Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MIKROBIOLOGI VETERINER 2
INOKULASI VIRUS POX
-----------------------------------------------------------------------------
1.1 Tujuan
Tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk melakukan inokulasi virus
pox (cacar) pada chorioallantois membran telur ayam berembrio yang
berumur 10-12 hari.
1.2 Prinsip
Prinsip kerja pada praktikum kali ini adalah telur ayam berembrio yang
diinokulasikan dengan virus pox akan terbentuk plaque atau bintik putih pada
membran chorioallantoisnya.
1.3 Alat dan Bahan
1. Peneropong telur
2. Pengebor atau pelubang telur
3. spuit 1 ml
4. Gunting
5. Pinset
6. Inkubator telur 37oC dengan kelembaban 60-70%
7. Telur ayam berembrio berumur 10-12 hari
8. Virus pox
9. Alkohol 70%
10. NaCl fisiologis
11. Selotip kertas
Hasil
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil
Tabel pengamatan
2.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan inokulasi virus pox pada telur ayam
berembrio. Pertama disediakan embrio berumur 9-11 hari. Kemudian telur di
candling untuk melihat viabilitas. Ditandai sebuah area sekitar ¼ inci di bawah
dan sejajar dengan dasar kantung udara. Desinfeksi telur dengan alkohol. Dibuat
lubang pada lokasi kantung hawa dan di lokasi embrio dengan hati-hati agar tidak
merobek selaput kulit. Kemudian posisikan embrio secara horizontal, dengan
lubang menghadap ke atas. Menggunakan bulb karet, hisap udara melalui lubang
yang dibuat pada kantung udara dimana tindakan ini akan membuat terbentuknya
kantung udara buatan dengan menarik CAM ke bawah. Kamudian inokulasikan
virus melalui lubang yang dibuat pada lokasi embrio. Tutup semua lubang dengan
parafin dan telur di inkubasi selama 5 hari pada suhu 37˚C serta diamati setiap
hari. Pada hari kelima telur dibuka dan diamati hasilnya. (Villegas, 2011)
a. Interpretasi Hasil
Pada uji ini, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya pocks atau
bintil pada membran chorioallantois dan apabila diperiksa secara histopatologi
maka akan ditemukan benda inklusi intra sitoplasmik. Sedangkan hasil negatif
ditandai dengan tidak terbentuknya bintil pada membran chorioallantois.
Identifikasi virus dapat dilakukan terhadap partikel virus dengan memeriksa
secara langsung terhadap lesi atau eksudat dengan cara pemeriksaan di bawah
mikroskop elektron. ( Pudjiatmoko dkk, 2014)
Telur ayam berembrio yang digunakan adalah telur ayam berembrio yang
berumur 11 hari. Selain itu embrio dalam keadaan hidup dengan pembuluh darah
yang tampak jelas ketika di candling. Selain itu telur ayam juga tidak boleh
berasal dari induk yang telah divaksin. (Yadav et al, 2007)
2.2.3. Tambahan
Ciri-ciri ayam yang terserang pox terbagi menjadi bentuk cutaneus dan
bentuk difterik. Bentuk Cutaneus (bentuk kulit) biasanya dilaporkan pada unggas
liar, ciri-cirinya adalah Pada area yang tidak berbulu biasanya timbul kutil yang
menyerupai nodul-nodul, termasuk pada kaki, jengger, pial dan kelopak mata.
Unggas terlihat lemah dan kurus, karena terjadi penurunan nafsu makan. Unggas
juga terlihat susah bernapas karena saluran udara tertutup. Bentuk Difterik (wet
pox) biasanya dilaporkan pada ayam lokal dan kalkun, ditandai dengan lesi
difterik, warna kekuningan muncul pada membran mukosa mulut, esofagus dan
trakea. Apabila lesi ditemukan di daerah trakea, gejala klinis disertai gejala
gangguan pernafasan mirip gejala klinis yang timbul akibat coryza ringan atau
parah. ( Pudjiatmoko dkk, 2014)
3.2. Saran
Pada praktikum kali ini diharapkan bagi setiap praktikan untuk lebih
memahami prosedur kerja yang dilaksanakan, sehingga memperkecil
kemungkinan terjadinya kesalahan dan mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Villegas, Pedro. 2011. Value Beyond The Label : Chicken Embryo Inoculation
Route. Merial Selection Vol. 7 No. 2
Wibowo, Michael Haryadi dkk. 2015. Deteksi Molekuler Virus Infectious Bursal
Disease (IBD) pada Samp l Bursa Fabrisius yang Diperoleh dari
Ayam Terdiagnosa Penyakit IBD. Jurnal Sain Veteriner ISSN : 0126 –
0421