otitis eksterna difus. Pada Otitis eksterna sirkumskripta terapi tergantung
dari besarnya atau keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses diaspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B
atau bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol). Apabila dinding furunkel
tebal dilakukan insisi kemudian dipasang salin (drain) untuk mengalirkan nanahnya.
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika sistemik hanya obat simtomatik seperti analgetik
dan obat penenang. Sedangkan terapi utnuk otitis eksterna difus adalah dengan
membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang
telinga supaya terdapat kontak baik antara obat dengan kulit yang meradang. Apabila ada
infeksi sekunder berikan antibiotik sistemik.
OTOMIKOSIS

Otomikosis adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan lubang
telinga luar, yang di tandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal.

Etiologi
Penyebab otomikosis yang paling utama adalah jamur - jamur kontaminan, misalnya ;
aspergilus, penisilum, dan mukor. selain itu bebrapa bakteri seperti pseudomonas aeruginosa,
proteus spp, microkokus aureus, streptococus hemolyticus, difteroid, dan basil- basil
kolimorfis bakteri ini biasanya di temukan berbarengan ketika di lakukan pemeriksaan
dermatofita.

Epidemologi
Otomikosis merupakan penyakit kosmopolit yang sering terjadi di daerah panas dan lembab,
misalnya indonesia. Infeksi biasanya terjadi secara kontak langsung.

Gejala Klinis
Panas dan lemab merupakan faktor resiko yang paling utama terjadinya otomikosis.

 Penderita biasanya mngeluhkan rasa penuh dan sangat gatal di dalam atau luar liang
telinga.
 Liang telinga biasanya terlihat sangat sembab dan merah.
 Pendengaran terganggu di karenakan liang telinga tertutup oleh kotoran kulit dan
jamur
 Telinga kadang terasa nyeri

Diagnosis
Diagnosis di buat dengan memeriksa hasil kerokan dari kulit telinga dan kotoran telinga.
Pada sedian langsung dengan larutan KOH 20% akan terlihat hifa tanpa spora. Pada sediaan
agar sabouraud pada suhu kamar akan menghasilkan koloni jamur penyebab.

Pengobatan
Infeksi akut apabila disertai dengan bengkak memerlukan pengobatan konservatif untuk
menghilangkan bengkak dan kemungkinan membersihkan liang telinga. Misalnya dengan
memasukan kapas yang sudah di basahi dengan permanganas kalikulus 1/10.000. Tindakan
ini dapat di ulang dan kalau perlu dapat di lakukan irigasi untuk membersihkan serumen dan
kotoran lain. Kemajuan atau kesembuhan dapat terlihat akibat pembersihan yang di lakukan
dan pengeringan liang telinga selama beberapa hari.
Liang telinga yang menderita infeksi kronik harus di bersihkan untuk menghilangkan kotoran
dan sisik yang mengandung jamur. Irigasi dengan larutan garam faal di lanjutkan dengan
pemberian salisil spritus 2% selama beberapa menit, biasanya cukup membersihkan daerah
tersebut. Sambil menjaga daerah tersebut supaya tetap kering dapat di berikan obat - obatan
antiseptika, antibiotika, atau antifungal.

SERUMEN PROP
Serumen impaksi merupakan gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh
penumpukan serum di liang telinga. Hal ini menyebabkan rasa tertekan pada telinga sehingga
sangat mengganggu.
Sebenarnya serumen atau kotoran ini merupakan produksi alami dari telinga. Serumen
diproduksi oleh kelenjar seruminosa yang terletak di sepertiga liang telinga luar. Sifatnya
yang kental, lengket, dan berbau khas menyebabkan ia mempunyai fungsi khusus yaitu,
mencegah masuknya mikroorganisme, menonaktifkan kuman, dan menjaga kelembaban liang
telinga. Serumen secara alami akan keluar sendiri dengan gerakan mengunyah, tapi banyak
dari kita yang mengoreknya terlalu dalam sehingga serumen tidak dapat keluar, tapi malah
terdorong ke telinga tengah. Selain itu, pada beberapa orang ada yang produksi serumennya
berlebih, sehingga menyebabkan serumen tertumpuk, mengeras, dan terjadilah serumen
impaksi atau serumen prop.

Etiologi
Adapun beberapa etiologi yang mendasari terjadinya serumen prop adalah

 Dermatitis kronik pada telinga luar


 Liang telinga yang sempit
 Produksi serumen berlebih
 Terdorongnya serumen lebih dalam akibat mengorek telinga terlalu keras

Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi yang mungkin didapati pada penderita serumen impaksi antara
lain:
 Pendengaran menurun
 Nyeri telinga akibat terdorong oleh serumen
 Kadang dapat ditemui tinitus dan vertigo

Tata Laksana
Tata laksana dari serumen prop adalah mengeluarkan serumennya. Jika serumen
terlalu keras, maka dapat dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10% 3-5 tetes
sehari selama 3-5 hari. Jika sudah lembek, serumen dapat dikeluarkan menggunakan pengait.
Selain itu dapat juga dilakukan tindakan irigari menggunakan air hangat. Namun irigasi ini
dikontraindikasikan pada penderita dengan perforasi membran timpani, karena dapat
menyebabkan inflamasi lebih dalam.
TRAUMA TELINGA LUAR

Laserasi
Seringkali sebagai akibat pasien mengorek-ngorek telinga dengan jari atau sualu alat
seperti jepit rambut atau kJip kertas. Laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan perdarahan
sementara vang membuat pasien cemas, sehingga ia menghubungi dokter. Biasanya tidak
memerlukan pengobatan selain menghentikan pcrdarahan. Pas.ien diminta untuk datang
kembali guna memastikan tidak ada perforasi membrana timpani
Laserasi hebat pada aurikula barus dieksplorasi untuk mengetahui apakah ada
kerusakan tulang rawan. Tulang rawan perlu diperiksa dengan cermat sebelurn dilakukan
reparasi plastik pada kulit. luka seperti ini perlu benar-benar diamati akan kemungkinan
infeksi pada perikondrium. Berikan antibiotic profilaktik bila ada kontaminasi nyata pada
luka atau bila tulang rawan terpapar.

Frostbite
Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu rendah
dengan angin dingin yang kuat. Karena perubahan yang perlahan-lahan maka tidak terasa
nyeri sampai telinga 'memanas' lagi. Akibatnya tergantung pada dalamnya cedera dan
lamanya paparan. Cedera diduga sebagai akibat kerusakan selular dan gangguan
mikrovaskular yang mengarah pada iskemia lokal.
Pemanasan yang cepat dianjurkan sebagai terapi. Telinga yang terkena harus diguyur
dengan air hangat bersuhu antara 100 dan 108"F sampai terlihat tanda-tanda pencairan.
Pasien perlu diberi analgesik. Derajat cedera sepenuhnya mungkin belum nyata dalam
beberapa hari, maka pasien yang dipulangkan perlu diperiksa lebih lanjut dengan teliti.
Debridement bedah perlu ditunda. Infeksi yang nyata secara klinis perlu diterapi
denganantibiotik. Pasien-pasien dengan tulang rawan aurikula yang sangat kaku agaknya
pernah mengalami/ frostbite.

Hematoma
Seringkali ditemukan pada pegulat atau petinju. Jika tidak diobati dapat berakibat
terbentuknya apa yang disebut telinga bunga kol. Dahulu dilakukan aspirasi sederhana pada
bematoma, namun kini kebanyakan dokter menganjurkan terapi yang lebih ekstensif dengan
insisi dan drainase kumpulan darah dalam kondisi steril, diikuti dengan pemasangan balutan
tekan khususnya pada konka. Tekanan setempat akan lebib baik bila membuat jahitan
menembus di atas dental roll atau materi serupa. Terapi paling baik dilakukan segera selelah
cedera, sebelum terjadi organisasi bematoma. Para pegulat perlu diingatkan untuk memakai
pelindung kepala, juga pada saat berlatih.
CORPUS ALIENUM DI LIANG TELINGA
Benda asing (corpus alienum) yang ditemukan di liang telinga bervariasi. Bisa berupa
benda mati atau benda hidup, binatang, komponen tumbuhan atau mineral. Pada anak kecil
sering ditemukan manik-manik, mainan, penghapus bahkan baterai. Pada orang dewasa yang
relative sering dalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, pensil, kadag-
kadang berupa serangga kecil.
Usaha mengeluarkan benda asing justru mendorongnya lebih ke dalam. Mengelurakan
benda asing harus hati-hati. Bila pasien kurang hati-hati ataupun pasien tidak kooperatif,
beresiko trauma yang merusak membrane timpani atau struktur telinga tengah. Anak harus
dipegang sedemikianrupa agar tubuh dan kepala tidak bergerak bebas.
Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus dimatikan terlebih dahulu dengan
memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan (misalnya larutan rivanol
atau obat anastesi lokal) kurang lebih 10 menit. Setelah benda mati, dikeluarkan dengan
pinset atau diirigasi dengan air bersih yang hangat.Benda asing berupa baterai sebaiknya
jangan dibasahi karena sifatnya yang korosif. Benda asing yang besar dapat ditarik dengan
pengait serumen sedangkan yang kecil dapat diambil dengan cunam pengait.
 Irigasi telinga

PERIKONDRITIS
Kondisi ini terjadi bila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di
antara lapisan perikondriurn dan kartilago telinga Iuar. Umumnya trauma berupa laserasi atau
akibat kerusakan yang tidak disengaja pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis
terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Suatu furunkel yang tidak memadai
pengobatannya rnerupakan sumber agen penyebab yang potensial, seperti mikrokokus jenis
virulen (Stafilokokus), streptokokus atau Pseudomonas aeruginosa. Diagnosisnya mudah:
bagian aurikula yang terlibat membengkak, menjadi merah, terasa panas dan sangat nyeri
tekan.
Berikan antibiotik parentereral dan pengobatan topikal untuk infeksi kanalis penyerta.
Pilihan obat disesuaikan dengan hasil biakan atau petunjuk lain mengenai organisme yang
terlibat. Bila kondisi ini tampaknya meluas dan terdapat bukti-bukti adanya cairan di bawah
perikondriurn, terdapat indikasi untuk mengeluarkan cairan. Karena tulang rawan tidak
memiliki suplai darah langsung bila dipisabkan dari perikondrium, maka dapat ter.jadi
nekrosis tuiang rawan. Dengan dernikian tulang rawan yang nekrosis perlu dieksisi dan
drainase elipertahankan. Akibat perikondritis dapat terjadi deformitas aurikula yang nyata.
DERMATITIS EKZEMATOSA
Ahli THT tidak jarang menemukan suatu lesi yang melibatkan liang telinga, meatus
dan konka di dekatnya, yang dicirikan oleh kemerahan, rasa gatal, pembengkakan, dan
stadium eksudat cair yang diikuti pembentukan krusta. Seperti diungkapkan sebelumnya,
perbedaan antara dermatosis primer dengan infeksi mungkin sulit. Suatu dermatitis seboroika
atau suatu reaksi kulit akibat kepekaan terhadap neomisin dapat tampil dengan pola
demikian. Istilah dermatitis ekzematosa seringkali digunakan karena tampilan lesi yang
karakteristik.
Bila aurikula terlibat cukup luas dan lesi tampaknya meluas, maka dapat dianjurkan
kompres basah memakai larutan seperti solusio Burowi selanla 24 sampai 48 jam, setelah itu
gunakan salep dan solusio steroid fluorinasi. Dengan sendirinya bila infeksi dicurigai, dapat
diberikan antibiotik topikal.
Bila stadiurn akut tidak diatasi, dapat terjadi perubahan-perubahan kronik yang
ditandai dengan penebalan kulit dan bahkan stenosis liaug telinga. Stadium kronik dapat
sangat mengganggu dengan rasa gatal yang tidak menyenangkan dan kecenderungan pasien
untuk menggaruk, sebingga menimbulkan iritasi lebih lanjut. Pada kasus demikian, mungkin
ada baiknya berkonsultasi dengan ahli kulit.

INFEKSI DAN RADANG KRONIK


Infeksi bakteri pada liang telinga dapat menjadi kronik karena tidak diobati,
pengobatan yang kurang memadai, trauma berulang, adaanya benda asing seperti cetakan alat
bantu dengar, atau otitis media yang terus menerus mengeluarkan sekret. Dalam
penatalaksanaan perlu dilakukan identifikasi organisme penyebab dan faktor-laktor yang
nrendukung sifat kroniknya.
Kasus-kasus yang berlangsung lama iambat laun dapat menyebabkan stenosis liang
telinga akibatpenebalan fibrotik dinding kanalis. Suatu tindakan bedah berupa reseksi
jaringan yang menebal dan pencangkokan telah bcrhasil mengatasi kondisi yang sebelumnya
ireversibel ini. Infeksi jamur kronik yang paling sering dijumpai oleh ahli THT adalah infeksi
pada rongga mastoid yang memerlukan pembenihan. Setelah pengangkatan debris infeksi,
rongga mastoid perlu diterapi dengan obat tetes antijamur atau dibdaki dengan kombinasi
neomisin dan asam borat.
Kondisi kronik lain yang sering dijumpai dapat disebut dengan istilah yang lebih tepat
sebagai “gatal kronik pada telinga”. Secara umum kondisi ini dapat digolongkan kedalam
dermatosis primer non-infeksi. Mungkin terdapat riwayat otitis eksterna akut sebelumnya.
Pada pemeriksaan, liang telinga tampak kering tanpa adanya serumen dan tanda ekskoriasi
lainnya. Tidak ada eksudat ataupun sekret. Pengobatan bertujuan untuk mengobati rasa gatal.
Biasanya memerlukan pemakaina krim hidrokortison jangka panjang. Pada beberapa kasus
terdapat indikasi bantuan psikiatri.

Otitis Eksterna Nekrotikan


Pada pengobatan otitis eksterna pasien lanjut usia, perlu diingat akan kemungkinan
otitis ekslerna nekrotikans, yaitu suatu infeksi berat pada tulang temporal dan jaringan lunak
telinga. Kondisi ini disebabkan Pseudomonas aeruginosa dan biasanya ditemukan pada
penderita diabetes lanjut usia serta dianggap lebih umum pada daerah beriklim panas. Pasien-
pasien dengan otitis ekstenta rekalsitrans yang berlangsung lebih dari dua minggu, perlu
dievaluasi dengan teliti terhadap gejala-gejala otitis eksterna nekrotikans. Pada beberapa
kasus, pasien datang dengan disfungsi saraf kranial ketujuh dan pemeriksaan telinga yang
normal. Pencitraan diagnostic yang menyeluruh termasuk CT scan, scan tulang, dan scan
gallium dapat membantu menentukan adanya penyakit ini. Scan tulang rutin saja tidak cukup
untuk membedakan otitis eksterna yang berat dengan otitis ekslerna nekrotikans.
Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang banyak
dipilih, namun dengan temuan antibiotik spesifik Pseudomonas, maka kini intervensi dengan
antibiotik sistemik merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan bahwa penrbedahan invasif
tanpa perlindungan antibiotik akan mendukung penyebaran infeksi pada pasien-pasien yang
telah mengalami kemunduran ini. Oleh sebab itu pembedahan sebaiknya dibatasi pada
pengangkatan sekuestra, drainase abses, dan debridement lokal jaringan granulasi. Terapi
obat-obatan yang dianjurkan adalab suatu aminoglikosida dengan antibiotic beta laktam anti
Pseudomonas. Perlu ditekankan bahwa sekalipun pasien tampaknya telah sembuh, dianjur.
kan terapi jangka panjang sekurang-kurangnya 6 minggu. Dengan semakin majunya
perawatan kesehatan di rumah, maka terapi kini dapat diberikan.

Polikondritis berulang
Penyakit yang tidak diketahui etiologinya ini menyebabkan peradangan dan destruksi
tulang rawan. Merupakan suatu gangguan tulang rawan generaIisata, melibatkan hidung dan
telinga pada 80-90% kasus. Deformitas aurikula menyerupai suatu perikondritis akut yang
infeksius atau suafu telingp bunga kol (cauliflower ear) yang meradang. Hilangnya tulang
rawan menyebabkan telinga menjadi "lemas" clan timbul deformitas hidung pelana.
Peradangan yang bergantian pada kedua telinga (tanpa sebab predisposisi) atau adanya
demam memberi kesan gangguan ini. Dapat ditemukan tinitus dan vertigo, demikian pula
kehilangan pendengaran akibat kolaps meatus akustikus eksternus. Bila laring, trakea dan
bronkus ikut terlibat dapat berakibat suara menjadi serak dan bahkan kematian akibat kolaps
dinding laringotrakca dan bronkus.
Aktivitas penyakit berfluktuasi dan prognosisnya tak dapat diramalkan. Dapat berupa
serangan tunggal atau dapat pula serangan berulang selama bertahun-tahun. Pengobatan
berupa salisilat dan steroid pada serangan akut, meskipun terdapat kontroversi mengenai
pemberian steroid. Dapson telah digunakan untuk mencegah serangan ulangan. Strukrur-
struktur yang terserang barus dilindungi dari trauma.
KELAINAN PADA TELINGA DALAM

MENIERE'S DISEASES/ PENYAKIT MENIERE

Penyakit meniere adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan berulang
vertigo, tuli, dan tinnitus.1

Etiologi
Penyebab pasti penyakit meniere belum diketahui pasti. Penambahan volume
endolimfatik diperkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan
klinik pada membran labirin.

Patofisiologi
Gejala klinis yang terjadi disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe pada koklea dan
vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri,
2. Berkurangnya tekanan osmotic ruang ekstrakapiler,
3. meningkatnya tekanan osmotic ruang ekstrakapiler,
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan
endolimfatikus.

Gejala Klinis
Serangan atau episode penyakit Meniere sering terjadi mendadak tanpa ada penanda
sebelumnya. Serangannya dapat terjadi setiap hari atau setahun sekali. Setiap keparahan
episodenya dapat bervariasi.
Diagnosis dilandaskan atas riwayat kesehatannya dan beberapa tanda dibawah ini :
a. 2 atau lebih serangan vertigo episodic sekurang-kurangnya setiap 20 menit.
b. Tinnitus
c. Gangguan atau kekurang pendengaran
d. Perasaan penuh ditelinga dalam

Pemeriksaan Penunjang
1. Electronystagmography (ENG)
Elektronystagmography adalah alat yang mendeteksi gerakan volunter, dan involunter
bola mata. Ini untuk mengevaluasi nervus akustikus yang berjalan dari otak ke telinga
(kontrol pendengaran dan keseimbangan) dan juga nervus okulomotoris, yang melintas
dari otak ke mata.
2. Audiometri
Tes audiometri adalah untuk mengetahui kemampuan kita mendengar bunyi.
Kelantangan suara sangat bervariasi dan juga vibrasi kecepatan suara sangat bervariasi.
Pendengaran terjadi ketika gelombang suara di stimulasi oleh nervus pada telinga dalam.
Pada akhirnya perjalanan bunyi melalui jalur saraf yang dihantar menuju ke otak.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Tes MRI pada kepala adalah sebuah metode yang noninvasive untuk mengetahui
gambaran yang detail dari otak dan jaringan sekitar saraf. Tidak seperti X-ray dan CT-
scan yang menggunakan radiasi, MRI menggunakan kekuatan magnet dan gelombang
radio. Signal dari medan magnet memantulkan gambaran tubuh dan mengirimkannya ke
computer, dimana yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk gambar. MRI pada
pemeriksaan meniere dilakukan hanya untuk menyingkirkan kemungkinan lain seperti
adanya tumor pada nervus.
4. Tes Kalori
Stimulasi kalorik adalah pemeriksaan yang menggunakan perbedaan temperature untuk
mendiagnosis kerusakan saraf pada telinga.
Tes kalori dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini digunakan 2 macam air,
dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 300c, sedangkan air panas/hangat dengan suhu
440c. volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam
waktu 40 detik. Diperiksa telinga kiri dan kanan.
5. Tes Gliserin
Khusus mengetahui adanya hidrops endolimfe pada meniere, caranya ialah pasien diberi
minuman gliserin 1,2 ml/kg/BB, setelah diperiksa tes kalori dan audiometri. Kemudian
setelah 2 jam dilakukan kembali tes kalori dan audiometri dan hasilnya dibandingkan
dengan hasil yang pertama. Bila ada perbedaan yang bermakna, maka terbukti adanya
hidrops endolimfe.

Penatalaksanaan
Penyakit ini bisa sembuh sama sekali tanpa obat dan gejala penyakit bisa hilang sama
sekali. Beberapa hal yang disarankan:
1. Diet
a. Rendah garam (1500mg/hari)
Jumlah natrium merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keseimbangan
cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan dapat memutuskan keseimbangan
halus antara endolimfe dan perilimfe didalam telinga dalam.
b. Diet tinggi protein, rendah natrium dikombinasikan dengan pemberian amonium
klorida.
c. Diet kafein dan nikotin
Sebaiknya hindari minuman yang mengandung kafein serta bahan-bahan yang
mengandung nikotin seperti rokok kerena merupaka stimulan vasoaktif (menghindari
kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala).
·
2. Farmakologi
a. Antihistamin sebagai pengobatan vertigo karena dapat menekan sistem vestibular
serta dapat diberikan obat antiemetik untuk mengurangi mual dan muntah.
b. Diuretik : Dyazid yang dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan
menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Selama pasien mengkonsumsi obat ini,
sebaiknya pasien disuruh untuk makan-makanan yang mengandung kalium tinggi
seperti pisang, jeruk dan tomat.
c. Kortikosteroid : Prednison 80 mg selama 7 hari lalu kemudian diturunkan secara
perlahan.
d. Vasodilator Perifer : Histamin difosfat 2-4 tetes sublingual 2x1 sebelum makan.
Berfungsi untuk mengurangi tekanan hidrops endolimfe.

3. Terapi Bedah
Pembedahan direkomendasikan jika pengobatan lain gagal menyembuhkan pusing baru
dilakukan pembedahan yaitu dengan cara:
a. Shunt endolimfatik subarakhoroid atau shunt endolimfatik mastoid, dimana tabung
ditempatkan pada kantung endolimfatik yang mengalirkan cairan yang berlebihan
dari telinga sehingga dapat menyeimbangkan tekanan dalam ruangan endolimfe,
pirau atau drain dipasang didalam endolimfatikus dengan insisi post auriculer.

b. Labirintektomi
Destruksi total pada labirinitus membranaseus, merupakan jaminan yang pasti untuk
menyembuhkan vertigo pada penyakit meniere, tetapi terpaksa harus mengorbankan
pendengaran secara total pada telinga yang bersangkutan. Tindakan ini boleh
dipertimbangkan bila kehilangan pendengaran pada salah satu telinga sudah
demikian berat sedangkan telinga yang satu lagi mampu mempertahankan fungsinya
secara normal. Hal ini dilakukan jika vertigo sangat mengganggu dan terjadi
gangguan pendengaran yang berat, dilakukan labirintektomi.
LABIRINITIS

Labirinitis merupakan inflamasi pada telinga dalam yang disebabkan oleh bakteri atau
virus yang biasanya merupakan komplikasi penyakit telinga tengah atau komplikasi infeksi
virusdari berbagai penyakit.

Epidemiologi

Meskipun data epidemiologi definitif masih kurang, labirinitis virus adalah bentuk paling
umum dari labirinitis diamati dalam praktek klinis. Prevalensi SNHL diperkirakan 1 kasus
dalam10.000 orang, sampai dengan 40% dari pasien mengeluh vertigo atau dysequilibrium.

Kematian yang terkait dengan labirinitis tidak dilaporkan kecuali dalam kasus sepsis
meningitis atau luar biasa. Labirinitis virus biasanya ditemukan pada orang dewasa berusia
30-60tahun dan jarang didapati pada anak-anak. Labirinitis supuratif Meningogenik biasanya
diamati pada anak-anak dengan usia kurang dari 2 tahun, yang merupakan populasi paling
berisiko untuk meningitis. Labirintis supuratif otogenik dapat diamati pada segala usia.
Labyrinthitis serosa lebih sering terjadi anak-anak, di mana.

Etiologi dan Faktor Risiko

Sedikit bukti langsung menunjukkan virus merupakan penyebab labirinitis ,


namun banyak bukti epidemiologi berimplikasi sejumlah virus sebagai berpotensi
menyebabkan peradangan labirin. Labirinitis viral sering didahului oleh infeksi saluran
pernapasan atas.

Temuan histologis degenerasi aksonal dalam saraf vestibular menunjukkan etiologi virus
untuk neuritis vestibular. Bakteri yang menyebabkan labirinitis adalah bakteri yang sama
bertanggung jawab untuk meningitis dan otitis media. Organisme Gram-negatif yang
ditemukan lebih seringketika cholesteatoma adalah faktormenghasut.Virus penyebab yang
potensial:

 Cytomegalovirus  Rubella virus


 Mumps virus  Herpes simplex virus 1
 Varicella-zoster virus  Adenovirus
 Rubeola virus  Coxsackievirus
 Influenza virus  Respiratory syncytial virus
 Parainfluenza virus
Bakteri penyebab yang potensial:

 S. pneumoniae  Nmeningitidis
 Haemophilus influenzae  Streptococcus species
 Moraxella catarrhalis  Staphylococcus species
 Proteusspecies  Escherichia coli
 Bacteroidesspecies  Mycobacterium tuberculosis

Klasifikasi

Labirinitis merupakan inflamasi pada telinga dalam yang disebabkan oleh bakteri atau
virus yang biasanya merupakan komplikasi penyakit telinga tengah atau komplikasi infeksi
virus dari berbagai penyakit.

Schuknecht (1974) membagi labirinitis bakteri atas 4 stadium:

1. Labirinitis akut atau toksik (serous) yang terjadi sebagai akibat perubahan kimia di dalam
ruang perilimf yang disebabkan oleh proses toksik atau proses supuratif yang menembus
membran barier labirinseperti melalui membran rotundum tanpa invasi bakteri.
2. Labirinitis akut supuratif terjadi sebagai akibat invasi bakteri dalam ruang perilimf
disertai respontubuh dengan adanya sel-sel radang. Pada keadaan ini kerusakan fungsi
pendengaran dan fungsi keseimbangan irreversible
3. Labirinitis kronik supuratif yaitu terlibatnya labirin oleh bakteri dengan respons inflamasi
jaringansudah dalam waktu yang lama. Keadaan ini biasanya merupakan suatu
komplikasi dari penyakit telingatengah kronis dan penyakit mastoid.
4. Labirinitis fibroseus yaitu suatu respons fibroseus di mana terkontrolnya proses inflamasi
pada labirindengan terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari ruangan labirin
dengan terbentuknyakalsifikasi dan osteogenesis. Stadium ini disebut juga stadium
penyembuhan.

Labirinitis viral adalah infeksi labirin yang disebabkan oleh berbagai macam
virus.Penyakit ini dikarakteristikkan dengan adanya berbagai penyakit yang disebabkan virus
dengangejala klinik yang berbeda seperti infeksi virus mumps, virus influenza, dll.

Labirinitis secara klinis terdiri dari 2 subtipe, yaitu:

1. Labirinitis lokalisata (labirinitis sirkumskripta, labirinitis serosa) merupakan komplikasi


otitismedia dan muncul ketika mediator toksik dari otitis media mencapai labirin bagian
membrantanpa adanya bakteri pada telinga dalam.

2. Labirinitis difusa (labirinitis purulenta, labirinitis supuratif) merupakan suatu keadaan


infeksi pada labirin yang lebih berat dan melibatkan akses langsung mikroorganisme ke
labirin tulangdan membran.

Patofisiologi

Labirinitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Labirinitis bakteri mungkin terjadi
sebagai perluasaninfeksi dari rongga telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh
kolesteatom atau melalui foramenrotundum dan foramen ovale tapi dapat juga timbul sebagai
perluasan infeksi dari meningitis bakterimelalui cairan yang menghubungkan ruang
subaraknoid dengan ruang perlimf di koklea, melaluiakuaduktus koklearis atau melalui
daerah kribosa pada dasar modiolus koklea.

Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul pada labirinitis lokalisata merupakan hasil dari gangguan fungsi
vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya vertigo dan kurang pendengaran derajat
ringanhingga menengah secara tiba-tiba. Pada sebagian besar kasus, gejala ini dapat membaik
sendirisejalan dengan waktu dan kerusakan yang terjadi juga bersifat reversible

Pada labirinitis difusa (supuratif), gejala yang timbul sama seperti gejala pada
labirinitislokalisata tetapi perjalanan penyakit pada labirinitis difusa berlangsung lebih cepat
dan hebat,didapati gangguan vestibular, vertigo yang hebat, mual dan muntah dengan disertai
nistagmus.Gangguan pendengaran menetap, tipe sensorineural pada penderita ini tidak
dijumpai demamdan tidak ada rasa sakit di telinga. Penderita berbaring dengan telinga yang
sakit ke atas danmenjaga kepala tidak bergerak. Pada pemeriksaan telinga tampak perforasi
membrana timpani.

Pada labirinitis viral, penderita didahului oleh infeksi virus seperti virus influenza,
virusmumps, timbul vertigo, nistagmus kemudian setelah 3-5 hari keluhan ini berkurang dan
penderitanormal kembali. Pada labirinitis viral biasanya telinga yang dikenai unilateral.

Diagnosis

Gambaran klinik dengan adanya gangguan vestibular dan kurangnya pendengaran


didapati juga pada abses serebellum, miringitis bulosa dan miringitis hemoragika.
Pemeriksaan telinga yang teliti diperlukan pada kasus ini seperti pemeriksaan audiogram,
kultur dan CT Scan.Pada miringitis didapati rasa sakit akut di telinga sedangkan abses
serebelum dapat dipisahkan dengan CT scan. Gangguan fungsi pendengaran pada labirinitis
adalah suatu sensorineural hearing loss.

Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan CT-Scan, audiogram untuk mengetahui adanya kelainan pada labirin. Kultur
untuk mengetahui penyebab.

Penatalaksanaan

Labirinitis biasanya sembuh sendiri dalam waktu satu atau beberapa


minggu,tergantung pada tingkat keparahan infeksi.
1. Antibiotik
Antibiotik adalah pengobatan yang paling umum jika penyebabnya adalah bakteri.Seperti
yang kita ketahui, infeksi virus tidak dapat diobati dengan antibiotik. Infeksi virus adalah
penyebab paling umum dari labirinitis.
2. Antihistamin
Pengobatan juga dapat mencakup penggunaan Antihistamin, yang dapat
mengurangi pembengkakan di sekitar infeksi, sehingga mengurangi keparahan gejala.
3. Obat penenang dan beberapa obat anti mual juga memiliki efek ini.
4. Operasi
Dalam beberapa kasus, beberapa pasien mungkin memerlukan pembedahan untuk
mengeringkan telinga bagian dalam dan tengah.
5. Perawatan suportif
Istirahat selama 3 – 5 hari pada pasien laibirinitis biasanya direkomendasikan,
sampai pusing mereda. Pasien yang menderita dehidrasi muntah berulang mungkin
memerlukan penggantian cairan intravena. Pasien juga disarankan untuk tidak
mengemudi ataumelakukan kegiatan serupa untuk 4 – 6 minggu setelah gejala akut sudah
reda. Hal inidisebabkan pusing sesekali kembali muncul selama waktu ini.

Prognosis

Gejala-gejala akut seperti vertigo dan mual dan muntah akan hilang setelah beberapa
hariatau minggu pada segala tipe labirinitis, namun gangguan pendengaran bisa
bervariasi.Labirinitis supuratif hampir selalu mengakibatkan kehilangan pendengaran
permanen danmendalam, sedangkan gangguan pendengaran terkait dengan labirinitis virus
dapat sembuh.Disekuilibrium dan / atau vertigo posisi juga muncul kembali di kemudian
hari.Kehilangan pendengaran permanen terjadi pada 10-20% anak dengan
meningitis.Kehilangan pendengaran mendadak permanen terjadi pada sekitar 6% dari pasien
dengan herpeszoster oticus yang timbul dengan gangguan pendengaran.
GANGGUAN KESEIMBANGAN

Vertigo
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual
dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama
sekali (Israr, 2008).
Vertigo ditimbulkan oleh gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang
berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus) (Jenie, 2001). Sedangkan
menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005, mendefinisikan vertigo adalah setiap
gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-objek disekitar penderita yang
bersangkutan dengan gangguan sistem keseimbangan (ekuilibrum).
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak sistem atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
(propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata
(Lumban Tobing, 2003).

Jenis Vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain
penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering
kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di
bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan
yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan
area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf
yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa
berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara
tibatiba. Penyebab umum dari vertigo adalah:
1. Keadaan lingkungan, seperti pada motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan, seperti Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi, seperti pada pasien Transient Ischemic Attack (gangguan fungsi
otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada
arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga, seperti adanya endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal
positional vertigo) atau infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
5. Kelainan neurologis, seperti pada sklerosis multipel, tumor otak atau tumor lain yang
menekan saraf vestibularis.

Patofisisiologi
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara
wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm
reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Namun jika kondisi tidak
normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral
maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi
yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan
gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.

Tanda Dan Gejala Vertigo


1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia, perubahan
serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi,
kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-turut
(dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk
hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk
hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada
pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang,
TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat
menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren
basiler.
2. Vertigo perifer
Berdasarkan durasi serangan, dapat dibedakan menjadi:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung
beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma
kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik
gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan
tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam
berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan
telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki
lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat
penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah
terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat
kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian
terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus
dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun
bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala
yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis
pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini
mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih
lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular, fungsi pendengaran tidak terganggu kemungkinannya
disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi
lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena
penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total pada
beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan
vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada
penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi
visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat
berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan
berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo
oleh gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere,
vertigo pasca trauma

Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Romberg yang dipertajam
Pasien berdiri dengan 3 jenis posisi kaki yaitu berdiri biasa, semi tandem, dan tandem.
lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri
dengan tiap sikap romberg yang dipertajam selama 10 detik atau lebih. Atau dapat juga
menggunakan 1 posisi kaki yaitu tandem selama 30 detik.

2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)


Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter
atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
3. Salah Tunjuk (post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula.
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus
kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus.
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 30°C ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Ialah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara objektif dan kuantitatif
kemampuan keseimbangan postural seseorang. Teknik pemeriksaan ialah sebagai
berikut:
a. Pasien berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat dengan mata memandang ke
satu titik di depan.
b. Perekaman dilakukan dalam 4 kondisi, masing-masing selama 60 detik yaitu:
- Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang ke satu titik tertentu.
- Berdiri di atas alas dengan mata tertutup.
- Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka, memandang titik
tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif diganggu.
- Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup.
Penatalaksanaan
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
a. Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan
yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia
merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya.
Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk semula. Gerakan ini diulang
kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari,
tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.

b. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul
eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing.
Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya
sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan
dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat
mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika
dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari
terapi medik yang diberi adalah:
a. Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya :
tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan
bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat
penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
b. Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih jarang.
Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan diet rendah
garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan vasodilator mungkin pula
menberikan efek tambahan yang baik.
c. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan oleh
obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat bekerja atau
kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan vestibular
dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi. Misalnya Dramamine,
prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat
membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan
jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada penderita
ini dapat diberikan obat anti vertigo.

DAFTAR PUSTAKA
1. Penyakit meniere [serial online]. Available
from:http://medicastore.com/penyakit/826/Penyakit_Meniere.html
2. Electronystagmography [serial online]. Available from
:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003037.htm
3. Audiometric [serial online]. Available from
: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003341.htm
4. MRI [serial online]. Available from
:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003791.htm
5. Stimulasi caloric [serial online]. Available from
:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003429.htm
6. Supardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala & leher.6th ed. Jakarta: FKUI; 2007
7. Meniere’s disease [serial online]. available
from:http://www.nidcd.nih.gov/health/balance/meniere.html
8. Meniere’s disease [serial online]. Available
from:http://www.emedicinehealth.com/meniere_disease/article_em.htm
9. Hain TC. Meniere’s Disease [serial online]. Available from: http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/Menieres/men_eti.html.
10. Boston,M.E., 2011.I nner Ear Labyrinthitis
11. Rambe, A.Y.M., 2003.Gangguan Pendengaran Akibat Bising.Medan, UniversitasSumatera
Utara.
12. Jang, C.H., 2005.A Case of Tympanogenic Labyrinthitis Complicated by Acute Otitis Media
13. Mohamadi, 2011. Labirinitis.Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin7.

Você também pode gostar