Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Ny.P
Usia : 51 tahun
Alamat : Bendan Duwur RT 03/ RW 01, Gajah Mungkur,
Semarang
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Tanggal Masuk : 19 Februari 2015
Tanggal Keluar : 23 Februari 2015
Bangsal Perawatan : Cempaka
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Nyeri pada pangkal paha kiri
2. Keluhan tambahan : Nyeri saat digerakkan
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli orthophaedic RST dr.Soedjono rujukan dari RST
Semarang dengan keluhan nyeri pangkal paha kiri sejak 2 minggu SMRS.
Terdapat riwayat terjatuh saat berjalan 2 minggu SMRS. Saat terjatuh
posisi pasien miring ke kiri. Keluhan mual, muntah dan nyeri kepala
disangkal oleh pasien.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi disangkal, DM disangkal. Pasien tidak memiliki alergi terhadap
obat-obatan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Primary Survey
A: Clear
B: Spontan, RR 22 x/menit
C: TD 130/80 mmHg, N 88 x/menit, Suhu 36,7 ˚C.
1
D: GCS 15 (E4M6V5), compos mentis
2. Status Generalis
a. Kepala : Normocephal
b. Mata :
Konjungtiva/Sklera : Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-,
Kornea : Jernih pada kedua mata kanan dan kiri
Pupil : Isokor +/+, refleks cahaya +/+
c. THT :
Telinga : Lubang telinga lapang , cairan (-), darah(-)
Bibir : Vulnus(-), hematom (-)
Hidung : Deformitas (-/-), sekret (-/-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T0 – T0
d. Leher : trakea terletak di tengah, tidak ada deviasi, tidak
ada luka
e. Thoraks :
Bentuk : Tidak ada kelainan, jejas (-)
Pergerakan : Pergerakan hemithorax kiri dan kanan simetris
dalam keadaan statis dan dinamis
f. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi :
- Batas kanan atas : ICS II LPS dekstra
- Batas kiri atas : ICS II LPS sinistra
- Batas kanan bawah : ICS IV LPS dekstra
- Batas kiri bawah : ICS V LMC sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni reguler, murmur (-),
gallop (-)
g. Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, statis dan dinamis
2
Palpasi : Fremitus vokal : kanan = kiri
Perkusi : Perkusi sonor pada seluruh lapang paru kanan dan
kiri
Auskultasi : Suara nafas vesikular pada lapang paru kanan dan
kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
h. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Defans muscular (-), nyeri tekan epigastrium (-)
Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Perkusi : Tympani, Nyeri ketuk (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Foto pelvis AP
Kesan : Fraktur Collum Femur Sinistra
3
D. DIAGNOSIS
Fraktur collum femur sinistra
E. PLANNING
Monitoring
• Keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan gejala, pola makan, hasil
pemeriksaan penunjang, kondisi luka operasi, perbaikan movement.
Edukasi
• Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya, minum obat teratur,
makanan tinggi protein, vitamin dan mineral, menjaga kebersihan luka,
cukup istirahat, tenangkan pikiran.
G. PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad sanam : dubia ad bonam
• Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
H. FOLLOW UP
Pre op Kamis, 19 Februari 2015
S : nyeri pangkal paha kiri (+), mual (-), muntah (-), BAB (N),
BAK(N),
O : SG : dbn (TD : 130/80 mmHg); Status Lokalis
Look = deformitas (+)
Feel = Nyeri (+), teraba a. Poplitea, a. dorsalis pedis, akral hangat
Move = ROM terbatas
A: Fraktur Collum Femur Sinistra
P : Pro op ganti sendi hip sinistra, puasa 6 jam, kalfoxim 1gr, skin test
4
Laboratorium pre op
Tanggal 19 Februari 2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
- WBC 10.4 x 103/µl 4.0 – 10.0
- RBC 5.50 x 106/µl 3.50 – 5.50
- HGB 13.9 gr/dL 11.0 – 15.0
- HCT 42.6 % 36.0 – 48.0
- PLT 596 x 103/µl 150 – 450
- PCT 0.54 % 0.10 – 0.20
- CT 4 Menit
- BT 2 Menit
- GDS 66 mg/dL 70 – 115
- Ureum 22 mg/dL 17 – 43
- Creatinin 0.7 0.670 – 1.300
- SGOT 29 U/L 0.000 – 37.00
- SGPT 36 U/L 0.000 – 41.00
5
Instruksi Post Op
- Infus RL 20-30 tpm
- Inj. Ketesse 3x1 amp.
- Inj. Kalnex 2x 500g
(Obat jika sudah habis diganti oral)
- Tambah VIP Albumin 2x1 sachet
- Tambah DCM Forte 2x1 tablet
- Boleh makan/minum setelah operasi
- Foto ulang : Pelvis AP
- Mobilisasi bertahap : besok mulai duduk
Kesan RO Post Op I:
Terpasangnya AMP di femur
sinistra, posisi baik.
6
Post op Hari + 1 Tanggal 21 Februari 2015
S O A P
- Nyeri bekas op (+). Keadaan Umum : sakit sedang. Post op ganti sendi Hip Terapi lanjut
Kesadaran : E4V5M6 sinistra H+1 Mobilisasi pelan-
Tanda Vital pelan : setengah
o TD : 120/60 mmHg duduk-duduk
o N : 80 x/menit Besok mulai untuk
o RR : 20 x/menit duduk
o S : 36,70 C Dilatih jalan pakai
o Ca : -/-
o Si : -/- Monitoring
7
o Inspeksi : Simetris kanan-kiri.
o Palpasi : Vokal fremitus +/+.
o Perkusi : Sonor +/+.
o Auskultasi : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/-.
Abdomen :
o I : Datar
o A : Bising usus (+).
o P : Supel, jar parut (-), nyeri tekan (-), hepar
dan lien tidak teraba adanya pembesaran.
o P: Timpani.
Ekstremitas :
Status lokalis :
L : terdapat luka tertutup perban post operasi,
darah (-), pus (-)
F :Nyeri tekan (+), a. poplitea teraba
M : ROM terbatas
8
Post op Revisi Hari + 2 Tanggal 22 Februari 2015
S O A P
- Nyeri bekas op (+) Keadaan Umum : sakit sedang. Post op ganti sendi Terapi lanjut
berkurang. Kesadaran : E4V5M6 Hip sinistra H+2 Monitoring :
Tanda Vital Keadaan umum
o TD : 120/60 mmHg Tanda vital
o N : 80 x/menit Program fisioterapi
o RR : 20 x/menit
o S : 36,70 C
Kepala dan leher
o Ca : -/-
o Si : -/-
Thoraks
Jantung :
o I : Iktus kordis tidak tampak.
o P : Iktus kordis tidak kuat angkat.
o P : Batas jantung dalam batas normal.
o A : S2 = S1, reguler, murmur (-).
Paru :
9
o Inspeksi : Simetris kanan-kiri.
o Palpasi : Vokal fremitus +/+.
o Perkusi : Sonor +/+.
o Auskultasi : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/-.
Abdomen :
o I : Datar
o A : Bising usus (+).
o P : Supel, jar parut (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba adanya pembesaran.
o P: Timpani, asites (-).
Ekstremitas :
Status lokalis :
L : terdapat luka tertutup perban post operasi, darah
(-), pus (-)
F :Nyeri tekan (+),a. poplitea teraba
M : ROM terbatas
10
Post op Revisi Hari + 3 Tanggal 23 Desember 2014
S O A P
- Nyeri bekas op (-). Keadaan Umum : baik. Post op ganti sendi Aff DC
- Sudah bisa duduk Kesadaran : E4V5M6 Hip sinistra H+3 Latihan jalan pakai
sendiri. Tanda Vital walker
o TD : 130/80 mmHg Terapi Lanjut
o N : 80 x/menit Bila sudah bisa jalan
o RR : 20 x/menit pakai walker boleh
o S : 36,70 C pulang
Kepala dan leher
o Ca : -/-
o Si : -/-
Thoraks
Jantung :
o I : Iktus kordis tidak tampak.
o P : Iktus kordis tidak kuat angkat.
o P : Batas jantung dalam batas normal.
o A : S2 = S1, reguler, murmur (-).
Paru :
11
o Inspeksi : Simetris kanan-kiri.
o Palpasi : Vokal fremitus +/+.
o Perkusi : Sonor +/+.
o Auskultasi : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/-.
Abdomen :
o I : Cembung.
o A : Bising usus (+).
o P : Supel, jar parut (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba adanya pembesaran.
o P: Timpani, asites (-).
Ekstremitas :
Status lokalis :
L : terdapat luka tertutup perban post operasi, darah
(-), pus (-)
F :Nyeri tekan (+), a. radialis teraba
M : ROM terbatas
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian Os femur terdapat dua bagian yang sangat terkait dalam
pergerakan sendi Hip Joint, bagian itu adalah :
A. Caput femur
Caput femur merupakan tulang yang berbentuk setengah bola
dilapisi hyalin cartilage, kedistal sebagai collum femoris (sering
fraktur), kedistal terdapat trochanter mayor dan minor, selanjutnya
kedistal sebagai (shaff of) femur.
B. Collum Femur
13
bayi dan akan berkurang seiring dengan pertumbuhan, sehingga pada
saat pubertas akan membentuk suatu kurva pada aksis corpus kurva.
Pada saat usia dewasa, collum femur membentuk sudut sebesar 1250
dan bervariasi tergantung pada perkembangan pelvis wanita lebih
besar.
Ada beberapa ligament pembentuk hip joint, dimana ligamen-ligament ini
sangat kuat sebagai penyambung antara acetabulum dan caput femur. Ada lima
ligament terkuat pada hip joint, antara lain :
1. Ligamentum Capitis Femoris
Ligament ini diliputi oleh membran sinovial yang terbentang dari fosa
acetabuli dimana terdapat bantalan lemak menuju ke caput femoris, selain
itu ligament ini mengandung arteria yang menuju caput femoris yang
datang dari r.acetabuli arteria abturatoria. Caput femoris disuplai oleh A
circumfleksa medialis dan A circumfleksa lateralis.
2. Ligamentum Pubofemoral
Berasal dari crista obturatoria dan membrana obturatoria yang
berdekatan. Ligament ini memamcar kedalam capsula articularis zona
orbicularis pada khususnya melanjukan diri melalui jalan ini ke femoris.
3. Tranverse Acetabulum Ligament
Ligament ini berfungsi menjembatani incisura acerabuli dan seluruh
permukaan caput femoris.
2. Iliofemoral Ligament
Berasal dari spina iliaca anterior inferior dan pinggiran acetabulum
serta membentang ke linea intertrochanterica. Ligament ini mempunyai
daya rengang sebesar 350 kg.
3. Ischiofemoral Ligament
Berasal dari ischium di bawah dan berjalan hampir horizontal
melewati collum femoris menuju ke perlekatan pars lateralis ligament
iliofemoral. Ligamnet ini mencegah rotasi medial paha.
14
Hip merupakan sendi Ball and Socked joint sehingga gerakan sendinya sangat
luas kesegala arah, adapun gerakan yang terjadi pada hip joint adalah :
a. Fleksi
- M. Iliacus
- M. Psoas mayor
- M. Sartorius
b.Ekstensi
- M. Gluteus Maksimus
- M. Semitendinosus
- M. Semimembrannosus
- M. Biceps Femoris
c. Abduksi
- M. Gluteus medius
- M. Gluteal Minimus
- M. Tensor Facia Latae
d. Adduksi
- M. Adductor Magnus
- M. Adductor longus
- M. Adductor brevis
- M. Pectineus
- M. Gracilis
15
e. Medial rotasi
- M. Tensor facia latae
- M. Gluteaus minimus
- M. Gluteus medius
f. Lateral rotasi
- M. Piriformis
- M. Gemellus superior
- M. Obturator internus
- M. Obturator Eksternus
- M. Quadrratus femoris
16
pada orang dengan osteoporosis. Faktor risiko lainnya adalah adanya penyakit
yang mengakibatkan kelemahan atau penurunan kekuatan tulang, seperti
osteomalasia, diabetes mellitus, stroke, dan konsumsi alcohol. Selain itu,
orang lanjut usia sering kali memiliki otot-otot yang lebih lemah dan
keseimbangan yang kurang baik sehingga memiliki tendensi yang lebih tinggi
untuk jatuh yang mengakibatkan fraktur collum femur ini.
2. Faktor Risiko
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan Letak Anatomis
17
Fraktur collum femur meliputi:
a. Fraktur intracapsular
1. Subcapital
Garis frakturnya melintasi collum femur tepat di bawah caput femur.
2. Transcervical
Garis fraktur biasanya melewati setengah panjang collum femur.
Seperti pada fraktursubcapital, bila terjadi displaced pada fraktur, caput
femur biasanya akan kehilangan suplai darahnya dan ikut mengalami
kerusakan. Oleh karena itu, pada penanganan sebagian besarfraktur ini
juga harus dilakukan penggantian caput femur dengan implantasi metal,
daripada berusaha menyatukan fraktur yang sulit sembuh dan akhirnya
menjadi kolaps.
3. Basilar (basiservikal)
Garis frakturnya melintasi bagian basis collum femur. Jenis fraktur ini
berada pada perbatasan collum femur sehingga sempat diperdebatkan
apakah termasuk frakturintracapsular atau fraktur ekstracapsular. Pada
daerah ini mempunyai suplai darah yang baik dan bila terjadi fraktur disini
tidak mungkin mempengaruhi viabilitas dari caput femur. Biasanya fraktur
ini ditangani dengan internal fixation, sering hasilnya baik.
18
b. Fraktur ekstracapsular
Fraktur yang terjadi pada daerah intertrochanteric dan daerah
subtrochanteric.
1. Fraktur intertrochanteric
Garis fraktur melintang dari trochanter mayor ke trochanter minor.
Resiko untuk terjadinya komplikasi non-union dan nekrosis avaskular
pada tipe fraktur ini sangat kecil jika dibandingkan dengan resiko pada
fraktur intracapsular.
Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung pada trochanter
mayor atau akibat trauma tidak langsung yang menyebabkan twisting pada
daerah tersebut.
19
2. Subtrochanteric
Fraktur ini biasanya terjadi pada orang usia muda yang disebabkan
oleh trauma berkekuatan tinggi atau pada orang lanjut usia dengan
osteoporosis atau penyakit-penyakit lain yang mengakibatkan
kelemahan pada tulang.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada fraktur ini, antara
lain:
(a) Comminution,
dengan ekstensi ke fossa
piriformis
(b) Displacement pada
fragmen medial, termasuk
trochanter minor
(c) Lytic lesion pada
femur
20
b. Klasifikasi Menurut Garden
Stadium I :
Stadium II :
21
1. Fraktur oblik komplet melalui collum
StadiumIII :
Stadium IV :
22
1. Fragmen kapital terpisah sempurna dari fragmen distal dan kembali
ke posisi normalnya pada acetabulum; saat ini trabekula medial
berada pada tempatnya pada pelvis.
23
Tipe II :Garis fraktur membentuk sudut 30o – 50o dari sumbu
horizontal.
Tipe III :Garis fraktur membentuk sudut >70o dari sumbu horizontal.
1. Fraktur non-displaced
2. Fraktur displaced
1. Stage I : frakturincomplete
2. Stage II : frakturcomplete, undisplaced
24
3. Stage III : frakturcomplete dengan displaced parsial
4. Stage IV : frakturcomplete dengan displaced total
4. Patologi
Caput femoris mendapat suplai darah dari tiga sumber, yaitu pembuluh
intramedula pada collum femur (arteri-arteri metafiseal inferior), pembuluh
servikal asendens pada retinakulum kapsular (arteri-arteri epifiseal lateralis);
dan pembuluh darah pada ligamentum kapitis femoris (arteri ligamentum
teres). Pasokan intramedula selalu terganggu oleh fraktur; pembuluh
retinakular juga dapat terobek kalau terdapat banyak pergeseran. Pada manula,
pasokan yang tersisa dalam ligamentum teres sangat kecil dan pada 20% kasus
tidak ada. Itulah yang menyebabkan tingginya insidensi nekrosis avaskular
pada fraktur collum femur yang disertai pergeseran.
5. Diagnosa
Terdapat 3 situasi dimana fraktur collum femur dapat terlewatkan, kadang-
kadang dengan akibat yang menakutkan :
1. Fraktur-tekanan
25
Pasien lanjut usia dengan nyeri panggul yang tidak diketahui
mungkin mengalami fraktur tekanan; pemeriksaan sinar-X hasilnya
normal tetapi scan ulang akan memperlihatkan hot area.
2. Fraktur yang terimpaksi
Garis fraktur tidak terlihat, tapi bentuk caput dan collum
femoris berubah; selalu bandingkan kedua sisi.
3. Fraktur yang tidak nyeri
Pasien yang berada di tempat tidur dapat mengalami silent
fraktur.
a. Anamnesis
26
yang ditempuh, atau mengganti sepatu lari mereka. Disini,
seorang ahli tentunya harus menanyakan tentang catatan
latihan dan seberapa jauh jarak lari seorang atlet dengan
lengkap.
4. Pasien biasanya melaporkan riwayat nyeri yang bertambah
ataupun akut pada panggul depan,inguinal, atau lutut yang
bertambah berat bila beraktivitas.
5. Pemeriksa harus menanyakan apakah gejala-gejala tersebut
pernah terjadi di masa lalu, dan bila pernah, apakah pasien
pernah berusaha menggunakan es atau penghangat atau obat-
obat tertentu (seperti asetaminofen, aspirin, NSAID).
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
27
Menentukan setiap titik nyeri tekan di regio panggul dan inguinal
bagian depan
Range of Motion
1. Fleksi
2. Ekstensi
3. Abduksi
4. Adduksi
5. Endorotasi
6. Eksternal fleksi dan ekstensi dari lutut
Gerakan ROM
Fleksi 120o
Ekstensi 30o
Abduksi 45 – 50o
Adduksi 20 – 30o
Endorotasi 35 – 45o
Eksorotasi 35 – 45o
Tabel : Range of Motion pada Sendi Panggul
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Foto X-Ray
28
mana. Tujuan utama pembuatan foto X-Ray adalah untuk menyingkirkan
fraktur dan mengindentifikasi letak dan luasnya fraktur.
29
CT-Scan
30
Gambar : MRI Fracture Collum Femur Sinistra
Ultrasonografi (USG)
6. Penatalaksanaan
Segera lakukan foto x-ray dengan posisi antero-posterior (AP) dan lateral.
Hasil x-ray akan dijadikan sebagai patokan atau acuan untuk menentukan kualitas
dan menentukan apa yang akan dilakukan terhadap fraktur yang terjadi .Bila
memungkinkan, lakukan reduksi dan fiksasi pada fraktur pada 12 jam pertama
dan tidak melebihi 24 jam; perlu diingat bahwa insidensi nonunion akan lebih
31
rendah jika pasien dioperasi dalam 12 jam pertama daripada yang dioperasi
setelah 48 jam.
Prinsip terapi adalah reduksi yang tepat, fiksasi secara erat dan aktivitas
dini. Bila pasien dibawah anestesi, panggul dan lutut diflexikan dan paha yang
mengalami fraktur ditarik keatas, kemudian dirotasikan secara internal, lalu
diektensikan; akhirnya diikatkan pada footpiece. Pengawasan dengan sinar-X
(sebaiknya dengan penguat) digunakan untuk memastikan reduksi pada foto
antero-posterior dan lateral.
Sejak hari pertama pasien harus duduk di tempat tidur atau kursi. Dia
dilatih untuk melakukan latihan pernapasan, dianjurkan berusaha berdiri sendiri
dan mulai berjalan (dengan alat penopang) secepat mungkin.
Pada pasien lanjut usia dengan klasifikasi fraktur Garden I atau II juga
dapat dilakukan parallel cannulated screw fixation, walaupun hal ini biasanya
dilakukan secara in situ. Hemiarthroplasty merupakan prosedur yang dipilih pada
pasien usia lanjut dengan displaced fraktur collum femur. Level aktivitas pasien
sebelumnya juga sangat penting dalam menentukan tipe hemiarthroplasty yang
akan dilakukan.
Ada berbagai macam prostetik yang dapat digunakan, dari alat yang
unipolar (Austin-Moore Protesis) sampai bipolar. Kebanyakan dari protesis ini
disemen; walupun demikian, pada pasien lanjut usia, yang biasanya mempunyai
penyakit kardiopulmonal, penekanan yang berlebihan dari semen haruslah
dihindari untuk mencegah komplikasi metabolik dan mekanik lebih lanjut.
32
Gambar : Tata Laksana Fracture Collum Femur dengan Protesis
7. Komplikasi
a. Komplikasi Umum
33
b. Nekrosis Avaskular
Nekrosis caput femur akibat proses iskemik terjadi pada 30% pasien yang
mengalami fraktur displaced dan pada 10% pasien dengan fraktur undisplaced.
Komplikasi ini belum dapat didiagnosis atau diketahui pada saat awal terjadinya
fraktur. Setelah beberapa minggu setelah terjadinya fraktur, melalui pemeriksaan
bone scan, baru mulai tampak dan ditemukan adanya gangguan vaskularisasi
tersebut. Pada pemeriksaan X-ray, perubahan vaskularisasi ini bahkan baru dapat
terdeteksi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah diagnosis fraktur.
Nekrosis caput femur ini akan menimbulkan keluhan rasa nyeri dan
hilangnya fungsi struktur tersebut yang bersifat progresif, yang semakin lama
akan semakin memburuk jika tidak segera ditangani. Metode tata laksana yang
dipilih pada pasien berusia lebih dari 45 tahun untuk mengatasi komplikasi ini
ialah dengan total joint replacement. Sedangkan pada pasien dengan usia yang
lebih muda, tata laksana yang akan digunakan masih menjadi kontroversi. Terapi
core decompression tidak dapat digunakan pada kasus osteonekrosis traumatik
ini, sedangkan terapi realignment atau rotational osteotomy dapat dilakukan pada
pasien dengan segmen nekrosis yang relatif tidak terlalu luas.Terapi arthrodesis
juga banyak dikemukakan sebagai salah satu pilihan terapi, tetapi pada
prakteknya sangat jarang dilakukan.
c. Non-Union
Lebih dari 30% kasus fraktur collum femur mengalami kegagalan untuk
menyatu kembali dan resiko ini akan semakin meningkat pada fraktur-fraktur
dengan displaced yang parah. Ada beberapa penyebab terjadinya komplikasi ini,
antara lain karena suplai darah yang kurang baik, reduksi yang tidak sempurna,
fiksasi yang tidak adekuat, dan adanya tardy healing yang merupakan ciri khas
fraktur intra-articular. Pada komplikasi non-union, pasien akan mengeluhkan rasa
nyeri, tungkai yang mengalami fraktur tampak lebih pendek dari tungkai yang
sehat, dan mengalami kesulitan untuk berjalan. Hal ini dikonfirmasi melalui
34
pemeriksaan X-ray yang juga menunjukkan hasil penyatuan tulang yang kurang
baik atau tidak berhasil.
1. Jika garis fraktur hampir vertikal dengan caput femur yang masih baik, dapat
dilakukan subtrochanteric osteotomy dengan fiksasi internal untuk mengubah
garis fraktur agar sudutnya menjadi lebih horizontal.
2. Jika terdapat masalah pada teknik reduksi atau fiksasi, tanpa adanya tanda-
tanda nekrosis, dapat dilakukan pencabutan screw, reduksi fraktur, memasang
screw yang baru dengan cara yang tepat, dan memasang bone graft di
sepanjang garis fraktur. Bone graft dapat diambil misalnya dari segmen
tulang fibula.
3. Jika terjadi nekrosis pada caput femur tanpa adanya gangguan pada
persendian, metode yang dapat dilakukan ialah dengan prosthetic
replacement. Namun, jika disertai dengan gangguan pada persendian, makan
harus dilakukan total replacement.
Sedangkan pada pasien lanjut usia, ada dua prosedur yang mungkin dapat
dilakukan, yaitu:
1. Jika nyeri yang timbul sangat berat dan mengganggu, maka caput femur, baik
mengalami nekrosis avaskular ataupun tidak, harus segera diangkat dan
diganti melalui prosedur total joint replacement.
2. Jika pasien berusia sangat tua, tidak lagi menjalani aktivitas fisik secara aktif,
dan nyeri yang timbul tidak terlalu berat, maka hanya dengan penggunaan
raised heel dan stout stick atau elbow crutch biasanya sudah dapat mengatasi
komplikasi ini.
35
d. Osteoartritis
Nekrosis avaskular yang terjadi pada caput femur, setelah beberapa tahun
kemudian, dapat menyebabkan timbulnya osteoartritis sekunder pada panggul.Jika
terdapat gangguan berat pada pergerakan sendi dan kerusakan telah meluas hingga
permukaan articular, maka perlu dilakukan total joint replacement.
2. Indikasi Pemasangan
1. Kondisi Lokal
a. Trauma akut
b. Trauma terdahulu
c. Infeksi arthritis (Pyogenic)
d. Artritis seperti remathoid dan osteoartrosis
36
e. Tuberculosis sendi Hip
f. Tumor Jaringan lunak sebagaimana atau menyeluruh
Indikasi yang mutlak seperti :
a. Kekakuan kedua sendi Hip
b. Keterbatasan salah satu fungsi tungkai karena nyeri
dan kaku pada sebagaimana atau seluruh sendi
(multiple stiff Joint)
2. Kondisi Umum
Luasnya nyeri, gerak dan keterbatasan fungsi atau
mungkin ketiganya dan salah satunya menjadi pertimbangan
operasi.
37
Banyak kasus program prophylactic warfirin atau aspirin memberikan
resiko penggumpalan vena.
D. Fraktur
Fraktur dapat terjadi pada bagian distal sampai dengan ujung bawah
batang protese atau pada bagian bawah dari batang dapat menonjol
keluar melalui dinding lateral dari femur.
E. Nyeri pada Post Operasi.
Nyeri dapat terjadi pada daerah yang telah dilakukan operasi yang
timbul karena adanya bekas luka sayatan operasi.
F. Kegagalan
Pada operasi total Hip replacement yang dilakukan 0,5 – 1 %
mengalami kegagalan (Dandy 1993). Penyebab dari ini adalah
kehilangan (loosening) atau karena infeksi dalam (deep infection).
G. Infeksi
Infeksi dapat terjadi pada tiap saat setelah operasi dilakukan,
walaupun operasi telah mendapatkan penanganan (pencegahan dini
untuk mencegah agar infeksi tidak terjadi). Infeksi sekunder dapat
menyerang bagian tubuh yang telah ataubekas di operasi.
H. Oedema
Oedema dapat terjadi pada saat setelah operasi dilakukan, karena
adanya bekas luka sayatan operasi yang dapat menyebabkan
terganggunya sirkulasi darah.
I. Kekuatan Otot
Biasanya terjadi karena bagian hip yang dioperasi jarang sekali
digerakan sehingga otot yang berada disekitarnya menjadi tidak
berkontraksi atau beraktifitas jika terus didiamkan akan
mengakibatkan atropi dan kekuatan dari otot tersebut menjadi
berkurang.
38
DAFTAR PUSTAKA
Aaron AD. Bone grafting and healing. In: Kasser JR,ed. Orthopaedic update
knowledge 5. Rosemont, IL: American Academy of Orthopaedic Surgeons; 1996:
21-28.
Adams JC, Hamblen DL. Outline of fractures. 10th ed. Edinburgh: Churcill
Livungstone; 1992.
Barnes R, Brown JT, Garden RS, et al. Subcapital fractures of the femur: a
prospective review. J Bone Joint Surg. 1976; 55B: 2-24.
Camacho PM. Miller PD. Osteoporosis: a guide for clinicians. 1st ed. 2007.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Fraktur. EGC: Jakarta. 2011.
Netter FH, Thompson JC. Netter’s concise atlas of orthopaedic anatomy. 1st ed.
2001. Philadelphia :Elsevier Saunders.
Salter RB. Textbook of disorder and injuries of the musculoskeletal system. 3rd ed.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Wheeless CR, Nunley JA, Urbaniak JR. Wheeless textbook of orthopaedic. USA:
Duke University; 2010.
39