Você está na página 1de 14

Analisis Data

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diperoleh hasil data sebagai berikut:

A. Perubahan Warna
1. Apel
Berdasarkan :
a. Uji Biuret : Setelah larutan protein 2 ml ditambahkan 1 ml NaOH 10%, lalu
ditambahkan 2 – 3 tetes larutan CuSO4, terjadi perubahan warna biru,
sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.
b. Uji Molish : Setelah larutan ditambah dengan reagen Molisch dan ditetesi
dengan H2SO4 pekat, tidak terbentuk cincin berwarna ungu dan tidak terjadi
perubahan warna, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.
c. Uji xanthoprotein : Setelah 2 ml larutan ditambahkan 1 ml HNO3 pekat dan
dipanaskan selama 1 menit, kemudian di dinginkan di air yang mengalir,
kemudian masukkan perlahan-lahan dengan hati-hati NaOH 40% terjadi
perubahan warna orange pada bidang pembatas, sehingga larutan uji positif
mengandung protein.
d. Uji Millon : Setelah 2 ml larutan protein dan ditambahkan beberapa tetes
reagen Millon, diaduk sampai terlihat adanya endapan putih. Kemudian
dipanaskan dengan hati-hati dan setelah dingin ditambahkan NaNO2, tidak
terjadi perubahan warna sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.
e. Uji Ninhydrine : Setelah 3 ml larutan protein dan ditambahkan 10 tetes larutan
Ninhydrine, lalu dipanaskan 1 – 2 menit, tidak terjadi perubahan warna
sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein
f. Uji Hokpins-Cole : Setelah 1 ml ditambahkan 1 ml reagen Hokpins-Cole, lalu
ditambahkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, kemudian setelah dikocok,
tidak terjadi perubahan warna sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.
g. Uji Sakaguchi : Setelah 3 ml dialkalis kuat dengan ditetesi larutan NaOH 10%
kemudian ditambahkan dengan 3 tetes larutan alfa naftol sampai tercampur
rata, lalu ditambahkan dengan volume yang sama larutan kalium hipokhlort,
tidak terjadi perubahan warna, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.

2. Pisang
Berdasarkan :
a. Uji Biuret : Setelah larutan protein 2 ml ditambahkan 1 ml NaOH 10%, lalu
ditambahkan 2 – 3 tetes larutan CuSO4, terjadi perubahan warna biru,
sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.
b. Uji Molish : Setelah larutan ditambah dengan reagen Molisch dan ditetesi
dengan H2SO4 pekat, tidak terbentuk cincin berwarna ungu dan tidak terjadi
perubahan warna, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.
c. Uji xanthoprotein : Setelah 2 ml larutan ditambahkan 1 ml HNO3 pekat dan
dipanaskan selama 1 menit, kemudian di dinginkan di air yang mengalir,
kemudian masukkan perlahan-lahan dengan hati-hati NaOH 40% terjadi
perubahan warna orange pada bidang pembatas, sehingga larutan uji positif
mengandung protein.
d. Uji Millon : Setelah 2 ml larutan protein dan ditambahkan beberapa tetes
reagen Millon, diaduk sampai terlihat adanya endapan putih. Kemudian
dipanaskan dengan hati-hati dan setelah dingin ditambahkan NaNO2, tidak
terjadi perubahan warna sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.
e. Uji Ninhydrine : Setelah 3 ml larutan protein dan ditambahkan 10 tetes larutan
Ninhydrine, lalu dipanaskan 1 – 2 menit, terjadi perubahan warna biru
sehingga larutan uji positif mengandung protein.
f. Uji Hokpins-Cole : Setelah 1 ml ditambahkan 1 ml reagen Hokpins-Cole, lalu
ditambahkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, kemudian setelah dikocok,
tidak terjadi perubahan warna sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.
g. Uji Sakaguchi : Setelah 3 ml dialkalis kuat dengan ditetesi larutan NaOH 10%
kemudian ditambahkan dengan 3 tetes larutan alfa naftol sampai tercampur
rata, lalu ditambahkan dengan volume yang sama larutan kalium hipokhlort,
tidak terjadi perubahan warna, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.

3. Timun
Berdasarkan :
a. Uji Biuret : Setelah larutan protein 2 ml ditambahkan 1 ml NaOH 10%, lalu
ditambahkan 2 – 3 tetes larutan CuSO4, terjadi perubahan warna biru,
sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.
b. Uji Molish : Setelah larutan ditambah dengan reagen Molisch dan ditetesi
dengan H2SO4 pekat, tidak terbentuk cincin berwarna ungu dan tidak terjadi
perubahan warna, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.
c. Uji xanthoprotein : Setelah 2 ml larutan ditambahkan 1 ml HNO3 pekat dan
dipanaskan selama 1 menit, kemudian di dinginkan di air yang mengalir,
kemudian masukkan perlahan-lahan dengan hati-hati NaOH 40% tidak terjadi
perubahan warna pada bidang pembatas, sehingga larutan uji negatif tidak
mengandung protein.
d. Uji Millon : Setelah 2 ml larutan protein dan ditambahkan beberapa tetes
reagen Millon, diaduk sampai terlihat adanya endapan putih. Kemudian
dipanaskan dengan hati-hati dan setelah dingin ditambahkan NaNO2, terjadi
perubahan warna putih, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.
e. Uji Ninhydrine : Setelah 3 ml larutan protein dan ditambahkan 10 tetes larutan
Ninhydrine, lalu dipanaskan 1 – 2 menit, terjadi perubahan warna biru
sehingga larutan uji positif mengandung protein.
f. Uji Hokpins-Cole : Setelah 1 ml ditambahkan 1 ml reagen Hokpins-Cole, lalu
ditambahkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, kemudian setelah dikocok,
tidak terjadi perubahan warna sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.
g. Uji Sakaguchi : Setelah 3 ml dialkalis kuat dengan ditetesi larutan NaOH 10%
kemudian ditambahkan dengan 3 tetes larutan alfa naftol sampai tercampur
rata, lalu ditambahkan dengan volume yang sama larutan kalium hipokhlort,
terjadi perubahan warna pada bagian atas berwarna bening dan permukaan
bawah keruh, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.

4. Susu kedelai
Berdasarkan :
a. Uji Biuret : Setelah larutan protein 2 ml ditambahkan 1 ml NaOH 10%, lalu
ditambahkan 2 – 3 tetes larutan CuSO4, terjadi perubahan berwarna merah,
sehingga larutan uji positif mengandung protein.
b. Uji Molish : Setelah larutan ditambah dengan reagen Molisch dan ditetesi
dengan H2SO4 pekat, tidak terbentuk cincin berwarna ungu dan tidak terjadi
perubahan warna, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.
c. Uji xanthoprotein : Setelah 2 ml larutan ditambahkan 1 ml HNO3 pekat dan
dipanaskan selama 1 menit, kemudian di dinginkan di air yang mengalir,
kemudian masukkan perlahan-lahan dengan hati-hati NaOH 40% terjadi
perubahan warna orange pada bidang pembatas, sehingga larutan uji positif
mengandung protein.
d. Uji Millon : Setelah 2 ml larutan protein dan ditambahkan beberapa tetes
reagen Millon, setelah diaduk terlihat adanya endapan putih. Kemudian
dipanaskan dengan hati-hati dan setelah dingin ditambahkan NaNO2 berwarna
cokelat kemerahan, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
e. Uji Ninhydrine : Setelah 3 ml larutan protein dan ditambahkan 10 tetes larutan
Ninhydrine, lalu dipanaskan 1 – 2 menit, terjadi perubahan warna biru
sehingga larutan uji positif mengandung protein.
f. Uji Hokpins-Cole : Setelah 1 ml ditambahkan 1 ml reagen Hokpins-Cole, lalu
ditambahkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, kemudian setelah dikocok,
tidak terjadi perubahan warna, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.
g. Uji Sakaguchi : Setelah 3 ml dialkalis kuat dengan ditetesi larutan NaOH 10%
kemudian ditambahkan dengan 3 tetes larutan alfa naftol sampai tercampur
rata, lalu ditambahkan dengan volume yang sama larutan kalium hipokhlort,
terjadi perubahan warna tetapi terdapat endapan atau pemisahan suspensi,
sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.

5. Susu kambing
Berdasarkan :
a. Uji Biuret : Setelah larutan protein 2 ml ditambahkan 1 ml NaOH 10%, lalu
ditambahkan 2 – 3 tetes larutan CuSO4, terjadi perubahan berwarna ungu,
sehingga larutan uji positif mengandung protein.
b. Uji Molish : Setelah larutan ditambah dengan reagen Molisch dan ditetesi
dengan H2SO4 pekat, terbentuk cincin berwarna ungu dan terjadi perubahan
warna, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
c. Uji xanthoprotein : Setelah 2 ml larutan ditambahkan 1 ml HNO3 pekat dan
dipanaskan selama 1 menit, kemudian di dinginkan di air yang mengalir,
kemudian masukkan perlahan-lahan dengan hati-hati NaOH 40% terjadi
perubahan warna orange pada bidang pembatas, sehingga larutan uji positif
mengandung protein.
d. Uji Millon : Setelah 2 ml larutan protein dan ditambahkan beberapa tetes
reagen Millon, diaduk sampai terlihat adanya endapan putih. Kemudian
dipanaskan dengan hati-hati dan setelah dingin ditambahkan NaNO2, terjadi
perubahan warna merah muda, sehingga larutan uji positif mengandung
protein.
e. Uji Ninhydrine : Setelah 3 ml larutan protein dan ditambahkan 10 tetes larutan
Ninhydrine, lalu dipanaskan 1 – 2 menit, terjadi perubahan warna biru muda
sehingga larutan uji positif mengandung protein
f. Uji Hokpins-Cole : Setelah 1 ml ditambahkan 1 ml reagen Hokpins-Cole, lalu
ditambahkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, kemudian setelah dikocok,
tidak berwarna ungu, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung protein.
g. Uji Sakaguchi : Setelah 3 ml dialkalis kuat dengan ditetesi larutan NaOH 10%
kemudian ditambahkan dengan 3 tetes larutan alfa naftol sampai tercampur
rata, lalu ditambahkan dengan volume yang sama larutan kalium hipokhlort,
terjadi perubahan warna putih, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.

6. Susu sapi
Berdasarkan :
a. Uji Biuret : Setelah larutan protein 2 ml ditambahkan 1 ml NaOH 10%, lalu
ditambahkan 2 – 3 tetes larutan CuSO4, terjadi perubahan berwarna ungu
kemerahan, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
b. Uji Molish : Setelah larutan ditambah dengan reagen Molisch dan ditetesi
dengan H2SO4 pekat, terbentuk cincin berwarna ungu dan terjadi perubahan
warna, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
c. Uji xanthoprotein: Setelah 2 ml larutan ditambahkan 1 ml HNO3 pekat dan
dipanaskan selama 1 menit, kemudian di dinginkan di air yang mengalir,
kemudian masukkan perlahan-lahan dengan hati-hati NaOH 40% terjadi
perubahan warna orange pada bidang pembatas, sehingga larutan uji positif
mengandung protein.
d. Uji Millon : Setelah 2 ml larutan protein dan ditambahkan beberapa tetes
reagen Millon, diaduk sampai terlihat adanya endapan putih. Kemudian
dipanaskan dengan hati-hati dan setelah dingin ditambahkan NaNO2, terjadi
perubahan warna merah, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
e. Uji Ninhydrine : Setelah 3 ml larutan protein dan ditambahkan 10 tetes larutan
Ninhydrine, lalu dipanaskan 1 – 2 menit, terjadi perubahan warna biru,
sehingga larutan uji positif mengandung protein
f. Uji Hokpins-Cole : Setelah 1 ml ditambahkan 1 ml reagen Hokpins-Cole, lalu
ditambahkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, kemudian setelah dikocok
terjadi perubahan warna ungu seluruhnya dan terbentuk cincin ungu pada
perbatasan, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
g. Uji Sakaguchi : Setelah 3 ml dialkalis kuat dengan ditetesi larutan NaOH 10%
kemudian ditambahkan dengan 3 tetes larutan alfa naftol sampai tercampur
rata, lalu ditambahkan dengan volume yang sama larutan kalium hipokhlort,
terjadi perubahan warna, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.

7. Putih telur ayam


Berdasarkan :
a. Uji Biuret : Setelah larutan protein 2 ml ditambahkan 1 ml NaOH 10%, lalu
ditambahkan 2 – 3 tetes larutan CuSO4, terjadi perubahan berwarna merah,
sehingga larutan uji positif mengandung protein.
b. Uji Molish : Setelah larutan ditambah dengan reagen Molisch dan ditetesi
dengan H2SO4 pekat, terbentuk cincin berwarna merah dan terjadi perubahan
warna, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
c. Uji xanthoprotein : Setelah 2 ml larutan ditambahkan 1 ml HNO3 pekat dan
dipanaskan selama 1 menit, kemudian di dinginkan di air yang mengalir,
kemudian masukkan perlahan-lahan dengan hati-hati NaOH 40% terjadi
perubahan warna orange pada bidang pembatas, sehingga larutan uji positif
mengandung protein.
d. Uji Ninhydrine : Setelah 3 ml larutan protein dan ditambahkan 10 tetes larutan
Ninhydrine, lalu dipanaskan 1 – 2 menit, terjadi perubahan warna biru,
sehingga larutan uji positif mengandung protein
e. Uji Hokpins-Cole : Setelah 1 ml ditambahkan 1 ml reagen Hokpins-Cole, lalu
ditambahkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, kemudian setelah dikocok
terjadi perubahan warna ungu seluruhnya dan terbentuk cincin ungu pada
perbatasan, sehingga larutan uji positif mengandung protein.

8. Putih telur puyuh


a. Uji Biuret : Setelah larutan protein 2 ml ditambahkan 1 ml NaOH 10%, lalu
ditambahkan 2 – 3 tetes larutan CuSO4, terjadi perubahan berwarna ungu
sehingga larutan uji positif mengandung protein.
b. Uji Molish : Setelah larutan ditambah dengan reagen Molisch dan ditetesi
dengan H2SO4 pekat, terbentuk cincin berwarna ungu dan terjadi perubahan
warna, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
c. Uji xanthoprotein : Setelah 2 ml larutan ditambahkan 1 ml HNO3 pekat dan
dipanaskan selama 1 menit, kemudian di dinginkan di air yang mengalir,
kemudian masukkan perlahan-lahan dengan hati-hati NaOH 40% terjadi
perubahan warna orange pada bidang pembatas, sehingga larutan uji positif
mengandung protein.
d. Uji Millon : Setelah 2 ml larutan protein dan ditambahkan beberapa tetes
reagen Millon, terdapat endapan berwarna merah. Kemudian dipanaskan
dengan hati-hati dan setelah dingin ditambahkan NaNO2, terjadi perubahan
warna, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
e. Uji Ninhydrine : Setelah 3 ml larutan protein dan ditambahkan 10 tetes larutan
Ninhydrine, lalu dipanaskan 1 – 2 menit, terjadi perubahan warna biru tua,
sehingga larutan uji positif mengandung protein
f. Uji Hokpins-Cole : Setelah 1 ml ditambahkan 1 ml reagen Hokpins-Cole, lalu
ditambahkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, kemudian setelah dikocok
terjadi perubahan warna ungu seluruhnya dan terbentuk cincin ungu pada
perbatasan, sehingga larutan uji positif mengandung protein.
g. Uji Sakaguchi : Setelah 3 ml dialkalis kuat dengan ditetesi larutan NaOH 10%
kemudian ditambahkan dengan 3 tetes larutan alfa naftol sampai tercampur
rata, lalu ditambahkan dengan volume yang sama larutan kalium hipokhlort,
terjadi perubahan warna, sehingga larutan uji negatif tidak mengandung
protein.

B. Reaksi Pengendapan
1. Uji pengendapan dengan reagens alkohol pekat
a. Apel
Berdasarkan :
 Asam Fosfotungstat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfotungstat, positif mengendapkan protein
pada 15 tetes reagen Asam Fosfotungstat.
 Asam Fosfomolibdat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfomolibdat, negatif tidak mengendapkan
protein.
 Asam Sulfosalisilat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen asam Sulfosalisilat, positif mengendapkan protein pada 15 tetes
reagen Asam Sulfosalisilat.
 Alkohol 96% : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen Alkohol 96%, positif mengendapkan protein pada 40 tetes
reagen Alkohol 96%.
 Asam Pikrat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
Asam Pikrat positif mengendapkan protein pada 5 tetes reagen Asam
Pikrat
b. Pisang
Berdasarkan :
 Asam Fosfotungstat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfotungstat, positif mengendapkan protein
pada 30 tetes reagen Asam Fosfotungstat.
 Asam Fosfomolibdat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfomolibdat, negatif tidak mengendapkan
protein.
 Asam Sulfosalisilat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen asam Sulfosalisilat, positif mengendapkan protein pada 15 tetes
reagen Asam Sulfosalisilat.
 Alkohol 96% : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen Alkohol 96%, positif mengendapkan protein pada 44 tetes
reagen Alkohol 96%.
 Asam Pikrat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
Asam Pikrat positif mengendapkan protein pada 15 tetes reagen Asam
Pikrat
c. Timun
Berdasarkan :
 Asam Fosfotungstat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfotungstat, positif mengendapkan protein
pada 50 tetes reagen Asam Fosfotungstat.
 Asam Fosfomolibdat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfomolibdat, dapat mengendapkan protein
pada 45 reagen asam Fosfomolibdat.
 Asam Sulfosalisilat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen asam Sulfosalisilat, positif mengendapkan protein pada 30 tetes
reagen Asam Sulfosalisilat.
 Alkohol 96% : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen Alkohol 96%, positif mengendapkan protein pada 40 tetes
reagen Alkohol 96%.
 Asam Pikrat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
Asam Pikrat negatif tidak mengendapkan protein.
d. Susu Kedelai
Berdasarkan :
 Asam Fosfotungstat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfotungstat, positif mengendapkan protein
pada 10 tetes reagen Asam Fosfotungstat.
 Asam Fosfomolibdat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfomolibdat, dapat mengendapkan protein
pada 45 reagen asam Fosfomolibdat.
 Asam Sulfosalisilat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen asam Sulfosalisilat, positif mengendapkan protein pada 5 tetes
reagen Asam Sulfosalisilat.
 Alkohol 96% : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen Alkohol 96%, negatif tidak mengendapkan protein.
 Asam Pikrat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
Asam Pikrat, positif mengendapkan protein pada 7 tetes reagen Asam
Pikrat
e. Susu Sapi
Berdasarkan :
 Asam Fosfotungstat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfotungstat, positif mengendapkan protein
pada 50 tetes reagen Asam Fosfotungstat.
 Asam Fosfomolibdat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfomolibdat, dapat mengendapkan protein
pada 25 reagen asam Fosfomolibdat.
 Asam Sulfosalisilat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen asam Sulfosalisilat, positif mengendapkan protein pada 17 tetes
reagen Asam Sulfosalisilat.
 Alkohol 96% : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen Alkohol 96%, positif mengendapkan protein pada 30 tetes
reagen Alkohol 96%.
 Asam Pikrat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
Asam Pikrat, positif mengendapkan protein pada 20 tetes reagen Asam
Pikrat
f. Susu Kambing
Berdasarkan :
 Asam Fosfotungstat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfotungstat, positif mengendapkan protein
pada 50 tetes reagen Asam Fosfotungstat.
 Asam Fosfomolibdat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfomolibdat, dapat mengendapkan protein
pada 25 reagen asam Fosfomolibdat.
 Asam Sulfosalisilat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen asam Sulfosalisilat, positif mengendapkan protein pada 17 tetes
reagen Asam Sulfosalisilat.
 Alkohol 96% : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen Alkohol 96%, positif mengendapkan protein pada 30 tetes
reagen Alkohol 96%.
 Asam Pikrat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
Asam Pikrat, positif mengendapkan protein pada 20 tetes reagen Asam
Pikrat
g. Putih Telur Ayam
Berdasarkan :
 Asam Fosfotungstat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfotungstat, negatif tidak mengendapkan
protein.
 Asam Fosfomolibdat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfomolibdat, negatif tidak dapat
mengendapkan protein.
 Asam Sulfosalisilat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen asam Sulfosalisilat, negatif tidak dapat mengendapkan protein.
 Alkohol 96% : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen Alkohol 96%, positif mengendapkan protein pada 30 tetes
reagen Alkohol 96%.
 Asam Pikrat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
Asam Pikrat, negatif tidak dapat mengendapkan protein.
h. Putih Telur Puyuh
Berdasarkan :
 Asam Fosfotungstat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfotungstat, positif mengendapkan protein
pada 15 tetes reagen Asam Fosfotungstat.
 Asam Fosfomolibdat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu
diteteskan reagen asam Fosfomolibdat, dapat mengendapkan protein
pada 35 reagen asam Fosfomolibdat.
 Asam Sulfosalisilat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen asam Sulfosalisilat, positif mengendapkan protein pada 10 tetes
reagen Asam Sulfosalisilat.
 Alkohol 96% : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen Alkohol 96%, positif mengendapkan protein pada 27 tetes
reagen Alkohol 96%.
 Asam Pikrat : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
Asam Pikrat, positif mengendapkan protein pada 23 tetes reagen Asam
Pikrat
2. Pengendapan protein oleh logam berat tembaga sulfat 2%
 Apel : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
tembaga sulfat 2%, positif mengendapkan protein pada 10 tetes reagen
tembaga sulfat 2%
 Pisang : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
tembaga sulfat 2%, positif mengendapkan protein pada 26 tetes reagen
tembaga sulfat 2%
 Timun : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
tembaga sulfat 2%, negatif tidak mengendapkan protein
 Susu kedelai : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
tembaga sulfat 2%, positif mengendapkan protein pada 10 tetes reagen
tembaga sulfat 2%,
 Susu sapi : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan reagen
tembaga sulfat 2%, positif mengendapkan protein pada 8 tetes reagen
tembaga sulfat 2%
 Susu kambing : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen tembaga sulfat 2%, positif mengendapkan protein pada 20 tetes
reagen tembaga sulfat 2%,
 Putih telur ayam : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen tembaga sulfat 2%, negatif tidak mengendapkan protein.
 Putih telur puyuh : Setelah 3 ml larutan protein encer, lalu diteteskan
reagen tembaga sulfat 2%, positif mengendapkan protein pada 12 tetes
reagen tembaga sulfat 2%,
3. Pengendapan protein oleh garam amonium sulfat
 Apel : Setelah 5 ml larutan protein lalu dijenuhkan dan amonium sulfat.
Kemudian dikocok lalu di teteskan dengan amonium sulfat (NH4)2SO4
padat dan berlebih, positif mengendapkan protein.
 Pisang : Setelah 5 ml larutan protein lalu dijenuhkan dan amonium sulfat.
Kemudian dikocok lalu di teteskan dengan amonium sulfat (NH4)2SO4
padat dan berlebih, negatif tidak mengendapkan protein.
 Timun : Setelah 5 ml larutan protein lalu dijenuhkan dan amonium sulfat.
Kemudian dikocok lalu di teteskan dengan amonium sulfat (NH4)2SO4
padat dan berlebih, positif mengendapkan protein.
 Susu kedelai : Setelah 5 ml larutan protein lalu dijenuhkan dan amonium
sulfat. Kemudian dikocok lalu di teteskan dengan amonium sulfat
(NH4)2SO4 padat dan berlebih, negatif tidak mengendapkan protein karena
larutan tetap encer.
 Susu sapi : Setelah 5 ml larutan protein lalu dijenuhkan dan amonium
sulfat. Kemudian dikocok lalu di teteskan dengan amonium sulfat
(NH4)2SO4 padat dan berlebih, negatif tidak mengendapkan protein.
 Susu kambing : Setelah 5 ml larutan protein lalu dijenuhkan dan amonium
sulfat. Kemudian dikocok lalu di teteskan dengan amonium sulfat
(NH4)2SO4 padat dan berlebih, positif mengendapkan protein.
 Putih telur puyuh : Setelah 5 ml larutan protein lalu dijenuhkan dan
amonium sulfat. Kemudian dikocok lalu di teteskan dengan amonium
sulfat (NH4)2SO4 padat dan berlebih, positif mengendapkan protein
4. Pengendapan protein oleh asam
a. Apel
Berdasarkan :
 Heller test : Setelah 2 ml larutan protein, masukkan dengan hati-hati 2
ml HNO3 pekat, negatif tidak terdapat endapan berwarna putih.
 Asam asetat : Setelah 5 ml larutan protein, lalu ditambahkan 2 tetes
larutan asam asetat 1 N kemudian dipanaskan dalam pemanas air
mendidih selama 5 menit, negatif tidak terdapat endapan.
b. Pisang
Berdasarkan :
 Heller test : Setelah 2 ml larutan protein, masukkan dengan hati-hati 2
ml HNO3 pekat, positif terbentuk endapan protein pada perbatasan
berwarna putih yang bila dibiarkan lama kelamaan berubah menjadi
warna kuning.
 Asam asetat : Setelah 5 ml larutan protein, lalu ditambahkan 2 tetes
larutan asam asetat 1 N kemudian dipanaskan dalam pemanas air
mendidih selama 5 menit, negatif tidak terdapat endapan.
c. Timun
Berdasarkan :
 Heller test : Setelah 2 ml larutan protein, masukkan dengan hati-hati 2
ml HNO3 pekat, negatif tidak terdapat endapan berwarna putih.
 Asam asetat : Setelah 5 ml larutan protein, lalu ditambahkan 2 tetes
larutan asam asetat 1 N kemudian dipanaskan dalam pemanas air
mendidih selama 5 menit, negatif tidak terdapat endapan.
d. Susu kedelai
Berdasarkan :
 Heller test : Setelah 2 ml larutan protein, masukkan dengan hati-hati 2
ml HNO3 pekat, negatif tidak terdapat endapan berwarna putih.
 Asam asetat : Setelah 5 ml larutan protein, lalu ditambahkan 2 tetes
larutan asam asetat 1 N kemudian dipanaskan dalam pemanas air
mendidih selama 5 menit, negatif tidak terdapat endapan.
e. Susu sapi
Berdasarkan :
 Heller test : Setelah 2 ml larutan protein, masukkan dengan hati-hati 2
ml HNO3 pekat, positif terdapat endapan protein pada 16 tetes reagen
HNO3 pada perbatasan berwarna putih yang bila dibiarkan lama
kelamaan berubah menjadi warna kuning.
 Asam asetat : Setelah 5 ml larutan protein, lalu ditambahkan 2 tetes
larutan asam asetat 1 N kemudian dipanaskan dalam pemanas air
mendidih selama 5 menit, positif terdapat endapan protein berwarna
merah pada 10 tetes reagen Asam Asetat.
f. Susu kambing
Berdasarkan :
 Heller test : Setelah 2 ml larutan protein, masukkan dengan hati-hati 2
ml HNO3 pekat, positif terdapat endapan protein pada 17 tetes reagen
HNO3 pada perbatasan berwarna putih yang bila dibiarkan lama
kelamaan berubah menjadi warna kuning.
 Asam asetat : Setelah 5 ml larutan protein, lalu ditambahkan 2 tetes
larutan asam asetat 1 N kemudian dipanaskan dalam pemanas air
mendidih selama 5 menit, positif terdapat endapan protein berwarna
merah pada 40 tetes reagen Asam Asetat.
g. Putih telur ayam
Berdasarkan :
 Heller test : Setelah 2 ml larutan protein, masukkan dengan hati-hati 2
ml HNO3 pekat, positif terdapat endapan protein pada 2 ml reagen
HNO3 pada perbatasan berwarna putih yang bila dibiarkan lama
kelamaan berubah menjadi warna kuning.
 Asam asetat : Setelah 5 ml larutan protein, lalu ditambahkan 2 tetes
larutan asam asetat 1 N kemudian dipanaskan dalam pemanas air
mendidih selama 5 menit, negatif tidak terdapat endapan.
h. Putih telur puyuh
Berdasarkan :
 Heller test : Setelah 2 ml larutan protein, masukkan dengan hati-hati 2
ml HNO3 pekat, positif terdapat endapan protein pada 20 tetes reagen
HNO3 pada perbatasan berwarna putih yang bila dibiarkan lama
kelamaan berubah menjadi warna kuning.
 Asam asetat : Setelah 5 ml larutan protein, lalu ditambahkan 2 tetes
larutan asam asetat 1 N kemudian dipanaskan dalam pemanas air
mendidih selama 5 menit, positif terdapat endapan protein berwarna
merah pada 40 tetes reagen Asam Asetat.
5. Pengendapan albumin dan globulin oleh Asam Sulfosalisil
 Apel : Setelah 2 ml larutan protein lalu ditambahkan dengan 1-2 tetes
reagen Asam Sulfosalisil, negatif tidak terjadi endapan berwarna putih.
 Pisang : Setelah 2 ml larutan protein lalu ditambahkan dengan 1-2 tetes
reagen Asam Sulfosalisil, positif terjadi endapan berwarna putih.
 Timun : Setelah 2 ml larutan protein lalu ditambahkan dengan 1-2 tetes
reagen Asam Sulfosalisil, negatif tidak terjadi endapan berwarna putih.
 Susu kedelai : Setelah 2 ml larutan protein lalu ditambahkan dengan 1-2
tetes reagen Asam Sulfosalisil, negatif tidak terjadi endapan berwarna
putih.
 Susu sapi : Setelah 2 ml larutan protein lalu ditambahkan dengan 1-2 tetes
reagen Asam Sulfosalisil, positif terjadi endapan berwarna putih.
 Susu Kambing : Setelah 2 ml larutan protein lalu ditambahkan dengan 1-2
tetes reagen Asam Sulfosalisil, positif terjadi endapan berwarna putih pada
18 tetes dengan reagen Asam Sulfosalisil.
 Putih telur ayam : : Setelah 2 ml larutan protein lalu ditambahkan dengan
1-2 tetes reagen Asam Sulfosalisil, negatif tidak terjadi endapan berwarna
putih.
 Putih telur puyuh : Setelah 2 ml larutan protein lalu ditambahkan dengan
1-2 tetes reagen Asam Sulfosalisil, positif terjadi endapan berwarna putih
pada 10 tetes dengan reagen Asam Sulfosalisil
6. Pengendapan kasein oleh asam asetat dengan indikator bromkresol hijau
 Apel : Setelah 5 ml ditambahkan 1 tetes indikator bromkresol hijau,
kemudian tambahkan setetes demi setetes asam asetat 2% sampai warna
larutan menjadi agak hijau dengan Ph = 4.7, negatif tidak terjadi endapan
kasein.
 Pisang : Setelah 5 ml ditambahkan 1 tetes indikator bromkresol hijau,
kemudian tambahkan setetes demi setetes asam asetat 2% sampai warna
larutan menjadi agak hijau dengan Ph = 4.7, positif terjadi endapan kasein
larutan berwarna hijau setelah ditetes asam asetat 2%.
 Timun : Setelah 5 ml ditambahkan 1 tetes indikator bromkresol hijau,
kemudian tambahkan setetes demi setetes asam asetat 2% sampai warna
larutan menjadi agak hijau dengan Ph = 4.7, positif terjadi endapan kasein
larutan berwarna hijau setelah ditetes asam asetat 2%.
 Susu kedelai : Setelah 5 ml ditambahkan 1 tetes indikator bromkresol
hijau, kemudian tambahkan setetes demi setetes asam asetat 2% sampai
warna larutan menjadi agak hijau dengan Ph = 4.7, negatif tidak terjadi
endapan kasein tetapi pada tetes ke 7 berubah warna menjadi hijau.
 Susu sapi : Setelah 5 ml ditambahkan 1 tetes indikator bromkresol hijau,
kemudian tambahkan setetes demi setetes asam asetat 2% sampai warna
larutan menjadi agak hijau dengan Ph = 4.7, positif terjadi endapan kasein
larutan berwarna hijau setelah ditetes asam asetat 2%.
 Susu kambing : Setelah 5 ml ditambahkan 1 tetes indikator bromkresol
hijau, kemudian tambahkan setetes demi setetes asam asetat 2% sampai
warna larutan menjadi agak hijau dengan Ph = 4.7, positif terjadi endapan
kasein larutan berwarna hijau setelah ditetes asam asetat 2%.
 Putih telur puyuh : Setelah 5 ml ditambahkan 1 tetes indikator bromkresol
hijau, kemudian tambahkan setetes demi setetes asam asetat 2% sampai
warna larutan menjadi agak hijau dengan Ph = 4.7, positif terjadi endapan
kasein larutan berwarna hijau setelah ditetes asam asetat 2%.
C. Penjendalan (gelatineren) pada gelatin
a. Apel
Berdasarkan :
 Uji Pembengkakan dan kelarutan : Mengambil gelatin lalu dikocok
dengan 10 ml air dan dibiarkan 10 menit, positif terjadi pembengkakan
dan kelarutan
 Uji Penjendalan (gelatineren) : Sebagian larutan gelatin dipindahkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan ke tabung
reaksi dalam es batu, positif karena larutan memadat seperti jelly.
b. Pisang
Berdasarkan :
 Uji Pembengkakan dan kelarutan : Mengambil gelatin lalu dikocok dengan
10 ml air dan dibiarkan 10 menit, positif terjadi pembengkakan dan
kelarutan
 Uji Penjendalan (gelatineren) : Sebagian larutan gelatin dipindahkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan ke tabung
reaksi dalam es batu, positif karena larutan memadat seperti jelly.
c. Timun
Berdasarkan :
 Uji Pembengkakan dan kelarutan : Mengambil gelatin lalu dikocok dengan
10 ml air dan dibiarkan 10 menit, positif terjadi pembengkakan dan
kelarutan
 Uji Penjendalan (gelatineren) : Sebagian larutan gelatin dipindahkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan ke tabung
reaksi dalam es batu, negatif karena larutan bertambah kental
d. Susu kedelai
Berdasarkan :
 Uji Pembengkakan dan kelarutan : Mengambil gelatin lalu dikocok dengan
10 ml air dan dibiarkan 10 menit, positif terjadi pembengkakan dan
kelarutan
 Uji Penjendalan (gelatineren) : Sebagian larutan gelatin dipindahkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan ke tabung
reaksi dalam es batu, positif karena larutan memadat seperti jelly.
e. Susu sapi
Berdasarkan :
 Uji Pembengkakan dan kelarutan : Mengambil gelatin lalu dikocok dengan
10 ml air dan dibiarkan 10 menit, positif terjadi pembengkakan dan
kelarutan
 Uji Penjendalan (gelatineren) : Sebagian larutan gelatin dipindahkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan ke tabung
reaksi dalam es batu, positif karena larutan memadat seperti jelly.
f. Susu kambing
Berdasarkan :
 Uji Pembengkakan dan kelarutan : Mengambil gelatin lalu dikocok dengan
10 ml air dan dibiarkan 10 menit, positif terjadi pembengkakan dan
kelarutan
 Uji Penjendalan (gelatineren) : Sebagian larutan gelatin dipindahkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan ke tabung
reaksi dalam es batu, positif karena larutan memadat seperti jelly.
g. Putih telur ayam
Berdasarkan :
 Uji Pembengkakan dan kelarutan : Mengambil gelatin lalu dikocok dengan
10 ml air dan dibiarkan 10 menit, positif terjadi pembengkakan dan
kelarutan
 Uji Penjendalan (gelatineren) : Sebagian larutan gelatin dipindahkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan ke tabung
reaksi dalam es batu, positif karena larutan memadat seperti jelly.

Você também pode gostar