Você está na página 1de 8

Kebudayaan Batak Yang Bersifat Historis.

Batak adalah sebutan untuk suku kebanyakan bermukim di Sumatra Utara. Mayoritas orang Batak
beragama Kristen dan Islam. Suku Batak sendiri adalah sebuah suku dengan kebudayaan yang meyakini
seluruh nilai-nilai kehidupan suku bangsa Batak diwaktu-waktu mendatang merupakan penerusan dari
nilai kehidupan lampau dan menjadi faktor penentu sebagai identitasnya.

Refleksi dari nilai-nilai kehidupan tersebut menjadi suatu ciri yang khas bagi suku bangsa Batak yakni
keyakinan dan kepercayaan bahwa ada Maha Pencipta sebagai Tuhan yang menciptakan alam semesta
beserta segala sesuatu isinya, termasuk langit dan bumi. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam
menjalankan nilai-nilai kehidupan sebagai mahluk sosial yangselalu berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya, Tuhan Maha Pencipta sebagai titik orientasi spritualnya, alam lingkungan sebagai objek
integritasnya suku bangsa Batak.

Berikut adalah kekayaan yang dimiliki oleh kebudayaan Batak:

1. Rumah Adat
Teknologi pembuatan rumah sebagai suatu karya kebendaan masyarakat Batak terlihat dari desain
rumah yang memiliki kolong dan bertangga. Rumah disebut juga jabu atau bagas. Rumah orang
Batak melukiskan alam kosmos. Rumah bagian pertama disebut bara, tombara (kolong) rumah.
Gunanya untuk kandang ternak, kerbau atau sapi. Ternak itu adalah sahabat manusia yang turut
membantu usaha pertanian. Oleh sebab itu, mereka juga harus dilindungi.

2. Sistem Kepercayaan/Religi
Di daerah Batak terdapat beberapa agama, antara lain: agama Islam, agama Katolik, dan agama
Kristen Protestan. Meskipun demikian, konsep-konsep kepercayaan atau religi purba masih hidup
terutama di pedesaan. Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan dan religi purba ini
adalah buku pustaka yang terbuat dari kayu dan ditulis dengan huruf Batak. Buku tersebut memuat
konsep-konsep tentang pencipta, jiwa, roh, dan dunia akhirat.

3. Bahasa
Bahasa sangat penting artinya bagi suatu kelompok masyarakat, baik modern ataupun pra-modern.
Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi antar manusia, tetapi juga sebagai perekat
persatuan antarwarga suatu komunitas dan simbol identitas bahasa yang membanggakan bagi
pemiliknya. Demikian halnya dengan masyarakat Batak, menggunakan bahasa Batak dalam
berinteraksi sosial yang menjadi ciri khas budaya mereka. Bahasa khas yang sering diucapkan oleh
orang-orang Batak adalah horas. Horas adalah kata salam masyarakat Batak yang berasal dari daerah
Sumatera Utara, khususnya “Tapanuli”, yang selalu diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain
kata horas salam khas yang lain, yaitu mejuah-juah dari daerah Karo, njuah-juah dari daerah Dairi,
yahobu dari daerah Nias.
4. Organisasi Sosial

Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal, yaitu menurut garis keturunan ayah. Dalam
berhubungan antara yang satu dengan yang lain pada masyarakat Batak, mereka harus mampu
menempatkan dirinya dalam struktur itu sehingga mereka selalu dapat mencari kemungkinan hubungan
kekerabatan di antara sesamanya dengan cara martutur. Hubungan antara satu marga dengan marga
lainnya sangat erat, setelah terjadinya beberapa kelompok kecil yang diakibatkan sebuah perkawinan.

Tarombo/Silsilah

Tarombo atau silsilah adalah marga dalam masyarakat Batak. Tarombo adalah daftar asal-usul suatu
keluarga). Dalam hal ini, hampir semua marga Batak telah mempunyai tarombo secara tertulis, di
dalamnya tercatat semua keturunan marga yang bersangkutan. Kalaupun belum ada tarombo tertulis,
setidaknya semua keluarga dapat mengetahui nama nenek moyangnya turun temurun, kepada dirinya
sendiri. Orang Batak menggunakan kata marga untuk menunjukkan, baik satuan-satuan yang lebih kecil
maupun yang lebih besar, juga kelompok-kelompok yang paling besar.

5. Pakaian dan Perhiasan


Sistem teknologi terdapat dalam sastra lisan walaupun tidak terlalu menonjol. sistem teknologi pada
zaman dulu sudah ada, misalnya pakaian yang sudah berwarna. Pakaian dalam arti seluas-luasnya juga
merupakan suatu benda kebudayaan yang sangat penting bagi untuk semua suku bangsa di dunia. Bahan
mentah pakaian dapat dikelaskan ke dalam : pakaian dari bahan tenun, pakaian dari kulit pohon dan
pakaian dari kulit binatang dan lain-lain.
Asesoris bagi kaum perempuan Batak, benda perhiasan seperti kalung, anting, gelang adalah symbol
identitas budaya masyarakat Batak, di samping difungsikan sebagai benda untuk memepercantik kaum
perempuan. Dalam bidang teknologi tradisional masyarakat Batak lainnya dalam benda budaya yang
berupa pakaian tenun, meskipun produk itu masih sederhana.

6. Kesenian

Seni pada masyarakat Batak umumnya meliputi, seni sastra, seni musik, seni tari, seni bangunan, seni
patung, dan seni kerajinan tangan. Terdapat beberapa seni masyarakat Batak, antara lain :

- Margondang: Upacara margondang diadakan untuk menyambut kelahiran anak mereka dan
sekaligus mengumumkan kepada warga kampung bahwa dia sudah mempunyai anak. Margondang
merupakan suatu kebiasaan masyarakat Batak yang dilakukan dalam suatu upacara tertentu.

-Manortor: Tortor adalah tarian Batak yang selalu diiringi dengan gondang(gendang). Tortor pada
dasarnya adalah ibadat keagamaan dan bersifat sakral,bukan semata-mata seni.

-Seni Patung: Di daerah Batak peninggalan-peninggalan kebudayaan megalitik sampai saat ini masih
banyak dijumpai, misalnya batu berdiri (menhir) dan batu-batu yang disusun berupa mejan batu
(dolmen) terletak dekat batu-batu kecil (kursi) yang dipakai sebagai tempat pertemuan seperti di
Ambarita (Samosir), dan Sarcophagusatau keranda. Kursi batu menurut kepercayaan masyarakat,
pada waktu itu adalah tempat para arwah leluhur mereka, sebab ada penghormatan kepada leluhur,
oleh sebab itu mereka berhak duduk pada kursi-kursi tersebut.

7. Sistem pengetahuan

Sistem pengtahuan masyarakat Batak tampak pada perubahan-perubahan musim yang diakibatkan oleh
siklus alam, misalnya musim hujan dan musim kemarau. Perubahan dua jenis musim tersebut dipelajari
masyarakat Batak sebagai pengetahuan untuk keperluan bercocok tanam.

Suku Batak juga menguasai konsep pengetahuan yang berkaitan dengan jenis tumbuh-tumbuhan di sekitar
mereka. Pengetahuan tersebut sangat penting artinya dalam membantu memudahkan hidup mereka sehari-
hari, seperti makan, minum, tidur, pengobatan, dan sebagainya. Jenis tumbuhan bambu misalnya
dimanfaatkan suku masyarakat Batak untuk membuat tabung air, ranting-ranting kayu menjadi kayu
bakar, sejenis batang kayu dimanfaatkan untuk membuat lesung dan alu, yang kegunaannya untuk
menumbuk padi.

8. Mata Pencaharian

Sistem ekonomi atau sistem mata pencaharian yang dilakukan masyarakat Batak adalah bercocok tanam
di sawah, ada juga yang di ladang seperti suku bangsa Karo, Simalungun, dan Pakpak. Masyarakat Batak
mengenal sistem gotong-royong dalam bertani, dalam bahasa Karo disebut raren, sedangkan dalam
bahasa Toba disebut marsiurupan. Gotong royong dilakukan dengan mengerjakan tanah secara bersama-
sama oleh tetangga atau kerabat dekat. Alat yang digunakan untuk bercocok tanam, antara lain cangkul,
bajak (tenggala dalam bahasa Karo, luku dalam bahasa Toba), dan tongkat tugal (engkol dalam bahasa
Karo).

Bajak biasanya ditarik dengan sapi/kerbau, sabit (sabi-sabi dalam bahasa Toba) dipakai untuk memotong
padi, ada juga yang memakai ani-ani. Peternakan yang diusahakan oleh masyarakat Batak, seperti kerbau,
sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Babi biasanya untuk dimakan dan juga digunakan dalam upacara
adat. Di Pulau Samosir tepi Danau Toba, menangkap ikan dilakukan intensif dengan perahu lesung (Solu)
dan hasilnya dijual ke kota.
1.1 Rumah Balai Batak Toba

1.2 Pakaian Adat Batak


Kebudaayaan Batak Yang Bersifat Geografis.

Seni Tari
 Tarian yang terkenal dari batak adalah tari tor-tor.
 Ada beberapa jenis tari tor-tor, berikut adalah jenisnya:
 Pangurdot, anggota badan yang bergeraknya kaki, tumit, hingga bahu.
 Pengeal, anggota badan yang pinggang, tulang punggung dan bahu.
 Pandenggal, anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan hingga jari tengah.
 Siangkupna, anggota tubuh yang bergerak hanya leher.
 Hapunana, anggota tubuh yang bergerak hanya wajah.

Permainan Tradisional Adat Batak

Permainan Marsibahe dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

 Siapkan media berupa potongan kayu (gacok) segiempat berukuran 2x2x5 cm yang memiliki
warna berpasangan.
 Siapkan lapangan tempat bermain dengan membuat garis start dan garis finish lebih kurang
jaraknya 5 meter dengan garis bantu setiap 1 meter
 Anak memilih pasangan main, boleh dipilih dengan ukuran tubuh yang seimbang atau yang lebih
besar menggendong yang lebih kecil.
 Setiap pasangan anak diberikan potongan kayu yang berbeda warna, masing-masing anak
memegang satu kayu yang sama warna setiap pasangannya, dimulai dari garis start.
 Anak yang satu harus menggendong melemparkan kayu yang ditangannya tepat mengenai kayu
anak yang menggendong tadi. Apabila tidak kena maka harus diulang lagi sampai kena. (apabila
tidak memungkinkan menggendong, pendidik boleh memakai cara lain dengan memegang satu
tangan berdampingan).
 Pemegang kegiatan ini adalah pasangan anak yang bisa melewati garis finish sambil melempar
dan menggendong anak.
 Permainan dapat dilakukan melalui tahapan hingga didapat pemenang 1,2,3
 Setiap pasangan pemenang diumumkan agar anak merasa dihargai.
Kebudayaan Bersifat Perwujudan Nilai-Nilai Tertentu.

Pakaian Adat Sumatera Utara

1. Pakaian Adat Batak Toba Suku Batak sendiri sebetulnya terbagi-bagi menjadi beberapa sub-
suku. Salah satunya adalah sub-suku Batak Toba. Sesuai namanya, suku ini adalah suku batak
yang mendiami daerah sekitar danau Toba, danau terluas di Asia Tenggara. Suku Batak Toba
memiliki pakaian adat sehari-hari yang terbuat dari kain tenun khas Batak, yakni kain ulos.
Secara umum, kain ulos inilah yang menjadi identitas dan ciri utama pakaian adat Sumatera Utara
di kancah nasional. Berikut adalah gambar dari seseorang yang mengenakan kain ulos. Kain ulos
merupakan kain yang ditenun secara manual dari bahan benang sutra berwarna hitam, merah, dan
putih dengan dihiasi motif berupa benang emas atau perak. Berdasarkan coraknya, kain ulos ada
beragam jenisnya, antara lain yaitu Ulos Antakantak, Ulos Bintang Maratur, Ulos Bolean, Ulos
Mangiring, Ulos Padang Ursa, Ulos Pinan Lobu-lobu, Ulos Pinuncaan, dan masih banyak lagi.
Masing-masing motif memiliki filosofi dan kegunaan yang berbeda-beda.

2. Pakaian Adat Mandailing Batak Mandailing adalah sub suku batak yang mendiami daerah di
sekitar Kabupaten Tapanulis Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, serta Kabupaten Padang
Lawas. Sub suku Batak ini memiliki pakaian adat yang nyaris serupa dengan Batak Toba, yakni
berupa perpaduan kain ulos dengan beragam aksesoris lainnya.

3. Pakaian Adat Nias Pulau Nias adalah pulau yang letaknya berada terpisah di arah Barat pulau
Sumatera. Secara sekilas, kebudayaan dari penduduk asli Pulau Nias memiliki beberapa
perbedaan dengan suku Batak. Salah satu yang bisa dilihat misalnya perbedaan pada Pakaian
Adat Tradisionalnya. Pakaian adat Sumatera Utara dari suku Nias untuk laki-laki disebut Baru
Oholu, sementara untuk perempuannya disebut Õröba Si’öli. Pakaian ini memiliki warna
dominan yakni emas atau kuning.

4. Pakaian Adat Simalungun Sama seperti sub suku Batak lainnya, suku Batak Simalungun
yang tinggal di sekitar Kabupaten Simalungun juga mengenakan pakaian adat berbahan kain ulos,
akan tetapi mereka menyebutnya dengan nama kain Hiou. Pengenaan pakaian adat ini akan
dilengkapi dengan beragam aksesoris, misalnya penutup kepala dan kain samping. Penutup
kepala yang dikenakan laki-laki disebut Gotong, untuk perempuan disebut Bulang, sementara
kain sampingnya disebut Suri-suri.

5. Pakaian Adat Pakpak Sub suku Pakpak mendiami daerah sekitar Kabupaten Pakpak Barat
dan Kabupaten Dairi. Sub suku ini memiliki pakaian adat yang berbagan kain oles, kain tenun
khas Pakpak. Penggunaan kain ini dilengkapi dengan aksesoris mahal berupa kalung emas
bertahtakan permata, baik untuk pria (borgot) maupun untuk wanita (cimata).

6. Pakaian Adat Melayu Suku Melayu di Sumatera Utara mendiami daerah-daerah di sekitar
Kota Tebing Tinggi, Binjai, Medan, Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, hingga
Kabupaten Batu Bara. Jika dilihat sekilas, pakaian adat Melayu di Sumatera Utara memiliki ciri
khas yang sama dengan pakaian adat Melayu Riau, yakni pengenaan baju kurung dan sarung
songket yang dililitkan di pinggang. Pakaian Adat Sumatera Utara

7. Pakaian Adat Karo Secara tekstur dan pembuatan, pakaian adat Sumatera Utara dari suku Batak
Karo serupa dengan pakaian adat Batak pada umumnya. Kain yang dibuat dari pintalan kapas
bernama Uis Gara dipakai sebagai penutup tubuh dalam berbagai aktivitas keseharian. Kain Uis
Gara sendiri berarti kain merah. Kain ini ibuat dari tenunan benang merah dan dipadukan dengan
warna hitam atau putih serta motif menggunakan benang emas atau perak.
TUGAS AGAMA
Mengenai Tentang Kebudayaan Yang Bersifat Historis, Geografis dan Nilai-Nilai Tertentu.

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

No: 37
Nama: Nathasya Nainggolan
Kelas: XI IPA 8

Você também pode gostar