Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstract: Hemodialysis is one of renal replacement therapy in patients with CRF, one of
the problems that led to the failure of hemodialysis is the issue of compliance. Therefore
it takes the role of health workers in providing understanding of discharge planning for
continuity of care in achieving the quality of life of patients. The study aims to determine the
relationship of understanding of discharge planning with the level of compliance in the CRF
patients undergoing hemodialysis therapy in RSI Jemursari Surabaya.
Analytical research method with cross sectional design. The population is all patients with
chronic renal failure undergoing hemodialysis for 70 people and a large sample of 59
respondents. Systematic sampling with sampling techniques. The instrument has it under the
sheet questionnaires, and then analyzed by Spearman correlation test using SPSS 16.0 can for
Windows.
The results showed that a large majority of the 59 respondents 35 (59.3%) a good
understanding of discharge planning, compliance levels in CRF patients undergoing
hemodialysis therapy most of the 30 (50.8%).
With the relationship of discharge planning with the level of compliance in the CRF patients
undergoing hemodialysis therapy, it is expected that health workers can provide clear
information to patients, in the form of discharge planning which is in good order and improve
the quality of interaction to the family and the patient.
Abstrak : Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal pada pasien dengan
GGK, salah satu masalah yang mengakibatkan kegagalan hemodialisis adalah masalah
kepatuhan. Oleh karena itu dibutuhkan peran petugas kesehatan dalam memberikan
pemahaman discharge planning untuk mendapatkan kontinuitas perawatan dalam mencapai
kualitas hidup pasien. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan pemahaman discharge
planning dengan tingkat kepatuhan pasien GGK dalam menjalani terapi hemodialisis di RSI
Jemursari Surabaya.
Jenis penelitian analitik cross sectional. Populasi adalah semua pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis sebesar 70 responden dan besar sampel 59 responden. Dengan
sampling teknik systematic sampling. Instrumen menggunakan lembar kuesioner, kemudian
dianalisis dengan uji korelasi spearman dapat menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 59 responden sebagian besar 35 (59,3%) pemahaman
discharge planning baik, tingkat kepatuhan pasien GGK dalam menjalani terapi hemodialisis
sebagian besar 30(50,8%).
Dengan adanya hubungan Discharge planning dengan tingkat kepatuhan pasien GGK dalam
menjalani terapi hemodialisis, maka diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan
informasi yang jelas terhadap pasien dan berkesinambungan, dalam bentuk discharge
planning yang sudah tersusun dengan baik dan meningkatkan kualitas interaksi kepada
keluarga dan pasien.
49
50. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 49-57
400 kali kunjungan dialisis. (Data Rekam anjuran dokter maka pada tahap
Medis RSI Jemursari Surabaya, 2014). selanjutnya akan terjadi sesak, oedem,
Data yang di ambil peneliti secara acites dan menimbulkan banyak
acak terdapat 5 pasien dalam pemahaman komplikasi jangka panjang misalnya
discharge planning yang dilakukan ensefalopati dialisis, hiperlipidemia, yang
perawat, 3 (60%) diantaranya dapat pada akhirnya akan meningkatkan
mengetahui tentang pengobatan, kematian (Suparman, 2004).
laboratorium, diet makanan, jadwalterapi Dengan kualitas intruksi kesehatan
hemodialisis yang dianjurkan, langkah yang baik atau pemahaman tentang
yang dilakukan saat dalam keadaan darurat discharge planning yang baik diharapakan
dan 3 (100%) patuh dalam menjalani dapat meningkatkan kepatuhan pasien
hemodialisis,2 (40%) tidak dapat GGK dalam menjalani terapi hemodialisis,
mengetahui tentangpengobatan, meliputi bagaimana pengobatan di rumah,
laboratorium, diet makanan, jadwal terapi kebutuhan akan hasil test laboratorium
hemodialisis yang dianjurkan, langkah yang dianjurkan, bagaimana memilih gaya
yang dilakukan saat dalam keadaan darurat hidup dan tentang perubahan aktivitas,
dan2 (100%)tidak patuh dalam menjalani latihan, diet makanan yang dianjurkan dan
hemodialisis. pembatasannya, apa yang dilakukan pada
Gagal ginjal kronis adalah keadaan darurat dan nomor telpon yang
penurunan fungsi ginjal yang bersifat bisa dihubungi, bagaimana mengatur
persisten dan irreversibel, oleh karena itu perawatan lanjutan (jadwal terapi
pasien gagal ginjal kronis harus menjalani lanjutan). Discharge planning diberikan
terapi hemodialisis dan harus menjalani kepada semua pasien GGK yang menjalani
terapi hemodialisis 2 kali dalam 1 minggu Hemodialisis, baik pasien baru maupun
menimbulkan kebosanan atau kejenuhan. pasien lama, Sehingga kualitas hidup
Perawat sebagai salah satu profesi pasien lebih optimal.
kesehatan memiliki peran yang sangat Berdasarkan uraian diatas peneliti
besar karena memiliki waktu interaksi tertarik untuk mengetahui “Hubungan
terlama dengan pasien di institusi Pemahaman Discharge planning Dengan
kesehatan, khususnya dalam memberikan Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal
informasi penting yang tersusun dalam Kronik Dalam Menjalani Terapi
bentuk discharege planning, meliputi Hemodialisis di Rumah Sakit Islam
informasi jadwal terapi hemodialisis, cara Jemursari Surabaya”.
minum obat dan beberapa perubahan gaya
hidup yang harus dilakukan. Faktor-faktor METODE
yang mempengaruhi kepatuhan antara lain Jenis penelitian adalah analitik cross
motivasi individu, persepi tentang sectional yaitu mempelajari hubungan
kerentangan, keyakinan terhadap upaya pemahaman discharge planning dengan
pengontrolan, dan pencegahan penyakit, tingkat kepatuhan pasien GGK dalam
variabel lingkungan, kualitas intruksi menjalani terapi hemodialisis di Rumah
kesehatan, kemampuan mengakses sumber Sakit Islam Jemursari Surabaya.
yang ada (Carpenito, 2009). Apabila Populasi adalah semua pasien gagal
pasien patuh terhadap jadwal hemodialisis ginjal kronik yang menjalani terapi
maka akan berdampak positif bagi pasien hemodialisis Rumah Sakit Islam
untuk memperpanjang hidupnya. Apabila Jemursari Surabaya sebesar 70 orang.
pasien tidak patuh maka untuk (Data Rekam Medis RS. Islam Jemursari
mempertahankan kehidupan pasien sangat Surabaya, September 2014).
berkurang. Dengan demikian apabila Sampel dalam penelitian ini adalah
didapatkan pasien yang tidak patuh dalam sebagian pasien GGK yang menjalani
pelaksanaan terapi hemodialisis sesuai hemodialisis di instalasi hemodialisis
52. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 49-57
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap bertahan lama daripada perilaku yang tidak
pengobatan yang diresepkan yang paling didasari oleh pengetahuan, sebelum
penting adalah seseorang harus memiliki seseorang mengadopsi perilaku yang baru
sumber daya dan motivasi untuk mematuhi (berperilaku baru), di dalam diri orang
pengobatan. tersebut terjadi proses berurutan, yakni
Tingkat kepatuhan juga didukung sebagai berikut : Timbul kesadaran
oleh pekerjaan. Hal ini sesuai dengan tabel (Awareness), ketertarikan (Interest),
5.3 yang menunjukkan sebagian besar mempertimbangkan baik tidaknya stimulus
responden ( 50,8%) tidak bekerja. (Evaluation), mulai mencoba (Trial),
Lingkungan pekerjaan dapat meningkatkan mengadoptasi (adoption) yakni orang
interaksi antar individu sehingga dapat tersebut telah berperilaku baru sesuai
meningkatkan pengetahuan dan dengan pengetahuan, kesadaran dan
pengalaman seseorang. Menurut Thomas sikapnya terhadap stimulus (Rogers, 1974
(1996) yang dikutip oleh Nursalam dan dalam Notoatmojo 2003). Faktor-faktor
Pariani (2001) pekerjaan adalah kesibukan yang mempengaruhi kepatuhan antara lain
yang harus dilakukan untuk menunjang (carpenito, 2009) : Motivasi individu,
kehidupannya dan kehidupan keluarganya, persepsi tentang kerentangan, keyakinan
bekerja umumnya menyita waktu sehingga terhadap upaya pengontrolan dan
dapat mempengaruhi hal-hal lain termasuk pencegahan penyakit, variabel lingkungan,
juga dalam mengetahui sesuatu diluar kualitas instruksi kesehatan/pemahaman
pekerjaannya misalnya masalah kesehatan discharge planning, kemampuan
keluarga. mengakses sumber yang ada
3. Hubungan pemahaman discharge (keterjangkauan biaya). Menurut Almborg
planning dengan tingkat kepatuhan pada et al (2010), pemberian discharge planning
pasien GGK dalam menjalani terapi dapat meningkatkan kemajuan pasien,
hemodialisis. membantu pasien untuk mencapai kualitas
Hasil perhitungan dengan uji statistik hidup optimum. Menurut penelitian
spearman di peroleh hasil sig. 2-tailed = Firman Suryadi (2013), didapatkan hasil
0,01 (sig. 2-tailed< 0,05). Sehingga dapat penelitian peran educator perawat dalam
di simpulkan H0 di tolak yang berarti ada disharge planning sebagian besar 23
hubungan antara pemahaman discharge (57,5%) dalam kategori baik dan tingkat
planning dengan tingkat kepatuhan pada kepatuhan untuk kontrol sebagian besar
pasien GGK dalam menjalani terapi 24(60%) dalam kategori patuh, sehingga
hemodialisis di RS Islam Jemursari disimpulkan ada hubungan yang signifikan
Surabaya pada bulan Desember 2014. antara peran educator perawat dalam
Dari hasil penelitian didapatkan discharge planning dengan tingkat
bahwa dari 24 responden dengan kepatuhan untuk kontrol di Rumah Sakit
pemahaman discharge planing kurang Simpulan
baik, sebagian besar (70,83%) tidak patuh, Berdasarkan analisis data penelitian yang
dari 35 responden dengan pemahaman telah dilakukan maka dapat disimpulkan
discharge planning baik sebagian besar sebagai berikut :
(62,86%) patuh. Dengan pemahaman 1. Pasien GGK yang menjalani terapi
discharge planning yang baik dapat hemodialisis di RSI Jemursari Surabaya
memberikan perubahan perilaku yang sebagian besar memiliki pemahaman
baik, karena pasien dapat memahami Discharge planningyang baik.
manfaat dan dampak tentang pengobatan, 2. Tingkat kepatuhan pasien GGK yang
tes laboratorium, diet makanan dan jadwal menjalani terapi hemodialisis di RSI
terapi hemodialisis. Dari pengalaman dan Jemursari Surabaya sebagian besar tidak
penelitian terbukti bahwa perilaku yang patuh.
didasari oleh pengetahuan akan lebih
56. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 49-57