Você está na página 1de 17

LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA FARMASI


PERCOBAAN VIII
“ANGKA PENYABUNAN”

OLEH :
NAMA : EVI APRIYANI O1A1 16 103
WANDA HAMIDA O1A1 16 105
MUH. NUR SALAM GANI O1A1 16 111
WA ODE NURFINTI O1A1 16 116
AULIA INDAH PRATIWI O1A1 16 138
KELAS : C
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEN : SARIPUDDIN, S. Si

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Minyak dan sabun adalah dua buah zat yang sering kali ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Minyak biasanya digunakan sebagai bahan untuk
memasak dan sabun sebagai pembersih pakaian, badan dan lain-lain. Minyak
dan sabuan merupakan dua buah benda yang jauh berbeda fungsi dan juga
manfaatnya serta kandungan yang ada didalamnya. Akan tetapi, minyak dan
sabun memiliki bahan baku yang sama, tetapi bahan campurannya berbeda
bila minyak digunakan KOH sedangkan sabun menggunakan HCl.
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam
lemak dan gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai macam
sumber, baik dari tumbuh-tumbuhan seperti kelapa sawit, kacang-kacangan,
biji-bijian dan lain-lain maupun dari hewan. Kkarena sumber lemak beraneka
macamnya, maka setiap jenis lemak berbeda sifat fisik dan kimianya. Dengan
menganalisis sifat fisika dan kimianya dapat ditentukan tindakan apa yang
harus dilakukan terhadap lemak dan minyak tersebut sebelum digunakan
untuk keperluan manusia, misalnya untuk pembuatan sabun dan margarin.
Trigliserida tertentu berfungsi sebagai sumber utama asam linoleat
yaitu asam lemak jenuh. Karena senyawa ini tak dapat disintesis oleh tubuh.
Asam linoleat dianggap sebagai asam lemak esensial. Akhirnya trigliserida
menunda rasa lapar sesudah makan, karena senyawa ini meninggalkan
lambung secara perlahan-lahan.
Sifat-sifat kimia lemak atau minyak yang sering dianalisis antara lain
bilangan penyabunan, bilangan asam dan asam lemak bebas (FFA) dan
bilangan peroksida. Oleh karena itu, untuk mengetahui hal tersebut, maka
dilakukan percobaan ini yaitu dengan menggunakan analisis penetuan
bilangan penyabunan pada sampai minyak jambu mente.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan “Angka Penyabunan” adalah
bagaimana cara menetukan bilangan penyabunan pada sampel minyak jambu
mete?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan “Angka Penyabunan” adalah untuk mengetahui
cara menentukan bilangan penyabunan pada sampel minyak jambu mete.

D. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan “Angka Penyabunan” adalah agar dapat
mengetahui cara menentukan bilangan penyabunan pada sampel minyak
jambu mete.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk
menggoreng makanan. Minyak goring tersusun atas asam lemak berbeda yaitu sekitar
dua puluh jenis asam lemak. Setiap minyak atau lemak tidak ada yang hanyatersususn
atas satu jenis asam lemak, karena minyak atau lemak selalu ada dalam bentuk
campuran dari beberapa asam lemak. Asam lemak yang dikandung oleh minyak
sangat menentukan mutu dari munyak karena asam lemak tersebut menentukan sifat
kimia dan stabilitas minyak (Noriko, 2012).
Komposisi asam lemak dari minyak adalah secara signifikan terkait dengan
stabilitasnya, sifat termal dan nilai gizi. Jambu mete merupakan kacang yang
memiliki nilai yang tinggi yang dapat dimakan dan terdiri dari asam lemak tak jenuh
tunggal, diikuti oleh asam lemak jenuh dan asam lemak jenuh ganda. Kelimpahan
relative asam lemak tak jenuh tunggal pada jambu mete adalh kondusif untuk
promosi manfaat kesehatan seperti asam linoleat yang merupakan asam lemak
esensial yang bias digunakan untuk mencegah penyakit jantung dan arteri
(Liaotrakoon, 2016).
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sifat-sifat sabun yaitu sabun bersifat basa, menghasilkan buih dan
busa serta juga mempunyai sifat membersihkan. Sabun dibuat melalui proses
saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali yang membebaskan gliserol. Lemak
minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin ataupun
minyak ikan laut (Naomi, 2013).
Saponifikasi dalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur
dengan larutan alkali. Jenis alkali yang umum dugunakan dalam proses saponifikasi
adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolimines. NaOH merupakan alkali
yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak
digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air.
Na2CO3 merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak tetapi
tidak dapat menyabunkan trigliserida (Hajar, 2016).
Reaksi saponifikasi mempertimbangkan campuran lemak olein dan stearin
dalam rasio 3 : 1 yang penting untuk pembuatan sabun untuk memastikan sabun
lemak dengan menggunakan olein dan cukup padat dengan menggunakan stearin
untuk keperluan toilet. Kinetika reaksi saponifikasi meliputi penentuan urutan reaksi,
penetuan konstanta laju, penentuan energi aktivasi dan penentuan faktor frekuensi
atau faktor pra-ekponensial (Patil, 2016).
Bilangan penyabunan merupakan jumlah basa yang diperlukan untuk
menyabunkan sejumlah lemak atau minyak, dinyatakan sebagi milligram KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram sampel. Bilangan saponifikasi merupakan
indeks rata-rata berat molekul triasilgliserol dalam sampel yang akan bergantung
pada seberapa panjang rantai asam lemak dalam minyak yaitu akan semakin kecil
bilangan saponifikasi , semakin panjang rata-rata rantai asam lemak (Susanto, 2013).
Titrasi adalah teknik laboratorium kimia dasar untuk analisis kuantitatiif zat
dengan tidak diketahui konsentrasi menggunakan larutan standar yang diketahui
konsentrasinya. Zat dengan konsentrasi yang tidak diketahui dan solusi standarnya
disebut analit dan titran masing-masing (Pradeep, 2013).
Indikator adalah pigmen atau pewarna yang bias diisolasi dari berbagai
sumber, termasuk tanaman, jamur dan ganggang. Indikator berubah warna pada tahap
reaksi kimia tertentu. Indikator yang umum digunakan di laboratorium adalah metil
merah, metil jingga, fenolftalein, fenol merah, metil kuning, pentametoksi merah,
biru bromophenol, bimor biru dan sebagainya (Okoduwa, 2015).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Biokimia tentang “Angka Penyabunan” dilaksanakan pada
hari Jumat 22 September 2017, pukul 08.00 sampai selesai, di Laboratorium
Biokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Batang pengaduk i. Pipet tetes
b. Buret j. Pompa air
c. Elektromantel k. Refluks
d. Ember l. Sendok tanduk
e. Erlenmeyer m. Spatula besi
f. Gelas kimia 100 ml n. Selang
g. Gelas ukur 100 ml o. Statif dan klem
h. Labu alas bulat p. Timbangan analitik

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Alkohol 96%
b. Aquades
c. Es batu
d. HCl 0,5 N
e. Indikator phenolftalein
f. Minyak jambu mete
g. NaOH
h. Tissu

C. Uraian Bahan
1. Alkohol (Ditjen POM RI, 1979 : 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alkohol
RM/ BM : C2H5OH / 46 g/mol
Rumus struktur : H H

H C C OH

H H
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Penggunaan : Zat tambahan

2. Aquades (Ditjen POM RI, 1979 : 96)


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/ BM : H2O / 18,02 g/mol
Rumus struktur : O

H H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. Fenolftalein (Ditjen POM RI, 1979 : 675)


Nama resmi : PHENOLPTHALEINUM
Nama lain : Fenolftalein / indikator pp
RM/ BM : C20H14O4 / 318,32 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur putih, atau putih kekuningan lemak,
tidak berbau, stabil di udara.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar
larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Penggunaan : Zat tambahan, indikator

4. HCl (Ditjen POM RI, 1979 : 42)


Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam Klorida
RM /RA : HCl / 36,46 g/mol
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
yang hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Penggunaan : Sebagai zat tambahan
5. NaOH (Ditjen POM RI, 1979 : 412)
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
RM/ BM : NaOH / 40 g/ml
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur, putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis
dan korosif, segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : Sebagai zat tambahan
D. Prosedur Kerja
1. Titrasi larutan blanko

Larutan NaOH

- Diambil sebanyak 25 ml
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 2 tetes indicator fenolftalein
- Dititrasi dengan HCl 0,5 N

Hasil Pengamatan?

2. Penentuan angka penyabunan

Minyak Mete

- Ditimbang sebanyak 1,5 – 5,0 g pada gelas kimia 100 ml


- Ditambahkan 50 ml NaOH
- Dipindahkan larutan ke dalam labu alat bulat kemudian
dipanaskan dengan elektromanter sambil di refluks selama
30 menit
- Dipindahkan larutan ke dalam Erlenmeyer 100 ml dan
didinginkan
- Ditambahkan 2 tetes indicator fenolftalein
- Dititrasi dengan HCl 0,5 N
- Diamati perubahan warna dan dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan?
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan
No. Perlakuan Volume Hasil
titran
1. 50 ml NaOH + 3 tetes Sebelum dititrasi
indikator fenolftalein. Dititrasi 60 ml berwarna ungu muda,
dengan larutan standar HCl setelah dititrasi
0,5 N. berwarna bening
2. 3,5 g sampel + 50 ml NaOH, Sebelum dititrasi
direfluks lalu dipanaskan. berwarna ungu muda,
Kemudian didinginkan + 3 41,8 ml setelah dititrasi
tetes indikator pp dan dititrasi berwarna bening
dengan larutan HCl 0,5 N .

2. Perhitungan
Dik : Volume blanko = 60 ml
Volume sampel = 41,8 ml
Normalitas HCl = 0,5 N
BE. NaOH = 40 g/ mol
Berat sampel = 3,5 g
Dit : Bilangan penyabunan …….?
Penyelesaian
(𝑉t 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) × 𝑁. 𝐻𝐶𝑙 × 𝐵𝐸 𝑁𝑎𝑂𝐻
Bilangan penyabunan = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(60 𝑚𝑙−41,8 𝑚𝑙)× 0,5 𝑁 × 40 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 3,5 𝑔

= 104
B. Pembahasan
Jambu mete merupakan bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Jambu mete (Anacardium occidentale) memiliki
kandungan kimia yaitu tanin, anacardic acid dan cardol yang bermanfaat
sebagai antibakteri dan antiseptic. Selain itu, buah jambu mete mengandung
energy sebesar 64 kilokalori, protein 0,7 g, karbohidrat15,8 g, lemak 0,6 g,
kalsium 4 mg, fosfor 13 mg dan zat besi 1 mg. Buah jambu mete juga
terkandung vitamin A sebanyak 25 IU, vitamin B 0,02 mg dan vitamin C 197
mg.
Asam lemak adalah suatu senyawa golongan asam karboksilat yang
mempunyai rantai alifatik panjang, baik jenuh maupun tak jenuh. Asam lemak
alami mempunyai rantai dengan jumlah atom karbon genap dari 4 hingga 28.
Asam lemak merupakan turunan dari trigliserida atau fosfolipid. Asam lemak
yang terdapat di alam adalah asam palmitat (C15H31COOH), asam stearat
(C17H35COOH), asam oleat (C17H33COOH) dan asam linoleat (C17H29COOH).
Asam lemak memiliki dua jenis yaitu asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh merupakan asam karboksilat rantai
panjang dengan panjang rantai 12 hingga 24 dan tidak berikatan rangkap
sehingga masing-masing atom karbon dalam rantai mengikat dua atom
hydrogen. Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang hanya
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap antara atom karbon. Asam lemak
dapat bereaksi dengan basa sehingga membentuk garam.
Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat
larut dalam air dan dikenal sebagai sabun. Asam lemak yang digunakan pada
sabun pada umunya adalah asam palmitat atau stearat. Melalui proses
hidrogenasi dengan bantuan katalis Pt dan Ni, asam lemak tidak jenuh diubah
menjadi asam lemak jenuh dan melalui proses penyabunan dengan basa
NaOH atau KOH akan terbentuk sabun dan gliserol. Proses penyabunan
tersebut juga dikenal dengan “reaksi saponofikasi”.
Mekanisme reaksi saponifikasi yaitu dimulai dari lipid atau lemak
(trigliserida) diekstraksi dan direaksikan dengan salah satu senyawa basa
yakni KOH ataupun NaOH, maka lemak tersebut akan terhidrolisis oleh basa
sehingga menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Senyawa basa yang tidak
bereaksi akan ditentukan dengan melakukan penambahan indicator lalu
dititrasi dengan HCl. Nilai saponifikasi dapat dihitung dari berat sampel dan
jumlah senyawa basa (KOH atau NaOH) yang bereaksi.

1(a) 1(b)
Gambar : 1(a) larutan blanko sebelum titrasi
1(b) larutan blanko sesudah titrasi

2(a) 2(b)
Gambar : 2(a) larutan sampel (minyak jambu mete) sebelum titrasi
2(b) larutan sampel (minyak jambu mete) sesudah titrasi

Percobaan angka penyabunan menggunakan berbagai bahan yakni


larutan HCl 0,5 N yang merupakan larutan standar, larutan NaOH yang
merupakan senyawa basa sebagai larutan blanko, fenolftalein sebgai indicator
serta sampel berupa minyak jambu mete. Larutan blanko perlu dilakukan
standarisasi agar dapat diketahui konsentrasi dari larutan NaOH dengan
menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan menambahkan indicator
pp beberapa tetes hingga berubah warna menjadi ungu sperti pada gambar
1(a), kemudian dititrasi menggunakan larutan HCl hingga berwarna bening
kembali seperti pada gambar 1(b). Titrasi pada larutan blanko ini
menghasilkan volume 60 ml sedangkan pada larutan sampel setelah dilakukan
proses refluks, maka dilakukannya titrasi dengan menggunakan reagen HCl
setelah penambahan indikator pp. Titrasi tersebut menghasilkan perubahan
warna dari ungu menjadi bening kembali. Perubahan warna ini terjadi pada
volume titran 41,8 ml. Hasil volume titran yang diperoleh tersebut dapat
digunakan untuk memperoleh nilai atau angka penyabunan untuk minyak
jambu mete. Adapun banyaknya NaOH yang digunakan untuk menyabunkan
3,5 gram minyak jambu mete adalah 104.
Manfaat percobaan ini yaitu dapat digunakan dalam penentuan zat-zat
penyusun lemak yaitu gliserol dan asam lemak. Pada industri pembuatan
sabun, prinsip saponifikasi ini sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan dalam
pembuatan sabun cair maupun sabun padat dalam industri besar ataupun kecil
menengah.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan “Angka Penyabunan” ini adalah
banyaknya NaOH yang digunakan untuk menyabunkan 3,5 gram minyak
jambu mete adalah 104.

B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya para praktikan sebelum
dilakukannya percobaan diharapkan agar menguasai prinsip maupun teori dari
percobaan yang dilakukan agar tidak terjadi kesalahan saat percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Hajar, E. W. I., dan Sirril M., 2016, “Penurunan Asam Lemak Beras pada Minyak
Goreng Bekas Menggunakan Ampas Tebu untuk Pembuatan Sabun”, Jurnal
Integrasi Proses, Vol. 6(1).

Liaotrakoon, W., Namhong T., Yu C.H., dan Chen N. H., 2016, “Impact of Roasting
On The Changes In Composition and Quality of Cashew Nut (Anacardium
occidentale) Oil”, International Food Research Journal, Vol. 23(3).

Naomi, P., Anna M. L. G., Muhammad Yusuf T., 2013, “Pembuatan Sabun Lunak
dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia”, Journal
Teknik Kimia, Vol. 19(2).

Noriko, N., Dewi E., Analekta T. P., Ninditasya W., dan Widhi W., 2012, “Analisis
Penggunaan dan Syarat Mutu Minyak Goreng pada Penjaja Makanan di Food
Court UAI”, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, Vol. 1(3).

Okoduwa, S. I. R., Lovina O. M., Matthew E. A., dan Ameh A. A., 2015,
“Comparative Analysis of the Properties og Acid-Base Indicator Rose (Rosa
setigera), Allamanda (Allamanda cathartica) and Hibiscus (Hibiscus rosa-
sinensis) Flower”, Biochemistry Research International, Vol. 1(1).

Patil, T. A., 2016, “Saponification of Lanolin for Cosmetic Applications”,


International Journal of Advanced Scientific and Techinical Research, Vol.
1(6).

Pradeep, D. J., dan Kapil D., 2013, “A Novel, Inexpensive and Les Hazardous Acid-
Base Indicator”, Journal of Laboratory Chemical Education, Vol. 1(2).
Susanto, T., 2013, “Perbandingan Mutu Minyak Kelap yang di Proses melalui
Pengasaman dan Pemanasan sesuai SNI 2902-2011”, Hasil Penelitian
Industri, Vol. 26(1).

Você também pode gostar