Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstract: The purpose of this study is to examine the fairness from the marketing
channels of bengkuang in Kuranji Sub-district, Padang. This reserach used survey
method, and data gathered from 20 samples. There are one trader and four retailers
choosed randomly. Research reveals that there are two types of bengkoang marketing
chanel in the reserch site:1) farmers → trader → retailers → consumers. 2) Farmers →
retailers → consumers. Based on fairness analysis, this study finds that these
marketing chanels are not fair, because the profit obtained by the farmers was lower
than expected profit. Contrarely, the trader obtain the higher profit than profit that he
was expected. Based on that findings, it is suggested that the farmers should sell their
product in unit weight of Kg instead of sack, upgrade their product, sell the product as
a group, develop marketing informations, cooperate with related companies such as
restaurants, cosmetics and finally expand the market.
Yusri Usman adalah Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Andalas
2 | Jurnal Agribisnis Kerakyatan,Volume 3 No 1, November 2013, hal 1 - 14
diperoleh petani. Lebih banyaknya pen- butiran dari buah bengkuang yang be-
dapatan dan keun-tungan yang diperoleh rasal dari buah polong. Besarnya biaya ini
akan menjamin modal untuk berusahatani berkisar antara Rp270.000– Rp
selanjutnya. Di samping itu dengan status 1.080.000 per luas lahan per musim
lahan milik sendiri mengakibatkan petani tanam dengan rata-rata Rp. 434.763,28/
lebih bebas menentukan kebijaksanaan luas la-han/MT. Terlihat biaya benih ini
usahataninya tanpa dipengaruhi dan cukup besar yaitu 17,66% dari biaya total
diatur oleh orang lain. produksi. Besarnya biaya ini menye-
Rata-rata pengalaman berusaha- babkan petani berfikir banyak untuk
tani bengkuang sudah tinggi yaitu di atas mengusahakan usahatani bengkuang ini.
20 tahun (60,00%). Tingginya pe- Biaya tenaga kerja adalah berupa
ngalaman berusahatani bengkuang meng- upah pekerja yang dibayarkan petani
akibatkan semakin mampunya petani dalam membantunya dalam usahatani
dalam mengatasi kendala-kendala dan bengkuangnya. Upah tenaga kerja ini
masalah-masalah dalam berusahatani. paling banyak dikeluarkan petani dalam
Tetapi disamping itu, makin tinggi mengolah tanah yang merupakan pe-
pengalaman berusahatani semakin sulit kerjaan terberat dalam usahayani ini.
pula menerima inovasi baru, karena Semua petani (100%) menggunakan
petani merasa yakin dengan cara-cara bantuan tenaga kerja luar keluarga (TK-
yang mereka lakukan. LK) ini. Petani bersama TKLK mengolah
Jumlah anggota keluarga ter- lahannya untuk ditanami bengkuang.
banyak adalah antara 4-6 orang (65,00%). Biaya TKLK ini 12,82% dari biaya total
Banyaknya anggota keluarga berarti produksi.
banyak pula tenaga kerja yang tersedia da- Sewa lahan adalah biaya yang diba-
lam berusahatani, sehingga pelaksanaan yarkan petani untuk dapat meng-gunakan
usahatani akan lebih mudah dilakukan. Di lahan petani lain untuk usahatani
samping itu dengan banyaknya ta- bengkuangnya. Hanya seba-nyak 25% dari
nggungan keluarga akan mendorong petani yang melakukan penyewaan lahan
petani bekerja dan berusaha lebih giat ini karena tidak memiliki lahan sendiri,
disebabkan oleh tuntutan tanggungjawab atau lahannya digunakan untuk usahatani
terhadap keluarga yang besar. lain se-dangkan 75% lainnya mengu-
Biaya Produksi sahakan di lahannya sendiri. Cara peng-
hitungan sewa lahan ini adalah 1/3 dari
Pada Tabel 1 terlihat biaya pro- hasil padi kalau lahan ditanami dengan
duksi terdiri dari biaya yang dibayarkan padi. Biaya sewa lahan yang dibayarkan
dan biaya yang diper-hitungkan. Yang ini cukup besar juga yaitu 10,61% dari
termasuk biaya yang dibayarkan adalah biaya total pro-duksi. Sewa lahan ada juga
biaya benih, tenaga kerja luar keluarga berupa biaya yang diperhitungkan dalam
(TKLK), sewa lahan dan pajak (PBB). membayar sewa lahan milik sendiri. Biaya
Sedangkan biaya yang diperhitungkan ini ter-masuk biaya yang besar yaitu
adalah biaya sewa lahan, tenaga kerja 18,57% dari biaya total produksi. Peng-
dalam keluarga (TKDK), bunga modal dan hitungannya berdasarkan biaya sewa yang
penyusutan alat. dibayarkan, yaitu 1/3 dari hasil padi kalau
Biaya benih adalah pembelian be- sekiranya lahan itu ditanami tanaman
nih bengkuang untuk digunakan petani padi.
dalam usahataninya. Benih adalah berupa
Yusri usman, Analisis Keadilan Tata Niaga Bengkuang di Kecamatan Kuranji Kota Padang | 7
Biaya transportasi adalah biaya yang Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja
dikeluarkan petani bengkuang dalam yang berasal dari dalam keluarga petani
mengangkut bengkuangnya ke pedagang sendiri seperti bapak, ibu, anak-anak,
perantara bagi petani bengkuang yang saudara yang ikut dalam keluarga itu.
memanen sendiri bengkuangnya. Rata- Biaya TKDK adalah sumbangan anggota
rata biaya transportasi ini sebesar Rp keluarga dalam usahatani. Walaupun
133.136,50/luas lahan/MT atau Rp biaya ini tidak dibayarkan tetapi perlu jadi
355.030,67/ha/MT (5,41% dari biaya total perhatian petani, karena sebesar itulah
produksi). biaya yang harus dia bayarkan kalau
Biaya pajak adalah besarnya biaya sekiranya anggota keluarganya itu tidak
yang dibayarkan petani dalam membayar lagi membantunya dalam usahatani
pajak bumi dan bangunan (PBB) terhadap bengkuangnya.
lahan usahataninya. Biaya pajak ini Biaya bunga modal dihitung ber-
berkisar antara Rp 5.000 – Rp 50.000 per dasarkan total biaya yang dibayarkan,
luas lahan Rp 2.968,72/luas lahan/MT. yaitu 2%/bulan. Bunga modal juga meru-
Besarnya biaya pajak ini hanya 0,12% pakan biaya yang diperhitungkan. Tetapi
dari biaya total produksi. juga harus menjadi perhatian petani,
Biaya tenaga kerja dalam keluarga sebab sebesar itulah biaya yang harus
(TKDK) adalah biaya yang persentasenya dibayarkannya, kalau sekiranya dia meng-
paling besar diantara biaya produksi gunakan kredit bank untuk usahatani
(30,10%), yaitu Rp 740.937,50/luas bengkuangnya.
lahan/MT atau Rp 1.975.833,33/ha/MT.
8 | Jurnal Agribisnis Kerakyatan,Volume 3 No 1, November 2013, hal 1 - 14
Pedagang
1
80,56% Pengumpul
Petani
Pedagang Konsumen
19,44%
Pengecer
2
akan semakin besar pula resiko yang akan pedagang pengecer mendapat 19,53% dari
diterima. harga konsumen. lebih kecil.
Pada Tabel 2 secara umum terlihat Margin total pada saluran tataniaga
pada saluran tataniaga 1 keuntungan per 1 terlihat besar sekali yaitu Rp. 850,00/kg
kg bengkuang tidak merata. Petani hanya melebihi harga jual petani Rp 750,00/kg.
dapat keuntungan sebesar 7,96%, peda- Dapat dikatakan tidak terdapat pemba-
gang pengumpul 28,12% dan pedagang gian yang adil pada saluran ini, dimana
pengecer 18,75% dari harga konsumen. petani mendapatkan bagian yang kecil
Pada saluran tataniaga 2 keuntungan juga dari harga konsumen dibandingkan de-
tidak merata. Petani dapat keuntungan ngan pedagang perantara.
yang terkecil juga yaitu hanya 5,86%,
Tabel 2. Rata-rata Biaya Produksi dan Keuntungan Menurut Saluran Tataniaga pada
Komoditi Bengkuang di Kecamatan Kuranji Kota Padang.
Tabel 3. Distribusi Biaya Produksi dan Biaya Tataniaga pada petani Produsen dan
lembaga Tataniaga Komoditi Bengkuang di Kecamatan Kuranji Kota Padang
No. Uraian Distribusi Biaya Pada Distribusi Biaya Pada
Saluran Tataniaga 1 Saluran Tataniaga 2
Rp/kg Persentase (%) Rp/kg Persentase (%)
A. Petani
1. Biaya produksi 622,62 961,91
2. Biaya tataniaga - 131,87
3. Jumlah 622,62 74,81 1.093,78 91,62
B. Pedagang pengumpul
1. Biaya panen 95,50
2. Biaya tataniaga 14,09
-
3. Jumlah 109,59 13,17 -
C. Pedagang pengecer
1. Biaya tataniaga 100,00 100,00
2. Jumlah 100,00 12,02 100,00 8,38
D. Total biaya 832,21 100,00 1.193,78 100,00
Pada Tabel 4, terlihat pada saluran terima. Selisih antara keuntungan yang
tataniaga 1 tidak satupun keuntungan diterima dengan yang seharusnya dite-
yang diterima oleh petani (Rp 127,38) dan rima lebih besar dari 5%.Untuk itu dapat
pedagang pengumpul (Rp 340,41/kg) disimpulkan bahwa saluran tataniaga 1 ini
serta pedagang pengecer (Rp 300,00/kg) tidak efisien.
sama dengan keuntungan yang Pada Tabel 4 pada saluran
seharusnya diterimanya yaitu Rp tataniaga 2 juga terlihat tidak satupun
574,38/kg untuk petani, Rp 101,12/kg keuntungan yang diterima oleh petani (Rp
untuk pedagang pengumpul dan Rp 93,72/kg) dan pedagang pengecer (Rp
92,29/kg untuk pedagang pengecer. 312,50/kg) sama dengan keuntungan yang
Terlihat bahwa petani mendapatkan seharusnya diterimanya yaitu sebesar Rp
keuntungan yang diterimanya jauh lebih 372,18/kg untuk petani, dan Rp 34,04/kg
kecil dari keuntungan yang seharusnya untuk pedagang pengecer. Terlihat bahwa
dia terima. Sedangkan pedagang pe- petani mendapatkan keuntungan yang
ngumpul dan pedagang pengecer mene- diterimanya juga jauh lebih kecil dari
rima keuntungan yang jauh lebih besar keuntungan yang seharusnya dia terima
dari keuntungan yang seharusnya dia
12 | Jurnal Agribisnis Kerakyatan,Volume 3 No 1, November 2013, hal 1 - 14
Pada kedua saluran tataniaga ini terlihat penekanan harga jual pada petani oleh
betapa lemahnya petani bertransaksi pedagang perantara.
dengan pedagang perantara, yaitu peda- 2. Ketakutan petani terhadap tidak
gang pengumpul dan pedagang pengecer terjualnya hasil produksinya sehingga
sehingga dia mendapatkan keuntungan dia menerima saja harga dan syarat
yang jauh lebih sedikit di-bandingkan menjual yang ditentukan oleh peda-
keuntungan yang seharusnya dia terima gang perantara. Hal ini disebabkan
dan sebaliknya pedagang perantara men- komoditi bengkuang punya sifat a)
dapatkan keun-tungan yang diterimanya produk perishable yaitu cepat busuk
jauh di atas keuntungan yang seharusnya dan mudah rusak, b) punya rentang
dia terima. Ada beberapa penyebab waktu panen yang pendek, dimana
mengapa hal ini terjadi : kalau diluar rentang waktu panen,
1. Terjadinya pasar monopsoni dalam mutu hasil produk akan menurun, c)
menjual bengkuang dari petani ke komoditi ini dikenal sebagai oleh-oleh.
pedagang pengumpul pada saluran Jadi konsumen yang diharap-kan
tataniaga 1 dan pasar oligopsoni dari membeli umumnya wisatawan kalau
petani ke pedagang pengecer pada berkunjung ke Kota Padang sehingga
saluran tataniaga 2. Petani yang banyak permintaannya tidak banyak dan hanya
jumlahnya terpaksa menjual hasil meningkat pada waktu liburan.
produksi bengkuangnya hanya kepada 1 3. Musim tanam umumnya serentak,
orang pedagang pengumpul dan hanya karena bengkuang adalah tanaman sela
beberapa pedagang pengecer. Hal ini yang ditanam di lahan sawah setelah
menjadikan petani lemah dalam ber- tanaman padi sehingga ditanam setelah
transaksi menyebabkan terjadinya padi dipanen. Serentaknya menanam
mengakibat-kan panennya juga sere-
Yusri usman, Analisis Keadilan Tata Niaga Bengkuang di Kecamatan Kuranji Kota Padang | 13