Você está na página 1de 14

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR

MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN PENJUMLAHAN DAN


PENGURANGAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING SISWA KELAS I SD NEGERI PODOSUGIH 01
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh : Erine Roosi Yuliana


SD Negeri Podosugih 01 Kota Pekalongan

Abstrak
Berdasarkan tingkat ketuntasan klasikal SD Negeri Posodugih 01, suatu pembelajaran
dikatakan berhasil apabila 85% atau lebih siswa telah mencapai KKM yaitu 75. Menurut
ketentuan tersebut maka pembelajaran matemati di kelas I belum berhasil. Dari hasil tes formatif
18 siswa dari 41 siswa atau 44% belum mencapai KKM dan hanya 23 siswa atau 56% siswa
yang telah mencapai KKM. Fokus permasalahannya adalah pendekatan dan strategi yang kurang
tepat. Guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher centered
approach). Untuk itu penulis mengadakan perbaikan pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach ). Pendekatan yang penulis
pilih adalah Contextual Teaching and Learning( CTL).Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam mata pelajaran matematika
kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ? Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus
terdapat perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Nilai rata-rata tes formatif pada
siklus I adalah 84,1. Sedangkan tingkat ketuntasan klasikal adalah 78 %. Nilai rata-rata aktifitas
siswa mengikuti pembelajaran 7,7 atau B (baik). Nilai rata-rata siswa berdiskusi 86,3 atau B
(baik). Meskipun terdapat kenaikan yang signifikan, namun demikian belum mencapai tingkat
ketuntasan klasikal. Untuk itu penelitian dilanjutkan ke siklus II.Nilai rata-rata tes formatif pada
siklus II adalah 89. Sedangkan tingkat ketuntasan klasikal adalah 95 %. Nilai rata-rata aktifitas
siswa mengikuti pembelajaran 8,2 atau A (sangat baik). Nilai rata-rata aktifitas siswa berdiskusi
90,8 atau A (sangat baik). Pada siklus II tingkat ketuntasan klasikal sudah tercapai dan aktifitas
siswa selama pembelajaran sudah sangat baik. Maka penelitian pada siklus II ini dinyatakan
berhasil dan penelitian selesai. Sedangkan dua siswa yang belum tuntas akan diberi kegiatan
remedial.

Pendahuluan
Berdasarkan tingkat ketuntasan klasikal SD Negeri Posodugih 01, suatu pembelajaran

dikatakan berhasil apabila 85% atau lebih siswa telah mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan

Minimal ) yaitu 75. Menurut ketentuan tersebut maka pembelajaran matematika kompetensi

dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan yang

dilaksanakan di kelas I SD N Podosugih 01 semester I tahun pelajaran 2010/2011 belum

1
berhasil. Dari hasil tes formatif mata pelajaran matematika tersebut 18 siswa dari 41 siswa atau

44% belum mencapai KKM dan hanya 23 siswa atau 56% siswa yang telah mencapai KKM.

Setelah diindentifikasi dan dianalisis, fokus permasalahan pembelajaran pada prasiklus

adalah pendekatan dan strategi yang kurang tepat. Pembelajaran pada prasiklus guru

menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher centered approach).

Hal inilah yang menyebabkan siswa tidak termotivasi mengikuti pembelajaran dengan baik yang

pada akhirnya hasil belajar siswa rendah. Untuk itu penulis mengadakan perbaikan pembelajaran

dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach ).

Pendekatan yang penulis pilih adalah Contextual Teaching and Learning ( CTL ).

Menurut Elaine B. Johnson (2009) CTL berhasil karena sistem ini meminta siswa untuk

bertindak dengan cara alami. Cara itu sesuai dengan fungsi otak, psikologi dasar manusia, dan

tiga prinsip alam semesta yang ditemukan para fisikawan dan ahli biologi modern. Prinsip-

prinsip tersebut adalah kesalingbergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri sendiri.

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

diilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masayarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan

membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan

budaya masayarakat ( Supriyono, 2009:79 ).


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pendekatan Contextual Teaching

and Learning dalam mata pelajaran matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?
Ada pun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa melalui

pendekatan Contextual Teaching and Learning. meningkatkan kemampuan guru dalam

2
mengelola pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta meningkatkan

motivasi guru SD Negeri Podosugih 01 untuk mengembangkan kemampuannya dalam

menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.


Materi pada mata pelajaran matematika banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Namun demikian banyak siswa yang tidak memahami sehingga hasil belajar rendah. Hal tersebut

disebabkan pembelajaran matematika terpisah dari kondisi nyata yang dihadapi siswa.

Pembelajaran matematika hanya sebatas menghitung angka-angka di atas kertas.


Berdasar teori belajar di atas maka pembelajaran matematika diberikan dengan

mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata sehingga mendorong peserta didik membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari. Pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning ( CTL ).
Pendekatan ini dalam pelaksanaannya adalah mengaitkan materi pelajaran matematika

dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa terlibat lebih aktif dalam

pembelajaran dan lebih mudah memahami materi pelajaran. Selain itu pengetahuan yang

didapatkan akan lebih bermakna karena bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab

itu berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, diduga melalui pendekatan Contextual

Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

matematika.
Berdasar kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat digambarkan dengan

skema kerangka berpikir sebagai berikut :

Siklus I
Guru belum Hasil
1. belajar
Siswa siswa KD
berdiskusi di dalam
Kondisi menerapkan menyelesaikan masalah yang
kelas.
Awal pendekatan CTL berkaitan dengan penjumlahan
2.
dan Siswa menggunakan
pengurangan rendah benda-
benda konkret.
Guru menerapkan
Tindaka 3. Siswa menemukan masalah
pendekatan CTL
n yang berkaitan dengan
penjumlahan serta cara
pemecahannya. 3
4. Menyampaikan hasil diskusi
Siklus II
1. Siswa berdiskusi diikuti
Diduga melalui dengan kegiatan motorik.
penerapan pendekatan
Kondisi 2. Siswa menggunakan benda-
CTL dapat
Akhir benda konkret.
meningkatkan prestasi
belajar siswa 3. Siswa menemukan masalah
yangdalam
Berdasar hal tersebut di atas maka hipotesis tindakan berkaitan
PTKdengan
ini adalah melalui
pengurangan di lingkungan
pendekatan Contextual Teaching and Learning, maka prestasisekitar
belajarsekolah.
siswa pada mata pelajaran
4. berkaitan
matematika kompetensi dasar pemecahan masalah yang Menyampaikan
denganhasil diskusi dan
penjumlahan
5.
pengurangan akan meningkat.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas I SD Negeri Podosugih 01 Kota Pekalongan. Penelitian

dilaksanakan akhir bulan Agustus sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan pada

waktu tersebut karena berdasar hasil tes formatif pada materi menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan yang dilaksanakan tanggal 26 Agustus rendah

sehingga perlu segera diambil tindakan nyata untuk memperbaikinya. Agar penelitian ini tidak

mengganggu jalannya pembelajaran maka pelaksanaannya terintegrasi dalam pembelajaran

sehari-hari. Sehingga waktu penelitian yang tepat adalah akhir September setelah libur Idul Fitri

dan awal Oktober dan di akhir bulan November laporan hasil penelitian telah selesai disusun.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri Podosugih 01 yang berjumlah 41.

Terdiri dari 21 siswa lak-laki dan 20 siswa perempuan. Sebagian besar berasal dari luar

kelurahan Podosugih dengan latar belakang keluarga yang beragam. Dari keluarga kurang

mampu, menengah, sampai menengah atas.

4
Sumber data berasal dari subjek penelitian yaitu siswa yang berupa nilai proses selama

mengikuti pembelajaran dan nilai tes formatif. Selain itu juga dari hasil pengamatan yang

dilakukan oleh teman sejawat.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berbentuk tes maupun non tes.

Untuk tes menggunakan tes tertulis sedangkan non tes menggunakan pengamatan. Sedangkan

alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan butir soal tes tertulis untuk teknik tes,

sedangkan untuk teknik non tes menggunakan lembar pengamatan dan rubrik asesmen.

Validasi data diperlukan untuk memperoleh data yang valid. Untuk data kuantitatif yang

berupa nilai tes tertulis dilakukan validasi teoritik dengan cara memeriksa instrumen dan kisi

yang telah dibuat. Sedangkan untuk data kualitatif dilakukan validasi melalui triangulasi sumber

maupun triangulasi metode.

Analisis data kuantitatif yang berupa nilai tes dilakukan dengan menggunakan analisis

deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal atau prasiklus, nilai tes siklus I

dan nilai tes siklus II. Sedangkan data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis

deskripsi kualitatif.

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah jika 85 % atau lebih siswa

telah mencapai KKM SD Negeri Podosugih 01 yaitu 75.

Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdapat langkah-langkah perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Langkah-langkah pembelajaran pada siklus I diawali

guru bercerita tentang kejadian sehari-hari yang mengandung masalah yang berhubungan dengan

penjumlahan. Kemudian dilanjutkan siswa berdiskusi menemukan cara memecahkan masalah

yang ada dalam cerita guru. Cara yang telah ditemukan digunakan untuk memecahkan masalah

yang lain. Pertemuan kedua siswa mengamati satu kejadian yang pernah diamati. Dilanjutkan

siswa berdiskusi menemukan masalah dalam kejadian tersebut dan cara pemecahannya.

Berikutnya siswa menemukan masalah sendiri dan cara pemecahannya.

5
Pada siklus II diawali guru bercerita tentang kejadian sehari-hari yang mengandung

masalah yang berkaitan dengan pengurangan. Kemudian dilanjutkan siswa berdiskusi yang

disertai dengan kegiatan motorik. Dan pada pertemuan kedua siswa berdiskusi untuk

menemukan dan menyesaikan masalah yang berkaitan dengan pengurangan di lingkungan

sekitar sekolah.
Dalam pelaksanaannya peneliti dibantu oleh pengamat yang mengamati semua kejadian

yang berlangsung dalam proses pembelajaran. Baik aktifitas yang dilakukan siswa maupun guru.

Pengamat mencatat semua kejadian di kelas dan mengisi lembar pengamatan yang telah

dipersiapkan.
Berikut ini adalah instrumen observasi yang digunakan oleh pengamat.

Lembar Observasi
Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Berlangsung

Aspek
No. Nama
Keberanian Keberanian Jumlah
Keaktifan Bertanya dan Mengungkapkan
Menjawab Ide
Pertanyaan

3 2 1 3 2 1 3 2 1

Jumlah

Rata - rata

Keterangan : Nilai A : 8,0 – 9,0 ( Sangat baik )


: Nilai B: 7,0 – 7,9 ( Baik )
: Nilai C : 6,0 - 6,9 ( Cukup )
: Nilai D : < 6,0 ( Kurang )

Rubrik Asesmen
Aktifitas Siswa Selama Diskusi

No Skor Kelompok
Aspek Skor Bobot
. Maksimal

6
1. Keaktifan
 Sangat aktif 10 2 20
 Aktif 8
 Pasif 6

2. Kerja sama
 Sangat baik 10 2 20
 Baik 8
 Kurang 6

3. Pemecahan Masalah
 Terstruktur 10 2 20
 Kurang terstruktur 8
 Tidak terstruktur 6

4. Pelaporan
 Lengkap dan benar 10 2 20
 Kurang lengkap 8
 Tidak lengkap 6

5. Presentasi
 Lancar 10 2 20
 Kurang lancar 8
 Tidak lancar 6

Jumlah 100

Rata - rata

Keterangan : A. 90 – 100 ( Sangat baik )


: B. 80 – 89 ( Baik )
: C. 70 – 79 ( Cukup )
: D. < 70 ( Kurang )
Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang subjek peneliannya adalah siswa

kelas I SD Negeri Podosugih 01. Jumlah siswa kelas I adalah 41 terdiri dari 21 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan. Karakteristik siswa kelas I ini aktif dan energik. Sehingga siswa cepat

bosan kalau hanya duduk dan mendengarkan. Pada umumnya mempunyai intelegensi yang rata-

rata cukup baik.

KKM SD Negeri Podosugih 01 untuk mata pelajaran matematika adalah 75. Dan tingkat

ketuntasan adalah 85 % atau lebih siswa telah mencapai KKM. Pada pembelajaran matematika

7
Kompetensi Dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan

di kelas I pada tanggal 25 dan 26 Agustus 2010 diperoleh rata-rata nilai 73. Sedangkanl 44 %

siswa atau 18 dari 41 siswa belum mencapai tingkat ketuntasan. Dan hanya 56 % siswa atau 23

dari 41 siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan.

Dalam pembelajaran matematika guru kurang dapat membuat suasana belajar yang

menarik dan menyenangkan. Pembelajaran berpusat pada guru. Metode pembelajaran yang

digunakan tidak variatif. Siswa tidak diberi kesempatan mencoba dan menemukan sendiri. Pada

saat pembelajaran berlangsung sebagian siswa bermain sendiri. Sehingga banyak siswa yang

tidak memahami masalah yang harus diselesaikan. Selain itu juga banyak siswa yang tidak dapat

mengubah kalimat cerita ke dalam kalimat matematika. Akhirnya prestasi belajar siswa rendah.

Jika hal tersebut tidak segera diatasi akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap

pembelajaran matematika di kelas I. Untuk itu penulis sebagai peneliti merencanakan

mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Learning.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diawali dengan guru memberi apersepsi. Guru

mengadakan tanya jawab yang memungkinkan siswa menggali pengetahuannya tentang

penjumlahan. Setelah siswa siap menerima pelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran

dan memberi motivasi agar siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Untuk menambah

semangat siswa diajak menyanyi.

Dalam kegiatan inti, guru mengawali dengan bercerita kejadian sehari-hari yang

didalamnya mengandung masalah yang berkaitan dengan penjumlahan. Masalah dalam cerita

tersebut bisa dipraktikkan sendiri oleh siswa. Kemudian guru menugasi siswa untuk menemukan

cara memecahkan masalah yang ada di dalam cerita dengan berdiskusi.

Semua siswa segera mempersiapkan diri bergabung dengan teman kelompoknya. Setiap

kelompok diberi gelas dan sedotan. Sedangkan alat yang lain siswa dipersilakan mengambil

8
sendiri sesuai dengan kebutuhan, Siswa melakukan diskusi untuk menemukan cara memecahkan

masalah tersebut. Setelah menemukan, cara tersebut digunakan untuk memecahkan masalah lain

yang ada di dalam LKS 01/S1. Sedangkan pada pertemuan dua siswa berdiskusi menemukan

masalah sehari-hari yang dijumpai yang berkaitan dengan penjumlahan serta cara pemecahannya

( LKS 02/S1 ).

Sebagian besar siswa ikut terlibat aktif dalam diskusi, namun ada beberapa anak yang

menggunakan sedotan untuk bermain. Dan sebagian lagi bercerita dengan temannya. Guru

segera mengingatkan agar aktif mengikuti diskusi. Ada empat kelompok yang langsung dapat

menemukan cara memecahkan masalah. Sedangkan empat kelompok yang lain harus diberi

bimbingan dari guru.

Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan teman-temannya. Jika tidak berani

sendirian bisa ditemani salah satu teman kelompoknya atau semua teman kelompoknya maju.

Kelompok lain memberi komentar dan masukan. Setiap kelompok yang sudah maju diberi

semangat dengan bertepuk tangan. Saat presentasi, lima kelompok mempresentasikan dengan

baik. Sedangkan yang lain masih perlu dibahas dan dilengkapi oleh siswa lain dengan bantuan

guru.

Untuk menguatkan pemahaman siswa, guru memberi soal-soal latihan dan memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Ada beberapa siswa yang masih kesulitan

memecahkan masalah. Teman kelompoknya dengan cepat membantu menjelaskan cara

memecahkan masalah dengan benar.

Pada kegiatan akhir siswa dengan dibantu guru menyimpulkan pelajaran. Kemudian

mengerjakan tes formatif. Pada saat mengerjakan tes formatif, siswa terlihat tenang. Ada

beberapa siswa yang terlihat kesulitan mengerjakan. Sehingga menoleh ke teman sebelahnya

atau belakangnya. Guru segera mengingatkan agar mengerjakan dengan jujur. Banyak yang

mengerjakan dengan cepat sekali dan wajah mereka terlihat sangat puas.

9
Sebelum pembelajaran diakhiri, siswa melakukan penilaian terhadap diri sendiri dengan

cara mengisi nilai pada instrumen yang telah disiapkan guru. Dalam kegiatan ini ternyata ada

sebagian siswa yang tidak jujur. Sebagian besar mengisi A.

Sedangkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II guru mengawali pembelajaran

dengan memberi apersepsi. Guru mengadakan tanya jawab yang memungkinkan siswa menggali

pengetahuannya tentang pengurangan. Setelah siswa siap menerima pelajaran guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi motivasi agar siswa mengikuti pembelajaran

dengan baik. Dan untuk menambah semangat siswa diajak menyanyi.

Dalam kegiatan inti, guru mengawali dengan bercerita kejadian sehari-hari yang

didalamnya mengandung masalah yang berkaitan dengan pengurangan. Masalah dalam cerita

tersebut bisa dipraktikkan sendiri oleh siswa. Kemudian guru menugasi siswa untuk menemukan

cara memecahkan masalah yang ada di dalam cerita dengan berdiskusi. Untuk penyelesaiannya

siswa harus satu per satu mengambil kartu bilangan yang sudah disediakan dan menempelkan di

tempat yang telah disediakan .

Semua siswa segera mempersiapkan diri bergabung dengan teman kelompoknya. Siswa

melakukan diskusi untuk menemukan cara memecahkan masalah dari guru. Setelah menemukan,

cara tersebut digunakan untuk memecahkan masalah lain yang ada di dalam LKS 01/S2. Setiap

kelompok tampak bergegas segera berlari mengambil kartu bilangan yang diperlukan.

Sedangkan pada pertemuan dua siswa berdiskusi menemukan masalah sehari-hari yang dijumpai

di lingkungan sekitar sekolah yang berkaitan dengan pengurangan serta cara pemecahannya

( LKS 02/S2 ). Agar tidak bingung, masing-masing kelompok diarahkan untuk menuju kantin

sekolah, perpustakaan, dapur, laborat, gudang, dan halaman sekolah.

Semua siswa nampak gembira dan semangat berdiskusi. Enam kelompok dengan cepat

menemukan masalah yang berkaitan dengan pengurangan. Sedangkan dua kelompok lain masih

kebingungan. Kebetulan ada beberapa burung yang bertengger di pohon mangga. Segera

10
kelompok tersebut diarahkan oleh guru untuk mengamati burung tersebut. Sedangkan satu

kelompok lagi telah mendapat ide untuk mencari selisih jumlah warna pot bunga yang berwarna

hijau dan coklat.

Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan teman-temannya. Jika tidak berani

sendirian bisa ditemani salah satu teman kelompoknya atau semua teman kelompoknya maju.

Kelompok lain memberi komentar dan masukan. Setiap kelompok yang sudah maju diberi

semangat dengan bertepuk tangan. Saat presentasi, tujuh kelompok mempresentasikan dengan

baik. Sedangkan satu kelompok masih perlu dibahas dan dilengkapi oleh siswa lain dengan

bantuan guru.

Untuk menguatkan pemahaman siswa, guru memberi soal-soal latihan dan memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Jika ada teman kelompoknya belum bisa yang lain

agar membantunya. Karena kelompok yang mendapat nilai rata-rata tertinggi akan menjadi juara.

Pada kegiatan akhir siswa dengan dibantu guru siswa menyimpulkan pelajaran.

Kemudian mengerjakan tes formatif. Pada saat mengerjakan tes formatif, siswa terlihat tenang.

Banyak yang mengerjakan dengan cepat sekali dan wajah mereka terlihat sangat puas.

Sebelum pembelajaran diakhiri, siswa melakukan penilaian terhadap diri sendiri dengan

cara mengisi nilai pada instrumen yang telah disiapkan guru. Sebelumnya guru mengingatkan

agar siswa berlatih bersikap jujur terhadap diri sendiri. Hal ini diharapkan agar siswa menilai apa

adanya tentang dirinya sendiri.

Berdasar hasil penelitian baik dari tes tertulis maupun pengamatan dapat diperoleh hasil

sebagai berikut :

1. Dari hasil tes tertulis terdapat kenaikan nilai rata-rata yang cukup tinggi, yaitu 73,4 pada

prasiklus menjadi 84,1 pada siklus I dan menjadi 89 pada siklus II.

2. Tingkat ketuntasan klasikal juga mengalami kenaikan yaitu dari 56 % pada prasiklus

menjadi 78 % pada siklus I dan pada siklus II menjadi 95 %.

11
3. Berdasar hasil pengamatan aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran juga terdapat

kenaikan yaitu dari nilai rata-rata 7,7 ( baik ) pada siklus I menjadi 8,2 ( sangat baik ) pada

siklus II.

4. Berdasar hasil pengamatan aktifitas siswa selama diskusi juga terdapat kenaikan yaitu dari

nilai rata-rata 86,3 ( baik ) pada siklus I menjadi 90,8 ( sangat baik ) pada siklus II.

Hasil tersebut dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut :

Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan Contextual Teaching and

Learning, maka prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar pemecahan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan dan pengurangan akan meningkat. Dugaan ini didasari oleh teori-teori

diantaranya teori konstruktivisme yang menyatakan pembelajaran harus diciptakan semirip

mungkin dengan situasi dunia nyata. Dan pembelajaran tersebut adalah pembelajaran

kontekstual.

12
Hasil penelitian yang dilakukan di Kelas I SD Negeri Podosugih 01 ini telah

menghasilkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Yaitu nilai rata-rata tes 73,4 pada prasiklus

menjadi 84,1 pada siklus I dan menjadi 89 pada siklus II. Berdasar hasil pengamatan tentang

aktifitas siswa selama dalam proses pembelajaran juga mengalami peningkatan. Pada siklus II

aktifitas siswa mengikuti pembelajaran sangat baik. Tingkat ketuntasan klasikal juga mengalami

kenaikan yaitu dari 56 % pada prasiklus menjadi 78 % pada siklus I dan pada siklus II

menjadi 95 %.

Karena telah mencapai tingkat ketuntasan klasikal yaitu 85 % atau lebih siswa telah

mencapai KKM yaitu 75, maka penelitian ini dinyatakan berhasil dan penelitian selesai. Dan

hipotesis yang penulis ajukan terbukti. Dua siswa yang belum tuntas diberi kegiatan remedial.

Simpulan

1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning hasil belajar baik yang berupa hasil

kuantitatif maupun kualitatif meningkat.


3. Pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning membantu siswa

memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya

dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

Daftar Pustaka

Johnson, Elaine B. (2009). Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung : MLC.


Muhsetyo, Gatot ; dkk. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Mulyani Sumantri ; Nana Syaodih. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas

Terbuka.
Suharsimi Arikunto. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :

Pustaka pelajar.
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.

13
Wardani, I.G.A.K ; Wihardit, Kuswaya ; Nasution, Noehi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : Universitas Terbuka.

14

Você também pode gostar