Você está na página 1de 6

PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SUSUKAN
Jl. Raya Susukan No. 27 Cirebon telp. (0231) 358532

Nomor : 032 / TU/ PKM / II/2017 Susukan, 25 Februari 2017


Lampiran : 1 Lembar
Perihal : Undangan Kepada Yth.
Kuwu Desa Bojongkulon
Di
Tempat

Dengan Hormat,

Dalam rangka meningkatkan cakupan penemuan kasus KUSTA serta


mencegah penularan pada keluarga yang kontak dengan penderita KUSTA
di wilayah kerja UPT Puskesmas Susukan dengan ini kami akan
mengadakan kegiatan Penyuluhan tentang penyakit Kusta dan Frambusia.
Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
Hari : Jum’at
Tanggal : 03 Maret 2017
Pukul : 08.00 wib s/d selesai
Tempat : Desa Bojongkulon
Acara : Penyuluhan tetang penyakit Kusta dan Frambusia
Untuk kelancaran acara tersebut kami mohon kerjasama dan
partisipasinya dalam mensukseskan kegiatan tersebut. Demikian atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Susukan

Dr.H.AndiRidwan.s
NIP19710223 200112 1 003

Tembusan :
1. Dinas Kesehatan
2. Kecamatan Susukan
MATERI PENYUUHAN KUSTA DAAN FRAMBUSIA

1. Definisi kusta (Morbus hansen)


Penyakit kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium leprae(M.leprae). Kuman golongan myco ini
berbentuk batang yang tahan terhadap asam terutama asam alkohol dan
oleh sebab itu disebut juga Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini bersifat
kronis pada manusia, yang bisa menyerang saraf-saraf dan kulit. Bila
dibiarkan begitu saja tanpa diobati, maka akan menyebabkan cacat –
cacat jasmani yang berat. Namun, penularan penyakit kusta ke orang lain
memerlukan waktu yang cukup lama tidak seperti penyakit menular
lainnya. Masa inkubasinya adalah 2-5 tahun. Penyakit ini sering
menyebabkan tekanan batin pada penderita dan keluarganya, bahkan
sampai menggangu kehidupan sosial mereka.
2. Gejala Klinis
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari
tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan
disajikan tanda-tanda secara umum tidak terlampau mendetail, agar
dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:

a. Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh


manusia.
b. Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-
lama semakin melebar dan banyak.
c. Adanya pelebaran saraf terutama pada saraf ulnaris,
medianus, aulicularis magnus serta peroneus. Kelenjar
keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan
mengkilat.
d. Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig
tersebar pada kulit
e. Alis rambut rontok
f. Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies
leomina (muka singa

Gejala-gejala umum pada kusta, reaksi :


1. Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.
2. Anoreksia.
3. Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
4. Cephalgia.
5. Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.
6. Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan
hepatospleenomegali.
7. Neuritis

3. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular Kusta


3.1 Pencegahan Penyakit Kusta
Upaya pencegahan dapat dilakukan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit atau dengan kata lain sesuai dengan
riwayat alamiah penyakit tersebut.
Ada 3 tingkat utama pencegahan :
1. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
2. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
3. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
Tingkat pencegahan 1 pada tahap prepatogenesis dari riwayat
alamiah penyakit
Tingkat pencegahan 2 dan 3 pada tahap patogenesis penyakit

a. Pencegahan primer (primary Prevention)


Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum
mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi
proses penyakit
Tujuan: mengurangi insiden penyakit dengan cara mengendalikan
penyebab penyakit dan faktor risikonya
Upaya yang dilakukan adalah untuk memutus mata rantai infeksi
“agent – host – environment”
Terdiri dari:
1. Health promotion (promosi kesehatan)
2. Specific protection (perlindungan khusus)
kegiatan yang dilakukan melalui upaya tersebut adalah :
1. Health promotion (promosi kesehatan)
· Pendidikan kesehatan, penyuluhan
· Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan
· Penyediaan perumahan yg sehat
· Pemeriksaan kesehatan berkala

2. Specific protection (perlindungan khusus ) Imunisasi


· Kebersihan perorangan
· Sanitasi lingkungan
b. Pencegahan sekunder (Secondary Prevention)
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah
berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit (patogenesis
awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut
Tujuan: menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
komplikasi
Terdiri dari :
1. Deteksi dini
2. Pemberian pengobatan (yang tepat)
Kegiatan yang dilakukan dalam upaya terebut adalah
Deteksi dini
· Penemuan kasus (individu atau masal)
· Skrining
Pemeriksaan khusus dengan tujuan
· Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut
· Mencegah penyebaran penyakit menular
· Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan
· Memperpendek masa ketidakmampuan

Pemberian pengobatan
· Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit
· mencegah komplikasi dan sekuele yg lebih parah
· Penyediaan fasilitas khusus untuk membatasi
ketidakmampuan dan mencegah kematian

c. Pencegahan Tersier (tertiary Prevention)


Adalah Pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah
lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah
cacat dan mengembalikan penderita ke status sehat
Tujuan: menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil
penderitaan dan membantu penderita-penderita untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi
Terdiri dari:
1. Disability limitation
2. Rehabilitation

Kegiatan yang dilakukan dalam upaya tersebut adalah :


1. Disability limitation
· Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar
tidak terjadi komplikasi.
· Pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat setelah
sembuh.
· Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
· mengusahakan pengurangan beban beban non medis ( sosial )
pada penderita untuk memungkinkan meneruskan pengobatan
dan perawatannya.
2. Rehabilitasi
· Penempatan secara selektif
· Mempekerjakan sepenuh mungkin
· penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya
· Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar
menggunakan mereka yang telah direhabilitasi
· Penyuluhan dan usaha usaha kelanjutan yang harus tetap
dilakukan seseorang setelah ia sembuh.
· Peningkatan terapi kerja untuk memungkinkan pengrmbangan
kehidupan sosial setelah ia sembuh.
· Mengusahakan suatu perkampungan rehabilitasi sosial.
· Penyadaran masyarakat untuk menerima mereka dalam fase
rehabilitasi.
· Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi

3.2. Penanggulangan Penyakit Kusta


Penanggulangan penyakit kusta telah banyak didengar dimana-
mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia
yang berguna, mandiri, produktif dan percaya diri. Metode
penanggulangan ini terdiri dari : metode pemberantasan dan pengobatan,
metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial,
rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan
akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur
sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut
merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan. Di Indonesia, tujuan program pemberantasan penyakit
kuista adalah menurunkan angka prevalensi penyakit kustra menjadi 0,3
per 1000 penduduk pada tahun 2000. Upaya yang dilakukan untuk
pemberantasan penyakit kusta melalui :
1. Penemuan penderita secara dini.
2. Pengobatan penderita.
3. Penyuluhan kesehatan di bidang kusta.
4. Peningkatan ketrampilan petugas kesehatan di bidang kusta.
5. Rehabilitasi penderita kusta.

Você também pode gostar