Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Alanine Transaminase atau yang lebih umum dikenal di Indonesia dengan nama
Serum Glutamyc Pyrupic Transeminase adalah enzim hati ALT merupakan katalisator pada
siklus alanina.
Peningkatan rasio serum ALT dan AST dalam rentang antara batas atas normal dan
lima kali nilai batas atas, dapat merupakan pertanda serius gejala gangguan hati.
dikaitkan dengan kinerja organ hati, seperti enzim ALT. Namun, AST tidak hanya ada pada
Pada kerusakan hati akut, jumlah enzim transaminase alanina (ALT) dan
Pada hasil test fungsi hati dapat dilihat kadar ALT DAN AST yang menunjukkan kondisi fungsi
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang
secara normal berada disel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati
rusak. Level SDOT darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti
serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST). (Poedjiadi,
1994)
Aspartate transaminase (AST) atau serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT)
adalah enzim yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan
hati; enzim itu dilepaskan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan, oleh karena
itu konsentrasi dalam serum (SGOT) dapat meningkat pada penyakit infark miokard atau
SGOT banyak terdapat dalam mitokondria dan dalam sitoplasma, sedangkan SGPT
hanya terdapat dalam sitoplasma. Oleh karena itu, untuk proses lebih lanjut, terjadi
kerusakan membran mitokondria yang akan lebih banyak mengeluarkan SGOT atau AST,
sedangkan untuk proses akut SGPR atau ALT lebih dominan dibanding SGOT atau AST (Panil,
2007).
enzim transaminase mayoritas terdapat dalam sel hati, jantung, dan otak. Pada keadaan
adanya nekrosis sel yang hebat, perubahan permeabilitas membran atau kapiler, enzim ini
akan bocor ke sirkulasi. Sebab ini, enzim ini akan meningkat jumlahnya pada keadaan
nekrosis sel atau proses radang akut atau kronis (Panil, 2007 ).
Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik yang
bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam tinggi,
myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat akan terjadinya
peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal. Albumin dapat sedikit
menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila
Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati seperti
Bilirubin direct/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada
hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5
sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal,
kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal
kecuali bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa
Ingat, SGOT tidak spesifik hanya terdapat di dalam hati saja, melainkan juga terdapat
dalam sel darah, jantung dan otot. Oleh sebab itu SGOT tinggi tidak serta merta
menunjukkan adanya kelainan di sel hati. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan SGPT
juga, ketika kedua enzim ini meningkat maka sudah dapat dipastikan adanya kerusakan
pada sel hati
Reaksi umum transaminasi dengan bentuk carbanion dan quinonoid intermediate sebagai
senyawa antara.
Isolasi, purifikasi dan karakterisasi ALT telah dilakukan pada berbagai organisme.
Tipe reaksi, kode sekuens, ko-faktor/ko-enzim, nilai Km dan Ki, inhibitor dan aktivator,
turnover number, pH/temperatur pada keadaan optimum/stabil, sumber jaringan, lokasi
dalam sel, berat molekul, jumlah asam amino, jumlah subunit, dan informasi lainnya pada
berbagai organisme dapat dilihat pada The Comprehensive Enzyme Information System,
BRENDA. Sebagian akan dijelaskan berikut ini.
Dari ekstraksi sel Archaeon pyrococcus furiosus hipertermofilik dengan kromatografi
multistep tampak ALT memiliki massa molekul 93,5 kDa (berdasarkan gel filtration) dan
terdiri atas dua subunit (kebanyakan ALT dalam bentuk dimer) yang identik, 46 kDa (sodium
dodecyl sulfate-polyacrylamide gel elektroforesis dan sekuensi gen). ALT dari P. furiosus ini
memiliki spesifisitas terhadap substrat yang luas dibandingkan dengan sel eukariot, yaitu
alanin, glutamate, aspartat yang aktivitasnya signifikan dengan 2-oxoglutarat atau piruvat
sebagai akseptor amin.
Aktivitasnya optimal pada pH 6,5—7,8 dan suhu 950C. Sekuens asam amino N-
terminal yang dipurifikasi telah ditentukan dan digunakan untuk identifikasi gen encoding
enzim ini (aat) dalam genome database P. furiosus. Gen ini juga diekspresikan pada E. coli
dan enzim rekombinannya telah dipurifikasi. pH, temperatur, berat molekul, dan parameter
kinetik dari rekombinannya tak dapat dibedakan dengan enzim native. Nilai kcat/Km untuk
bentuk alanin dan piruvat adalah 41 dan 33 s-1 mM-1. Analisis Northern mengidentifikasi
satu transkrip 1,2-kb untuk gen aat. Ekspresi gen ini, juga gen gdh (encoding glutamate
dehidrogenase), diinduksi oleh piruvat. (Ward et al., 2000)
Penelitian yang menggunakan hati tikus selama masa puasa menggambarkan bahwa
enzim ALT merupakan suatu glikoprotein yang memiliki massa molekul lebih rendah, yaitu
17,7 kD dengan titik isoelektrik 4,2 dan glutamine sebagai residu N-terminalnya. Enzim ini
menunjukkan spesifisitas substrat yang lebih kecil dengan nilai Km untuk alanin 0,51 mM
dan untuk 2-oxoglutarat 0,12 mM. Dari studi spektroskopi dan inhibisi menunjukkan
keterlibatan piridoksal fosfat dan gugus –SH bebas dalam proses katalisis. Piridoksal fosfat
mengaktifasi enzim dengan nilai Km 0,057. (M. Vedavathi et al., 2006)
Pada manusia, telah ditemukan dua bentuk isoenzim dari ALT, tetapi hanya satu gen
yang telah dikloning (gpt). Yang RZ et al. (2002) mengkloning homolog gpt (dinamai gpt2)
dan berhubungan dengan ALT2. Gen gpt2 mengkode 3,9 kb mRNA, terdiri dari 12 exon,
menjangkau sekitar 50 kb genom, dan terletak di kromosom 16q12.1. ALAT1 memiliki 496
residu asam amino dengan berat molekul 54.637 Da dan ALAT2 523 residu asam amino,
57904 Da. Nilai Km pada substrat 2-oxoglutarat dan alanin masing-masing 0,19 dan 5,1 di
mitokondria, dan nilai Km pada substrat alanin di sitosol adalah 21. Enzim ini optimum pada
pH 7,8 dan suhu 300C.
Peningkatan ALT lebih besar daripada AST (rasio DeRitis, AST/ALT < 0,7). Pada
minggu kedua dari fase ikterik, mulai terjadi penurunan sekitar 50%, tetapi pada fase
penyembuhan, nilainya belum mencapai normal hingga 2—3 bulan setelah timbulnya
penyakit.
Oleh karena itu, serum transaminase ini digunakan untuk memantau perkembangan
penyakit penderita, dan sebaiknya diperiksa 1—2 bulan sekali selama berobat jalan. Bila
hasilnya setelah 6 bulan tetap meninggi, perlu dipikirkan telah terjadi kerusakan
mitokondria dan terjadinya hepatitis kronis. Pada keadaan ini, kadar AST lebih tinggi
dibandingkan dengan ALT (AST/ALT > 1).
ALT AST
Normal < 35 IU/L < 31 IU/L
Hepatitis 281 164
Akut (30+2070) (17+1650)
Sirosis
hati 46 + 23 45+ 22,5
Kolesistitis 48 + 8 26 + 5
Tabel aktivitas ALT dan AST pada beberapa kondisi:
Pada gangguan hati yang disebabkan oleh halotan, tejadi peningkatan GLDH dan AST
dan gamma GT-nya normal. Kerusakan hati akibat obat kontarasepsi akan terlihat sedikit
peningkatan ALT dan AST serta alkali fosfatase. Pada perlemakan hati, peningkatan enzim
transaminase 2—3 kali dari normal.
Pada tumor hati, kelainan yang sering ditemukan adalah peningkatan alkali fosfatase
dan gamma GT. Konsentrasi ALT dan AST pada permulaan karsinoma hepatoseluler tidak
memperlihatkan kenaikan. Apabila tumor makin besar dan kerusakan hati makin hebat,
perbandingan AST/ALT dapat mencapai lebih dari 4. Sebelum ditemukannya pemeriksaan
antibodi dengan metode ELISA, American Red Cross menggunakan pemeriksaan ALT sebagai
tes screening (belum ada tes spesifik) untuk menerima donor darah yang dikaitkan dengan
kemungkinan infeksi hepatitis virus C.
Peningkatan ALT karena masalah pada duktus biliaris dapat dibedakan dari
kerusakan hati dengan pemeriksaan alkali fosfatase. Penyakit myopathy dibedakan dengan
pemeriksaan kreatin kinase. Pada infark miokard, transaminase AST secara signifikan lebih
bermakna daripada ALT, dan juga terjadi peningkatan LDH sebagai biomarkernya. Selain itu,
fluktuasi kadar ALT dalam darah juga terjadi akibat aktivitas yang berlebihan.