Você está na página 1de 10

1

ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL


TANAMAN JAGUNG MANIS

(Liquid Organic Fertilizer Application On Growth and Yield of Sweet Maize)

Mahdiannoor1, Nurul Istiqomah1 dan Syarifuddin2


1
Program Studi Agroteknologi STIPER Amuntai
2
Alumni Program Studi Agroteknologi STIPER Amuntai
Jl. Bihman Villa 7 B Amuntai 71417
email mahdi_186@yahoo.com

ABSTRACT
Maize crop (Zea mays L.) is one type of food crop seeds of the grass family. This plant is one
of the important food crops, in addition to wheat and rice. The productivity of maize in Indonesia in
general is still low, the cause other than packet proper cultivation and use of high yielding varieties
impartial fertilization also not done. Along with organic farming, the use of various types of organic
fertilizers both solid and liquid is also used to maize crop. This study aims to (i) to determine the
liquid organic fertilizer application and (ii) determine the best dose of a liquid organic fertilizer
application on the growth and yield of sweet maize. The research was conducted in the Nalui Village
District of Jaro Tabalong Regency from May to August 2015. This study used a randomized group
design (RGD) single factor. Factors studied were doses of liquid organic fertilizer by 5 treatments,
namely: (p0) 0 cc.plot-1 (p1) 200 cc.plot-1 (p2) 400 cc.plot-1 (p3) 600 cc.petak -1 and (p0) 800
cc.plot-1 . The results of various doses of liquid organic fertilizer showed a significant influence on
plant height at 28 and 35 days after planting (DAP), giving a significant influence on the cob weight,
the length of the cob with husks and cobs without husks long. No effect on plant height at 14 and 21
DAP and leaf number aged 14, 21, 28 and 35 DAP. Liquid organic fertilizer dose of 800 cc.plot-1
gave the best growth and yield of the crop of sweet maize.

Keywords : maize, organic fertilizer, growth, yield, doses.

PENDAHULUAN tepung tongkolnya dapat menjadi bahan baku


industri (Prahasta, 2009).
Tanaman jagung (Zea mays L.)
Produktivitas jagung nasional
merupakan salah satu jenis tanaman pangan
meningkat, namun secara umum tingkat
biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan.
produktivitas jagung nasional masih rendah
Tanaman ini merupakan salah satu tanaman
yaitu baru mencapai 4,4 ton/ha pada tahun
pangan yang penting, selain gandum dan padi.
2010. Sedangkan hasil penelitian jagung dari
Sebagai sumber karbohidrat utama, jagung
berbagai institusi baik pemerintah maupun
menjadi sumber pangan di beberapa daerah.
swasta telah mampu menyediakan produksi
Penduduk beberapa daerah di Indonesia,
jagung dengan potensi hasil berkisar 6,0 - 10,0
seperti di Madura dan Nusa Tenggara,
ton/ha tergantung pada kondisi lahan dan
menggunakan jagung sebagai makanan pokok.
penerapan teknologinya. Sedangkan di tingkat
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung
petani, produktivitas jagung yang didapat
ditanam sebagai pakan ternak, yaitu tongkol
masih sangat bervariasi, berkisar antara 1,0 -
dan daunnya sebagai hijauan, bijinya dapat
7,0 ton/ha, tergantung pada kondisi wilayah
dibuat menjadi minyak atau dibuat menjadi
tepung jagung atau maizena, tepung biji dan
2
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

dan penerapan teknologi produksinya jagung Varietas Bonanza I, pupuk organik cair
(Zubachtirodin, et. al., 2011). Super Bionik diberikan 3 kali. yaitu 10 hari
Untuk dapat tumbuh dan berproduksi setelah tanam (HST), kedua pada umur 20
optimal, tanaman jagung memerlukan hara HST dan ketiga pada umur 30 HST dengan
yang cukup selama pertumbuhannya. Karena cara menyemprotkan pupuk organik cair ke
itu, pemupukan merupakan faktor penentu daun tanaman jagung, pestisida dan air. Alat
keberhasilan budidaya jagung. Pemberian yang dipakai antara lain cangkul, parang,
pupuk, baik organik maupun an-organik, pada gembor, hand sprayer, meteran, neraca digital,
dasarnya bertujuan untuk memenuhi kamera dan alat tulis. Penelitian ini
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman, menggunakan Rancangan Acak Kelompok
mengingat hara dari dalam tanah umumnya (RAK) faktor tunggal. Faktor yang diteliti
tidak mencukupi sehingga diperlukan adalah dosis pupuk organik cair sebanyak 5
pemupukan secara berimbang, yaitu perlakuan yaitu : (p0) 0 cc.petak-1, (p1) 200
pemupukan yang disesuaikan dengan cc.petak-1, (p2) 400 cc.petak-1, (p3) 600
kebutuhan tanaman dan yang tersedia di tanah cc.petak-1 dan (p4) 800 cc.petak-1. Masing-
( Zubachtirodin, et. al., 2011). Syofia et.al. masing perlakuan diulang 5 kali sehingga
(2014), menyatakan kombinasi konsentrasi didapat sebanyak 25 satuan percobaan dan
pupuk organik cair Santamicro dengan dua setiap percobaan terdiri dari 4 tanaman
varietas jagung manis memberikan interaksi sampel. Pengamatan yang dilakukan adalah
yang tidak nyata terhadap pertumbuhan dan pengukuran tinggi dan jumlah daun umur 14,
hasil tanaman jagung manis, sedangkan Rahmi 21, 28 dan 35 (HST), berat tongkol dengan
dan Majid (2007) menyatakan dalam klobot per tanaman, panjang tongkol dengan
penelitiannya bahwa pemberian pupuk klobot dan panjang tongkol tanpa klobot
organik cair Super ACI pada pembeian 1,43 ml Analisis data yang dipakai adalah uji F dan uji
l-1 air pada tanaman jagung manis dapat lanjutan dengan DMRT (α=5%). Sebelumnya
meningkatkan produksi tongkol sebesar 8,77 dilakukan uji kehomogenan ragam Bartllet
ton.ha-1 (α=5%).
Penelitian ini bertujuan (i) untuk
mengetahui aplikasi pupuk organik cair dan HASIL DAN PEMBAHASAN
(ii) menentukan dosis terbaik aplikasi pupuk
Tinggi Tanaman
organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil Berdasarkan analisis ragam
tanaman jagung manis. menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk
organik cair pada umur 14 dan 21 HST tidak
METODE PENELITIAN memberikan pengaruh tetapi pada umur 28
Penelitian ini dilaksanakan di Desa dan 35 HST memberikan pengaruh yang
Nalui Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong sangat nyata pada pengamatan tinggi tanaman.
dari bulan Mei - Agustus 2015. Bahan yang Rerata tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel
digunakan adalah lahan podsolik, benih 1.
3
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

Tabel 1. Hasil uji beda rata-rata tinggi tanaman jagung manis umur 14, 21, 28 dan 35 HST
Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman (cm)
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
p0 25,54 40,78 87,88a 90,58a
p1 25,24 38,64 88,96b 91,12ab
p2 26,64 41,20 89,98c 92,68c
p3 26,02 39,76 89,24bc 91,88bc
p4 27,84 42,39 90,02c 92,78c
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan tersebut berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %

Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa pada dengan perlakuan p0 dan p1. Pada umur 35
umur 14 HST perlakuan p0 tidak berbeda HST perlakuan p2 kembali menunjukkan
dengan perlakuan p1, p2, p3, dan p4. Pada umur pertumbuhan tinggi tanaman terbaik yang
21 HST perlakuan p0 tidak berbeda dengan tidak berbeda dengan perlakuan p3 dan p4
perlakuan p1, p2, p3, dan p4. Pada umur 28 HST tetapi berbeda dengan perlakuan p0 dan p1.
perlakuan p2 menunjukkan pertumbuhan Untuk lebih jelasnya, rerata tinggi tanaman
tinggi tanaman terbaik yang tidak berbeda jagung dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
dengan perlakuan p3 dan p4 tetapi berbeda

100
Tinggi tanaman (cm)

80

60 14 HST
40 21 HST

20 28 HST
35 HST
0
p0 p1 p2 p3 p4
Perlakuan

Gambar 1. Grafik hubungan aplikasi pupuk organik cair terhadap rata-rata tinggi tanaman jagung
umur 14, 21, 28, dan 35 HST.

Dari Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa pengamatan pada umur 28 dan 35 HST
pertumbuhan tinggi tanaman jagung terus memberikan pengaruh yang sangat nyata. Hal
meningkat disetiap umur pengamatan. Dengan ini disebabkan karena pada umur 14 dan 21
makin bertambahnya perlakuan maka akan HST tanaman jagung memasuki tahapan
dicapai tinggi tanaman maksimal pada menjadi tanaman baru berada pada fase
perlakuan p2, setelah itu tinggi tanaman pertumbuhan yang lambat, di mana pada fase
cenderung menurun, walaupun dosis tersebut akar tanaman belum berkembang
perlakuan meningkat. serta belum aktif menyerap unsur hara. Hal ini
Hasil penelitian dan analisis ragam sesuai dengan apa yang telah disampaikan
menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk oleh Salisbury dan Ross (1995), bahwa laju
organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil pertumbuhan pada awalnya akan lambat,
tanaman jagung pada pengamatan tinggi tetapi kemudian akan meningkat terus dan
tanaman umur 14 dan 21 HST tidak semakin besar organisme maka akan semakin
memberikan pengaruh, namun pada cepat pertumbuhannya.
4
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

Berdasarkan hasil analisis tanah hara N dibutuhkan dalam jumlah besar pada
dilokasi percobaan pada Lampiran 1 setiap tahap pertumbuhannya, khususnya pada
menunjukkan bahwa kandungan bahan tahap pertumbuhan vegetatif, seperti
organik didalam tanah dan unsur hara N pembentukan tunas atau perkembangan batang
rendah, kandungan unsur hara P dan K sangat dan daun (Novizan, 2002). Peranan P dalam
tinggi namun kandungan Fe tinggi dengan pH pertumbuhan vegetatif tanaman hanya
tanah yang agak asam. Tingginya kandungan berkisar 0,3 – 0,5%. P mempunyai peran
Fe dan keadaan tanahnya yang agak masam dalam memperbaiki pertumbuhan akar
membuat ketersediaan unsur haranya menjadi tanaman, kerapatan akar dapat distimulasi oleh
semakin rendah. Hal ini juga memungkinkan P meskipun tidak sebaik pengaruh N.
tidak terjadinya pengaruh pemberian pupuk Sedangkan peranan K dalam pertumbuhan
organik cair Super Bionik pada umur 14 dan vegetatif tanaman adalah untuk memperbaiki
21 HST walaupun kandungan unsur hara transportasi asimilat, menghemat penggunaan
didalam pupuk organik Super Bionik cukup air melalui pengaturan membuka –
tinggi terutama kandungan unsur hara N yang menutupnya stomata dan meningkatkan
sangat berperan besar pada saat pertumbuhan ketahanan tanaman terhadap serangan hama
vegetatif tanaman jagung. Penjelasan diatas dan penyakit.
sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno Pemberian pupuk organik Super
(2003), tanah yang masam dapat Bionik terhadap pertumbuhan dan hasil
menyebabkan penurunan ketersediaan unsur tanaman jagung pada umur 28 dan 35 HST
hara bagi tanaman, meningkatkan dampak memberikan pengaruh yang sangat nyata
unsur beracun dalam tanah, penurunan hasil terhadap tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan
tanaman, mempengaruhi fungsi penting biota perakaran tanaman jagung sudah berkembang
tanah yang bersimbiosis dengan tanaman dan aktif dalam menyerap unsur hara yang
seperti fiksasi N oleh rhizobium. Ketersediaan tersedia didalam tanah dan pemberian pupuk
P menjadi berkurang karena diikat oleh Fe atau organik Super Bionik sudah mampu
Al dalam bentuk Fe-P atau Al-P, tanah yang memenuhi kebutuhan akan unsur hara yang
masam kejenuhan basa menjadi rendah, diperlukan untuk pertumbuhan tinggi tanaman
akibatnya terjadi kekahatan unsur hara di jagung.
dalam tanah.
Dalam proses pertumbuhannya, Jumlah Daun
tanaman jagung sangat memerlukan unsur Berdasarkan analisis ragam
hara N dalam jumlah yang cukup. Unsur hara menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk
N berguna untuk merangsang pertumbuhan organik cair tidak bepengaruh pada semua
tanaman secara keseluruhan, merangsang umur pengamatan jumlah daun. Untuk lebih
pertumbuhan vegetatif dan berfungsi untuk jelasnya, Rerata jumlah daun tanaman jagung
sintesa asam amino dan protein dalam dapat dilihat pada Gambar 2.
tanaman. Unsur hara N juga dibutuhkan untuk
membentuk senyawa penting seperti klorofil,
asam nukleat, dan enzim. Karena itu, unsur
5
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

10
9

Jumlah Daun (helai)


14 HST
8
7
6 21 HST
5
4
3 28 HST
2
1 35 HST
0
p0 p1 p2 p3 p4
Perlakuan

Gambar 2. Grafik hubungan aplikasi pupuk organik cair terhadap rata-rata jumlah daun tanaman
jagung manis umur 14, 21, 28, dan 35 HST.

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat Ditambahkan oleh Rinsema (1983) dalam


bahwa dengan makin bertambahnya perlakuan Gusniawati, et.al., (2008) N merupakan unsur
organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil hara yang sangat penting untuk pembentukan
maka akan meningkatkan jumlah daun pada protein, daun-daun dan berbagai
perlakuan p0, p2 dan p4 sebaliknya menurun persenyawaan organik lainnya.
pada perlakuan p1 dan p3. Menurut Susilawati dan Fahmi (2011)
Dari hasil penelitian dan analisis Fe yang tinggi akan memfiksasi ketersediaan
ragamnya menunjukkan bahwa aplikasi pupuk unsur hara P yang ada didalam tanah. Pada
organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil analisis tanah dilokasi percobaan pada
tanaman jagung tidak berpengaruh terhadap Lampiran 1 diketahui bahwa kandungan Fe
jumlah daun pada semua umur pengamatan. tinggi dan kandungan P sangat tinggi akan
Hal ini diduga karena rendahnya unsur hara N tetapi diduga unsur hara P tidak tersedia bagi
yang terkandung didalam tanah sesuai hasil pertumbuhan tanaman jagung sehingga tidak
analisis tanah pada Lampiran 1 yaitu mampu melengkapi pemberian perlakuan
kandungan unsur hara N yang rendah selain itu pupuk organik cair Super Bionik untuk
tingginya kandungan Fe dan keadaan tanahnya memberikan jumlah daun yang lebih banyak.
yang agak masam membuat ketersediaan Wijaya (2008) menyatakan di dalam tubuh
unsur hara N menjadi semakin rendah. tanaman P berperan dalam hampir semua
Pemberian pupuk organik Super Bionik proses reaksi biokimia. Peran P yang istimewa
dengan kandungan N yang tinggi dengan adalah pada proses penangkapan energi
berbagai dosis yang diberikan belum mampu cahaya matahari dan kemudian mengubahnya
memenuhi kebutuhan akan unsur hara oleh menjadi energi biokimia.
tanaman jagung untuk membentuk jumlah Kandungan unsur hara K didalam
daun yang lebih banyak. Sutedjo (1999) dalam tanah pada lokasi percobaan sangat tinggi dan
Gusniawati, et. al., (2008) menyatakan bahwa kandungan unsur hara K didalam pupuk
N merupakan unsur hara utama bagi organik cair Super Bionik juga tinggi, namun
pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya tidak mampu memberikan pengaruh terhadap
sangat diperlukan untuk pembentukan atau jumlah daun yang lebih banyak pada tanaman
pertumbuhan bagian-bagian vegetatif jagung, hal ini karena peranan K lebih untuk
tanaman, seperti daun, batang dan akar. pertumbuhan generatif tanaman. Menurut
6
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

Wijaya (2008), peranan K dalam pertumbuhan Berat Tongkol Dengan Kelobot per
vegetatif adalah untuk memperbaiki Tanaman
transportasi asimilat, memperbaiki daya Berdasarkan hasil analisis ragam
simpan hasil, meningkatkan ketahanan menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk
tanaman terhadap serangan hama dan tanaman jagung memberikan pengaruh yang
penyakit, mengoptimalkan pemanfaatan sangat nyata. Rerata berat tongkol dengan
cahaya matahari, menghemat penggunaan air kelobot per tanaman dapat dilihat pada Tabel
melalui pengaturan membuka – menutupnya 2 berikut ini.
stomata, meningkatkan ketahanan pada frost
dan meningkatkan kandungan vitamin C.

Tabel 2. Hasil uji beda rata-rata berat tongkol dengan klobot pertanaman jagung manis
Perlakuan Rata-rata berat tongkol dengan kelobot pertanaman (g)
p0 215a
p1 250ab
p2 250ab
p3 289b
p4 405c
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan tersebut
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %

Dari Tabel 5 diatas terlihat bahwa p4 memiliki berat tongkol dengan klobot
perlakuan p4 berbeda dengan perlakuan p0, p1, pertanaman terberat. Untuk lebih jelasnya,
p2, dan p3. Perlakuan p0 tidak berbeda dengan rerata berat tongkol per tanaman juga dapat
perlakuan p1 dan p2, dan perlakuan p1 dan p2 dilihat pada grafik berikut ini.
tidak berbeda dengan perlakuan p3. Perlakuan

450
Berat tongkol dengan kelobot per

400
350
300
tanaman (g)

250
200
150
100
50
0
p0 p1 p2 p3 p4
Perlakuan

Gambar 3. Grafik hubungan aplikasi pupuk organik cair terhadap rata-rata berat tongkol dengan
kelobot pertanaman jagung manis.
7
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat diberikan maka makin tinggi pula berat
bahwa makin meningkat dosis perlakuan tongkol dengan kelobot pertanaman jagung.
yang terhadap panjang tongkol dengan klobot
tanaman jagung. Rerata panjang tongkol
Panjang Tongkol Dengan Kelobot disajikan pada Tabel 3 dibawah ini.
Berdasarkan hasil analisis ragam,
aplikasi pupuk organik cair berpengaruh
sangat nyata

Tabel 3. Hasil uji beda rata-rata panjang tongkol dengan kelobot tanaman jagung manis
Perlakuan Rata-rata panjang tongkol dengan kelobot (cm)
p0 25,24a
p1 27,88a
p2 28,34a
p3 29,78ab
p4 30,58b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan tersebut
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %

Dari Tabel 3 terlihat terlihat bahwa Untuk lebih jelasnya, rerata panjang tongkol
perlakuan p0 memiliki panjang tongkol dengan dengan klobot juga dapat dilihat pada grafik
klobot yang tidak berbeda dengan perlakuan p4 berikut ini.
dan berbeda dengan perlakuan p1, p2 dan p3.

35
Panjang tongkol dengan kelobot (cm)

30

25

20

15

10

0
p0 p1 p2 p3 p4
Perlakuan

Gambar 4. Grafik hubungan aplikasi pupuk organik cair terhadap rata-rata panjang tongkol dengan
kelobot.

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa meningkat. Hasil terpanjang dicapai pada
dengan makin meningkatnya dosis perlakuan perlakuan p4.
maka panjang tongkol dengan kelobot juga
8
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

Panjang Tongkol Tanpa Kelobot tanaman jagung manis. Rerata panjang tongkol
Berdasarkan hasil analisis ragam, tanpa kelobot disajikan pada Tabel 4 berikut ini.
aplikasi pupuk organik cair berpengaruh sangat
nyata terhadap panjang tongkol tanpa klobot

Tabel 4. Hasil uji beda rata-rata panjang tongkol tanpa tanpa kelobot tanaman jagung manis
Perlakuan Rata-rata panjang tongkol tanpa kelobot (cm)
p0 19,08b
p1 20,08a
p2 21,12a
p3 23,42a
p4 24,34b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan tersebut
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %

Dari Tabel 4 diatas terlihat bahwa terlihat merupakan perlakuan terbaik. Untuk lebih
bahwa perlakuan p3 berbeda dengan perlakuan jelasnya, rerata panjang tongkol tanpa klobot
p0, p1 dan p2, tetapi tidak berbeda dengan juga dapat dilihat pada grafik berikut ini.
perlakuan p4. Perlakuan p3 menunjukkan
panjang tongkol tanpa klobot terpanjang dan
Panjang Tongkol tanpa kelobot (cm)

30

25

20

15

10

0
p0 p1 p2 p3 p4
Perlakuan

Gambar 5. Grafik hubungan aplikasi pupuk organik cair terhadap rata-rata panjang tongkol tanpa
kelobot.

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa makin Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
meningkat dosis perlakuan yang diberikan maka ragamnya pada berat tongkol, panjang tongkol
panjang tongkol tanpa kelobot tanaman jagung dengan klobot dan tanpa klobot menunjukkan
manis juga makin panjang. Hasil terpanjang bahwa perlakuan aplikasi pupuk organik cair
dicapai pada perlakuan p4. terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung memberikan pengaruh yang sangat
9
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

nyata. Hal ini disebabkan karena pupuk organik ketersediaan unsur P. Sesuai dengan pendapat
Super Bionik yang diberikan dengan kandungan Sutarto (1988) dalam Ayunda (2014), bila unsur
unsur hara P cukup tinggi dan kandungan unsur P pada tanaman jagung terpenuhi maka
hara K tinggi dapat dimanfaatkan dengan baik pembentukan tongkol jagung akan lebih
dan optimal oleh tanaman jagung selain itu sempurna dengan ukuran yang lebih besar dan
kandungan P dan K sangat tinggi di lahan lokasi barisan bijinya penuh.
percobaan berdasarkan analisis tanah sehinga Selanjutnya unsur hara K penting untuk
mampu memenuhi kebutuhan unsur hara produksi dan penyimpanan karbohidrat,
tanaman jagung. Unsur hara P dan K sangat sehingga tanaman yang menghasilkan
berperan besar pada saat pertumbuhan generatif karbohidrat dalam jumlah tinggi mempunyai
tanaman jagung yaitu pembentukan berat dan kebutuhan kalium yang tinggi pula (Gardner et.
panjang tongkol tanaman jagung. al., 1991). Novizan (2002), menyatakan bahwa
Unsur hara P sangat mempengaruhi salah satu fungsi kalium adalah memperbaiki
pembentukan tongkol. P dapat memperbesar kualitas buah pada masa generatif. Selanjutnya
pembentukan buah, selain itu ketersediaan P Soetoro et. al. (1988) dalam Ayunda (2014),
sebagai pembentuk ATP akan menjamin menyatakan bahwa hara mempengaruhi bobot
ketersediaan energi bagi pertumbuhan sehingga tongkol terutama biji, karena hara yang diserap
pembentukan asimilat dan pengangkutan ke oleh tanaman akan dipergunakan untuk
tempat penyimpanan dapat berjalan dengan pembentukan protein, karbohidrat, dan lemak
baik. Hal ini menyebabkan tongkol yang yang nantinya akan disimpan dalam biji
dihasilkan berdiameter besar. Pembesaran sehingga akan meningkatkan bobot tongkol.
diameter tongkol berhubungan dengan
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Gardner, F. P, R.B. Pearce dan R.L. Mitchell.
Kesimpulan 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Universitas Indonesia. Jakarta.
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemberian berbagai dosis pupuk organik cair Gusniawati., N. Fatia dan R. Arif. 2008.
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung memberikan pengaruh yang sangat jagung dengan pemberian kompos
nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 28 alang-alang. Jurnal Agronomi. Vol. 12
dan 35 HST, berat tongkol, panjang tongkol No. 2.
dengan klobot dan panjang tongkol tanpa
klobot. Serta tidak berpengaruh terhadap Hardjowigeno, S. H. 2003. Ilmu Tanah.
tinggi tanaman pada umur 14 dan 21 HST Akademika Pressindo. Jakarta.
dan jumlah daun pada umur 14, 21, 28 dan
35 HST. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang
2. Perlakuan terbaik untuk dosis pupuk organik Efektif. PT. Agromedia Pustaka.
cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Jakarta.
jagung adalah p4 (800 cc.l-1 atau setara 3200
l.ha-1). Rahmi, A dan Jumiati. 2007. Pengaruh
Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan
Saran Pupuk Organik Cair Super ACI
Berdasarkan kesimpulan dari hasil terhadap Pertumbuhan dan Hasil
penelitian maka disarankan dalam melakukan Jagung Manis. Agritrop, Vol. 26 No. 3.
budidaya tanaman jagung menggunakan pupuk
organik cair dengan dosis 800 cc.l-1 atau setara Tarmizi, A. Marliah dan Nurhayati. 2012.
3200 l.ha-1. Pengaruh jenis mulsa dan konsentrasi
10
ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman 1-10 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

pupuk organik cair super bionik Resintensi Alami Tanaman. Prestasi


terhadap pertumbuhan dan hasil Pustaka. Jakarta.
bawang merah (Allium
ascalonicum L.). Vol. 7 No. 2. Zubachtirodin, Bambang Sugiharto, Mulyono,
dan Deni Hermawan. 2011.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995. Teknologi Budidaya Jagung.
Perkembangan Tumbuhan dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan.
Fisiologi Lingkungan. ITB. Bandung. Jakarta.

Sulaiman, Suparto dan Eviati. 2005. Petunjuk LAMPIRAN


Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Lampiran 1. Hasil analisis lahan di Desa Nalui
ir dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
Bogor.
No Parameter Satuan Hasil* Kriteria**
1. C – Organik % 0,763 Rendah
Susilawati dan Fahmi. 2011. Peranan bahan 2. pH H2O - 6,08 Agak masam
3. N Total % 0,157 Rendah
organik dalam meningkatkan efisiensi 4. P Bray 1 (P2O5) Mg.kg-1 21,504 Sangat tinggi
pemupukan fosfat padatanah sulfat 5. K Mg.kg-1 10,180 Sangat tinggi
6. Fe - 21,660 tinggi
masam. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol.5
Sumber : * BALITTRA (2015)
No.1. ** Sulaiman, Suparto dan Eviati (2005)

Syofia, I., Asritanarni Munar dan Mhd. Sofyan. Lampiran 2. Kandungan pupuk Super Bionik
2014. Pengaruh pupuk organik cair No Uraian Kandungan
terhadap pertumbuhan dan hasil dua 1 C-organik 0,5 %
varietas tanaman jagung manis (Zea 2 N 5%
3 P2O5 5%
mays saccharata Sturt). Agrium, Vol. 4 K2O 8%
5 CaO 0,5 %
18 No. 3. 6 MgO 4%
7 SO4 0,6 %
8 asam amino
Prahasta, A. 2009. Agribisnis Jagung. Pustaka 9 sitokinin, giberilin, dan IAA
Grafika. Bandung. 10 vitamin
11 asam-asam organik (humik dan fulvat)

Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Sumber : Tarmizi et. al., (2012)
Penentu Kualitas Hasil dan

Você também pode gostar