Você está na página 1de 5

FORUM MURTADIN INDONESIA

Kamis, 29 Januari 2009

AGAMA, SAINS DAN MANFAATNYA BAGI


KEMANUSIAAN

Banyak email yang dikirimkan kepada kami yang mempertanyakan tujuan akhir dari
pembuatan situs ini, Sekali lagi kami hanya ingin membagikan informasi yang berimbang
dan netral mengenai Islam dan ajarannya, meski tak dipungkiri terdapat subyektifitas kami
sebagai orang orang yang telah meninggalkan Islam. Tujuan akhirnya, akan kita temui
diakhir tulisan ini.

Stephen Hawking, salah seorang fisikawan besar, mengatakan kalau fisika modern telah
mencapai sebuah titik dimana kita tidak perlu lagi adanya tuhan untuk memahami alam
semesta sekitar kita. Tuhan tidak muat lagi untuk diselipkan dalam celah2 dalam
fenomena alam yang belum terjawab. Ketika sains belum berkembang seperti sekarang ini,
hampir semua dicap "Tuhan". Pohon, batu, benda2 langit, disembah, karena faktor
ketidaktahuan. Badai, gempa, gerhana, tsunami, penyakit, epidemi, dianggap sebagai
azab.

Ketidaktahuan, dianggap sebagai tuhan. Orang-orang menyebutnya “God of the gaps”,


tuhan yang berfungsi menambal lubang / celah di ilmu pengetahuan. Dahulu, sains tidak
bisa menjawab apa itu Matahari, maka celah itu diisi dengan tuhan. Setelah sains bisa
mengetahui dengan pasti apa itu Matahari, maka tuhan yang tadinya mengisi celah
tersebut dibuang. Agama selama ini berusaha mendapatkan dukungan sains, tentang
terbelahnya bulan , lapisan bumi, lapisan atmosfer, embriologi manusia, terbelahnya laut
merah, dan sebagainya. Walaupun telah dibantah oleh sains kalau itu salah, tetap saja
tafsiran-tafsiran baru bermunculan. Di sisi lain, sains masih banyak punya misteri untuk
dipecahkan, masih ada celah untuk dijawab, alam semesta, UFO dan hantu misalnya, dan
disinilah agama menyusup.

Dua milenium lalu sains tidak mampu menjelaskan kenapa seseorang bisa sakit, sekarang
berbagai jenis anti virus serta segala jenis antibiotik mencegah kita terkena infeksi kuman.
Dua milenium lalu, agama menawarkan penjelasannya. Orang sakit karena azab, karena
dosa, karena cobaan tuhan, dan sebagainya. Dulu Bible menyiratkan jika Matahari
berputar mengelilingi Bumi, hal yang sama ditiru juga oleh Al-Quran, namun akhirnya sains
membuktikan hal sebaliknya, bumi lah yang berputar mengelilingi matahari. Lalu tafsiran
kitab suci pun berubah mengikuti sains. Ketika sains berbicara, bagaimana penganut
agama menyikapinya? Copernicus misalnya, mengakui Bible bukanlah buku sains, tapi buku
iman. Pemahaman Musa, penulis Taurat bisa saja salah tentang astronomi, sejarah, atau
tentang hal2 lain, karena memang Musa tidak berbicara tentang sains, dan pemahaman
sains Musa belum semaju seperti sekarang ini. Musa berbicara mengenai iman, berbicara
mengenai kemanfaatan Tuhan.

Bagaimana dengan Al-Quran, yang mengklaim merupakan perkataan Tuhan kata perkata
dan salinan kitab di surga? Jika banyak hal dalam Al-Quran dibuktikan salah secara sains,
berkontradiksi dan inkonsistensi satu ayat dengan yang lain, apakah Tuhan salah, apakah
Tuhan tidak mahatau, padahal oleh yang mempercayai ia disebut yang maha mengetahui.
Inilah sisi paradoksal Al-Quran jika dihadapkan dengan sains, sehingga jika tafsir lama
bertentangan dengan sains, maka dibuatlah tafsiran-tafsiran baru yang dipaksakan untuk
merevisi tafsiran lama. Penjelasan paling masuk akal terhadap kekonyolan ini adalah
bahwa sumber Al-Quran berasal dari pemikiran manusia, namun hal ini tentu tak akan kita
terima.

Jika sains sudah mengisi celah ketidaktahuan manusia, dan secara empiris bisa dibuktikan,
masihkah kita mempercayai agama? Tampaknya titik temu antara sains dan tuhan masih
terlalu jauh untuk dicapai. Agama berdasar pada keyakinan, sedangkan sains mendasarkan
dirinya pada keraguan. Lalu apa manfaatnya Tuhan, apa manfaat beragama? Hawking
berpendapat kalau sains akan menang terhadap agama karena sains memang berhasil
menyelamatkan hidup kita dari dulu. Tapi bagi mereka yang beragama, iman juga
demikian, ia menjadi pengisi celah psikologis, bukan lagi pengisi celah sains. Ia berevolusi
menuju sebuah posisi yang lebih sulit lagi dijamah sains. Tentang apakah sains dapat
membuktikan Tuhan ada atau tidak ada, itu kembali pada subyektifitas setiap individu
manusia.

Kemanfaatan Tuhan secara pskilogis inilah yang mendorong manusia modern masih
beragama, mendorong manusia untuk peduli kepada dirinya sendiri, peduli terhadap orang
lain dan peduli terhadap bumi yang didiaminya. Tak dapat dipungkiri, nilai-nilai kebaikan
universal berasal dari agama, berasal dari kepercayaan terhadap hal-hal supranatural.
Masyarakat animisme dinamisme, memandang alam sebagai sesuatu yang memiliki jiwa,
sehingga mereka menjaga hubungan baik dengan alam. Konsep surga dan neraka dalam
agama samawi, atau konsep reinkarnasi dalam agama India, juga menuntun manusia agar
tidak merugikan sesamanya.

Jika beragama yang merupakan ranah privat seseorang, namun merugikan orang lain di
ranah publik, inilah yang harus dikritisi. Ketika memerangi orang yang tidak beragama
atau yang berbeda konsep ketuhanannya, disebut perbuatan baik dalam agama tertentu.
Ketika melakukan bom bunuh diri untuk mencelakai orang lain disebut sebagai perintah
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dimanakah asas kemanfaatannya? Sebagai
orang yang telah meninggalkan Islam, kami mengetahui standar ganda penafsiran Islam.
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) (QS 2:256) disatu sisi, dan, Hai orang-
orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah
mereka menemui kekerasan daripadamu (QS 9:123) disisi lain.
Secara jujur harus diakui, dalil Islam menetapkan bahwa semua golongan diluar Islam
adalah kafir, apapun agamanya. Kaum kafir secara garis besar dibagi menjadi 3 kelompok,
kafir harbi, kafir perjanjian dan kafir dzimmi. Kafir harbi adalah orang yang menolak
Islam, wajib hukumnya untuk diperangi. Kafir perjanjian adalah seorang kafir yang dengan
kesepakatan bersama, tidak akan dibunuh, juru runding peperangan contohnya. Kafir
dzimmi adalah kafir yang tunduk pada syariat Islam dan membayar upeti (jizyah) kepada
penguasa Islam.

Adakah kafir yang secara sukarela menjadi kafir dzimmi? Tunduk pada syariat dan
membayar jizyah? Tentu tidak ada, kafir dzimmi adalah karena keterpaksaan, pilihannya
adalah mati dengan keyakinan kafirnya, menjadi mualaf dan menjadi pengikut Islam, atau
tetap memegang keyakinan lama, namun tunduk pada pengekangan hukum Islam dengan
membayar jizyah. Jadi dari sini kita mengetahui, semua orang diluar Islam pada awalnya
adalah kafir harbi, wajib diperangi, sampai mereka mau tunduk dibawah hukum Islam.
Lalu dimanakah “Kemanusiaan yang adil dan beradabnya”?

Pengikut agama2 lain, terutama samawi, juga melakukan kekerasan, namun apakah yang
membedakannya dengan Islam? Nasrani misalnya, dalam sejarah abad pertengahan
mengenal adanya perang Salib, tapi apakah dalil agama mereka seperti itu? Apakah Isa
mengajarkan peperangan? Baik dalam Al-Quran ataupun Injil kita tidak akan mendapati
kisah Isa yang berperang ataupun Isa yang memerintahkan berperang. Dalam Injil, Isa
berkata mengenai membawa pedang, namun menurut tafsir Nasrani ayat tersebut hanya
metafora, karena dibagian lain Isa berkata: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam
sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang”.

Jika tidak ada dalil mengangkat senjata atas nama agama dalam ajaran Nasrani, lalu
bagaimana dengan Perang Salib? Sejarah menunjukkan perang ini pada dasarnya adalah
keputusan politik yang melibatkan gereja, yaitu sebuah respon untuk melawan invasi
penakluk Islam, dimana penakluk Islam yang berawal dari Arab telah berhasil masuk
sampai tanah Eropa. Perang Salib adalah perang untuk melawan penaklukan dan
penjajahan oleh Islam.

Setelah Konstatinopel jatuh ke Khalifah Turki Utsmani (Ottoman) dan masyarakat Eropa
semakin kesulitan mendapatkan rempah2 melalui jalur darat, maka Portugal dan Spayol
berlomba2 melakukan ekspedisi penjelajahan samudra untuk melakukan perdagangan
langsung dengan sumber rempah2. Dunia kemudian mengenal Colombus, Vasco Da Gama,
ataupun Magellan. Sejarawan Amerika Louis B. Wright pada tahun 1970 menulis uraian
tentang motif Colombus dengan ekspedisinya, dengan sebutan Gold, Glory, and Gospel,
hingga akhirnya istilah tersebut mendunia. Louis mengutuk perbuatan Columbus yang
membantai orang2 Indian di benua Amerika, dan menyamakan strategi Columbus dengan
strategi kalifah Islam, yaitu penaklukan wilayah dan pemaksaan agama pada penduduk
asli.

Morison dalam papernya mengutip perkataan Columbus mengenai motif religius


ekspedisinya. Dalam catatannya yang ia tujukan pada Isabel Sang Katolik, Ratu Kastilia
Spanyol, Columbus menulis; “Penghormatanku kepada Yang Mulia Ratu, bahwa semua hasil
jerih payah dari perjalananku ini haruslah ditujukan untuk merebut kembali tanah suci
Yerusalem”. Pertempuran berkepanjangan antara Nasrani dan Islam memang merubah
pola pikir masyarakat Eropa abad pertengahan. Bedanya kini orang orang Nasrani
mengakui kesalahan masa lalu mereka. Paus Fransiskus misalnya, sebagai pimpinan
tertinggi agama, memohon maaf kepada dunia atas konflik berdarah dimasa lalu yang
mengatas namakan agama dan Tuhan.

Lalu bagaimana ajaran perang dalam agama Yahudi? Dalam sejarah Bible, bangsa Yahudi
pernah melakukan beberapa peperangan. Ketika Yosua menundukkan Yerikho, “Mereka
menumpas dengan mata pedang segala sesuatu yang di dalam kota itu, baik laki-laki
maupun perempuan, baik tua maupun muda, sampai kepada lembu, domba dan keledai.”
(Yosua 6:21). Dan ini juga dilakukan atas perintah agama, atas perintah Tuhan. Tapi
Yahudi adalah agama eksklusif, pemeluknya terbatas kepada mereka yang lahir dari
bangsa Yahudi, yang mengklaim diri sebagai “bangsa terpilih” (QS Al-Baqarah: 47). Dan
perang2 yang mereka lakukan hanya terkait dengan “tanah perjanjian” (QS Al-Maidah: 21),
daerah yang dijanjikan Tuhan kepada Ibrahim dan keturunannya, bangsa terpilih tersebut.

Tanah perjanjian yang direbut atau dipertahankan dengan peperangan tersebut, dari dulu
hingga sekarang, hanyalah seluas wilayah Israel Palestina modern kini. Meski berperang
atas nama Tuhan adalah salah dan irasional, tapi jelas Yahudi bukanlah agama ekspansif,
berperang untuk menyebarkan agama sekaligus memperluas wilayah taklukan. Bandingkan
dengan Islam masa lalu, dari Arab, menyerang Persia (Iran), sampai ke Mesir, sampai ke
India, bahkan sampai ke Eropa. Di India saja diperkirakan lebih dari 100 juta nyawa
melayang akibat perintah ayat2 perang dalam Al-Quran, dan diperkirakan sebagai holocous
terbesar sepanjang sejarah umat manusia.

Kini, setelah masa kejayaan Islam berlalu, hukumnya masih sama, karena perintah Al-
Quran tidak berubah. Al-Maududi, ulama besar Pakistan, misalnya, menyatakan negara
yang tidak menerapkan syariat Islam adalah masyarakat jahiliah dan dianggap telah kafir
sehingga wilayah negara itu adalah darul harbi, medan perang. Serupa dengan itu, Abu
Bakar Baasir, ulama Indonesia menyatakan bahwa Indonesia adalah darul harbi, sehingga
kewajiban syariat bagi muslim hanya dengan satu jalan: jihad fisabilillah. Berdasarkan
hukumnya, jihad terendah adalah melawan hawa nafsu, dan puncak segala ibadah adalah
jihad dengan mengangkat senjata dijalan Allah. Dalam keadaan darul harbi, maka hukum
jihad dengan mengangkat senjata adalah fardu ain (wajib). Maka wajar jika muslim-
muslim kafah seperti Imam Samudra, atau Dr. Azahari menganggap mayoritas ulama dan
muslim di Indonesia adalah pengecut, yang hanya cinta dunia dan takut mati, dengan
menolak kebenaran Islam.

Disinilah nilai kemanfaatan Islam bagi prinsip-prinsip universal dipertanyakan, hingga


akhirnya muncullah agama-agama baru seperti Bahai yang menjunjung tinggi keesaan Allah
dan humanisme, serta mengklaim sebagai penyempurna Muhammad dan Al-Quran. Sekali
lagi, kami tidak mengajak anda untuk mempercayai tuhan tertentu atau tidak
mempercayai tuhan tertentu. Entah anda seorang Theisme, Non-Theis, Agnostik ataupun
Atheis, ketika kita setuju dengan universalisme moral, kita berada dipihak yang sama.
“Perlakukan orang lain sebagaimana kau ingin diperlakukan” inilah prinsip universal yang
kita pegang. Jika kehidupan kita tidak bermanfaat bagi orang lain, setidaknya janganlah
kita merugikan orang lain.
.

FORUM MURTADIN INDONESIA di 06.59



Beranda

Lihat versi web


Diberdayakan oleh Blogger.

Você também pode gostar