Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
penyakit hati tingkat berat, baik akut maupun kronis, yang bersifat fungsional dan
sindroma klinis yang terjadi pada pasien penyakit hati kronik dan kegagalan hati
lanjut serta hipertensi portal yang ditandai oleh penurunan fungsi ginjal dan
abnormalitas yang nyata dari sirkulasi arteri dan aktifitas sistem vasoactive
sirkulasi ginjal yang menyebabkan laju filtrasi glomerulus rendah dan vasodilatasi
arteriol yang luas pada sirkulasi di luar ginjal sehingga menyebabkan penurunan
hepatitis), atau gagal hati akut.6 Selain itu, kejadian sindrom hepatorenal dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan fungsi hati
penyakit sirosis. Sekitar 20% pasien sirosis hepatis dengan asites disertai fungsi
ginjal yang normal akan mengalami sindrom hepatorenal (SHR) setelah 1 tahun
1
dan 39% setelah 5 tahun perjalanan penyakit.3 Gines dkk melaporkan
kemungkinan insiden SHR pada pasien sirosis hepatis mencapai 18% pada tahun
bersifat reversibel, yaitu dapat membaik dengan intervensi medis. Akan tetapi,
stadium ekstrim dari gangguan fungsi ginjal ini bersifat ireversibel.3 Secara umum
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Tn. AB
Usia : 68 tahun
Pekerjaan : Petani
No. RM : 07.53.xx
2.2 Anamnesis
Badan kuning
Sesak nafas
Pasien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Arun yang masuk dengan
terakhir pasien juga mengeluhkan sakit perut pada kuadran kanan atas
3
hari pasien akan merasa cepat lelah. Sesak nafas juga akan
dan bengkak pada kaki. Namun saat ini keluhan bengkak pada kaki
disangkal.
pasien.
Status Present
Kesadaran : somnolen
Suhu :37 o C
4
Status Internus
Kepala
a. Tengkorak : normocephali
b. Muka : normal
c. Mata
Letak : normal
Palpebra : normal
Kornea : normal
Pupil : isokor
d. Telinga : normal
e. Hidung
f. Bibir
h. Lidah
5
Pergerakan : tidak terbatas
Permukaan : licin
j. Rongga leher
Leher
Inspeksi
Palpasi
Thorax
Inspeksi
6
Pergerakan : normal
Skeletal : normal
Kulit : ikterik
Palpasi
Kulit : hangat
Mammae : normal
Iktus kordis
Irama : reguler
Thrill : (-)
Perkusi
Paru-paru
Kanan : sonor
Kiri : sonor
Cor
7
Batas kanan : ICS V 2 jari lateral linea parasternal dextra
Auskultasi
Paru-paru
Cor
Abdomen
Inspeksi
Bentuk : normal
Kulit : ikterik
Palpasi
Hepar
Lien
8
Ginjal
Perkusi
Asites
Auskultasi
Inspeksi
Bentuk : normal
Kulit : ikterik
9
Palpasi
Sendi
Inspeksi
Palpasi : normal
Hematologi Klinik
Parameter Normal Limit Hasil
Hemoglobin L = 13 - 18 g % 11.5 g%
P = 12 - 16 g%
Eritrosit L = 4.5 - 6.5 x 106/mm3 4.9 x 106/mm3
P = 3.6 - 5.8 x 106/mm3
Hematokrit 7- 47 % 33.5 %
MCV 76 - 96 fl 68 fl
MCH 27 - 32 pg 23.3 pg
MCHC 30 - 35 g% 34.3 g%
Trombosit 150 - 450 x 103/mm3 421 x 103/mm3
Leukosit 4 - 11 x 103/mm3 8.8 x 103/mm3
RDW 11 – 15 % 21.4 %
Fungsi Hati
Bilirubin total 0.1 – 1.0 mg/dl 8.99 mg/dl
Bilirubin direct 0.0 – 0.3 mg/dl 7.62 mg/dl
SGOT 10 – 37 IU/L 211 IU/L
SGPT 10 – 40 IU/L 213 IU/L
Alkaline fosfatase Dewasa: 31 – 97 IU/L 963 IU/L
Total protein 6.0 – 8.3 g/dl 7.3 g/dl
Albumin 3.2 – 5.2 g/dl 3.1 g/dl
Globulin 2.6 – 3.6 g/dl 4.2 g/dl
10
Fungsi Ginjal
Ureum 20 - 40 mg/dl 213 mg/dl
Kreatinin 0.6 – 1.6 mg/dl 5.04 mg/dl
Uric acid < 7.2 mg/dl 13.7 mg/dl
Analisa Urin
Makroskopis
Kekeruhan Jernih Keruh
Warna Kuning muda Kuning muda
Berat jenis 1.010 – 1.035 1.020
pH 4.6 – 8.0 8.0
Blood dan Hb Negatif +3
Leukosit Negatif +2
Mikroskopis
Eritrosit 0 – 3/LPB 25 – 50 /LPB
Leukosit 0 – 5/LPB 25 -50 /LPB
Epitel 0 – 5/LPK 5 – 10/LPK
Metabolisme KH
Glukosa sewaktu 110 – 200 mg/dl 116 mg/dl
Imunoserology
Anti HBs Negatif Negatif
HBsAg Negatif Negatif
Foto Thorax
11
USG
Ren dextra
Ukuran dan echostruktur normal, batas korteks medulla tegas, SPC tak melebar,
Ren sinistra
Ukuran dan echostruktur normal, batas korteks medulla tegas, tak tampak batu /
massa
2.5 Diagnosa
12
2.6 Tatalaksana
Asering 10 gtt/i
Ceftriaxone / 12 jam
Vitamin K / hari
Omeprazole / 12 jam
P.O
Urdahex 2 x 1
Curcuma 2 x 1
Lesipar 2 x 1
Spironolakton 25 mg 1 x 1
2.7 Prognosis
2.8 Follow up
13
A/ Obstruktif jaundice e.c batu empedu Salicyl talc
+ CHF e.c PJK + dermatitis atopik Miconazole salf
P/ Darah rutin
Urin rutin
KGDS
LFT
RFT
HBsAg
S/ Badan kuning (+) Sakit pinggang (+) Asering 10 gtt/i
Sakit perut (+) Batuk berdahak (+) Aminoleban 1 fls / hari
Sakit kepala (+) Ceftriaxone / 12 jam
Vitamin K / hari
O/ TD : 90/60 mmHg
HR : 64 x / menit
RR : 24 x / menit
25/04/2016
Temp : 37.30C
A/ SH
P/ Periksa HBsAg
Periksa albumin dan globulin
14
O/ TD : 90/60 mmHg
HR : 64 x / menit
RR ; 28 x / menit
Temp : 370C
A/ HVA
AKI
Susp. HRS
CHF ?
P/ Foto thorax
NGT
S/ Penurunan kesadaran (+) O2 2 – 3 L
Diet sonde 30 gr protein
O/ TD : 90/60 mmHg Asering 10 gtt/i
HR : 64 x/menit Aminoleban 1 fls / hari
RR : 28 x/menit Ceftriaxone / 12 jam
0
Temp : 37 C Vitamin K / hari
Omeprazole / 12 jam
A/ HVA Lasix 1 amp / hari
28/04/2016
AKI Dobutamin 2.5cc/jam
Susp. HRS P.O
CHF ? Urdahex 2 x 1
Propanolol 2 x 1
P/ Pindah ICU (ICU penuh) Curcuma 2 x 1
Lesipar 2 x 1
Spironolakton 25 mg 1 x 1
Digoksin 1 x 0.25 mg
S/ Penurunan kesadaran (+) O2 2 – 3 L
Diet sonde 30 gr protein
O/ TD : 90/40 mmHg Asering 10 gtt/i
HR : 60 x / menit Aminoleban 1 fls / hari
RR : 28 x / menit Ceftriaxone / 12 jam
Vitamin K / hari
29/04/2016
A/ Coma e.c MOF Omeprazole / 12 jam
Lasix 1 amp / hari
P/ Pasien pindah ICU pukul 10.45 WIB Dobutamin 5cc/jam +
dopamine 5 cc/jam
P.O
Urdahex 2 x 1
15
Propanolol 2 x 1
Curcuma 2 x 1
Lesipar 2 x 1
Spironolakton 25 mg 1 x
Digoksin 1 x 0.25 mg
S/ Penurunan kesadaran (+) NaCl 0.9 % 10 gtt/i
Aminoleban/hari
O/ TD : 86/55 mmHg Inj. Ceftriaxone 1 amp/12j
30/05/2016 Inj. Omeprazol 1 vial/12
A/ SH + CKD stage V + CHF jam
Dopamin 7.5 cc/ jam
ICU P/ Pasien exit pukul 22.40 WIB P.O
Urdahex 2 x 1
Curcuma 2 x 1
Lesipar 2 x 1
Digoksin 1 x 1
16
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
yang terjadi pada seseorang dengan sirosis hati lanjut atau kegagalan hati
glomerulus (GFR) dan aliran plasma renal (RPF) tanpa adanya penyebab lain dari
Sindrom hepatorenal merupakan suatu gangguan fungsi ginjal pre renal, yaitu
plasma saja ternyata tidak dapat memperbaiki gangguan fungsi ginjal ini.2,3
adalah sindroma klinis yang terjadi pada pasien penyakit hati kronis dan
kegagalan hati lanjut serta hipertensi portal yang ditandai oleh penurunan fungsi
ginjal dan abnormalitas yang nyata dari sirkulasi arteri dan aktivitas sistem
vasokonstriksi yang kuat dari sirkulasi ginjal disertai vasodilatasi arteriol yang
luas pada sirkulasi di luar ginjal yang menyebabkan penurunan resistensi vaskular
3.2 Epidemiologi
Sekitar 20% pasien sirosis hepatis dengan asites disertai fungsi ginjal yang
normal akan mengalami sindrom hepatorenal (SHR) setelah 1 tahun dan 39%
17
SHR pada pasien sirosis hepatis mencapai 18% pada tahun pertama dan akan
meningkat hingga 39% pada tahun ke lima.1,5 Pasien dengan peritonitis bakterial
SHR.5
3.3 Patogenesis
hepatis. Karakteristik khas pada SHR adalah vasokonstriksi yang kuat dari
ginjal.1 Ada tiga faktor dominan yang terlibat dalam patogenesis SHR, yaitu:1,6
Selain itu, ada tiga teori yang dianut untuk menerangkan hipoperfusi ginjal yang
- Hepatorenal Refleks
simpatoadrenal ginjal yang disertai dengan penurunan perfusi ginjal dan laju
filtrasi glomerular (GFR), serta peningkatan reabsorpsi natrium dan air. Studi
18
ini mendukung adanya refleks hepatorenal, yang mungkin dapat diaktivasi
Patofisiologi yang sesuai dengan perubahan fungsi ginjal dan sirkulasi dalam
vasopressin) yang terjadi pada sirosis hepatis tahap lanjut.5,8 Pada pasien
dengan sirosis dan asites, konsentrasi nitrit dan nitrat serum menunjukkan
yang kuat.1,4,8
19
Gambar 1. Mekanisme Vasokonstriksi Renal pada Pasien dengan Sindrom
Hepatorenal. eNOS, endothelial nitric oxide synthase; NO, nitric oxide.8
- Vasokonstriksi Renal
Pada fase awal dari sirosis hepatis dekompensata, perfusi ginjal masih dapat
dipelihara dalam batas normal, karena adanya peningkatan sintesis dari faktor-
faktor vasodilatasi. Akan tetapi, pada fase lanjut, perfusi ginjal tidak dapat
dipelihara lagi karena adanya vasodilatasi sistemik yang luar biasa dan
penurunan volume efektif arterial. Penurunan volume efektif arterial ini dapat
20
Seperti penjelasan sebelumnya, pada pasien sindrom hepatorenal
utama dari vasokonstriksi ginjal ini belum diketahui secara pasti, tapi
- Angiotensin II
- Norepineprine
- Neuropeptida Y
- Endothelin
- Adenosine
- Cyteinyl leukotrine
- F2-isoprostanes
Vasodilator
- Prostaglandin
- Nitric oxide
- Natriuretic peptide
- Kallikrein-kinin
Faktor Vasokonstriktor
dengan sirosis dan asites, terutama penderita dengan sindrom hepatorenal dan
berkolerasi terbalik dengan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus.4,6,7
21
Selain itu, penelitian yang dilakukan terhadap pasien dengan SHR
ginjal yang poten dan menyebabkan kontraksi dari sel mesangial secara in vitro.
sirkulasi ginjal dan menyebabkan kontraksi dari sel mesangial pada SHR.6
22
Faktor Vasodilator
melindungi sirkulasi ginjal dari efek yang merusak dari faktor vasokonstriktor.
mempertahankan perfusi ginjal pada sirosis dengan asites diperoleh dari penelitian
ginjal. Pemberian NSAIDs, sekalipun dalam dosis tunggal pada penderita sirosis
hati dengan asites menyebabkan penurunan yang nyata dalam aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus, yang perubahannya menyerupai kejadian dalam SHR
mempertahankan perfusi ginjal pada sirosis adalah nitrit oksida. Jika produksi
nitrit oksida dan PGs dihambat secara tidak langsung dalam percobaan sirosis
23
Gambar 4. Patogenesis Sindrom Hepatorenal10
Stimulasi sistem saraf simpatis sangat tinggi pada penderita SHR dan
pada arteriol afferent ginjal menimbulkan penurunan aliran darah ginjal dan GFR
24
Gambar 5. Patofisiologi Mekanisme dari Sindrom Hepatorenal
Renal VD, renal vasodilation; Renal VC, renal vasoconstriction; SNS, sympathetic
nervous system1
sindrom hepatorenal pada pasien non-azotemik dengan sirosis dan asites. Pada
SHR, dan lebih dari satu kejadian dapat terjadi pada satu pasien.1 Di bawah ini
tabel faktor-faktor presipitasi dan prediktif pada pasien sirosis dan asites yang
25
Tabel 2. Faktor Presipitasi dan Prediktif pada Pasein dengan Sirosis dan
Asites yang Berkaitan dengan Perkembangan Sindrom Hepatorenal2
hepatorenal.1,2,11
26
3.5 Manifestasi Klinis
kombinasi antara gagal ginjal, gangguan sirkulasi, dan gagal hati. Gagal ginjal
dapat timbul secara perlahan atau progresif dan biasanya diikuti dengan retensi
natrium dan air, yang menimbulkan asites, edema dan dilutional hyponatremia,
yang ditandai oleh ekskresi natrium urin yang rendah dan pengurangan
kemampuan buang air (oliguri –anuria). Gangguan sirkulasi sistemik yang berat
ditandai dengan tekanan arteri yang rendah, peningkatan cardiac output, dan
penurunan total tahanan pembuluh darah sistemik.4 Pada pasien sirosis hepatis,
80% kasus SHR disertai asites, 75% disertai ensefalopati hepatic, dan 40%
disertai ikterus.3
27
Merupakan manifestasi yang sangat progresif, dimana terjadi peningkatan
serum kreatinin dua kali lipat.3 Tipe I ditandai oleh peningkatan yang cepat dan
progresif dari BUN (Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin serum yaitu nilai
kreatinin >2,5 mg/dl atau penurunan kreatinin klirens dalam 24 jam sampai 50%,
keadaan ini timbul dalam beberapa hari hingga 2 minggu.3,4 Gagal ginjal sering
dihubungkan dengan penurunan yang progresif jumlah urin, retensi natrium dan
hiponatremi.4
Penderita dengan tipe ini biasanya dalam kondisi klinik yang sangat berat
dengan tanda gagal hati lanjut seperti ikterus, ensefalopati atau koagulopati.4,6
Tipe ini umum pada sirosis alkoholik berhubungan dengan hepatitis alkoholik,
tetapi dapat juga timbul pada sirosis non alkoholik. Kira-kira setengah kasus
Sindroma Hepatorenal tipe ini timbul spontan tanpa ada faktor presipitasi yang
yang erat dengan beberapa komplikasi atau intervensi terapi, seperti infeksi
(SBP) adalah penyebab umum dari penurunan fungsi ginjal pada sirosis. Kira-kira
35% penderita sirosis dengan SBP timbul Sindroma Hepatorenal tipe I.4
sangat buruk pada penderita sirosis, dengan mortalitas mencapai 95%. Rata-rata
waktu harapan hidup penderita ini kurang dari dua minggu, lebih buruk dari
lamanya hidup dibanding dengan gagal ginjal akut dengan penyebab lainnya.3,4,6
28
2. Sindroma Hepatorenal Tipe II
penurunan yang sedang dan stabil dari laju filtrasi glomerulus (BUN dibawah 50
mg/dl dan kreatinin serum < 2 mg / dl). Tidak seperti tipe I SHR, tipe II SHR
biasanya terjadi pada penderita dengan fungsi hati relatif baik. Biasanya terjadi
pada penderita dengan ascites resisten diuretik. Diduga harapan hidup penderita
dengan kondisi ini lebih panjang dari pada Sindroma Hepatorenal tipe I.3,4,6
3.6 Diagnosis
Diagnosis SHR selalu dibuat setelah eksklusi gangguan-gangguan lain yang dapat
menyebabkan gagal ginjal pada pasien sirosis.8 Kriteria diagnostik yang dianut
Hepatorenal Syndrome.
Kriteria Mayor
1. Penyakit hati akut atau kronik dengan gagal hati lanjut dan hipertensi portal.
2. GFR rendah, keratin serum >1,5 mg/dl (130 µmol/L) atau kreatinin klirens
24 jam < 40 ml/mnt.
3. Tidak ada syok, infeksi bakteri sedang berlangsung, kehilangan cairan dan
mendapat obat nefrotoksik.
4. Tidak ada perbaikan fungsi ginjal dengan pemberian plasma ekspander 1,5
liter dan diuretik (penurunan kreatinin serum menjadi < 1,5 mg/dl atau
peningkatan kreatinin klirens menjadi > 40 ml/mnt)
5. Proteinuria < 0,5 g/hari dan tidak dijumpai obstruktif uropati atau
penyakitparenkim ginjal secara ultrasonografi
Kriteria Tambahan
1. Volume urin < 500 ml / hari
2. Natrium urin < 10 meg/liter
29
3. Osmolalitas urin > osmolalitas plasma
4. Eritrosit urin < 50 /lpb
5. Natrium serum <130 mEq/liter
dengan penyakit ginjal atau penurunan fungsi ginjal. Pada beberapa keadaan,
kelainan fungsi ginjal bersama dengan gangguan fungsi hati yang tidak ada
30
hubungan satu sama lain. Beberapa penyeebab Pseudohepatorenal Syndrome
adalah:3
lain-lain
3.7 Penatalaksanaan
pada pasien sirosis hepatis.3 Oleh karena itu, pasien sirosis hepatis sangat sensitif
31
- Peritonitis bakterial spontan pada SHR harus segera diobati sedini dan
seadekuat mungkin.
mencegah SHR.
namun tampaknya tidak cukup efektif dan efek samping yang cukup
cerna.3,4
Medikamentosa
Vasodilator
tentu masuk akal jika kita menduga perubahan hemodinamik ginjal dapat diubah
ACEI, dan antagonis endothelin. Akan tetapi, tidak ada penelitian yang
Penelitian Barnardo dkk dan Bennett dkk melaporkan infus dopamin dosis
rendah selama 24 jam memperbaiki aliran darah korteks dan tampilan angiografi
Pemberian PGs intravena atau pengobatan dengan misoprostol (analog PGs oral
aktif) pada penderita sirosis hati dengan SHR juga tidak diikuti dengan perbaikan
32
dengan perbaikan fungsi ginjal pada pasien dengan SHR.4 Karena efek samping
dan kurangnya manfaat, penggunaan vasodilator renal dalam SHR sudah banyak
ditinggalkan.1
Vasokonstriktor
vaskuler sistemik.4
dosis rendah, dikaitkan perbaikan yang bermakna pada perfusi ginjal, peningkatan
RPF, GFR, dan ekskresi natrium.1 Penelitian Guevara dkk menunjukkan bahwa
pada pasien sirosis dengan SHR. Tiga hari pengobatan dengan ornipressin dan
albumin dapat menormalkan aktifitas yang berlebihan dari renin – angiotensin dan
sistem saraf simpatis. Peningkatan kadar natriuetik peptide arteri dan hanya
15 hari, perbaikan fungsi ginjal dijumpai dengan peningkatan aliran darah ginjal
33
dan laju filtrasi glomerulus. Tetapi, terapi ini dapat digunakan dengan
kewaspadaan yang tinggi. Pada beberapa pasien hal ini tidak dilanjutkan karena
komplikasi iskemik.1,4,11
vasopressin dan glucagon, 1 penderita bertahan hidup sampai 472 hari, 1 penderita
dilakukan transplantasi hati dan yang lain meninggal setelah 75 hari karena gagal
tidak tersedia.3
Portosystemic shunt
digunakan sebagai terapi alternatif untuk pasien sirosis hepatis dengan perdarahan
34
dari varises esofagus atau lambung yang
parenkim hati.5
penurunan mortalitas akibat operasi. Komplikasi yang paling sering pada pasien
obstruksi dari stent. Beberapa laporan yang melibatkan sejumlah pasien cendrung
sirosis hati dengan SHR yang tidak dapat lagi untuk dilakukan transplantasi hati.4
ginjal pada pasien sirosis, dan asites refraktori. Mekanisme TIPS pada efek
35
SHR tipe 1 dan menyimpulkan TIPS dapat memperbaiki fungsi
Dialisa
dapat meningkatkan fungsi ginjal. Walupun tidak terdapat penelitian kontrol yang
mengevaluasi efektifitas dari dialisa pada kasus ini, tetapi pada laporan penelitian
tanpa kontrol menunjukkan efektifitas yang buruk, karena banyaknya pasien yang
meninggal selama pengobatan dan terdapat insiden efek samping yang cukup
tinggi. Pada beberapa pusat penelitian hemodialisa masih tetap digunakan untuk
Transplantasi Hati
Transplantasi hati ini secara teori adalah terapi yang tepat untuk penderita
SHR, yang dapat menyembuhkan baik penyakit hati maupun disfungsi ginjalnya.
dari SHR dan daftar tunggu yang lama untuk tindakan tersebut di pusat
diamati selama 48 jam sampai 72 jam. Setelah itu laju filtrasi glomerulus mulai
mengalami perbaikan.3,4,5,6
36
Gambar 8. Patogenesis Sindrom Hepatorenal pada Sirosis, Berdasarkan
Teori Vasodilatasi Arterial, dan Intervensi Terapi Efektif8
37
BAB 4
PENUTUP
penyakit sirosis. Sekitar 20% pasien sirosis hepatis dengan asites disertai fungsi
ginjal yang normal akan mengalami sindrom hepatorenal (SHR) setelah 1 tahun
kemungkinan insiden SHR pada pasien sirosis hepatis mencapai 18% pada tahun
pertama dan akan meningkat hingga 39% pada tahun ke lima.1,5 SHR adalah
komplikasi dari penyakit hati lanjut yang ditandai tidak hanya gagal ginjal, tapi
vasodilator
kriteria mayor berupa penyakit hati akut atau kronik dengan gagal hati lanjut dan
hipertensi porta, GFR rendah, keratin serum >1,5 mg/dl atau kreatinin klirens 24
jam < 40 ml/mnt, tidak ada syok, infeksi bakteri sedang berlangsung, kehilangan
cairan dan mendapat obat nefrotoksik, tidak ada perbaikan fungsi ginjal dengan
pemberian plasma ekspander 1,5 ltr dan diuretik (penurunan kreatinin serum
menjadi < 1,5 mg/dl atau peningkatan kreatinin klirens menjadi > 40 ml/mnt)
serta proteinuria < 0,5 g/hari dan tidak dijumpai obstruksi uropati atau penyakit
parenkim ginjal secara ultrasonografi. Selain kriteria mayor, terdapat pula kriteria
38
oambahan berupa volume urin < 500 ml / hari, natrium urin < 10 meg/liter,
Osmolalitas urin > osmolalitas plasma, Eritrosit urin < 50 /lpb, Natrium serum
<130 meg / liter.1-9 Semua kriteria mayor harus dijumpai dalam menegakkan
diagnosis SHR.
Sampai saat ini belum ada pengobatan efektif untuk SHR, oleh karena itu
dengan ascites, maka kita dapat mencegah timbulnya gagal ginjal pada penderita
pendukung hanya diberikan jika fungsi hati dapat kembali normal atau sebagai
39
DAFTAR PUSTAKA
40
2011]. Didapat dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC1405222/pdf/gut00594-0014.pdf?tool=pmcentrez
10. Sherlock, Sheila, James Dooley. Disease of The Liver and Billiary System.
UK: Blackwell Science; 2002. Hal 140-143.
12. Fauci, dkk. Harrison’s Priciples of Internal Medicine Edisi 17. USA: Mc
Graw-Hill Company; 2008. Chapter 302
41