Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIM : 04011181621066
Kelas : Beta 2016
Kelompok : B4
0–3 45–65 3–5 kg Menggerakkan Mulai mengenal suara, bentuk benda dan
bulan cm beberapa bagian warna.
tubuh seperti
tangan, kepala,
dan mulai belajar
memiringkan
tubuh.
mata semakin
baik.
sederhana.
gerakan olah
tubuh,
keseimbangan
tubuh mulai
membaik.
Ciri- ciri psikologis
0-5 Mulai mengenal lingkungan. Membutuhkan perhatian khusus dari orang tua.
tahun Senang bermain. Bersifat kekanak-kanakan (manja). Cenderung keras kepala.
Suka menolak perintah. Membutuhkan zat gizi yang banyak. Hormon
pertumbuhan dihasilkan secara meningkat.
adanya defek pada septum atrium membuat adanya shunting dari atrium kiri ke atrium
kanan membuat volume overload pada jantung kanan overflow pada paru kemudian
atau
Lk: 14,1-24 kg
Tinggi badan 70 cm Pr: 99,9-118,9 cm Dibawah normal
Lk: 100,7-119,2 cm
Hipoksia seluler
ASD besar kadar oksigen pada cardiac output berkurang Hipoksia jaringan dan
suplai nutrisi berkurang gangguan sintesis protein dan pembelahan sel kesulitan
menaikkan berat badan gangguan pertumbuhan
Takikardi
ASD besar kadar oksigen pada cardiac output berkurang kebutuhan oksigen
meningkatjantung berkontraksi lebih cepatdenyut nadi lebih dari normal
Sistolic ejection dan mid diastolik murmur normalnya tidak ada. Pada skenario terdengar,
mungkin disebabkan oleh gangguan katup akibat overload pada atrium kanan dan
ventrikel kanan.
ASD besar → pirau dari atrium kiri ke atrium kanan → overload ventrikel kanan →
banyak darah yang melalui katup pulmonal (stenosis pulmonal relative) → timbul suara
bising sistolik.
21. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan Chest X-Ray
Jesica?
Jawab:
Menurut Fundamentalis of Diagnostic Radiology, 3rd Edit ion, CTR pada anak sering
kali lebih subjektif dan tidak terlalu membantu dalam menegakkan diagnosis. Hal ini
dikarenakan dapat terjadi gambaran pembesaran jantung yang bisa disebabkan oleh masih
banyaknya kelenjar thymus.
Upward apex jantung yang terangkat ini merupakan tanda jika terjadi pembesaran
ventrikel kanan karena adanya peningkatan volume pada ventrikel kanan yang berasal
dari shunt dari kiri ke kanan pada atrium jantung. Peningkatan volume inilah yang
nantinya akan menjadi suatu volume overload pada jantung sehingga menyebabkan
proliferasi pada sel otot jantung dan akan menyebabkan dilatasi ventrikel kanan sehingga
memberikan gambaran pembesaran ventrikel kanan pada foto toraks dengan apeks yang
meningkat.
Increased pulmonary vascular markinngs mengindikasikan adanya peningkatan aliran
darah pulmoner. Peningkatan in kemungkinan terjadi karena adanya peningkatan output
darah dari ventrikel kanan.
22. Apa pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis pada kasus Jesica?
Jawab:
Elektrokardigrafi
Chest X-Ray
Ekokardiografi
Dengan menggunakan ekokardiografi transtorakal(ETT) dan doppler berwarna dapat
ditentukan lokasi defek septum ,arah pirau,ukuran atrium dan ventrikel
kanan,keterlibatan katup mitral misalnya prolaps yang memang sering terjadi pada
ASD. Ekokardiografi transesofageal(ETE) dapat dilakukan pengukuran besar defek
secara presisi sehingga dapat membantu dalam tindakan penutupan ASD
perkutan,juga kelainan yang menyertai.
Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini diperlukan guna:
- Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan.
- Mengukur rasio besarnya aliran pulmonal dan sistemik.
- Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonalis.
- Evaluasi anomali aliran vena pulmonalis.
- Angiografi koroner selektif pada kelompok umur yang lebih tua,sebelum tindakan
operasi
- penutupan ASD.
Magnetic Resonance Imaging
- Sebagai tambahan dalam menentukan adanya dan lokasi ASD.
- Evaluasi anomali aliran vena,bila belum bisa dibuktikan dengan modalitas lain.
Estimasi Qp/Qs
23. Apa diagnosis banding dari kasus ini?
Jawab:
ASD VSD TETRALOGI FALLOT
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetic
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal, pada
peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga
darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya
menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium
kanan (shunt), Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak
diketahui,
Pada keadaan tertentu di mana defek cukup besar dapat keluar dari lingkaran fosa
ovalis. Umumnya defek bersifat tunggal tetapi pada keadaan tertentu dapat terjadi
beberapa fenestrasi kecil, dan sering disertai dengan aneurisma fosa ovalis.
2. Defek septum atrium dengan defek sinus venosus superior, defek terjadi dekat
muara vena kava superior, sehingga terjadi koneksi biatrial. (Gambar 3)
Sering vena pulmonalis dari paru-paru kanan juga mengalami anomali, di mana
vena tersebut bermuara ke vena kava superior dekat muaranya di atrium. Dapat
juga terjadi defek sinus venosus tipe vena kava inferior, dengan lokasi di bawah
foramen ovale dan bergabung dengan dasar vena kava inferior.
3. Defek septum atrium primum, merupakan bagian dari defek septum
atrioventrikular dan pada bagian atas berbatas dengan fosa ovalis sedangkan
bagian bawah dengan katup atrioventrikular.(Gambar 4)
NIM : 04011181621066
KELOMPOK : B4
Pada keadaan tertentu di mana defek cukup besar dapat keluar dari lingkaran fosa
ovalis. Umumnya defek bersifat tunggal tetapi pada keadaan tertentu dapat terjadi
beberapa fenestrasi kecil, dan sering disertai dengan aneurisma fosa ovalis.
5. Defek septum atrium dengan defek sinus venosus superior, defek terjadi dekat
muara vena kava superior, sehingga terjadi koneksi biatrial. (Gambar 3)
Sering vena pulmonalis dari paru-paru kanan juga mengalami anomali, di mana
vena tersebut bermuara ke vena kava superior dekat muaranya di atrium. Dapat
juga terjadi defek sinus venosus tipe vena kava inferior, dengan lokasi di bawah
foramen ovale dan bergabung dengan dasar vena kava inferior.
6. Defek septum atrium primum, merupakan bagian dari defek septum
atrioventrikular dan pada bagian atas berbatas dengan fosa ovalis sedangkan
bagian bawah dengan katup atrioventrikular.(Gambar 4)
b. Epidemiologi
Studi mengenai insidens penyakit jantung kongenital di dunia barat
menggambarkan bahwa ASD menempati posisi kedua, setelah defek sekat ventrikel
(VSD), dalam frekuensi malformasi jantung kongenital yang lahir hidup. Namun
demikian pada literatur lain ASD merupakan kelainan jantung kongenital terbanyak
kelima. Atrium Septal Defect terjadi pada 4 dari 100.000 orang. Sedangkan pada anak
: 1 anak per 1500 kelahiran, ASD yang tidak terdiagnosis adalah 30-40% dari
kelainan jantung kongenital yang terlihat pada orang dewasa. Kebanyakan terjadi
pada anak wanita daripada laki-laki dengan perbandingan 2 :1. 1,4,10
c. Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD. Faktor-faktor
tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetic
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal, pada
peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga
darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya
menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium
kanan (shunt), Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak
diketahui,
d. Patogenesis
Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak deras karena
perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan atrium kiri lebih besar
dari tekanan atrium kanan. Beban pada atrium kanan, atrium pulmonalis kapiler paru,
dan atrium kiri meningkat, sehingga tekanannya meningkat. Tahanan katup pulmonal
naik, timbul bising sistolik karena stenosis relative katup pulmonal. Juga terjadi
stenosis relative katup trikuspidal, sehingga terdengar bising diastolic. Penambahan
beban atrium pulmonal bertambah, sehingga tahanan katup pulmonal meningkat dan
terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Kejadian ini berjalan
lambat. Pada ASD primum bias terjadi insufisiensi katup mitral atau trikuspidal
sehingga darah dari ventrikel kiri atau kanan kembali ke atrium kiri atau kanan saat
sistol
e. Diagnosis
Impuls jantung adalah hiperaktif bila shunt besar dan mungkin ada penonjolan
dada kiri. Bising sistolik jarang keras, menyerupai bising sistolik stenosis pulmonal
ringan dan kenyataanya, biasanya timbul dari perbedaan tekanan kecil disebelah
katup pulmonal. Bisni sistolik keras disebabkan oleh perbedaan tekanan yang lebih
besar dan menunjukan adanya sementara tingkat stenosis pulmonal. Kemungkinan
tidak ada bising sistolik jarang dan bahkan, kemungkinan sama sekali tidak ada
kelainan auskultasi kurang sering (dekat sekat atrium yang tenang).
Suara jantung pertama diperkeras sebanding dengan ukuran shunt. Suara jantung
kedua membelah lebar, 0,05 detik atau lebih, pembelahannya sedikit bervariasi sesuai
dengan respirasi. Keadaan ini berbeda dengan anak normal, padanya pembelahan
suara kedua jelas bervariasi sesuai dengan respirasi.
Pembelahan yang lebar mudah dinilai, tetapi tidak adanya variasi sesuai dengan
respirasi mungkin lebih sukar diketahui karena anak kecil jarang mampu
mengendalikan kedalaman dan frekuensi respirasi sesuai permintaan. Pada kasus ini,
perubahan posisi penderita dari tiduran keposisi duduk atau berdiri dapat
mengungkap bukti yang meyakinkan tidak adanya variasi. Pembelahan lebar itu
disebabkan oleh pengosongan beban berlebihan ventrikel kanan yang tertunda.
Pembelahan konstan adalah akibat dari komunikasi yang tidak terbatas antara dua
atrium, sehingga memungkinkan penyamaan pengaruuh dari variasi respirasi pada
curah jantung ventrikel kanan dan kiri. Bila shunt besar dapat ada gendering (rumble)
diastolic pada linea parasternalis kiri bawah yang agaknya timbul pada awal diatole,
pertama karena bising timbul dari katup trikuspidal dan kedua, karena bagian kedua
dari suara jantung kedua tertunda. Tanda-tanda auskultasi ini sebenranya merupakan
diagnostk defek sekat atrium. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik:
A. Pemeriksaan Fisik
B. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi
Elektrokardiografi menunjukkan aksis ke kanan, blok bundel kanan,
hipertrofi ventrikel kanan, interval PR memanjang, aksis gelombang P
abnormal, aksis ke kanan Secara ekstrim biasanya akibat defek ostium
primum
b. Foto Rontgen Dada
Pada foto lateral terlihat daerah retrosternal terisi, akibat pembesaran
ventrikel kanan. Dilatasi atrium kanan Segmen pulmonal menonjol, corakan
vaskular paru prominen.
c. Ekokardiografi
Dengan menggunakan ekokardiografi transtorakal (ETT) dan doppler
berwarna dapat ditentukan lokasi defek septum, arah pirau, ukuran a t r i um
dan ventrikel kanan, keterlibatan katup mitral misalnya prolaps yang memang
sering terjadi pada DSA.
Ekokardiografi transesofageal (ETE) sangat bermanfaat bila, dengan cara
ini dapat dilakukan pengukuran besar defek secara presisi, sehingga dapat
membantu dalam tindakan penutupan DSA perkutan, juga kelainan yang
menyertai.
d. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini diperlukan guna Melihat adanya peningkatan saturasi
oksigen di atrium kanan Mengukur rasio besarnya aliran pulmonal dan
sistemik (Qp/Qs) Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonalis
Evaluasi anomali aliran vena pulmonalis Angiografi koroner selektif pada
kelompok umur yang lebih tua, sebelum tindakan operasi penutupan DSA.
e. Magnetic Resonance Imaging
Sebagai tambahan dalam menentukan adanya dan lokasi DSA Evaluasi
anomali aliran vena, bila belum bisa dibuktikan dengan modalitas lain dapat
juga dipakai untuk estimasi Qp/Qs
f. Doppler berwarna
g. Angiografi koroner (untuk penderita diatas 35 tahun).
f. Manifestasi Klinis
Defek septum atrium sekundum lebih sering terjadi pada perempuan dengan rasio
2 : 1 antara perempuan dan pria, sedangkan pada tipe sinus venosus rasio 1 : 1 .Defek
septum atrium (DSA) sering tidak terdeteksi sampai dewasa karena biasanya
asimtomatik, dan tidak memberikan gambaran diagnosis fisik yang khas. Lebih sering
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin foto toraks atau ekokardiografi.
Walaupun angka kekerapan hidup tidak seperti normal, cukup banyak yang
bertahan hidup sampai usia lanjut. Oleh karena itu DSA tipe sekundum merupakan
kelainan jantung kongenital yang paling sering ditemukan pada dewasa. Sesak napas
dan rasa capek paling sering merupakan keluhan awal, demikian pula infeksi napas
yang berulang. Pasien dapat sesak pada saat aktivitas, dan berdebardebar akibat
takiaritmia atrium. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan pulsasi ventrikel kanan
pada daerah para sternal kanan, wide fixed splitting bunyi jantung kedua walaupun
tidak selalu ada, bising sistolik tipe ejeksi pada daerah pulmonal pada garis sternal
kiri atas, bising mid diastolik pada daerah trikuspid, dapat menyebar ke apeks.
Bunyi jantung kedua mengeras di daerah pulmonal, oleh karena kenaikan tekanan
pulmonal, mendan perlu diingat bahwa bising-bising yang terjadi pada DSA
merupakan bising fungsional akibat adanya beban volume yang besar pada jantung
kanan. Sianosis jarang ditemukan, kecuali bila defek besar atau common atrium,
defek sinus koronarius, kelainan vaskular paru, stenosis pulmonal, atau bila disertai
anomali Ebstein.
g. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi :
a. Gagal jantung
b. Penyakit pembuluh darah paru
c. Endokarditis
d. Obstruksi pembuluh darah pulmonal(hipertensi pulmonal)
e. Aritmia
f. Henti jantung dan
g. VSD
Tindakan operasi
Indikasi operasi penutupan ASD adalah bila rasio aliran darah ke paru dan
sistemik lebih dari 1,5. Operasi dilakukan secara elektif pada usia pra sekolah (3–4
tahun) kecuali bila sebelum usia tersebut sudah timbul gejala gagal jantung kongaestif
yang tidak teratasi secara medikamentosa, defect atrial ditutup menggunakan patch.
Pembedahan
Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium dirujuk ke ahli bedah
untuk penutupan bila diagnosis pasti. Berdalih tentang pembedahan jantung yang
didasarkan pada ukuran shunt menempatkan lebih pada kepercayaan terhadap data
dari pada alasan yang diberikan. Dengan terbuktinya defek sekat atrium dengan shunt
dari kiri ke kanan pada anak yang umurnya lebih dari 3 tahun, penutupan adalah
beralasan. Agar terdeteksi, shunt dari kiri ke kanan harus memungkinkan rasio
QP/QS sekurang-kurangnya 1,5 : 1 ; karenanya mencatat adanya shunt merupakan
bukti cukup untuk maju terus.
i. Prognosis
Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani dengan operasi
bedah jantung terbuka. Operasi penutupan ASD baik dengan jahitan langsung
ataupun menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun. Tindakan operasi
ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak terlambat) memberikan hasil
yang memuaskan, dengan risiko minimal (angka kematian operasi 0-1%, angka
kesakitan rendah). Pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun
menunjukkan ketahanan hidup pasca operasi mencapai 98%.
Semakin tua usia saat dioperasi maka ketahanan hidup akan semakin menurun,
berkaitan dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada
pembuluh darah paru. Namun demikian, tindakan operasi tetap memerlukan masa
pemulihan dan perawatan di rumah sakit yang cukup lama, dengan trauma bedah
(luka operasi) dan trauma psikis serta relatif kurang nyaman bagi penderita maupun
keluarganya. Hal ini memacu para ilmuwan untuk menemukan alternatif baru
penutupan ASD dengan tindakan intervensi non bedah (tanpa bedah jantung terbuka),
yaitu dengan pemasangan alat Amplatzer Septal Occluder (ASO).
j. Edukasi
Edukasi dilakukan untuk mencegah terjadinya ASD (Atrial Septal Defek), edukasi
yang dapat diberikan antara lain:
o Melakukan pemeriksaan di saat kehamilan secara rutin dan teratur
o Mengenali faktor risiko ibu hamil seperti : penyakit gula dan penyakit jantung
o Menghindari mengkonsumsi obat-obatan tertentu disaat kehamilan yang dapat
membahayakan janin
o Menghindari paparan sinar-X atau radiasi
o Menghindari asap rokok
k. SKDI
Kelainan jantung congenital (ASD) termasuk dalam SKDI 2, Tingkat Kemampuan 2:
mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
1. Pemeriksaan Fisik
Penilaian keadaan umum meliputi (Ekspresi wajah, Gaya berjalan, Tanda spesifik
lainnya, Keadaan gizi, Status mental, Bentuk badan, Cara bergerak)
Takikardi
ASD besar kadar oksigen pada cardiac output berkurang kebutuhan oksigen
meningkatjantung berkontraksi lebih cepatdenyut nadi lebih dari normal
2. Pemeriksaan ECG
a. Gambaran ECG normal
1. Adanya gelombang R' sekunder pada lead prekordial kanan ( V1-2 ) atau kita
kenal sebagai gelombang rSR' atau "M" Shaped QRS complex
2. Adanya gelombang S yang lebar dan dalam pada lead lateral ( V5-6, I, aVL )
3. Apabila durasi gelombang QRS > 120 ms atau 3 kotak kecil dikatakan
Complete RBBB, sebaliknya dikatakan Incomplete RBBB
4. Abnormalitas sekunder ST/T ( ST depresi atau T inversi ) pada lead prekordial
sebelah kanan
5. Axis jantung seharusnya normal
Bila terdapat Left Axis Deviation, pikirkan kemungkinan Left Anterior
Hemiblok
Bila terdapat Right Axis Deviation, pikirkan kemungkinan Left
Posterior Hemiblok
contoh gambar EKG RBBB :
Perhatikan Strip diatas, Terdapat gelombang rSR' pada lead V1 - V3 seperti huruf
M atau biasa dikenal dengan Rabbit Ear Appereance
Terdapat gelombang S yang lebar dan dalam pada lead V5 - V6
Durasi QRS lebih dari 120 ms ( Kompleks QRS melebar )
Inversi gelombang T pada lead V1 - V3 yang sekunder karena RBBB
Axis Jantung, Left Axis Deviation, Kemungkinan LAFB
Kesimpulan Complete Right Bundle Branch Block + Left Anterior Fasicular
Block
Perhatikan Strip diatas, Terdapat gelombang rSR' pada lead V1 - V3 seperti huruf
M atau biasa dikenal dengan Rabbit Ear Appereance
Terdapat gelombang S yang lebar dan dalam pada lead V5 - V6, I, aVL
Durasi QRS lebih dari 120 ms ( Kompleks QRS melebar )
Inversi gelombang T pada lead V1 - V3 yang sekunder karena RBBB
Kesimpulan Complete Right Bundle Branch Block
Di dalam EKG, akibat adanya penambahan massa otot ventrikel kanan akan
terjadi penambahan kekuatan voltase arus listrik jantung pada bagian ventrikel
sebelah kanan sehingga terjadi
Peninggian amplitudo dari gelombang R pada lead dada sebelah kanan (V1 dan
V2)
Peninggian kedalaman dari gelombang S pada lead dada sebelah Kiri (V5 dan
V6)
Meningkatnya waktu depolarisasi ventrikel dibandingkan dengan otot yang tidak
menebal (Pelebaran pada kompleks QRS)
Terganggunnya fase repolarisasi (Abnormalitas dari gelombang ST-T)
Aksis arus listrik akan dominant ke arah ventrikel kanan atau dikenal dengan
istilah Right Axis Deviation
Serta pada beberapa kasus bisa saja terdapat pemebsaran atrium kiri atau Right
Atrial Enlargement
Beberapa Penyebab RVH :
Hipertensi Pulmonal
Mitral Stenosis
Penyakit Paru – Paru yang kronik
Penyakit Jantung Bawaan ( Tetralogy of Fallot, ASD, dll )
Stenosis Pulmonal
Arrythmogenic Right Ventricular Dysplasia
Gelombang R yang Dominan pada V1 dan V2 ( > 7 mm / Rasio gelombang R/S >
1)
Gelombang S yang dalam pada V5 dan V6
Pelebaran kompleks QRS ( umumnya < 0.12 s kecuali ada gangguan konduksi )
Depresi Segmen ST dan Inversi gelombang T atau biasa dikenal dengan Strain
Pattern pada Lead V1, V2 dan II, III, aVF
Right Axis Deviation
Kadang ditemukan Right Atrial Enlargement dan Right Bundle Branch Block
yang inkomplit
Gambaran radiologi foto thorax yang ditemukan pada penderita ASD adalah :
Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Masa Pranatal
Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa
pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari
satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku,
dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan.
Masa pranatal terdiri atas dua fase yaitu :
Fase embrio
Fase fetus
2. Masa Pascanatal
Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase berikut :
A. Masa Neonatus (0-28 hari)
Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus, yaitu dimana
terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ
tubuh, dimulai dari aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan
antara 35-50 kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit,
perubahan ukuran jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan rongga dada,
kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :
1. Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat
badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan.
Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan
tinggi badan.
2. Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan berat benda
pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila
mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak
mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan umur.
3. Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga kali berat
badan lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan,
250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi
badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi
badan masih stabil dan diperkirakan mencapai 75 cm.
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik.
Pada tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan
penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan,
kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah
gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya berjumlah
14-16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat
badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan orang dewasa.
Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan
naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm.
Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak
terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan
dalam hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5
cm setiap tahun.
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan, umumnya mengalami
kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses
eliminasi.
1. Ciri-ciri fisik
0–3 45–65 3–5 kg Menggerakkan Mulai mengenal suara, bentuk benda dan
bulan cm beberapa bagian warna.
tubuh seperti
tangan, kepala,
dan mulai belajar
memiringkan
tubuh.
mata semakin
baik.
sederhana.
gerakan olah
tubuh,
keseimbangan
tubuh mulai
membaik.
3. Ciri-ciri Psikologis
0-5 Mulai mengenal lingkungan. Membutuhkan perhatian khusus dari orang tua.
tahun Senang bermain. Bersifat kekanak-kanakan (manja). Cenderung keras kepala.
Suka menolak perintah. Membutuhkan zat gizi yang banyak. Hormon
pertumbuhan dihasilkan secara meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
De Oliveria JM, Zimmerman HA. The electrocardiogram in interatrial septal defects and its
correlation
Jan E drutz, MD. The pediatricphysical examination: General principles and standard
Ghanie A. Penyakit jantung kongenital pada dewasa. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi V. Jakarta: