Você está na página 1de 13

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5

LUBUKLINGGAU DALAM MENYELESAIKAN SOAL


PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL

ARTIKEL ILMIAH

Oleh
Nama : Sherlly Anggaraini
NPM : 4010223
Prodi : Pendidikan Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Drajat Friansah, M.Pd.
2. Maria Luthfiana, M.Pd.Mat.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2017

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5
LUBUKLINGGAU DALAM MENYELESAIKAN SOAL
PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL

Oleh: Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.

ABSTRACT
This thesis entitled "Analysis of Student Difficulties VII Class SMP
Negeri 5 Lubuklinggau in Solving Linear Equation Problem One
Variable". The purpose of this study is 1) To know the type of
difficulty of students in solving the problem of linear equations one
variable. 2) Knowing what factors cause student difficulties in solving
the problem of linear equations one variable. The method of this
research is descriptive method. The subjects of this study are students
of class VII.6 SMP Negeri 5 Lubuklinggau which amounted to 33
students. Data collection was done by test and interview technique.
The collected data is analyzed using percentage formula. Based on
data analysis, it can be concluded that Question number 1 amounted to
2 students who had difficulty considering facts (6.1%) and 8 students
had difficulty understanding the concept (24.2%), Problem number 2
amounted to 3 students having difficulty considering facts (9 , 1%)
and 8 students had difficulty understanding the concept (24.2%), 7
students had difficulty understanding the principle (21.2%), and 2
students had difficulties in procedural or operation (6.1%), Problem
number 3 amounted to 5 students (15.2%) and 7 students had
difficulty understanding the concept (21.2%), 14 students had
difficulty understanding the principles (42.2%), and 18 students had
difficulties in procedural or operation (54.5%) , Problem number 4
amounted to 9 students who had difficulty considering facts (27.3%)
and 12 students had difficulty understanding the concept (36.4%), 17
students had difficulty understanding the principles (51.5%), and 19
students had difficulties in procedural or surgery (57.6%), Problem
number 5 amounted to 12 students who had difficulty considering
facts (36.4%) and 20 students had difficulty understanding the concept
(60, 6%), 25 students have difficulty understanding the principle
(75,8%), and 28 students difficulties in procedural or operation
(84,8%). The difficulty lies in the step of solving the problem. The
factors causing student's difficulties in solving the problem of Linear
Equation One Variable are: 1) Do not understand the matter of linear
equations of one variable, 2) Do not understand the problem solving
operation on the linear equation of one variable.

Keywords: Difficult Analysis, Linear Equations One Variable.

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


A. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sanjaya, 2009:2). Dengan demikian,
pendidikan pada dasarnya memberikan pengalaman belajar untuk dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, melalui proses interaksi
antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan lingkungan. Hal
ini sependapat dengan Djamarah (2011:7) yang menyatakan bahwa, pendidikan
merupakan proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan diri
seseorang, dengan tiga aspek dalam kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap
hidup, dan keterampilan hidup.
Matematika sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi karena hakekat matematika adalah sebagai ratu dan pelayan ilmu.
Sebagai ratu, perkembangan matematika tidak tergantung pada ilmu-ilmu lain.
Menurut Sumardoyo (2004:14), matematika merupakan disiplin ilmu yang
menjadi suatu landasan pengembangan ilmu lain dan salah satu mata pelajaran
yang sangat penting dalam keberhasilan program pendidikan, karena matematika
sebagian dari pendidikan akademis sekaligus sebagai sarana siswa agar mampu
berpikir secara logis, kritis, dan sistematis. Pelajaran matematika dalam
pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas sampai
perguruan tinggi.
Berdasarkan karakteristik matematika tersebut, tidak mustahil siswa dalam
mempelajari matematika mengalami kesulitan. Kesulitan itu akan terlihat dalam
proses pemecahan soal matematika. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:236),
kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran matematika berhubungan erat dengan
dua faktor, yaitu terdapat dalam diri siswa sendiri (faktor internal) dan faktor yang
berasal dari luar siswa (faktor eksternal). Berdasarkan dua faktor tersebut, maka
dapat dipilih dan ditentukan bentuk kegiatan pada siswa yang mengalami

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


kesulitan belajar. Sedangkan Soedjaji (1996:14) mengatakan yang dilakukan
siswa dalam menjawab soal dapat dipandang sebagai suatu indikator kesulitan
siswa yang bersangkutan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas VII, SMP Negeri 5
Lubuklinggau, pada tanggal 03 Agustus 2017 guru menyatakan bahwa siswa
masih sering melakukan kesalahan saat mengerjakan persoalan yang terkait
dengan persamaan linier satu variabel. Guru juga menyatakan bahwa dalam setiap
pembelajaran persamaan linier satu variabel, banyak siswa yang meminta kepada
guru untuk mengulangi penjelasannya. Hal tersebut menegaskan bahwa kesulitan
merupakan penyebab terjadinya kesalahan. Dengan demikian pernyataan guru
matematika SMP Negeri 5 Lubuklinggau yang menyatakan bahwa siswa-
siswanya masih banyak melakukan kesalahan ketika mengerjakan persoalan
persamaan linier satu variabel, maka dapat dikatakan bahwa siswa-siswa tersebut
mengalami kesulitan dalam mempelajari persamaan linier satu variabel.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar dapat diukur dari
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Banyak faktor yang menyebabkan
rendahnya kemampuan belajar siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan
gurunya, siswa dalam pelajaran matematika. Salah satu rendahnya pemahaman
dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan gurunya, tetapi
dapat juga dipengaruhi oleh faktor pengajaran itu sendiri.
Dari berbagai usaha yang telah dilakukan oleh guru, ternyata masih
terjadi kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Dengan demikian untuk
mengetahui kesulitan belajar siswa dalam mempelajari persamaan linier satu
variabel dapat ditinjau dari pengetahuan siswa tentang konsep-konsep dan prinsip-
prinsip dalam persamaan linier satu variabel. Seperti bidang matematika lainnya,
persamaan linier satu variabel terdiri dari beberapa konsep dan prinsip dimana
sebuah konsep persamaan linier satu variabel diperlukan sebagai dasar untuk
konsep pembelajaran persamaan linier satu variabel berikutnya dan penggunaan
prinsip yang saling berkaitan akan menjadi modal bagi para siswa untuk dapat
menyelesaikan persoalan persamaan linier satu variabel dengan baik dan benar.

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


Aktivitas belajar setiap siswa dalam mempelajari matematika tidak
selamanya dapat berlangsung sesuai dengan harapan. Kadang-kadang lancar,
kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari,
kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat belajar, setiap siswa juga
berbeda-beda. Terkadang semangat tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk
berkonsentrasi. Kenyataan tersebut sering kita jumpai pada setiap siswa ketika
pembelajaran di kelas. Perbedaan diantara individu itulah yang menyebabkan
perbedaan tingkah laku belajar dikalangan peserta didik. Daryanto (2010:229)
menyatakan dalam keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar tersebut
tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi dapat
juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi.
Dari uraian di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian yang berjudul
“Analisis Kesulitan Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau dalam
Menyelesaikan Soal Persamaan Linier Satu Variabel”.

B. Landasan Teori
Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah. Menurut Daryanto (2010:2) belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan
interaksi terhadap lingkungannya. Menurut Slameto (2010:2) “belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Selanjutnya
Slameto (2010:2) “mendefinisikan belajar suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh memperoleh tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi
lingkungannya”. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun (Dimyati dan
Mudjiono, 2006:9).
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa
dari SD hingga SLTA dan bahkan di perguruan tinggi. Dari berbagai bidang studi
yang di ajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap
paling sulit oleh para siswa baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebi-lebih
bagi siswa yang berkesulitan belajar. Meskipun demikian, semua siswa harus
mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan suatu masalah
dalam kehidupan sehari-sehari.
Menurut Sumardoyo (2004:28), secara umum defenisi matematika dapat
di deskripsikan sebagai baerikut: a) Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain,
matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai
struktur yang terorganisir, ia terdiri atas beberapa komponen yang meliputi,
aksioma/postulat, pengertian, dan dalil/teorema, b) Matematika merupakan
pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataa
dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara
umum, c) Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, memuat cara
pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat
penalaran matematika yang sistematis.
Menurut Herman Hudojo (2005:103) menyatakan, matematika
merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau
sruktur–struktur abstrak dan hubungan-hubungan diantara hal-hal itu. James dan
Jemes (Erman Suherman, 2001:18) menyatakan matematika adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep- konsep yang berhubungan
satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Menurut Abdurrahman (2003:6), “kesulitan belajar merupakan
terjemahan dari istilah bahasa Inggris (Learning Disability) artinya
ketidakmampuan belajar”. Jadi kesulitan belajar yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah penyelesaian yang tidak mampu diselesaikan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal segiempat.

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


Kesulitan ini tidak hanya disebabkan oleh intelegensi yang rendah, saja
melainkan juga disebabkan oleh faktor non intelegensi. Oleh karenanya IQ yang
lebih tinggi belum tentu dapat menentukan keberhasilan belajar. Pendidikan bagi
siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar merupakan bagian dari ilmu
pendidikan, yang secara keseluruhan tidak berbeda dari pendidikan pada
umumnya.

C. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:1) secara umum metode penelitian diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Dari pengertian menurut Sugiyono ada empat kunci yaitu cara ilmiah, data,
tujuan, dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran atau fakta, keadaan, kondisi,
situasi, peristiwa, kegiatan lapangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu
(Arikunto, 2010:3).
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5
Lubuklinggau. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010:131). Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik Simple Random Sampling. Simple Random Sampling adalah
teknik pengambilan sampel dengan cara acak. Pada teknik ini, semua anggota
dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Dari enam kelas yang ada ditulis di kertas lalu dilipat dan dimasukkan dalam
gelas, kemudian dilakukan pengundian, maka kelas VII.6 yang terpilih menjadi
sampel.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:150). Tes
dalam penelitian ini dilakukan setelah menjelaskan materi kepada siswa. Tes yang
diberikan berbentuk essay.

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


Menurut Arikunto (2010:198), wawancara adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan
seseorang, misalnya untuk mencari data munculnya kesulitan siswa saat
myelesaikan soal persamaan linier satu variabel. Metode wawancara merupakan
salah satu proses pengumpulan data untuk suatu tujuan penelitian melalui proses
percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka (Nazir, 1983:234).
Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa pedoman atau instrumen
wawancara yaitu berbentuk pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian.
Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang faktor penyebab
kesulitan siswa data menyelesaikan soal persamaan linier satu variabel.
Wawancara dilakukan terhadap subjek yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal persamaan linier satu variabel. Dalam penelitian ini, observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di
tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga peneliti berada bersama
objek yan diselidiki. Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang
jenis-jenis kesulitan yang dialami siswa kelas VII.6 SMP Negeri 5 Lubuklinggau
dalam menyelesaikan soal persamaan linier satu variabel.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan kesulitan apa saja yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal persamaan linier satu variabel di kelas
VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau. Adapun jenis kesulitan yang akan dilihat dalam
penelitian ini meliputi: (1)Kesulitan dalam mengingat fakta; (2) Kesulitan dalam
memahami konsep; (3) Kesulitan dalam memahami prinsip; (4) Kesulitan dalam
procedural (memahami konsep dan prinsip)
D. Data Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus dimulai dari tanggal
sampai dengan dengan subjek penelitian siswa kelas VII.6 berjumlah 33 siswa
SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian ini

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


berupa nilai dari materi persamaan linier satu variabel yang diolah dan dianalisis
dengan menggunakan rumus persentase. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan linier satu variabel.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan uji coba instrument tes
yang bertujuan untuk mengetahui mutu dan kualitas soal yang akan dipakai dalam
pelaksanaan tes. Uji coba dilakukan dikelas VIII.1 SMP Negeri 5 Lubuklinggau
tahun pelajaran 2017/2018 menggunakan butir soal yang diikuti 32 siswa. Setelah
didapat data hasil uji coba selanjutnya dianalisis menggunakan rumus validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran. Pada langkah selanjutnya
peneliti melakukan tes kemampuan siswa menggunakan lima butir soal tentang
persamaan linier satu variabel. Tes kemampuan ini diberikan pada kelas VII.6
yang diikuti 33 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan
atau pembelajaran mengenai persamaan linier satu variabel melainkan hanya
memberikan tes kemampuan siswa tentang materi tersebut guna mengetahui
tingkat pemahaman dan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika
khususnya pada materi persamaan linier satu variabel.
Hasil tes yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas VII SMP Negeri

5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2017/2018. Setelah diadakan analisis data tentang

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal persamaan linier satu variabel dapat

dilihat pada lampiran C. Berdasarkan hasil tes diperoleh data bahwa rata-rata hasil

tes kemampuan siswa dengan persentase ketuntasan masing-masing soal yaitu: 1)

Siswa menjawab dengan benar pada no 1 dengan skor 121 dengan rata-rata skor

jawaban siswa 3,67 dari skor 132 seluruh jawaban yang benar. Hasil tes

kemampuan siswa dipersentasekan ketuntasan sebesar 91,67%, 2) Siswa

menjawab dengan benar pada no 2 dengan skor 146 dengan rata-rata skor jawaban

siswa 4,42 dari skor 165 seluruh jawaban yang benar. Hasil tes kemampuan siswa

dipersentasekan ketuntasan sebesar 88,48%, 3) Siswa menjawab dengan benar

pada no 3 dengan skor 145 dengan rata-rata skor jawaban siswa 4,39 dari skor 165

seluruh jawaban yang benar. Hasil tes kemampuan siswa dipersentasekan

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


ketuntasan sebesar 87,88%, 4) Siswa menjawab dengan benar pada no 4 dengan

skor 212 dengan rata-rata skor jawaban siswa 6,42 dari skor 297 seluruh jawaban

yang benar. Hasil tes kemampuan siswa dipersentasekan ketuntasan sebesar

71,38%, 5) Siswa menjawab dengan benar pada no 5 dengan skor 119 dengan

rata-rata skor jawaban siswa 3,61 dari skor 165 seluruh jawaban yang benar. Hasil

tes kemampuan siswa dipersentasekan ketuntasan sebesar 72,12%.

2. Pembahasan
Setelah diketahui hasil tes siswa pada materi persamaan linier satu
variabel siswa kelas VII.6 SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran
2017/2018, kemudian peneliti menganalisis data tersebut guna mengetahui
kesulitan-kesulitan setiap butir soal dalam menyelesaikan materi persamaan linier
satu variabel. Hasil analisis kesulitan siswa selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran C.
Dari hasil analisis kesulitan siswa diketahui hasil tes pada soal persamaan
linier satu variabel secara umum siswa mengalami kesulitan dari persentase
jumlah siswa yang salah sangat tinggi yaitu pada soal nomor 4 dan soal nomor 5.
Siswa yang mengaku sangat kesulitan dalam prosedural atau operasi pada materi
persamaan linier satu variabel. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas VII.6 SMP Negeri 5 Lubuklinggau belum
menguasai betul atau mengalami kesulitan dalam mengaplikasi prinsip.
Jumlah siswa yang mengalami kesulitan pada setiap soal dapat dirinci
sebagai berikut: a) Soal nomor 1 berjumlah 2 siswa yang mengalami kesulitan
mengingat fakta (6,1%) dan 8 siswa kesulitan memahami konsep (24,2%), b) Soal
nomor 2 berjumlah 3 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta (9,1%) dan
8 siswa kesulitan memahami konsep (24,2%), 7 siswa kesulitan memahami
prinsip (21,2%), dan 2 siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi (6,1%), c)
Soal nomor 3 berjumlah 5 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta
(15,2%) dan 7 siswa kesulitan memahami konsep (21,2%), 14 siswa kesulitan
memahami prinsip (42,2%), dan 18 siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


(54,5%), d) Soal nomor 4 berjumlah 9 siswa yang mengalami kesulitan mengingat
fakta (27,3%) dan 12 siswa kesulitan memahami konsep (36,4%), 17 siswa
kesulitan memahami prinsip (51,5%), dan 19 siswa kesulitan dalam prosedural
atau operasi (57,6%), e) Soal nomor 5 berjumlah 12 siswa yang mengalami
kesulitan mengingat fakta (36,4%) dan 20 siswa kesulitan memahami konsep
(60,6%), 25 siswa kesulitan memahami prinsip (75,8%), dan 28 siswa kesulitan
dalam prosedural atau operasi (84,8%).
Pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengetahui penyebab kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan linier satu variabel. Pemahaman
dan persepsi yang diberikan guru dalam menyelesaikan soal persamaan linier satu
variabel tidak dapat dimengerti oleh siswa, hal tersebut akan mempengaruhi minat
belajar siswa pada pelajaran matematika. Faktor penyebab siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal persamaan linier satu variabel adalah: a) Belum mengerti
materi persamaan linier satu variabel, b) Tidak memahami operasi penyelesaian
soal, c) Tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan latihan
penyelesaian soal persamaan linier satu variabel.
Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi siswa tersebut, maka peneliti
memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain: a) Menciptakan
pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan keaktifan dan minat belajar
siswa, karena dengan pembelajaran ini siswa akan lebih aktif dan mudah
memahami materi dalam suasana yang menyenangkan, b) Memfokuskan
pembelajaran pada kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sampai mereka betul-
betul memahami. Di dalam proses pembelajaran masing-masing siswa
mempunyai kemampuan yang berbeda, ada yang cepat mengerti ada pula yang
sulit mengerti. Namun jika terus diulang-ulang siswa yang kesulitan tersebut akan
mudah mengerti. Untuk itu pembelajaran seperti ini sangat membantu siswa yang
mengalami kesulitan, c) Mengadakan bimbingan khusus berupa kegiatan les
matematika bagi siswa yang belum mengerti persamaan linier satu variabel.
Dengan adanya bimbingan ini siswa dapat lebih memahami cara-cara
penyelesaian soal karena didalam pembelajarannya siswa lebih difokuskan pada
suatu bahasan sampai mereka benar-benar bisa, d) Memberikan motivasi kepada

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


siswa berupa semangat, hadiah dan manfaat belajar persamaan linier satu variabel.
Hal ini dilakukan agar lebih giat belajar dan dapat meningkatkan prestasinya pada
pmbelajaran matematika.

E. Simpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian ditetapkan kesimpulan hampir pada setiap
langkah siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal persamaan linier satu

variabel, karena setiap langkah yang 39


satu mempunyai hubungan erat dengan

langkah yang lain, hal ini disebabkan karena siswa kesulitan dalam

memahami fakta, konsep, prinsip, dan prosedur, dari hasil analisis siswa yang

mengalami kesulitan fakta dengan persentase: Soal nomor 1 siswa yang

mengalami kesulitan mengingat fakta dengan persentase 6,1%, kesulitan

memahami konsep 24,2%, Soal nomor 2 siswa yang mengalami kesulitan

mengingat fakta 9,1%, siswa kesulitan memahami konsep 24,2%, siswa

kesulitan memahami prinsip 21,2%, siswa kesulitan dalam prosedural atau

operasi 6,1%, Soal nomor 3 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta

15,2%, siswa kesulitan memahami konsep 21,2%, siswa kesulitan memahami

prinsip 42,2%, siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi 54,5%, Soal

nomor 4 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta 27,3%, siswa

kesulitan memahami konsep 36,4%, siswa kesulitan memahami prinsip

51,5%, siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi 57,6%, Soal nomor 5

siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta 36,4%, siswa kesulitan

memahami konsep 60,6%, siswa kesulitan memahami prinsip 75,8%, dan

siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi 84,8%. Faktor yang

menyebabkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal persamaan linier

satu variabel, yaitu: a) Belum mengerti materi persamaan linier satu variabel,

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.


b) Tidak memahami operasi penyelesaian soal pada persamaan linier satu

variabel.

Saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut: a)


Dalam membahas suatu materi pokok, hendaknya siswa diperbanyak mengerjakan
soal-soal latihan dengan dibimbing dan dinilai oleh guru, b) Sebaiknya guru bisa
memilih metode dan teknik yang tepat serta berpariatif dalam menyampaikan
pelajaran, sehingga siswa akan menyenangi dan tidak menganggap bahwa
pelajaran matematika itu adalah pelajaran yang paling sulit, c) Guru sebagai
pendidik harus selalu memperhatikan kemampuan yang dikuasai oleh siswa
sebelum melanjutkan materi berikutnya, sehingga kemampuan siswa menjadi
lebih baik dan hasil belajar lebih meningkat serta tuntas dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Darmajaya. 2011. Teknik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray.
[online]http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action=list
menu&skins=1&id=494&tkt=2 [07 april 2013]

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Kusnun, Eti. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Demokratis Untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran
IPS. [online] http://perpustakaan.upi.edu [29 April 2013]

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatifi-Progresif. Jakarta:


Kencana

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sherlly Anggaraini 1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3.

Você também pode gostar