Você está na página 1de 8

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

MEDIA VIDEO KEJADIAN FISIKA DALAM


PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

ARTIKEL

Oleh:
Retno Palupi Kusuma Wardhany
NIM 090210102071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

MEDIA VIDEO KEJADIAN FISIKA DALAM


PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Sutarto, Retno Palupi Kusuma Wardhany, Subiki

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Email: lupii.fisika09@yahoo.com

Abstract
The purpose of this research is student's activity during the use of the physic
event of the video media with the difference of result from student before and
after using the physic event of the video media on physic learning in Senior High
School. The method of research that use is quasi experiment with time series
design. Data analysis that use is quantitative and descriptive qualitative. The
results of the analysis showed: dominant student’s activity is discussion equal to
98,83% and attention the teacher’s explanation equal to 98,24%. Result of
cognitive ability showed that 35 students (92,15%) that understanding of the
concept, while 3 students (7,89%) which not yet understood from 38 students
following lesson. There are can be concluded that the physic event of the video
media on physic learning have been managed as according to step of the media
is good category with dominant student’s activity according to the media that is
discussion and attention the teacher’s explanation, also with the result of the
student’s study is better if it compare before using the physic event of the video
media on physic learning in Senior High School.

Keyword: the physic event of the video media, physic learning, student’s activity,
result of study.

PENDAHULUAN

Fisika adalah ilmu yang berdasarkan aturan-aturan tertentu,


mempelajari tentang kejadian-kejadian sehingga dalam mempelajarinya perlu
di alam (Arkundanto, 2007:73). Fisika aturan tertentu (Depdiknas, 2003:2).
merupakan mata pelajaran yang Pembelajaran fisika yang baik
memerlukan pemahaman daripada adalah berdasarkan hakikat fisika, yaitu
penghafalan, tetapi diletakkan pada siswa perlu menguasai proses dan
pengertian dan pemahaman konsep yang produk fisika. Produk fisika dalam hal
dititikberatkan pada proses terbentuknya ini meliputi teori, prinsip, hukum, dan
pengetahuan melalui penemuan, lain-lain. Sedangkan secara prosesnya
penyajian data secara matematis dan adalah cara bagaimana produk tersebut

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

dapat ditemukan lebih lanjut dalam memberikan rumus-rumusnya lalu


mengaplikasikan produk-produk tersebut memberikan contoh soal. Akibatnya ilmu
dalam kejadian sehari-hari. fisika terreduksi menjadi bacaan dan
Pembelajaran fisika bertujuan siswa hanya dapat membayangkan. Bila
membekali siswa dengan pengetahuan, saja konsep-konsep yang bersifat abstrak
pemahaman, dan kemampuan untuk itu dapat dibuat menjadi nyata, sehingga
pengembangkan ilmu pengetahuan dan mudah ditangkap oleh panca indra,
teknologi. Pembelajaran fisika harus maka masalahnya akan sangat berbeda.
menekankan pada konsep fisika dengan Dalam usaha ke arah itu, maka mata
berlandaskan hakikat IPA yang pelajaran fisika didampingi dengan
menyangkut produk, proses, dan sikap praktikum fisika, namun tidak semua
ilmiah. Rasionalisasi kurikulum 2004 masalah fisika dapat disimulasikan di
untuk mata pelajaran fisika adalah laboratorium, lebih lagi penggunaan
sebagai penyedia berbagai pengalaman laboratorium terbatas hanya di sekolah.
belajar dalam pemahaman konsep dan Berdasarkan data dari
proses sains. Disebutkan bahwa materi PUSPENDIKNAS tahun 2008/2009,
pokok fisika di SMA dan MA 2009/2010, 2010/2011 diketahui bahwa
merupakan kelanjutan dari materi pokok rata-rata nilai ujian nasional untuk mata
fisika SMP dengan perluasan pada pelajaran fisika di Indonesia masih
konsep abstrak yang dibahas secara tergolong rendah, dengan nilai rata-rata
kuantitatif analitis (Depdiknas, 2003:2). sebesar 7,87, lebih rendah dibandingkan
Dengan demikian, dalam pembelajaran dengan mata pelajaran kimia dan
fisika seharusnya sesuai dengan hakikat matematika sebesar 8,19. Pada tingkat
fisika, sehingga konsep yang terkandung Provinsi, yakni pada Provinsi Jawa
dalam fisika dapat lebih mudah Timur nilai rata-rata mata pelajaran
dipahami. fisika sebesar 8,58, masih lebih rendah
Menurut Mayub (2005:2), dari mata pelajaran kimia dan
pembelajaran yang umum dipergunakan matematika sebesar 8,76.
di Indonesia adalah pembelajaran Pembelajaran fisika di sekolah
konvensional, yaitu pembelajaran yang secara umum menggunakan alat bantu
masih berpusat pada guru sedangkan untuk mempermudah penyampaian
siswa hanya sebagai penerima pesan. materi. Alat bantu ini memungkinkan
Pembelajaran yang diterima oleh siswa fakta dan konsep fisika yang ada di alam
hanyalah penekanan tingkat hafalan dari dapat tersampaikan. Alat bantu yang
berbagai topik atau pokok bahasan, digunakan dapat berupa gambar atau alat
tetapi tidak diikuti dengan pemahaman peraga. Alat bantu yang dimaksud
atau pengertian yang mendalam, yang disebut media pembelajaran. Agar siswa
bisa diterapkan oleh siswa ketika menguasai bahan pelajaran sehingga
berhadapan dengan situasi baru dalam mencapai kompetensi yang diharapkan,
kehidupan siswa. Oleh sebab itu, banyak maka guru harus mempunyai kompetensi
siswa yang langsung saja bekerja dengan untuk memilih media pembelajaran
rumus-rumus fisika, tanpa mencoba yang tepat. Karena media untuk saat
berusaha untuk mempelajari latar sekarang ini bukan hanya sebagai alat
belakang falsafah yang mendasarinya. bantu guru untuk mengajar tetapi lebih
Selain itu pengajar fisika di sekolah sebagai alat penyalur pesan dari pemberi
sering membahas teori dari buku pesan ke penerima pesan. Sebagai
pegangan yang digunakan, kemudian pembawa pesan media tidak hanya

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

digunakan oleh guru tetapi yang lebih pengaruhnya terhadap sikap dan emosi.
penting dapat digunakan oleh siswa Kelebihan dalam ranah psikomotor
(Sadiman, 2009:10). Pada kondisi antara lain dapat memperlihatkan contoh
tertentu media dapat menjadi pengganti keterampilan yang menyangkut gerak,
guru dalam penyampaian informasi baik dengan cara memperlambat maupun
secara jelas, menarik, dan mendalam. mempercepat gerakan yang ditampilkan
Dasar pertimbangan dalam pemilihan (Miarso, 1994:102)
media sangat sederhana yaitu dapat Media video dapat digunakan
memenuhi kebutuhan atau mencapai sebagai media pembelajaran yang
tujuan yang diinginkan. efektif. Media video mempunyai daya
Menurut Anderson (dalam tarik yang sangat tinggi, hal ini tidak
Miarso, 1994:102), media pembelajaran terlepas dari sajiannya yang
yang digunakan guru bermacam-macam. menampilkan video berupa gambar yang
Salah satu media yang umumnya disertai suara, sehingga indera
digunakan oleh guru di dalam kelas ialah penglihatan dan pendengaran ikut
media visual berupa slide show. Media terangsang. Dengan media video siswa
visual banyak digunakan guru karena lebih mudah memverbalkan konsep
pembuatannya cukup sederhana dan fisika yang sedang dipelajarinya. Karena
mudah. Akan tetapi media slide yang media pembelajaran video dapat
disajikan tidak bergerak memiliki memotivasi siswa untuk lebih tertarik
kekurangan. Kekurangan slide yang pada mata pelajaran fisika, memiliki
tidak bergerak antara lain daya tariknya beberapa kelebihan diantaranya
kurang dan tidak sekuat dengan film atau mengatasi jarak dan waktu, pesan yang
video sehingga terkadang siswa merasa disampaikannya cepat dan mudah
ngantuk jika terlalu lama. diingat, mengembangkan pikiran dan
Salah satu cara yang dapat pendapat siswa, memperjelas hal-hal
digunakan dalam pembelajaran fisika yang abstrak dan memberikan penjelasan
ialah menggunakan media pembelajaran yang lebih realistik (Munadi, 2008:127).
dalam bentuk audio-visual atau video. Salah satu upaya yang dapat
Media pembelajaran video merupakan dilakukan adalah dengan menggunakan
salah satu media pembelajaran dalam media video kejadian fisika. Media
bentuk gambar yang bisa bergerak serta video kejadian fisika berisi tentang
dilengkapi dengan suara untuk peristiwa-peristiwa yang mengandung
mempermudah penyampaian informasi. konsep-konsep fisika sehingga dapat
Media video umumnya digemari siswa digunakan dalam pembelajaran fisika.
saat ini. Hal ini tidak terlepas dari Media video kejadian fisika
kebiasaan siswa yang sering menonton dalam pembelajaran fisika yakni melalui
film. Media video memiliki kelebihan media video yang mengandung konsep
dalam ranah kognitif, afektif, dan fisika, diharapkan siswa dapat
psikomotor. Kelebihan dalam ranah menguasai konsep fisika yang bersifat
kognitif antara lain dapat digunakan verbal dan melalui media ini siswa juga
untuk menunjukkan contoh dan cara dapat mengetahui proses atau peristiwa
bersikap atau berbuat dalam suatu fisika yang terjadi, dengan demikian
penampilan, khususnya yang pembelajaran nantinya dapat membuat
menyangkut interaksi siswa. Kelebihan siswa menggunakan kemampuannya
dalam ranah afektif antara lain dapat secara optimal berdasarkan tayangan
menjadi media yang sangat baik dalam video kejadian fisika tersebut dan siswa

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

menjadi lebih termotivasi pada pelajaran


fisika. Selain itu dengan video kejadian
fisika ini diharapkan dapat membuat
siswa menjadi aktif bertanya, menjawab
pertanyaan guru, berdiskusi dan
sebagainya, sehingga memenuhi aspek Keterangan:
aktif.
Pa = Prosentase aktivitas siswa
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka tujuan dari penelitian ini A = Jumlah skor tip indikator
adalah untuk mengetahui perbedaan aktivitas yang diperoleh siswa
hasil belajar siswa dan aktivitas belajar
siswa antara sebelum dan setelah N = Jumlah skor maksimal tiap
pembelajaran menggunakan media video indikator aktivitas siswa
kejadian fisika.
Untuk mengkaji taraf signifikan
METODE perbedaan hasil belajar siswa sebelum
dan setelah menggunakan media video
Penelitian ini merupakan penelitian kejadian fisika dalam pembelajaran
quasi eksperimen, dengan tempat fisika yang dilihat dari hasil pre-test dan
penelitian menggunakan metode post-test, digunakan perhitungan uji ttest
purposive sampling area. Desain yang kemudian hasilnya dibandingkan
penelitian yang digunakan adalah time dengan nilai ttabel.
series design dengan 3 kali perlakuan.
Metode penentuan sampel penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
yang digunakan adalah metode cluster
random sampling. Sebelum melakukan Aktivitas belajar siswa adalah
pengambilan sampel, dilakukan uji tingkah laku siswa yang diamati
homogenitas dengan analisis varian berdasarkan observasi yang dilakukan
menggunakan SPSS 16 terhadap selama pembelajaran menggunakan
populasi untuk mengetahui variasi media video kejadian fisika. Dari hasil
kemampuan siswa kelas X. Jika observasi dihasilkan data berupa
homogen maka dapat diambil secara aktivitas belajar siswa selama
acak sampel yang dibutuhkan sebagai pembelajaran dengan menggunakan
kelas eksperimen dengan teknik undian. media video kejadian fisika. Ringkasan
Teknik pengumpulan data yang analisis data aktivitas belajar pada setiap
digunakan dalam penelitian ini adalah pertemuan dapat dilihat pada grafik
observasi, wawancara, dokumentasi, dan berikut.
tes.
Analisis data yang digunakan Grafik 4.1 Aktivitas belajar siswa pada
setiap pertemuan
untuk mengkaji aktivitas belajar siswa
selama proses belajar mengajar dengan
menggunakan media video kejadian
fisika dalam pembelajaran fisika
digunakan presentase aktivitas siswa
sebagai berikut:

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

Tabel 4.3 Ringkasan perhitungan uji t


Pertemuan d.b ttest ttabel
Grafik 4.1 di atas menunjukkan
Pertemuan
persentase aktivitas belajar siswa pada 35 13,898 2,030
1
masing-masing indikator. Persentase
Pertemuan
aktivitas belajar siswa pada tiap 35 20,942 2,030
2
pertemuan rata-rata mengalami
Pertemuan
peningkatan. Pada indikator 35 15,047 2,030
3
memperhatikan penjelasan guru,
persentase tiap pertemuan mengalami
peningkatan yaitu 97,36%, 98,24%, dan Dari tabel 4.3 tersebut dapat
99,12%. Pada indikator bertanya, dilihat bahwa pada setiap pertemuan
persentase pada tiap pertemuan juga dengan db=35 pada taraf signifikansi 5%
mengalami peningkatan yaitu 21,93%, nilai ttest > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha
35,51%, dan 55,26%. Pada indikator diterima. Dapat dikatakan bahwa ada
menjawab pertanyaan, persentase pada perbedaan yang signifikan antara hasil
pertemuan kedua mengalami penurunan, belajar siswa sebelum dan setelah
akan tetapi pada pertemuan ketiga pembelajaran menggunakan media video
mengalami peningkatan yaitu 95,61%, kejadian fisika.
91,28%, dan 92,98%. Pada indikator
diskusi kelompok, pada pertemuan
pertama sebesar 98,24%, dan selanjutnya PEMBAHASAN
pada pertemuan kedua dan ketiga
mempunyai persentase yang sama yaitu Penelitian ini bertujuan untuk
100%. Berdasarkan data di atas, mengetahui adakah perbedaan hasil
persentase aktivitas yang paling tinggi belajar siswa sebelum dan setelah
yaitu pada pertemuan ketiga, yaitu pembelajaran menggunakan media video
aktivitas berdiskusi sebesar 100% dan kejadian fisika dalam pembelajaran
terendah pada pertemuan pertama yaitu fisika di SMA. Pembelajaran
persentase bertanya sebesar 21,93%. menggunakan media video kejadian
Hasil belajar yang diamati dalam fisika ini diterapkan di SMA Negeri 1
penelitian ini adalah hasil belajar dalam Kalisat kelas X 7 sebagai kelas
ranah kognitif produk yang diwujudkan eksperimen dengan memberikan tiga kali
dalam bentuk nilai pre-test dan post-test. pembelajaran atau tiga kali pertemuan
Perbedaan hasil belajar fisika sebelum dengan memberikan pre-test dan post-
dan setelah menggunakan media video test pada setiap pertemuan.
kejadian fisika dalam pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara
fisika pada kelas X 7 di SMA Negeri 1 dengan guru bidang studi fisika di SMA
Kalisat diuji menggunakan uji t dua arah Negeri 1 Kalisat sebelum pelaksanaan
(two tail). Uji t dua arah ini bertujuan penelitian, pembelajaran yang biasa
untuk mengetahui adakah perbedaan dilakukan di kelas X adalah dengan
hasil belajar fisika siswa sebelum dan menggunakan metode ceramah dan
setelah menggunakan media video tugas. Berdasarkan hasil uji homogenitas
kejadian fisika dalam pembelajaran dari data hasil ulangan harian siswa
fisika. kelas X, didapatkan nilai signifikansi
Perhitungan menggunakan uji t sebesar 0,064. Nilai signifikansi lebih
dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. besar daripada 0,05 atau 0,064 > 0,05

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

dapat dinyatakan bahwa populasi dalam video kejadian fisika. Data aktivitas
penelitian ini bersifat homogen. belajar siswa diperoleh dari hasil
Selanjutnya, penentuan sampel observasi yang dilakukan selama
menggunakan metode cluster random pembelajaran menggunakan media video
sampling dan terpilih kelas X 7 sebagai kejadian fisika. Dari hasil grafik 4.1
kelas eksperimen. Pada kelas X 7 dapat diketahui bahwa siswa sangat
pembelajarannya menggunakan media antusias untuk belajar fisika
video kejadian fisika. menggunakan media video kejadian
Tujuan yang pertama dalam fisika. Aktivitas yang dapat diamati
penelitian ini adalah mengkaji perbedaan adalah memperhatikan penjelasan guru,
hasil belajar antara sebelum dan setelah bertanya, menjawab pertanyaan, dan
pembelajaran ditentukan dengan uji t dua berdiskusi. Keempat aktivitas siswa
pihak (two tail). Hasil pengujian dengan tersebut mengalami peningkatan pada
menggunakan uji t diperoleh ttest > ttabel tiap pertemuan. Berdasarkan data dari
dengan taraf signifikansi 5% pada setiap keempat aktivitas tersebut, dapat dilihat
pertemuan. Berdasarkan hasil analisis, bahwa persentase rata-rata aktivitas
dapat dilihat bahwa pada tiap pertemuan siswa dari tertinggi hingga terendah pada
dengan db=35 diperoleh hasil pada masing-masing indikator adalah
pertemuan pertama nilai ttest = 13,898, bertanya, menjawab pertanyaan,
pertemuan kedua nilai ttest=20,942 dan memperhatikan penjelasan guru, dan
pertemuan ketiga nilai ttest = 15,047. Dari berdiskusi. Dari rata-rata keempat
hasil nilai ttest pada setiap pertemuan aktivitas siswa yang teramati, aktivitas
dapat diketahui bahwa pada pertemuan tertinggi adalah berdiskusi yaitu sebesar
pertama mempunyai nilai ttest paling kecil 98,83%, hampir seluruh siswa berdiskusi
dengan ttest=13,898, kemudian pertemuan secara kelompok dengan teman
ketiga dengan ttest=15,047, dan nilai ttest sebangku dalam mendiskusikan Lembar
tertinggi pada pertemuan kedua yaitu Kerja Siswa (LKS) pada tiap pertemuan.
ttest=20,942. Dari data tersebut dapat Sedangkan aktivitas terendah adalah
dijelaskan bahwa kemampuan siswa bertanya yaitu sebesar 37,57%, hal ini
dalam memahami setiap materi adalah dikarenakan siswa sudah memahami
berbeda, hal ini diperkuat dengan hasil tentang materi yang telah dijelaskan.
wawancara terhadap siswa setelah Berdasarkan grafik 4.1 dapat
pembelajaran dilaksanakan. diketahui bahwa aktivitas belajar siswa
Berdasarkan hasil perhitungan pada tiap pertemuan mengalami
tersebut, dengan nilai ttest > ttabel dimana peningkatan yaitu pada pertemuan
nilai tabel untuk db=35 dan taraf pertama sebesar 78,29%, kemudian pada
signifikansi 5% adalah 2,030 pertemuan kedua meningkat sebesar
memberikan kesimpulan bahwa hipotesis 80,82% dan pada pertemuan ketiga
nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif sebesar 86,84% dan termasuk dalam
(Ha) diterima. Hipotesis alternatif dalam kriteria sangat aktif. Dari hasil data
penelitian ini adalah ada perbedaan aktivitas belajar siswa tersebut dapat
antara hasil belajar siswa sebelum dan menunjukkan bahwa media video
setelah pembelajaran menggunakan kejadian fisika membuat siswa semakin
media video kejadian fisika. aktif dalam mengikuti pembelajaran
Tujuan yang kedua dari fisika.
penelitian ini adalah untuk mengkaji Berdasarkan uraian di atas, media
aktivitas siswa menggunakan media video kejadian fisika membuat hasil

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

belajar yang diperoleh siswa lebih baik Darliana, dan W. Yamin. 2007. IPA
dan meningkatkan aktivitas belajar Terpadu ( FIKIBI ). Bandung :
siswa. Selain itu dengan menggunakan Depdiknas.
media video kejadian fisika, maka Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi
pemahaman siswa terhadap materi Mata Pelajaran Fisika. Jakarta :
pembelajaran menjadi lebih baik karena Balitbang Depdiknas
siswa tidak hanya menghafal materi Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar
tetapi juga mengetahui kejadian-kejadian dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
fisika yang terdapat dalam kehidupan Cipta.
sehari-hari.
Mayub, A. 2005. E-Learning Fisika
KESIMPULAN Berbasis Macromadia Flash
MX.. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Berdasarkan hasil analisis data Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran
yang diperoleh, maka dapat diambil Sebuah Pendekatan Baru.
kesimpulan sebagai berikut. Jakarta: Gaung Persada (GP)
1. Ada perbedaan yang signifikan antara Press.
hasil belajar siswa sebelum dan Miarso, Yusufhadi. 1994. Pemilihan dan
setelah pembelajaran menggunakan Pengembangan Media untuk
media video kejadian fisika. Pembelajaran. Terjemahan oleh
2. Aktivitas belajar siswa setelah Yusufhadi Miarso dkk. Jakarta:
pembelajaran menggunakan media CV. Rajawali.
video kejadian fisika lebih tinggi Nasution, S. 2000. Didaktik: Asas-Asas
daripada aktivitas belajar fisika Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
sebelum pembelajaran. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan
Pengembangan. 2003. Standar
DAFTAR PUSTAKA Kompetensi Mata Pelajaran
Fisika SMA dan MA. Jakarta :
Arkundanto, A. 2007. Pembaharuan Pusat Kurikulum Depdiknas.
dalam Pembelajaran Fisika. Sadiman, A.S. dkk. 2006. Media
Jakarta: Universitas Terbuka. Pendidikan Pengertian,
Azhar, A. 2007. Media Pembelajaran. Pengembangan, dan
Jakarta: PT Grafindo Persada. Pemanfaatannya. Jakarta: PT.
Basir, A. 1988. Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.
Surabaya: Airlangga University Press.

ISSN 2301-9794

Você também pode gostar