Você está na página 1de 29

ANALISIS KEKUATAN POLITIK REGIONAL

MAKALAH

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas

Pada mata kuliah Analisis Kekuatan Politik Regional

Oleh

Pratiwi Ruchimah Dhini

25.0518

F2

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


Jatinangor, 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "ANALISIS KEKUATAN POLITIK REGIONAL" dalam mata
kuliah Analisis Kekuatan Politik Regional. Kami ucapkan juga banyak terimakasih atas
bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikiran.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jatinangor, Oktober 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

ANALISIS KEKUATAN POLITIK REGIONAL ............................................................. 1

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

ANALISIS KEKUATAN POLITIK REGIONAL ............................................................. 4

A. KEKUATAN MILITER .......................................................................................... 4

B. PARTAI POLITIK ................................................................................................. 9

C. BIROKRASI ....................................................................................................... 15

D. KELOMPOK PEMUDA ...................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 29

3
ANALISIS KEKUATAN POLITIK REGIONAL

A. KEKUATAN MILITER

Daftar Kehebatan Kekuatan Militer Indonesia Di Mata Dunia masuk dalam jajaran
12 besar negara terkuat di dunia. Indonesia mempunyai senjata yang canggih dan
tentara yang berkemampuan tinggi.

Kekuatan militer yang dimiliki Indonesia termasuk salah satu kekuatan militer yang
terkuat di dunia. Hal ditunjukkan dengan masuknya peringkat 12 besar Indonesia ke
dalam jajaran militer terkuat di dunia. Militer Indonesia memang tidak boleh dianggap
remeh, persediaan Senjata Buatan Indonesia dan kemampuan tentara sangat
disegani dan membuat gentar banyak tentara yang ada di dunia. Bahkan dalam
berbagai kontes militer Indonesia selalu mendapatkan juara umum. Selain itu,
kehebatan militer Indonesia Di Mata Dunia juga sudah mendunia dan banyak diakui
oleh negara-negara kuat di dunia.

1. Kekuatan Senjata Perang Militer Indonesia

Kehebatan Kekuatan Militer Indonesia bisa dilihat dari banyaknya senjata


perang yang dimiliki. Senjata perang, Pesawat Tempur ini merupakan salah satu
indikator suatu negara dikatakan kuat dalam hal militernya. Berikut ini beberapa
Alutsista TNI dengan senjata canggih milik Indonesia yang membuat negara lain
gentar dan takut terhadap militer Indonesia:

a. Pesawat tempur F1 C/D

TNI AU memiliki Pesawat Tempur super canggih yang membuat banyak


angkatan udara negara lain gentar. Pesawat tempur ini adalah pesawat tempur
F1 C/D yang sangat lincah dan mampu melakukan penyerangan jarak dekat
maupun jarak sedang. Persenjataan yang ada dalam pesawat ini cukup lengkap
dan Paling Mematikan di Dunia. Apalagi pesawat ini juga sangat andal untuk
dijadikan sebagai pesawat tempur pada malam hari.

4
b. Super Tecano EMB 314
Senjata canggih lainnya yang dimiliki oleh Indonesia adalah Super Tecano
EMB 314. Pesawat tempur ini mempunyai mesin tunggal yang dapat diandalkan
untuk pencegatan darat dan patroli darat. Selain itu, pesawat ini juga cocok untuk
digunakan dalam melakukan sabotase dan pengeboman. Senjata yang ada
dalam pesawat ini juga tergolong canggih dan mematikan.
c. Tank Marder

TNI juga mempunyai tank canggih yang membuat kekuatan militer Indonesia
di mata dunia semakin disegani yaitu tank marder. Tank ini merupakan tank
buatan Jerman yang mampu melakukan tembakan degan tenaga yang besar dan
tepat sasaran. Selain itu, tank ini juga mampu untuk melakukan pelacakan lawan
secara independen dan cepat. Senjata yang melengkapi tank ini juga cukup
banyak dan mematikan.

d. KRI Bung Tomo

Indonesia juga mempunyai kapal perang buatan sendiri yang mempunyai


kecepatan super cepat yaitu KRI Bung Tomo. Kapal perang ini merupakan kapal
dengan panjang 95 meter dan mempunyai kecepatan maksimal sampai 27 knot.
Persenjataan yang melengkapi KRI ini cukup lengkap dan mematikan. Tidak
salah jika kekuatan militer angkatan laut Indonesia cukup disegani.

Selain senjata diatas, militer Indonesia juga mempunyai banyak senjata


canggih lainnya. Bahkan Indonesia sudah mengembangkan pembuatan
persenjataan perang yang canggih sendiri. Sudah banyak senjata perang buatan
Indonesia yang sudah mendunia dan banyak digunakan oleh negara di dunia.
Bahkan Amerika dan Rusia juga mengakui bahwa senjata buatan Indonesia
termasuk salah satu senjata terbaik dan terkuat di dunia.

Kekuatan militer Indonesia tidak hanya pada persenjataannya saja. Kemampuan


tentara Indonesia juga merupakan aset berharga yang membuat Indonesia
menduduki peringkat 12 negara terkuat di dunia. Pasukan tentara Indonesia sudah
berkali-kali membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang kuat dalam sistem
pertahanannya. Bahkan pasukan khusus Indonesia atau KOPASSUS menjadi salah
satu tentara yang kuat dan paling ditakuti di dunia. Tidak hanya KOPASSUS saja,

5
marinir dan tentara angkatan udara Indonesia juga mempunyai kemampuan diatas
rata-rata.

Berikut prestasi gemilang tentara Indonesia di kancah dunia yang membuat


tentara Indonesia menjadi salah satu tentara yang paling ditakuti di dunia:

1. TNI Menduduki peringkat 3 pasukan paling elite di dunia

Tentara Indonesia yang tergabung dalam KOPASSUS atau komando pasukan


khusus pada tahun 2008 yang lalu berhasil menduduki peringkat ketiga pasukan
paling elite di dunia versi Discovery Channel Military. Posisi ini membuktikan
bahwa tentara Indonesia sangat tangguh dan mempunyai kekuatan yang tidak
bisa diremehkan.

2. TNI Selalu dipercaya oleh PBB dalam misi penting

PBB yang merupakan organisasi perdamaian dunia ini sering kali menunjuk
tentara Indonesia untuk ditugaskan dalam mengemban misi perdamaian di
negara-negara rawan konflik. Kepercayaan PBB terhadap tentara Indonesia ini
membuktikan bahwa tentara Indonesia sangat bisa diandalkan.

3. Melatih para militer yang ada di Afrika

Prestasi lainnya dari tentara Indonesia adalah militer Indonesia menjadi salah
satu acuan militer di Afrika dalam melatih para tentaranya. Hal ini membuktikan
bahwa negara lain pun ingin menjadi tentara yang kuat seperti Indonesia. Bahkan
tentara Indonesia juga melatih tentara Afrika selama beberapa bulan.

4. Indonesia Juara umum AASAM tahun 2014

Prestasi militer Indonesia yang baru saja diraih adalah menjadi juara umum
AASAM tahun 2014 yang diadakan di Australia. Tentara Indonesia berhasil
menunjukkan kemampuan terbaiknya dan meraih juara umum untuk semua
kategori perlombaan.

Kepemilikan senjata yang canggih dan kemampuan tentara Indonesia yang diatas
rata-rata membuat Indonesia menjadi salah satu negara terkuat di dunia. Dengan
kekuatan militer yang dimilikinya ini Indonesia banyak disegani dan ditakuti oleh
negara-negara di dunia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, tentunya kita
patut bangga dengan prestasi dan kekuatan militer yang dimiliki oleh Indonesia.

6
Kondisi inipun didukung dengan sebuah artikel yang di bagikan oleh viva.co.id.
Dilansir dari situs web viva.co.id militer Indonesia kerap dianggap sebelah mata.
Bahkan oleh sebagian publik di negara ini. Namun, menurut situs Global Fire Power,
kekuatan militer Indonesia ternyata mengungguli Israel. Jadi, jika kemungkinan terjadi
perang, secara hitungan, militer Indonesia lebih kuat dari Israel.

Situs ini menyediakan data pembanding, sehingga publik bisa membandingkan


dengan mudah keunggulan antarnegara, terutama dalam kekuatan militer. Di
lamannya, situs ini memberikan penjelasan, sejak 2006 mereka telah menyediakan
tampilan analisis data yang unik mengenai lebih dari 130 kekuatan militer modern.

Peringkat ini didasarkan pada kemampuan pembuatan perang masing-masing


negara di darat, laut dan udara. Hasilnya menggabungkan nilai-nilai yang berkaitan
dengan sumber daya, keuangan, dan geografi dengan lebih dari 50 faktor yang
berbeda yang akhirnya membentuk peringkat tahunan akhir.

Untuk tahun 2017, situs ini mengunggulkan kekuatan militer Indonesia lebih tinggi
dibanding Israel. Meski tak semua komponen mengindikasikan Indonesia lebih unggul
dari Israel, namun jika ditotal dari seluruh komponen, maka nilai Indonesia lebih tinggi
dari Israel. Indonesia berada di peringkat 14, sedangkan Israel berada di peringkat 15.

Di antara data yang ditampilkan adalah usia personel militer yang bisa direkrut,
Indonesia dengan jumlah penduduk yang memang jauh lebih banyak dari Israel
memiliki potensi sebanyak 4,5 juta orang. Bandingkan dengan Israel yang hanya
memiliki 122.000 orang. Saat ini Indonesia memiliki personel aktif sebanyak 453.750
orang, sementara Israel hanya memiliki 168.250 orang.

Untuk komponen cadangan, Indonesia memiliki 540.000. Israel lebih banyak, yaitu
550.000 orang. Total personel militer Indonesia adalah 975.750 orang, sementara
Israel hanya 718.250 orang. Tapi untuk anggaran pertahanan, meski jumlah personel
lebih sedikit, namun Israel memiliki anggaran pertahanan yang jauh lebih besar dari
Indonesia. Indonesia menganggarkan US$6,9 miliar. Sedangkan Israel
menganggarkan US$15,5 miliar. Tapi untuk daya beli, Indonesia jauh menggungguli
Israel dengan menganggarkan dana hingga US$3,028 miliar, sedangkan Israel
menganggarkan hanya US$297 miliar.

7
Tapi, untuk kelengkapan alat perang di darat, Israel jauh lebih siap dibanding
Indonesia. Hampir semua jenis kendaraan dan alat perang dimiliki Israel dengan
jumlah yang jauh melampaui milik Indonesia. Misalnya, untuk aircraft, punya Israel
mencapai 652 buah. Sedangkan Indonesia hanya 441 buah. Untuk pesawat jenis
fighters atau interceptors, Indonesia hanya punya 39 buah. Milik Israel jauh lebih
banyak, yaitu 243 buah.

Begitu pula untuk jenis attack aircraft, Indonesia hanya memiliki 58 buah.
Sedangkan milik Israel lebih banyak yaitu 243 buah. Kepemilikan dengan selisih
sedikit hanya di helikopter. Israel memiliki 143 helikopter, hanya selisih sangat sedikit
dengan milik Indonesia yang berjumlah 147.

Jumlah attack helicopters, milik Indonesia hanya lima buah. Sedangkan Israel
memiliki 48 buah. Dalam hal kepemilikan tank, jumlah Israel kembali melampaui
Indonesia. Indonesia memiliki 418 buah tank, sedangkan Israel memiliki 2.620 buah.

Namun di bagian pertahanan laut, Indonesia mengungguli Israel. Misalnya,


Indonesia memiliki tujuh kapal frigate, sementara Israel tak punya sama sekali.
Sementara untuk kapal jenis corvettes, Indonesia memiliki 24 kapal dan Israel hanya
memiliki tiga kapal. Begitu pula dengan kapal patroli. Indonesia memiliki 74 kapal,
sementara Israel memiliki 32 kapal. Israel juga sama sekali tak memiliki kapal jenis
mine warfare craft, sementara Indonesia punya 12 buah.

Untuk kapal berjenis merchant marine strenght, Indonesia memiliki 1.340,


sedangkan Israel hanya memiliki delapan buah kapal. Dalam hal pelabuhan,
Indonesia memiliki sembilan pelabuhan besar dan terminal, sementara Israel hanya
punya empat.

Tapi jumlah kapal selam Israel sedikit lebih banyak, yaitu enam buah. Sementara
Indonesia hanya punya empat buah. Kedua negara sama-sama tak memiliki kapal
jenis destroyer. Total di bidang marinir, Indonesia memiliki 221 aset. Sedangkan Israel
hanya memiliki 65 aset.

Dengan kekuatan sebesar itu, militer Indonesia sudah tak layak lagi dipandang
sebelah mata. Kekuatan militer Indonesia di laut mengukuhkan negara ini sebagai
negara bahari dengan pertahanan militer yang mumpuni.

8
B. PARTAI POLITIK

Partai politik di Indonesia adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk
oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengertian ini tercantum dalam pasal 1 ayat
1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Untuk mengikuti Pemilihan Umum, partai politik wajib memenuhi persyaratan


tertentu yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Selanjutnya, Komisi Pemilihan
Umum akan melakukan proses verifikasi. Proses verifikasi terdiri dari dua tahap:
verifikasi administrasi dan verifikasi faktual.

 Masa penjajahan Belanda

Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indonesia
(waktu itu Hindia Belanda). Partai Politik yang paling pertama dibentuk di Indonesia
adalah De Indische Partij pada 25 Desemper 1912 oleh Douwes Dekker, Ki Hadjar
Dewantara, dan Tjipto Mangunkoesoemo.[3] Lahirnya partai menandai adanya
kesadaran nasional. Pada masa itu semua organisasi baik yang bertujuan sosial
seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ataupun yang berasaskan politik agama
dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai Katolik, ikut memainkan peranan
dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka.

Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan menifestasi


kesadaran nasional untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah
didirikan Dewan Rakyat , gerakan ini oleh beberapa partai diteruskan di dalam
badan ini. Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi di dalam Dewan Rakat, yaitu
Fraksi Nasional di bawah pimpinan M. Husni Thamin, PPBB (Perhimpunan
Pegawai Bestuur Bumi Putera) di bawah pimpinan Prawoto dan Indonesische
Nationale Groep di bawah pimpinan Muhammad Yamin.

Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan
menjadikannya semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk
KRI (Komite Rakyat Indonesia) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia)

9
yang merupakan gabungan dari partai-partai yang beraliran nasional, MIAI yang
merupakan gabungan partai-partai yang beraliran Islam yang terbentuk tahun
1937, dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia) yang merupakan gabungan organisasi
buruh.

Pada tahun 1939 di Hindia Belanda telah terdapat beberapa fraksi dalam
volksraad yaitu Fraksi Nasional, Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-Putera, dan
Indonesische Nationale Groep. Sedangkan di luar volksraad ada usaha untuk
mengadakan gabungan dari Partai-Partai Politik dan menjadikannya semacam
dewan perwakilan nasional yang disebut Komite Rakyat Indonesia (K.R.I). Di
dalam K.R.I terdapat Gabungan Politik Indonesia (GAPI), Majelisul Islami A'laa
Indonesia (MIAI) dan Majelis Rakyat Indonesia (MRI). Fraksi-fraksi tersebut di atas
adalah merupakan partai politik - partai politik yang pertama kali terbentuk di
Indonesia.

 Masa pendudukan Jepang

Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam
diberi kebebasan untuk membentuk partai Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Partai Masyumi), yang lebih banyak bergerak di bidang sosial.

 Masa pasca proklamasi kemerdekaan

Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang


besar untuk mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik
Indonesia. Melalui Maklumat X yang diumumkan oleh Bung Hatta pada 3
November 1945 menjadi tonggak awal tumbuhnya partai politik pasca
kemerdekaan.

Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu : Masyumi, PNI, NU dan
PKI. Masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan
partai politik, karena partai politik memainkan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara melalui sistem parlementer. Sistem banyak partai ternyata
tidak dapat berjalan baik. Partai politik tidak dapat melaksanakan fungsinya
dengan baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat melaksanakan
program kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjaan dengan

10
baik pula. Masa demokrasi parlementer diakhiri dengan Dekret 5 Juli 1959, yang
mewakili masa masa demokrasi terpimpin.

Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi,
sedangkan di pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini
dikenal dengan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh
NU, PNI dan PKI. Pada masa Demokrasi Terpimpin ini tampak sekali bahwa PKI
memainkan peranan bertambah kuat, terutama melalui G 30 S/PKI akhir
September 1965).

Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat
bergerak lebih leluasa dibanding dengan msa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan
pada masa ini adalah munculnya organisasi kekuatan politik bar yaitu Golongan
Karya (Golkar). Pada pemilihan umum thun 1971, Golkar muncul sebagai
pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar yaitu NU, Parmusi (Persatuan
Muslim Indonesia) serta PNI.

Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik.
Empat partai politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam Indonesia
(PSII) dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) bergabung menjadi Partai
Persatuan Pembangunan (PPP). Lima partai lain yaitu PNI, Partai Kristen
Indonesia, Parati Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Maka
pada tahun 1977 hanya terdapat 3 organisasi keuatan politik Indonesia dan terus
berlangsung hinga pada pemilu 1997.

Setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang ditandai dengan


tumbangnya rezim Suharto, maka pemilu dengan sistem multi partai kembali
terjadi di Indonesia. Dan terus berlanjut hingga pemilu 2014 nanti.

Setelah merdeka, Indonesia menganut sistem Multi Partai sehingga terbentuk


banyak sekali Partai Politik. Memasuki masa Orde Baru (1965 - 1998), Partai
Politik di Indonesia hanya berjumlah 3 partai yaitu Partai Persatuan Pembangunan,
Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia. Pada masa Reformasi,
Indonesia kembali menganut sistem multi partai. Pada 2012, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR-RI) melakukan revisi atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik.

11
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Partai Politik di Indonesia
sejak masa kemerdekaan adalah:

 Maklumat X Wakil Presiden Muhammad Hatta (1945)


 Undang-Undang Nomor 7 Pnps Tahun 1959 tentang Syarat-Syarat dan
Penyederhanaan Kepartaian
 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1960 tentang Pengakuan, Pengawasan, dan
Pembubaran Partai-Partai
 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya
 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya
 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik
 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

Permasalahan-Permasalahan yang dihadapi Parpol di Indonesia

Sebagaimana definisi tentang partai politik yang telah dikemukakan


sebelumnya, maka kita memperoleh sebuah informasi mengenai eksistensi dari partai
politik sebagai sebuah instrument politik untuk memperoleh kekuasaan. Tetapi
permasalahan kemudian muncul ketika individu-individu yang terdapat dalam partai
politik hanya berorientasi pada bagaimana cara untuk memperoleh kekuasaan
tersebut, sehingga kekuasaan menjadi muara akhir dari kontestasi politik yang dikejar
oleh partai politik. Sehingga makna luhur dari aktivitas politik yang lebih menekankan
aspek fungsional dari politik menjadi terbengkalai, yakni melakukan pemeliharaan
atau pengaturan terhadap berbagai macam urusan umat. Aktivitas partai politik hanya
berhenti pada level bagaimana cara memperoleh kekuasaan, padahal seharusnya
tidak demikian, namun harus dilengkapi pula dengan bagaimana kekuasaan yang
telah diperoleh tersebut digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kondisi demikian mengakibatkan “syahwat” politik untuk berkuasa yang dominan,
bukan semangat “pengabdian” terhadap masyarakat.

Disisi lain terjadi sebuah alienasi partai politik terhadap masyarakat sehingga
berakibat pada timbulnya jarak dan kesenjangan antara partai politik dengan

12
masyarakat. Jarak yang besar ini membuat masyarakat mulai berfikir bahwa mereka
bisa hidup tanpa partai politik. Yang paling menyedihkan adalah kekecewaan begitu
mendalam di masyarakat karena mereka merasa tidak pernah diperhatikan dan
diurusi oleh partai politik. Hal ini jelas akan menurunkan angka partisipasi politik
masyarakat, yang nantinya akan tercermin dari meningkatnya jumlah Golput.

“Kepercayaan rakyat terhadap elite politik hampir mencapai titik nadir. Ini
karena para pemimpin tidak lagi berpihak kepada rakyat. Akibatnya, rakyat apriori.
Golput akan meningkat, bahkan bisa jadi pemenang pada 2014, baik dalam pemilu
legislatif maupun pemilu presiden” demikian yang diungkapkan oleh pengamat politik
dari Universitas Indonesia, Jakarta, Arbi Sanit.

Arbi Sanit lalu membeberkan sejumlah data yang memperlihatkan adanya


kecenderungan angka golput yang semakin meningkat serta menurunnya partisipasi
pemilih dari pemilu ke pemilu dan dari pilpres ke pilpres.

Tingkat partisipasi pemilih pada pemilu 1999 mencapai 93,33%, pemilu 2004
turun menjadi 84,9%, dan pemilu 2009 turun lagi menjadi 70,99%. Pemilu 2014,
diprediksi hanya tinggal 54%, namun prediksi optimis Lingkar Survei Indonesia (LSI)
masih pada angka 60%.

Angka Golput juga terus meningkat, pemilu 1999 angka golput 10,21%, pemilu
2004 naik menjadi 23,34%, dan pemilu 2009 naik lagi menjadi 29,01%. Untuk pemilu
presiden dan pemilu kepala daerah, angka golput juga tinggi. Pilpres 2004 angka
golput 21,5%, pilpres 2009 naik menjadi 23,3%. Sementara angka golput pemilukada
rata-rata 27,9%. Bila mereka yang tidak berpartisipasi dalam pemilu digabungkan
dengan golput, bisa jadi mereka akan menang pada 2014.

Selain faktor hanya mementingkan orientasi kekuasaan dan terjadinya elienasi


partai politik terhadap masyarakat, permasalahan yang juga dihadapi oleh partai
politik adalah “korupsi”. Sejak 1999, “tradisi korupsi” menjelang pemilu merupakan
sebuah hal yang akan cukup mengemuka. Pada 1999, kasus korupsi BLBI naik ke
permukaan, dilanjutkan dengan pemilu 2004 dengan kasus suap Pemilihan Gubernur
BI Miranda Gultom kepada anggota DPR untuk pemenangannya. Pada 2009, kasus
Bank Century mengguncang publik dengan segala dramanya. “Tanda-tanda zaman”
pemilu 2014 mulai terlihat : kasus korupsi yang melibatkan Bendahara Partai
Demokrat Nazaruddin yang mengalir ke pendanaan politik dan disinyalir untuk

13
persiapan Pemilu 2014. Badan Anggaran DPR juga lekat dengan kasus korupsi untuk
kepentingan parpol. Penyaluran Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Daerah (DPID) juga diduga sarat korupsi yang berakhir pada pendanaan parpol,
kasus Wisma Atlet, dan juga Hambalang. Serta masih banyak kasus korupsi lainnya
yang disinyalir memiliki keterkaitan dengan parpol.

Disinyalir muara kasus korupsi politik adalah untuk pendanaan politik pemilu
tahun 2014. Partai politik umumnya enggan ketika dimintai laporan keuangan.
Sebagian besar tidak berkenan memberikan dengan dalih pendanaan parpol bukan
konsumsi publik, atau memberikan laporan yang tidak lengkap, bahkan ada parpol
yang tidak punya laporan keuangan.

Partai politik merupakan saluran organisasi yang dapat dipergunakan untuk


memperoleh kekuasaan baik di level legislatif maupun eksekutif dan itu adalah amanat
konstitusi dalam konteks Indonesia. Fakta yang disampaikan sebelumnya mengenai
keterkaitan antara korupsi politik dan pendanaan partai menjadi sebuah hal yang
menarik untuk ditelisik, apakah itu disebabkan karena mereka memang bermental
korup, atau ada faktor lain ? Apakah hanya karena persoalan moralitas dari pejabat
pemerintahan yang tidak baik ?

Secara pribadi, penulis sangat tidak percaya bahwa moralitas dan mentalitas
merupakan faktor dominan yang menjadikan banyak diantara anggota parlemen
terlibat korupsi. Banyaknya orang baik yang menjadi jahat setelah menjadi anggota
legislatif adalah sebuah petunjuk untuk mengungkap tabir ini. Pengakuan dari
sejumlah narapidana korupsi bahwa mereka korupsi karena harus setor uang ke partai
politik adalah petunjuk lainnya. Jadi, ini sebenarnya menyangkut sistem. Maksudnya,
sistem politik dan kepartaian di Indonesia memang mendorong anggota legislatif dan
pejabat eksekutif untuk melakukan tindakan koruptif. Ada banyak yang tertangkap,
tetapi lebih banyak yang sukses karena berhasil mengakali peraturan. Sistem politik
Indonesia memang menciptakan biaya tinggi. Biaya tinggi ini yang harus ditanggung
partai politik, anggota legislatif, dan pejabat eksekutif.

Nah, biaya politik yang demikian tinggi itulah yang harus ditanggung partai
politik dan kader-kadernya yang duduk di legislatif maupun eksekutif. Pertama,
mereka harus mengumpulkan uang untuk membayar utang dari pemilu yang lalu.
Kedua, mereka juga harus mengumpulkan uang untuk persiapan pemilu yang akan

14
datang. Dari mana mereka mendapatkan uang jika tidak memanfaatkan jabatan yang
didudukinya.

C. BIROKRASI

Birokrasi di Indonesia awalnya sebagaimana diperkenalkan oleh budaya Eropa di


mulai dari masa-masa kolonial antara lain dengan masa cultuurstelsel, masa
desentralisasi dan emansipasi, masa pemerintah pusat (centraal bestuur), masa
Binnenlands Bestuur dan ambtskostuum binnenlands bestuur, masa pendudukan
bala tentara Jepang dan kemudian masa dimana setelah proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 pemerintahan Indonesia melalui Kasman Singodimedjo ketua KNIP
pada 25 September 1945 mengumumkan bahwa presiden Indonesia memutuskan
bagi keseluruhan pegawai-pegawai pemerintahan terdahulu dari segala jabatan dan
tingkatan ditetapkan menjadi pegawai pemerintahan Indonesia.

Birokrasi (bahasa Inggris:bureaucracy; bahasa Perancis: bureaucratie) mempunyai


arti bureau + cratie atau sistem struktur manajemen pemerintahan negara atau
administrasi besar atau organisasi sesuai dengan kebutuhan atau keinginan yang
kompleks yang ditandai dengan otoritas hirarkis di antara banyak kantor dengan
prosedur yang tetap.

 Teori-teori dalam birokrasi

Max Weber, seorang sosiolog Jerman menulis sebuah alasan yang


menggambarkan bentuk birokrasi sebagai cara ideal mengatur organisasi
pemerintahan melalui prinsip-prinsip bentuk birokrasi antara lain harus terdapat
adanya struktur hirarkis formal pada setiap tingkat dan di bawah kontrol dan
dikendalikan dalam sebuah hierarki formal atas dasar dari perencanaan pusat dan
pengambilan keputusan, manajemen dengan aturan yang jelas adanya
pengendalian melalui aturan yang memungkinkan agar keputusan yang dibuat
pada tingkat atas akan dapat dilaksanakan secara konsisten oleh semua tingkat di
bawahnya, organisasi dengan fungsional yang khusus pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh mereka yang benar merupakan ahli kemudian disusun dalam
unit-unit berdasarkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan berdasarkan keahlian,
mempunyai sebuah misi target yang akan dituju atau yang sedangkan
dilaksanakan dalam upaya agar tujuan agar organisasi ini dapat melayani

15
kepentingan yang akan diberdayakan termasuk dalam misi untuk melayani
organisasi itu sendiri harus melalui perhitungan pencapaian pada tujuan,
perlakuan secara impersonal idenya agar memperlakukan semua pelaksana dan
kepentingan diperlakukan secara sama sama dan tidak boleh dipengaruhi oleh
perbedaan individu, bekerja berdasarkan kualifikasi teknis merupakan
perlindungan bagi pelaksana agar dapat terhindar dari pemecatan sewenang-
wenang dalam saat menjalankan tugasnya. Akan tetapi, menurut Cyril Northcote
Parkinson seorang sejarawan angkatan laut Inggris yang menulis bahwa Weber
kurang menyadari bahwa manajemen dan staf profesional akan cenderung
tumbuh mengikuti pada tingkat yang tidak diprediksi oleh garis organisasi,
sedangkan David Osborne dan Ted Gaebler menyarankan bahwa birokrasi harus
berubah menjadi birokrasi yang lebih memperhatikan partisipasi masyarakat,
adanya kerja tim serta kontrol rekan sekerja (peer group) dan atasan bukan lagi
merupakan dominasi atau kontrol. Berikut rangkuman dari teori-teori birokrasi.

 Peran birokrasi pada masa kolonial

Kekuatan kolonial di kepulauan Indonesia mempunyai kepentingan bagaimana


mengendalikan seluruh wilayah dengan mempertimbangkan jarak, daratan dan
wilayah antar negeri yang sangat besar agar tidak menyulitkan dalam melakukan
eksplorasi sumber-sumber daya, selain dari itu perlu adanya partisipasi pasif,
partisipasi aktif dari bumiputera sangat diperlukan, kolaborasi dalam partisipasi
aktif ini tentunya dengan tidak boleh mengorbankan kekuasaan dan pengaruh
kolonialisme.

Pemerintahan kolonial dikontrol secara terpusat di Batavia (sekarang Jakarta)


melakukan administrasi secara keseluruhan dan bertindak atas nama kerajaan
Belanda (dengan jabatan setingkat menteri koloni) yang umum dikenal sebagai
gubernur jenderal yang dibantu oleh dewan Hindia Belanda (raad van Nederlands-
Indië), sekretariat umum (algemene secretarie), departemen administrasi umum
(departementen van algemeen bestuur) dan pemerintahan daerah (het
binnenlands bestuur) dengan birokrasi Eropa yang ruang lingkup kerja terbatas
bagi bangsa Eropa sedangkan bagi bumiputera selalu berada di bawah
pengarahan langsung dari pemerintahan lokal Inlandsche Bestuur (pangreh praja)
yang mencakup bagian besar dari dahulu yang disebut dengan wilayah Hindia

16
Belanda, pemerintahan sendiri seperti raja, pangeran dengan melalui kesepakatan
politik dengan pemerintah kolonial namun ada pula daerah yang dikuasai secara
langsung dimana pemerintahan kolonial ikut membentuk birokrasi yang
berdampingan dengan birokrasi pemerintahan lokal seperti yang terlihat pada
administratif pemerintahan di pulau Jawa dan Madura sekitar tahun 1829
bersamaan dengan mulai dikenalkan konsep birokrasi Eropa terutama dalam
sangkutan dengan komoditas ekspor. kebijakan cultuurstelsel berangsur-angsur
berubah dengan demikian sektor swasta mulai bermunculan antara lain
perkebunan dan perindustrian dengan kedatangan pekerja penduduk Eropa di
bidang perkebunan, perdagangan komersial dan industri bersamaan dengan itu
budaya politik saat itu mulai ikut menumbuhkan gerakan nasionalisme di
Indonesia.

Pada tahun 1905 mulai terbentuk pemerintahan walaupun dengan kekuasaan


terbatas dan tetap di bawah pimpinan pemerintah daerah Eropa berlanjut pada
tahun 1916 terbentuk pula pemerintahan kota-kota besar dengan pemerintahan
sendiri dengan walikota bukan merupakan bagian dari pemerintah daerah Eropa,
pada 1918 mulai terdapat dewan rakyat yang berbentuk badan perwakilan dari
berbagai kelompok yang diwakili dalam dewan ini. dilanjutkan pada tahun 1925
wilayah dibagi dalam beberapa tingkat administratif baru, provinsi di pulau Jawa
dan Madura dan pemerintah di luar daerah (pulau-pulau di luar Jawa dan Madura).
Di samping itu, di pulau utama Jawa dan Madura ke pemerintah daerah asli lebih
mandiri dengan pengalihan fungsi tersebut.

 Awal kemerdekaan

Pada tanggal 30 Mei 1948 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun


1948 pemerintah RI yang berkedudukan di Jogjakarta baru mendirikan Kantor
Urusan Pegawai (KUP) sedangkan pemerintahan RIS yang berkedudukan di
Jakarta untuk masalah kepegawaian dibentuk melalui Keputusan Letnan Gubernur
Jenderal di Hindia Belanda Nomor 10 tanggal 20 Februari 1946 dengan nama
Kantor Urusan Umum Pegawai (KUUP) yang berada di bawah departemen urusan
sosial namun dengan Keputusan Letnan Gubernur Jenderal di Hindia Belanda
Nomor 13 Tahun 1948 membatalkan keputusan terdahulu dan membentuk
Djawatan Urusan Umum Pegawai (DUUP) yang langsung dibawah Gubernur

17
Jenderal, antara Kantor Urusan Pegawai (KUP) dan Djawatan Urusan Umum
Pegawai (DUUP) masing-masing melaksanakan kegiatannya sendiri-sendiri
hingga terdapat dualisme dalam birokrasi di Indonesia, kemudian karena adanya
pengakuan kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949 melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 dibentuklah Kantor Urusan Pegawai
(KUP) guna menyatukan Kantor Urusan Pegawai (KUP) dan Djawatan Urusan
Umum Pegawai (DUUP) dan berada di bawah dan bertanggugjawab kepada
perdana menteri akan tetapi karena suasana perpolitikan saat itu, Kantor Urusan
Pegawai (KUP) yang akan menata birokrasi tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya disusul pada tanggal 17 Agustus 1950, terjadi pergantian konstitusi RIS
berubah menjadi UUDS 1950 yang berakibat terjadinya perubahan bentuk negara
kembali ke negara kesatuan. Tahun seribu sembilan ratus lima puluh tiga 1953
T.R. Smith membantu menyusun laporan untuk Biro Perancang Negara berjudul
Public Administration Training, setahun kemudian dua orang profesor dari Cornell
University, School of Business and Public Administration Amerika yang diundang
ke Indonesia yaitu Edward H. Lichtfeld dan Alan C. Rankin yang berhasil
menyusun laporan rekomendasi yang berjudul Training for Administration in
Indonesia[5][6]. Pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956 - 9 April
1957) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1957 dibentuk Panitia
Negara untuk menyelidiki Organisasi Kementerian-kementerian atau Panitia
Organisasi Kementerian (PANOK) sebagai pengganti Kantor Urusan Pegawai
(KUP) serta ikut dibentuk Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang bertugas
menyempurnakan administratur negara atau birokrasi keduanya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada perdana menteri.

Pada tanggal 5 Juli 1959, dikeluarkan dekret presiden yang menyatakan


berlakunya kembali UUD 1945 dan presiden melalui Peraturan Presiden Nomor 2
Tahun 1959 melarang PNS golongan F menjadi anggota dari partai politik
selanjutnya pada tahun 1961 dikeluarkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun
1961 tentang Ketentuan Pokok Kepegawaian dan dibentuk Badan Administrasi
Kepegawaian Negara (BAKN) diikuti dengan lembaga baru bernama Panitia
Retooling Aparatur Negara (PARAN) yang menghasilkan Peraturan Presiden
Nomor 5 Tahun 1962 tentang pokok-pokok organisasi aparatur pemerintah negara
tingkat tertinggi, dua tahun kemudian dikeluarkan Keppres Nomor 98 Tahun 1964

18
dibentuk Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi (KONTRAR) merupakan
kelanjutan dari Panitia Retooling Aparatur Negara (PARAN), retooling atau
"pembersihan" dalam dua kepanitian terakhir ini lebih bernuansa politis dengan
penyingkiran birokrat yang tak sehaluan dengan partai yang sedang memerintah
(the ruling party) atau yang dianggap tidak sejalan dengan kebijakan pemerintahan
republik.

 Birokrasi dalam perkembangan

Dalam perkembangannya pengorganisasian birokrasi mulai diwarnai dengan


ketidakpastian akibat peranan partai-partai politik yang saling bersaing dengan
sangat dominan, partai-partai politik mulai melakukan building block kekuasaan
melalui pos-pos kementerian strategis di jajaran pemerintahan sebagai sumber
daya kelangsungan partai politik yang bersangkutan, program rekrutmen birokrasi
ikut mengalami spoil system yang merajalela mulai dari pengangkatan,
penempatan, promosi dan instrumen kepegawaian lainnya tidak didasarkan
kriteria penilaian melainkan berdasarkan pertimbangan politik, golongan serta
unsur-unsur lainnya di luar tugas birokrasi.

Pada tahun 1966 awal pemerintahan Suharto bedasarkan Ketetapan MPRS


Nomor XIII/MPRS/1966 tentang Kabinet Ampera ditunjuk selaku presiden dan
ketua presidium Kabinet Ampera melalui Keputusan Presidium Kabinet Ampera
Nomor 266 Tahun 1967 kembali membentuk panitia pengorganisasian birokrasi
sebagai pembantu presidium yang kemudian dikenal dengan nama Tim Pembantu
Presiden untuk Penertiban Aparatur dan Administrasi Pemerintah atau disingkat
menjadi Tim PAAP yang beranggotakan sebelas orang dengan Menteri Tenaga
Kerja selaku ketua didampingi oleh direktur LANsebagai sebagai sekretaris serta
dibantu oleh lima orang penasehat ahli yang mengusulkan unit kerja baru bernama
Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal dan Inspektorat tercermin dalam
Keputusan Presidium Kabinet Nomor 75/U/KEP/11/1966 serta dalam
pengorganisasian kembali birokrasi pada kementerian negara melalui Keputusan
Presiden Nomor 44 dan 45 Tahun 1966 dilakukan pengubahan penggolongan
PNS dari golongan A sampai dengan F menjadi golongan I sampai dengan IV.

Selanjutnya pada tahun 1968 kembali dibentuk Panitia Koordinasi Efisiensi


Aparatur Ekonomi Negara dan Aparatur Pemerintah yang disebut pula sebagai

19
Proyek 13 disusul dengan Keppres Nomor 16 Tahun 1968 yang kemudian
disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 199 Tahun 1968, Proyek 13
ini kemudian berganti nama menjadi Sektor Penyempurnaan dan Penertiban
Administrasi Negara yang lebih dikenal dengan nama Sektor P' dengan anggota
terdiri dari Lembaga Administrasi Negara (LAN), Badan Administrasi Kepegawaian
Negara (BAKN), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, Departemen Tenaga Kerja, serta
Departemen Transmigrasi dan Koperasi. yang diketuai oleh Awaloeddin Djamin
yang menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dengan tugas agar dapat
menyempurnakan administrasi pemerintahan.

Ketika Suharto pertama kali membentuk Kabinet Pembangunan I dengan


Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1968, dibentuk kementerian nomenklatur
baru yaitu Kementerian Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur
Negara bertugas antara lain melanjutkan pembersihan birokrasi dari unsur-unsur
apa yang disebut dengan berpolitik kepartaian lalu berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 82 Tahun 1971 pada tanggal 29 Nopember 1971 didirikan Korps
Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) sebagai organisasi wadah tunggal bagi
seluruh pegawai pemerintahan Indonesia dan dalam perkembangan selanjutnya
Tim PAAP dan Proyek 13 akhirnya dilebur kedalam Kementerian Negara
Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara sedangkan Sektor Aparatur
Pemerintah (Sektor P) tetap dan berfungsi meliputi penyusunan kebijaksanaan,
perencanaan, pembuatan program, koordinasi, pengendalian, dan penelitian
dalam rangka menyempurnakan dan membersihkan aparatur negara dan
Kementerian Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara yang
dipimpin oleh seorangan menteri merangkap menjadi anggota Sektor N (Penelitian
dan Pengembangan) dan Sektor Q (Keamanan dan Ketertiban) dan dengan
Keppres Nomor 45/M Tahun 1983 Kementerian Negara Penyempurnaan dan
Pembersihan Aparatur Negara diubah kembali menjadi Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara yang secara langsung menteri pada
kementerian tersebut merangkap pula sebagai wakil Ketua Bappenas.

Tahun 1995 melalui Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 tanggal 27


September 1995 pemerintah mencanangkan dimulai diterapkan lima hari kerja
yaitu hari kerja mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat yang berlaku secara

20
efektif sejak tanggal 1 Oktober 1995 sebagai akibat dari sistem pembinaan Karier
PNS, pertumbuhan nol pegawai negeri sipil (PNS) (Zero Growth) seta
perampingan organisasi.

Setelah tahun 1998 yang dikenal sebagai gerakan reformasi maka melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 mengenai keberadaan pegawai
negeri sipil (PNS) sebagai anggota partai politik lalu diubah melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 1999 yang membuat pegawai negeri sipil (PNS)
kembali tertutup dari kemungkinan untuk ikut berkiprah sebagai keanggotaan
dalam partai politik apapun.

Wajah birokrasi dari suatu penyelengaraan negara Indonesia akan tercermin pada
hasil produk yang berupa adanya standar pelayanan terhadap publik atau masyarakat
dalam rangka merasionalisasi birokrasi akan dapat terwujudnya dengan adanya
batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik,
terdapat sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak dan sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik dengan terpenuhinya
penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan pengaturan dalam peraturan
perundang-undangan dan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
memperoleh penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan pada kepentingan umum
serta adanya kepastian hukum dalam kesamaan hak disamping keseimbangan hak
dan kewajiban meliputi keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak
diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, penyedian fasilitas dan perlakuan khusus
bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.

Sebagai penjamin kelancaran penyelenggaraan pelayanan publik dan


penanggung jawab adalah pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian,
pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, pimpinan lembaga komisi negara
atau yang sejenis, pimpinan lembaga lainnya, gubernur pada tingkat provinsi dengan
kewajiban melaporkan hasil perkembangan kinerja pelayanan publik kepada Presiden
dan Dewan Perwakilan Rakyat sedangkan pada tingkat bupati pada tingkat
kabupaten, walikota pada tingkat kota melaporkan hasil perkembangan kinerja
pelayanan publik masing-masing kepada dewan perwakilan rakyat daerah provinsi
dan menteri atau dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota dan gubernur.

21
Pendulum kekuasaan di Indonesia selalu bergulir dari waktu-ke waktu, bergerak
antara eksekutif dan parlemen serta peran kekuatan bersenjata yang ikut mewarnai
kekuasaan para pelaku hampir tidak mengalami perubahan yakni berputar antara
partai politik yang satu kepada partai politik yang lain, pada kurun waktu tertentu lokus
kekuasaan akan bergeser pada pihak eksekutif dimana partai politik pemerintah akan
lebih kuat dan menunjukkan supremasi kekuasaan katimbang kelembagaan negara
lainnya yang dengan demikian penggunaan kekuasaan akan terfokus dan bermuara
di satu tempat, saat kurun waktu yang lain, kekuasaan berada pada pihak legislatif,
partai politik lain yang berada di legislatif akan memainkan peran yang sentral dalam
fokus penggunaan kekuasaan membuat stabilitas pemerintahan tidak bisa tercapai,
sementara itu profesionalisme baik pada pihak legsilatif maupun pihak eksekutif tidak
juga pernah bisa terwujudkan, politik tarik-menarik dari lokus dan fokus penggunaan
kekuasaan akan selalu silih berganti berada di kedua pihak tersebut.

Sementara kepentingan publik tidak pernah merasakan keterwakilan dalam siklus


kekuasaan ini, keperwakilan melalui partai politik yang seharusnya sebagai mewakili
kepentingan publik hanya mengenalnya pada saat-sat ketika akan diadakan pemilu
belaka dan seterusnya kepentingan publik akan terlupakan kembali dengan
kekuasaan ego partikular dan elite pimpinan partai politik semata.

Dalam Perkembangannya administrasi publik akan cenderung menjadi instrumen


dari kekuasaan dari para elite dengan membuat publik senantisa kembali berada pada
posisi objek dan kepentingan sedangkan pertanggung jawaban kepada publik
mempunyai kadar amat rendah dan cenderung bisa dikatakan hampir tidak ada sama
sekali akhirnya akan bisa menjadi sebuah ironi di dalam sebuah negara demokrasi
yang tanpa mempunyai akuntabilitas, negara demokrasi yang seharusnya dapat
melahirkan administrasi publik yang lebih baik sebagaimana administrasi publik di
beberapa negara yang telah mengikuti sistem demokrasi yang seharusnya menjadi
sebuah kekuatan besar yang dapat dipergunakan untuk meminta pertanggung
jawaban publik dan harus dapat segera dilaksanakan oleh pemerintahan dan publik
dapat pula antara lain dengan menuntut uang pajak yang dibayarkan kepada
pemerintahan agar selalu dipergunakan secara jelas dan bermanfaat bagi publik
melalui tekanan-tekanan publik antara lain fiskal kepada administrasi publik akan
semakin kuat, publik harus dapat mengetahui setiap aliran penggunakan dan
pemanfaatan fiskal dengan demikian publik tidak lagi akan dapat mentoleransi

22
terhadap segala macam pemborosan, inkomptensi dan kecerobohan yang mungkin
atau yang dilakukan oleh aparatur administrasi publik yang berakibatkan kerugian bagi
publik.

Efektivitas berbagai metode dalam menegakkan akuntabilitas publik terdapat


faktor yang menentukan antara lain dengan adanya derajat transparansi penerimaan
yang dapat diukur dari peran media massa dalam memberikan informasi kepada
publik meliputi anggaran, akuntansi publik, dan laporan audit. Tanpa akses terhadap
beragai informasi tersebut, masyarakat tidak akan sepenuhnya menyadari apa yang
telah dilakukan dan tidak pernah dilakukan bagi kepentingan publik serta pendidikan
pemahaman hak-hak sipil yang diberikan kepada para warga negara agar mengetahui
hak dan kewajibannya serta kesiapannya untuk menjalankan.

D. KELOMPOK PEMUDA

Tanggal 17 Agustus 2016 bangsa Indonesia memperingati 71 tahun proklamasi


kemerdekaan. Bagian penting dari peristiwa sekitar proklamasi adalah peran kaum
muda dalam mendesakan proklamasi kemerdekaan.

Prolog dari proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah kekalahan Jepang dalam


Perang Dunia II yang menyebabkan cengkraman atas Indonesia menjadi longgar.
Sementara pasukan sekutu sebagai pemenang perang belum datang menggantikan
kekuasaan lama. Transisi ini menciptakan vacum of power dan memberi momentum
menuju proklamasi kemerdekaan.

Janji Indonesia merdeka dari pihak Jepang pertama kali terdengar pada akhir Juli
1945. Untuk mempersiapkan kemerdekaan, pada 7 Agustus 1945 Pemerintah Jepang
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menggantikan Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada 12
Agustus 1945, Marsekal Terauci, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Jepang di Asia
Tenggara menerima Soekarno, Hatta dan Radjiman di Dalat, Vietnam. Dalam
pertemuan Terauci menyatakan pemerintah Jepang telah memutuskan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia yang pelaksanaannya diserahkan kepada PPKI.

Proklamasi kemerdekaan ditentukan oleh perdebatan antara kaum nasionalis tua


dan kaum nasionalis revolusioner di sekitar kelompok pemuda di Jakarta menjelang
proklamasi kemerdekaan. Kaum nasionalis tua mayoritas adalah lingkaran politik

23
pendukung taktik kerjasama dengan Jepang dengan sosok sentral pada Soekarno
dan Hatta. Sementara kaum revolusioner yang dimotori kelompok pemuda menolak
taktik kerjasama dengan Jepang. Kaum muda ini mewakili berbagai spektrum
revolusioner seperti kelompok Sjahrir, pengikut Tan Malaka dan pemuda revolusioner
yang membangun kembali PKI seperti DN. Aidit dan pemuda revolusioner lainnya
yang berbasis di Asrama Mahasiswa Kedokteran di Prapatan 10, Asrama Angkatan
Baru di Menteng 31 dan Asrama Indonesia Merdeka di Jalan Bungur Besar.

Bagi kaum nasionalis tua, kemerdekaan harus dipersiapkan dan diselenggarakan


oleh PPKI, seperti mandat yang diberikan pemerintah Jepang. Kemerdekaan tidak
bisa dilakukan dengan cara revolusioner atau tanpa koordinasi dengan Jepang.
Sementara bagi kaum muda, menganggap proklamasi kemerdekaan tidak boleh
sebagai hadiah pemerintah Jepang. Karena itu kaum muda menolak bila
kemerdekaan dilakukan oleh PPKI yang dianggap bikinan Jepang.

Namun terlepas dari perdebatan yang terjadi, menurut Adnan Buyung Nasution,
proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan hasil kompromi antara yang berjuang untuk
kemerdekaan sambil bekerjasama dengan Jepang dengan mereka yang bekerja
dibawah tanah selama pendudukan Jepang. Kaum muda dan kaum tua menjadi
“sepasang sayap revolusi” yang saling melengkapi satu sama lain (Buyung Nasution,
1995 : 13).

Tanggal 14 sampai 17 Agustus 1945 adalah hari-hari paling menentukan


menjelang proklamasi. Beberapa pertemuan dilakukan kaum muda merespon
kekalahan Jepang. Pada 14 Agustus 1945, Sjahrir menemui Hatta dan menyatakan
keinginan kaum muda agar proklamasi kemerdekaan diumumkan di luar kerangka
PPKI yang dianggap buatan Jepang. Dari sana Sjahrir menemui Soekarno yang
sikapnya sama dengan Hatta menunggu pengumuman resmi kekalahan Jepang dan
memutuskan soal kemerdekaan harus diputuskan dalam rapat PPKI.

Pada 15 Agustus 1945, para pemuda mengadakan pertemuan di Laboratorium


Bakteriologi di Jalan Pegangsaan. Rapat memutuskan mengirim Wikana sebagai
pimpinan delegasi bertemu Soekarno. Wikana dan kawan-kawan datang menemui
Soekarno dengan tuntutan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Jawaban
Soekarno tetap sama dengan sebelumnya bahwa mereka hendak mempersiapkan

24
kemerdekaan tanpa terburu-buru bahkan menantang pemuda untuk mengumumkan
sendiri kemerdekaan.

Wikana yang kecewa lalu mengertak Soekarno bila tak mengumumkan


kemerdekaan pada 16 Agustus 1945, akan terjadi pembunuhan dan pertumpahan
darah. Soekarno membalas gertakan tersebut dengan gertakan pula. “Ini leher saya,
seretlah saya ke pojok itu dan sudahilah nyawa saya malam ini juga, jangan sampai
menunggu besuk.” Wikana yang kecewa membawa rombongan keluar rumah sambil
kembali menggertak. “Tidak dapat menanggung sesuatunya bila besok siang
proklamasi belum juga diumumkan” (Hatta, 1970 : 35).

Wikana melaporkan hasil pertemuan dengan Soekarno-Hatta yang menolak


usulan mempercepat proklamasi. Kaum muda memutuskan tindakan tertentu harus
dilakukan untuk menunjukkan tekad kaum muda ingin merdeka. Menurut Ben
Anderson, Revoloesi Poemuda, tidak jelas siapa yang awalnya mengusulkan rencana
untuk “menculik” Soekarno-Hatta. Pertemuan memilih orang yang akan menjadi
pelaksana yaitu Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, dr. Muwardi, Jusuf Kunto, Singgih
dan dr. Sutjipto (Anderson, 1988 : 96).

Rencananya 16 Agustus 1945 pagi Soekarno-Hatta akan memimpin sidang PPKI


membicarakan tentang kemerdekaan Indonesia. Namun sidang tidak jadi
dilaksanakan karena para pemuda telah “mengamankan” Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok, Karawang, 81 Km dari Jakarta. Normalnya penculikan adalah upaya
paksa, bila perlu dengan kekerasan. Tapi yang terjadi sebetulnya tidak ada paksaan
fisik pada keduanya. Bahkan dr. Muwardi yang ditugaskan menjemput Soekarno takut
membangunkan Soekarno di pagi buta. Akhirnya dia menunggu Chaerul Saleh untuk
membangunkan Soekarno.

Menurut Sidik Kertopati, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, apa yang dilakukan
pemuda ini adalah upaya “pengamanan tokok nasional” untuk memberi kebebasan
pemimpin aksi mengorganisir revolusi. Karena menurut rencana akan diadakan
pemberontakan dan proklamasi yang akan diumumkan kaum muda pada 16 Agustus
1945, namun pemberontakan tidak pernah terjadi karena perencanaannya kurang
matang (Kertapati, 2000 : 80).

Peristiwa di Rengasdengklok sering dianggap sebagai keberhasilan kaum muda


menyepakati “percepatan” proklamasi kemerdekaan kepada Soekarno-Hatta.

25
Menurut Adam Malik, Riwayat Proklamasi Agustus 1945, di Rengasdengklok Soekarni
menjelaskan bahwa maksud membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok adalah
untuk menyiapkan kedua tokoh pergerakan nasional tersebut menyatakan proklamasi
kemerdekaan secepatnya atas nama seluruh rakyat karena keadaan sudah
mendesak dan memuncak (Adam Malik, 1956 : 42).

Namun dalam bukunya, Sekitar Proklamasi, Hatta menyangkal semua fakta yang
menyatakan telah terjadi semacam perundingan atau kesepakatan. Menurutnya
selama di Rengasdengklok mereka didiamkan di rumah seorang tuan tanah Tionghoa
bernama Djiauw Kie siong hingga kembali pulang malam hari ke Jakarta. Hal utama
yang dikerjakan adalah bergantian menggendong guntur yang agak rewel karena
susunya ketinggalan di mobil para pemuda. Bahkan celana Hatta basah terkena
kencing Guntur sehingga tak dapat menunaikan ibadah sholat (Hatta, 1970).

Dari narasi sekitar peristiwa proklamasi ini terdapat dua klaim di sekitar peristiwa
Rengasdengklok. Klaim pertama menyatakan ada perundingan dan kesepakatan di
Rangasdengklok, seperti dinyatakan oleh kaum muda sebagaimana ditulis oleh Adam
Malik dan Sidik Kertapati. Klaim kedua, menyatakan tidak terjadi perundingan dan
kesepakatan apa-apa di Rengasdengklok, seperti ditulis oleh Hatta.

Sementara Soekarno dan Hatta “diamankan” ke Rengasdengklok, di Jakarta para


pemuda mengadakan pertemuan mempersiapakan proklamasi kemerdekaan
secepatnya. Dilaporkan bahwa proklamasi melalui radio pada pagi hari telah gagal.
Wikana melaporkan bahwa Subardjo sedang menjemput Soekarno-Hatta, karena itu
pengumumam kemerdekaan diundur hingga jam 23.00. Sekitar jam 01.00 pagi, Iwa
Kusumasumantri memberi kabar bahwa Soekarno-Hatta berada di rumah Laksamada
Maeda untuk membicarakan persiapan kemerdekaan. Peserta rapat lalu mengirim
Chaerul Saleh dan Sukarni untuk hadir dalam pertemuan di rumah Maeda sebagai
wakil golongan pemuda.

Meskipun hanya mengirim dua utusan dalam pertemuan tersebut, kaum muda
telah mengubah jalannya proklamasi. Pertama, proklamasi bukan lagi sebagai hadiah
dari Jepang, tapi sebagai usaha dari rakyat dan bangsa Indonesia. Dalam pembukaan
rapat, Chaerul Saleh menyatakan menolak pertemuan tersebut sebagai pertemuan
PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan karena akan berbau buatan Jepang.

26
Soekarno menerima usulan itu dan menyatakan, “Rapat ini bukanlah rapat PPKI, rapat
ini adalah rapat wakil-wakil bangsa Indonesia” (Kertapati, 2000 : 94).

Kedua, mencegah pembacaan naskah proklamasi atas nama PPKI, yang


dianggap bentukan Jepang. Sebagai kompromi, disepakati bahwa proklamasi ditanda
tangani oleh Soekarno-Hatta sebagai “Wakil bangsa Indonesia”, bukan sebagai
pimpinan dan wakil PPKI.

Ketiga, mempercepat tanggal proklamasi menjadi 17 Agustus 1945 menyimpang


dari rencana PPKI yang telah disetujui dan dijanjikan oleh pemerintah Jepang pada
24 Agustus 1945.

Akhirnya, pada 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi Proklamasi Kemerdekaan


dibacakan oleh Soekarno. Sejak hari itu Indonesia menyatakan dirinya sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat menuju masyarakat adil dan makmur. Sebuah
janji kemerdekaan yang belum terwujud hingga 71 tahun usia proklamasi.

 Organisasi Pemuda di Era Modern

Berbagai komunitas /gerakan yang dilakukan oleh anak-anak muda di


Indonesia .Entah itu komunitas hobby misalnya fotografi dan dance , komunitas
dalam bidang olahraga,komunitas berbasis sosial,komunitas berbasis lingkungan,
gerakan dalam bidang kewirausahaan dan masih banyak lagi.Beberapa dari
komunitas/gerakan ini mampu memberikan berkontribusi secara real terhadap
masyarakat. Berikut sebagian kecil dari komunitas/gerakan tersebut,antara lain

1. Komunitas 1001 buku

Komunitas ini merupakan relawan dan pengelola perpustakaan anak. 1001


buku adalah merupakan organisasi nirlaba, sebuah jaringan relawan dan
pengelola taman bacaan anak. Berangkat dari keprihatinan atas kurangnya
ketersediaan akses atas bahan bacaan bagi anak-anak Indonesia, 1001buku
melakukan pengumpulan dan pendistribusian bahan bacaan anak serta
penguatan taman baca melalui saran pengembangan kreativitas anak dari
masyarakat.. Sejalan dengan perkembangannya, 1001buku memfasilitasi
penguatan taman-taman bacaan anak yang tergabung dalam Jaringan Taman

27
Bacaan Anak 1001buku, melakukan kampanye-kampanye literasi dan
memperkokoh jiwa kerelawanan di seluruh nusantara.

2. Indonesia Mangajar

Indonesia mengajar membantu mengisi kekurangan guru sekolah dasar,


khususnya di daerah terpencil dengan mengirimkan lulusan terbaik Perguruan
Tinggi di Indonesia yang telah dididik intensif untuk menguasai kapasitas
kepengajaran dan kepemimpinan untuk bekerja sebagai guru selama satu tahun.
3. Akademi Berbagi

Akademi Berbagi adalah gerakan sosial nirlaba yang bertujuan untuk berbagi
pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang bisa diaplikasikan langsung
sehingga para peserta bisa meningkatkan kompetensi di bidang yang telah
dipilihnya. Bentuknya adalah kelas-kelas pendek yang diajar oleh para ahli dan
praktisi di bidangnya masing-masing. Kelasnya pun berpindah-pindah sesuai
dengan ketersediaan ruang kelas yang disediakan oleh para donatur ruangan.
4. Card To Post

Card to Post merupakan gerakan yang mengajak masyarakat terutama kaum


muda untuk menjadi kreatif dengan membuat kartu pos untuk menyampaikan
sebuah pesan, entah itu berupa ungkapan perasaan, ucapan selamat, atau
sekedar sapaan. Dalam kartu pos tersebut bisa memuat foto, ilustrasi, crafting,
atau apa pun.

Ini masih sebagian kecil dari komunitas komunitas inspiratif di Indonesia. Hal
ini membuktikan bahwa pemuda Indonesia masih memiliki kepedulian terhadap
lingkungan sekitarnya. Jadi jangan salah kaprah bahwa pemuda Indonesia itu
tahunya keluyuran dan buang buang waktu sebab mereka bisa memberdayakan
energinya untuk kegiatan kegiatan yang positif.Salam sukses dan selamat
berkreasi bagi seluruh kaum muda di seluruh Indonesia.YANG MUDA,YANG
MEMBERI INSPIRASI.

28
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU :

Firmanzah. 2007. Mengelola Partai Politik : Komunikasi dan Positioning Ideologi


Politik di Era Demokrasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama

SUMBER INTERNET :

https://www.beranijujur.net/id/content/tahun-korupsi-politik-2013

https://www.merdeka.com/khas/pemilu-sumber-korupsi-partai-politik-kolom-
pemilu.html

https://indonesia-web.blogspot.com/2013/08/rakyat-tak-percaya-elite-politik-
2014.html

https://www.garudamiliter.net/kehebatan-kekuatan-militer-indonesia-di-mata-dunia/

http://www.viva.co.id/berita/dunia/942403-berbanggalah-kekuatan-militer-indonesia-
ungguli-israel

https://id.wikipedia.org/wiki/Birokrasi_di_Indonesia

http://muda.kompasiana.com/2013/01/11/inilah-20-komunitas-gerakan-pemuda-
inspiratif-di-indonesia-523631.html

29

Você também pode gostar