Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ANALISIS MASALAH
1. Puskesmas Mercubuana merupakan Puskesmas Kecamatan Harumba yang memiliki 3 desa
dengan jumlah penduduk 37.200 jiwa (7000 KK). Tiap desa memiliki 1 Poskesdes dengan
Bidan Desa di tiap Poskesdes Kecamatan Harumba dibagi oleh sungai Barabara yang
merupakan sumber kehidupan bagi penduduk Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani sawit
dan mempunyai penghasilan yang sangat rendah. Penduduk rata-rata berpendidikan rendah. Di
Kecamatan Harumba hanya terdapat 3 SD dan 1 SMP.
b. Apa saja faktor resiko dari sungai Bara-bara yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat
di kecamatan Harumba?
Sungai Barabara sebagai sumber kehidupan bagi penduduk Kecamatan Harumba berperan
penting dalam penyebaran Salmonella sp. jika sungai tersebut tercemar, karena hampir
seluruh masyarakat menggunakan air dari Sungai Barabara untuk memenuhi kebutuhan air.
Pencemaran sungai dapat terjadi jika pembuangan akhir tinja dan urin langsung ke sungai,
sehingga jika air tersebut tidak diolah dengan baik kemudian digunakan untuk konsumsi,
mencuci sayuran dan alat makanan, maka penularan demam tifoid dapat terjadi.
d. Apa peran dari poskesdes dan bidan desa dalam memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat di kecamatan Harumba?
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) diharapkan sebagai pusat pengembangan dan koordinator
berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibutuhkan
masyarakat desa. Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan)
dibantu dengan sekurang-kurangnya dua orang kader). Fungsi penempatan bidan desa adalah
memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam rangka menurunkan angka kematian
ibu dan bayi serta kelahiran. Namun pada kenyataannya bidan desa dibebani dengan
berbagai macam program pelayanan kesehatan lainnya. Pada kondisi ini bidan desa
dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dan kondisi masyarakat yang beragam
karakteristik.
Kegiatan yang dilakukan oleh poskesdes adalah:
Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit
Penanggulangan penyakit
Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
Pelayanan medis dasar sesuai kompetensi
Kegiatan-kegiatan lain, yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi,
peningkatan PHBS, penyehatan lingkungan dan lain-lain
Sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM lain seperti Warung
Obat Desa, Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain
2. Pasien pertama bernama Neni, seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang dibawa
keluarganya dengan surat dari RSUD Kabupaten. Pada surat tersebut tertulis diagnosis pasien
berupa pasca terapi Tipus Perut selama 7 hari. Pasien dibekali obat yang cukup untuk 5 hari.
b. Bagaimana pola penularan dalam kasus typhoid?
Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase
konvalesen dan kronik karier. Penyebaran demam tifoid terjadi secara fekal-oral melalui
makanan ataupun minuman yang terkontaminasi oleh feses. Manusia adalah satu-satunya
penjamu yang alamiah dan merupakan reservoir untuk Salmonella typhii. Bakteri tersebut
dapat bertahan hidup selama berhari-hari di air tanah, air kolam, atau air laut dan selama
berbulan-bulan dalam telur yang sudah terkontaminasi atau tiram yang dibekukan. Beberapa
kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan pada penularan adalah:
Higiene perorangan yang rendah, seperti tida terbiasa membudayakan cuci tangan. Hal
ini jelas pada anak-anak, penyaji makanan serta pengasuh anak.
Higiene makanan dan minuman yang rendah merupakan faktor yang paling berperan
pada penularan tifoid. Misal makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi
(seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia,
makanan yang tercemar dengan debu, sampah dihinggapi lalat, air minum yang tida
dimasuk, dan sebagainya.
Sanitasi lingkungan yang kumuh yaitu pengelolaan air limbah, kotoran dan sampah yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Penyediaan air bersih yang tidak memadai
Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat
Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati secara sempurna
Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid
3. Pasien kedua bernama Tn. Mursidi, seorang laki-laki berusia 42 tahun yang diantar oleh bidan
desa dengan keluhan panas tinggi yang disertai muntah dan diare. Sudah diterapi dengan baik,
akan tetapi, Tn. Mursidi akhirnya dirujuk ke RSUD Kabupaten dengan Kendaraan Pusling
Puskesmas.
b. Apa saja diagnosis banding dari kasus Tn. Mursidi?
Diagnosis banding demam tifoid pada daerah tropis meliputi gastroenteritis, ricketsiosis,
demam dengue, infeksi saluran kemih, leptospirosis, influenza, pneumonia, meningitis,
pielonefritis.
e. Bagaimana tatalaksana dokter umum dalam menangani typhoid?
Terapi untuk demam tifoid meliputi istirahat, pemberian anti-mikroba, antipiretika, serta
nutrisi dan cairan yang adekuat. Salah satu anti-mikroba yang saat ini dapat diberikan secara
optimal cost-effective adalah levofloxacin 500 mg 1 kali sehari selama 7 hari. Strategi
pencegahan meliputi higiene perorangan, sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih sampai
dengan penggunaan vaksin. Kloramfenikol sampai saat ini masih merupakan obat pilihan
pertama kasus demam tifoid pada anak, walaupun menurut WHO obat ini dimasukkan
sebagai obat alternatif atau obat pilihan atau lini kedua karena obat lini pertamanya adalah
fluorokuinolon, khususnya untuk pengobatan demam tifoid pada orang dewasa. Dosis
penggunaan kloramfenikol pada anak yaitu 100mg/kgBB/ hari oral, maksimal 2 gram.
4. Saat mini lokakarya Puskesmas, dr. lndah dan UKM Puskesmas membahas rencana dan strategi
penanggulangan penyakit dari kedua kasus tersebut karena dianggap dapat menular melalui
lingkungan dan mengobati penduduk dan keluarga yang tertular penyakit tersebut.
c. Apa saja media promosi yang dapat digunakan pada kasus?
Berdasarkan bentuk umum penggunaan media promosi kesehatan dibagi menjadi bahan
bacaan (leaflet, buletin) dan bahan peragaan (poster, flipchart, slide, film). Berdasarkan cara
produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi media cetak (leaflet, poster,
brosur), media elektronika (video film, radio) dan media luar ruang (papan reklame,
spanduk). Penggunaan media promosi seperi leaflet, spanduk, serta media online yang
lengkap dengan audiovisual dirasakan lebih efektif dibandingkan dengan hanya penyuluhan
yang berupa seminar atau TOT saja. Namun strategi pemilihan media promosi ditekankan
pada analisis situasi terlebih dahulu.
Pada kasus dr. Indah dan tim UKM Puskesmas sebaiknya meningkatkan peran dalam
memberikan penyuluhan kesehatan tentang kualitas air bersih keluarga yang memenuhi
syarat seperti tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau atau mengadakan penyuluhan
tentang teknik pengolahan air bersih secara mandiri yang murah dan efisien. Penyuluhan
tersebut dapat dilakukan dengan penyebaran leaflet, spanduk dan pelatihan langsung. Bagi
petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
sanitasi lingkungan terutama sanitasi dasar yang meliputi jamban sehat, sumber air bersih
serta pengelolaan sampah. Mengadakan penyuluhan tentang higiene perorangan seperti
kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar, mencuci
tangan dengan sabun, rutin memotong kuku jari tangan dan kaki dan teknik pencucian alat
makan dan minum. Mengadakan pengolahan air bersih yang murah dan sederhana sebelum
air kolam atau air sungai tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari. Diharapkan kepada
masyarakat agar selalu menjaga kebersihan sumber air dengan cara antara lain jarak letak
sumber air dengan jamban, tempat pembuangan sampah dan sumber pencemar lain paling
sedikit 10 meter. Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran, ember atau gayung
pengambil air harus tetap bersih.
d. Apa saja intervensi yang dapat dilakukan pada kasus? (Lingkungan dan Non Lingkungan)
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam aspek pencegahan dan pengendalian tifoid adalah:
1) Strategis pencegahan karier, relap dan resistensi tifoid
Monitor dan kontrol pemakaian antibiotika yang bebas
Setiap RS atau institusi kesehatan memiliki standar medis penatalaksanaan tifoid
dan konsisten mengimplementasikannya
Setiap RS memiliki aturan pemakaian antibiotik yang terpola
Penatalaksaan kasus tifoid dengan adekuat (penggunaan antibiotik, dosis dan lama
pemberian yang tepat)
Monitor kemungkinan karier dengan biakan feses serial sekurang-kurangnya pada
saat pulang, 4 minggu dan 3 bulan kemudian dilaksanakan biakan lanjutan)
Kasus karier diterapi dengan quinolone selama 4 minggu (siprofloksasin 2x750mg
atau norfloksasin 2x400mg)
Bila ada resistensi terhadap obat lini pertama maka terapi antibiotik sesuai hasil uji
kepekaan atau pilih seftriakson dari sefalosporin generasi ke 3.
2) Perbaikan sanitasi lingkungan
Penyediaan air bersih untuk seluruh warga, penyediaan air yang aman, khlorinasi,
terlindung dan terawasi. Tidak tercemar oleh air limbah dan kotoran lain. Untuk air
minum masyarakat biasakan dengan memasak sampai mendidih, kurang lebih
selama 10 menit. Salmonella sp. akan mati pada suhu 60°C selama 15 – 20 menit
melalui pasteurisasi, pendidihan dan khlorinasi (Keputusan Menteri Kesehatan RI,
2006).
Jamban keluarga yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Tidak terkontaminasi
oleh lalat dan serangga lain.
Pengelolaan air limbah, kotoran dan sampah harus benar sehingga tidak mencemari
lingkungan. Selokan dan saluran limbah lainnya jangan sampai dicemari oleh tinja
manusia.
Kontrol dan pengawasan terhadap kebersihan lingkungan, terlaksana dengan baik
dan berkesinambungan.
Membudayakan perilaku hidup bersih dan lingkungan bersih yang berlaku untuk
seluruh lapisan masyarakat.
3) Peningkatan higiene makanan dan minuman
Golden rules of WHO dalam promosi kebersihan makanan yaitu:
Pilih hati-hati makanan yang sudah diproses, demi keamanan
Panaskan kembali secara benar makanan yang sudah dimasak
Hindarkan kontak antara makanan mentah dengan yang sudah dimasak
Mencuci tangan dengan sabun
Permukaan dapur dibersihkan dengan cermat
Lindungi makanan dari serangga, binatang mengerat dan binatang lainnya
Gunakan air bersih atau air yang dibersihkan.
4) Peningkatan higiene perorangan
Budaya cuci tangan dengan air mengalir serta sabun cair. Setiap tangan kontak dengan
feses, urin atau dubur maka harus dicuci pakai sabun dan kalau dapat disikat.
5) Pencegahan dengan imunisasi
Hipotesis
Dr. Indah dan Tim Ukm puskesmas akan melakukan perencanaan dan penyusunan strategi dalam
menanggulangi kasus typhoid di kecamatan Harumba
LI
1. Community Assessment and Intervention
DAFTAR PUSTAKA
Kepmenkes RI No 364/MENKES/SK/V/2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid
Karyanti, M.R. 2012. Pemeriksaan Diagnostik Terkini untuk Demam Tifoid. Dalam: Prayitno, A.
et al. Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders (halaman
1-8). Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta, Indonesia.
Prayitno, A. 2012. Pilihan Terapi Antibiotik untuk Demam Tifoid. Dalam: Prayitno, A. et al.
Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders (halaman 9-15).
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta, Indonesia.
Nurlaila, S., E. Trisnawati dan Selviana. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Demam
Typhoid pada Pasien yang Dirawat di RSU DR Soedarso Pontianak Kalimantan Barat.
Universitas Muhammadiyah, Pontianak, Indonesia.
Nelwan, RHH. 2012. Tata Laksana Terkini Demam. CDK-192 39 (4). (http://www.kalbemed.com,
diakses 21 November 2017)