Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteogenesis imperfekta (OI) adalah kelainan genetik yang ditandai oleh
tulang yang mudah fraktur, secara harfiah berarti "tulang yang terbentuk tidak
sempurna" (Alharbi, 2016). OI adalah suatu kelainan genetik autosomal dominan
karena adanya defek pada kolagen tipe I dengan karakteristik meningkatnya fragilitas
tulang (Ratya, Kania, dan Anggraini, 2016). Orang dengan OI memiliki kelainan
genetik yang mengganggu kemampuan tubuh untuk membentuk tulang yang kuat. Hal
ini juga disebut sebagai "penyakit tulang rapuh". Pada kondisi yang berat, pasien
dapat mengalami fraktur multiple sejak kecil, spontan dan berhubungan dengan
trauma minimal, dan anak yang paling parah terkena dampak biasanya meninggal
pada masa neonatal. OI adalah penyakit klinis yang jarang terjadi, terjadi di antara
1:10.000 dan 1:25.000 di seluruh dunia (Alharbi, 2016).
Tingkat keparahan secara klinis pada OI sangat bervariasi. Dalam bentuk yang
ringan (tipe I), fraktur terjadi sesekali sebelum pubertas, kelainan bentuk minimal, dan
perawakannya normal. Dalam bentuknya yang lebih parah (tipe II), fraktur saat dalam
uterus menyebabkan insufisiensi paru, akibatnya terjadi kematian perinatal. Pada tipe
III OI, frekuensi fraktur tulang yang tinggi menyebabkan kelainan bentuk dan
perawakan yang pendek, sedangkan pada tipe IV, adanya kelainan bentuk dan
dwarfisme namun tidak terlalu parah. Pada sebagian besar anak-anak dengan tipe III
dan banyak dengan tipe IV OI, kelainan ini bersifat progresif, dengan peningkatan
kelainan pada tungkai dan tulang belakang, ketergantungan pada orang lain untuk
bantuan dalam berjalan kaki, dan rasa sakit yang kronis (Glorieux dkk., 2017).
Kurangnya pemahaman yang baik tentang kesulitan dalam diagnosis,
perawatan optimal, dan kemajuan terkini tentang penyakit di dunia yang berkaitan
dengan masalah kesehatan pasien OI berpotensi mengakibatkan masalah bagi dokter
(Alharbi, 2016). Oleh karena itu, penulis tetarik untuk membahas OI dan mengkajinya
dalam tinjauan pustaka ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Osteogenesis Imperfekta?
2. Bagaimana cara mendiagnosis Osteogenesis Imperfekta?
C. Tujuan
1. Menjelaskan apa itu Osteogenesis Imperfekta.
2. Menjelaskan cara mendiagnosis Osteogenesis Imperfekta.
3. Menjelaskan penetalaksanaan Osteogenesis Imperfekta.
D. Metode Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu
kepada beberapa literatur.
A. Definisi
Osteogenesis imperfekta (OI) adalah kelainan genetik yang ditandai oleh tulang
yang mudah fraktur, seringkali tanpa sebab yang jelas. Sistem klasifikasi perbedaan
jenis OI biasanya digunakan untuk membantu menggambarkan seberapa parah
seseorang dengan pengaruh OI. Misalnya, seseorang mungkin hanya memiliki sedikit
atau ratusan kali peluang terjadinya fraktur tulang dalam hidupnya (NIH, 2015).
B. Epidemiologi
OI adalah penyakit klinis yang jarang terjadi, terjadi di antara 1:10.000 dan
1:25.000 di seluruh dunia (Alharbi, 2016). Insiden terjadinya OI diperkirakan 0,5
sampai 1:10.000 kelahiran dan prevalensi 5:100 000 orang di Norwegia. Insiden dan
prevalensi bervariasi dengan jenis OI yang berbeda-beda. Norwegia Asosiasi
Osteogenesis Imperfecta (NFOI) memiliki sekitar 400 anggota, di mana sekitar 170
anggota menderita OI. Suatu studi telah menunjukkan peningkatan insiden OI tipe III
pada salah satu suku di Zimbabwe-Afrika (Marvik, 2013).
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2016, OI merupakan suatu
penyakit genetik langka yang membuat tulang rapuh dan mudah fraktur. Hingga saat
ini jumlah pasti penderita OI tidak dapat dipastikan, namun dapat diperkirakan bahwa
angka kejadian OI di dunia adalah 1:20.000 kelahiran hidup dan tidak terpengaruh
jenis kelamin. Usia penderita dapat bervariasi ketika gejala OI timbul, dapat muncul
ketika masa sekolah, balita, bahkan sejak dalam kandungan. Gejala sangat bervariasi
antara satu penderita dengan penderita lainnya, namun gejala yang umum terjadi
adalah mudahnya terjadi fraktur pada tulang, bahkan dengan benturan minimal dan
blue sclera. Sehingga jika seorang anak mengalami mudah patah tulang terutama saat
belajar merangkak, berjalan, maupun pada masa balita dan sekolah, perlu dicurigai
adanya OI (IDAI, 2016).
C. Etiologi
Osteogenesis imperfekta atau disebut juga dengan brittle bone disease adalah
kelainan genetik dengan karakteristik rapuhnya tulang dan rendahnya masa densitas
tulang berdasarkan abnormalitas kolagen tipe 1 baik secara kuantitatif dan atau
D. Patofisiologi
Perubahan patologis pada OI terlihat pada semua jaringan kolagen tipe 1 yang
merupakan penyusun penting (misalnya tulang, ligamen, dentin, dan sklera). Dasar
kecacatannya adalah salah satu pengurangan secara kualitatif atau kuantitatif dari
kolagen tipe 1. Mutasi gen yang mengkodekan kolagen tipe 1 memengaruhi
pengkodean salah satu dari dua gen tersebut, terhitung pada sekitar 80% kasus OI
(Ramachandran, 2016).
Sebagian besar kasus OI, yang sebelumnya dianggap resesif autosomal,
sekarang diketahui timbul dari mutasi dominan autosomal. Mutasi ini diwariskan
secara genetik ataupun baru. Mutasi yang diwariskan memiliki risiko kekambuhan
pada kehamilan berikutnya sebesar 50% jika orang tua terpengaruh, sedangkan mutasi
baru memiliki risiko kekambuhan yang tidak dapat diprediksi. Sejumlah kecil kasus
yang sebelumnya dianggap resesif autosomal sekarang terbukti dengan analisis
molekuler dan keterkaitan menjadi sekunder akibat gonad mosaik. Risiko
kekambuhan untuk kasus ini juga tidak dapat diprediksi. Tingkat perubahan histologis
pada tulang berkorelasi baik dengan tingkat keparahan klinis penyakit. Penyakit ini
memengaruhi pengerasan endochondral dan intramembranous (Ramachandran,
2016).
Bentuk ringan dari penyakit OI diakibatkan karena kelainan secara kuantitatif
dari kolagen tipe 1. Pada pemeriksaan mikroskop cahaya, didapatkan osteoporosis
pada tulang dengan lapisan osteoid yang tebal dan matriks interselular yang
E. Manifestasi Klinis
Osteogenesis Imperfekta (OI) bisa berkisar dari ringan sampai berat.
Kebanyakan orang dengan OI mengalami tulang yang rapuh dan kehilangan
pendengaran. Bayi dengan OI berat biasanya lahir dengan banyak tulang yang fraktur,
kemungkinan skull yang terlalu lunak sehingga otak tidak terlindungi dari tekanan
yang mengenai kepala selama kelahiran bayi. Dengan OI sederhana, tulang seringkali
retak setelah luka yang sangat kecil, biasanya ketika anak mulai berjalan. Anak
dengan OI ringan bisa menahan beberapa tulang yang fraktur selama masa kanak-
kanak dan bahkan beberapa setelah pubertas, ketika tulang lebih kuat. Kadangkala
penyakit jantung atau paru-paru terbentuk pada anak dengan OI (Hasanah, 2014).
Masalah kesehatan sering terlihat pada anak-anak dan orang dewasa yang
memiliki OI meliputi: bertubuh pendek, lemah jaringan, kulit rapuh, kelemahan otot,
F. Klasifikasi
Berdasarkan tanda klinis, klasifikasi OI pertama kali dikemukakan oleh David
Sillence pada tahun 1979. Ia membagi OI menjadi empat jenis (tipe I sampai IV).
Mayoritas kasus OI (± 85-90%) disebabkan oleh mutasi dominan pada pengkodean
gen untuk kolagen tipe 1. Klasifikasi ini digunakan hingga saat ini. Dan sekarang
telah ditambahkan lagi empat tipe baru (tipe V sampai VIII) (Alharbi, 2016).
Tipe I adalah bentuk paling ringan dari OI, ditandai dengan adanya beberapa
fraktur, blue sclera, brittle teeth, dan gangguan pendengaran. Fraktur sering terjadi
pada masa neonatal, tapi jarang terjadi saat di dalam rahim atau setelah dewasa. Tipe
II adalah tipe yang paling parah, sering menyebabkan kematian saat lahir atau sesaat
setelah lahir karena masalah pernafasan. Deformitas tulang yang parah, mineralisasi
yang buruk, beading of ribs, pemendekan tulang panjang, dan beberapa fraktur. Tipe
III adalah jenis yang paling parah pada anak-anak. Blue sclera jarang terjadi pada tipe
ini, triangular face, skoliosis (garis tulang belakang yang abnormal), brittle teeth,
kemungkinan terjadi gangguan pendengaran dan seringnya terjadi deformitas tulang.
Tipe IV mirip dengan tipe 1 namun dengan deformitas tulang ringan sampai sedang.
Pasien tidak mengalami blue sclerae, kepala besar, mudah memar dan terjadinya
pemendekan tulang panjang yang lebih jelas setelah usia dewasa (Alharbi, 2016).
Klasifikasi genetik molekuler OI telah terbukti sangat heterogen, dengan pola
pewarisan yang berbeda dan variabilitas klinis yang luas. Dengan mempelajari
penampilan tulang OI di bawah mikroskop, penyidik memperhatikan bahwa beberapa
orang yang secara klinis berada dalam kelompok tipe IV memiliki pola yang berbeda
pada tulang mereka. Ketika mereka meninjau riwayat kesehatan penuh dari orang-
orang ini, mereka menemukan kelompok tipe V dan tipe VI OI. Mutasi yang
menyebabkan bentuk OI ini belum teridentifikasi, namun orang-orang dalam kedua
kelompok ini tidak memiliki mutasi pada gen kolagen tipe 1. Tipe V mirip dengan
Tipe VI adalah bentuk resesif autosomal penyakit yang dapat disebabkan oleh
mutasi homozigot pada gen SERPINF1 pada kromosom 17p13.3, yang menyebabkan
kelainan pada mineralisasi tulang rawan. Kekhasan "fish scale" adalah bentukan yang
ada pada tulang bila dilihat di bawah mikroskop. Setelah bertahun-tahun penelitian,
pada tahun 2006, para ilmuwan menemukan dua bentuk OI yang diwarisi secara
resesif. Gen yang memengaruhi pembentukan kolagen menyebabkan kedua jenis
tersebut. Penemuan bentuk baru OI ini memberikan informasi untuk orang-orang
yang memiliki OI parah atau sedang tetapi tidak memiliki mutasi kolagen primer
(Alharbi, 2016).
Tipe VII adalah tipe yang berasal dari pewarisan resesif dari mutasi pada gen
CRTAP pada homozigositas atau heterozigositas campuran pada kromosom 3p22.
Ekspresi parsial CRTAP menyebabkan displasia tulang sedang. Kelainan skeletal dan
kerapuhan tulang. Jenis ini menyumbang 2-3% pada kasus OI yang bersifat letal
(Alharbi, 2016).
G. Diagnosis
Diagnosis OI berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang terkait
dengan analisis genetik, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboratorium.
Mungkin sulit untuk membuat diagnosis klinis dari OI bentuk ringan pada penderita
usia bayi dan anak-anak. Beberapa pasien memiliki riwayat keluarga menderita OI,
namun kebanyakan kasus disebabkan oleh mutasi baru. Yang terpenting dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan OI meliputi: riwayat keluarga
yang terinci tentang penyakit tulang, adanya fraktur pada tulang yang terdeteksi ketika
masih dalam kandungan atau pada periode neonatal; sifat, kronologi, dan hasil dari
fraktur pada tulang; kecepatan pertumbuhan, tinggi badan saat ini dan proporsi
skeletal; keadaan dan perkembangan deformitas tulang. Perbedaan antara jenis
penyakit ringan, sedang, dan berat didasarkan pada jumlah fraktur, tingkat kelainan
bentuk tulang dan penurunan pertumbuhan, serta usia di mana penyakit ini pertama
kali dikenali (Gliga dkk., 2015).
Untuk mengkonfirmasi diagnosis OI dalam beberapa situasi dapat dilakukan tes
biokimia (kolagen) dan molekular (DNA). Tes ini umumnya memerlukan waktu
dalam beberapa minggu sebelum hasilnya diketahui. Baik tes biopsi kolagen dan tes
DNA diperkirakan dapat mendeteksi hampir 90% dari mutasi kolagen tipe 1. Skrining
prenatal rutin dengan ultrasonografi (USG) atau tes genetik dapat mencapai hasil yang
baik untuk pasien dengan riwayat keluarga yang positif. Namun tingkat deteksinya
sangat rendah pada keadaan di mana tidak ada riwayat keluarga, yang dapat
H. Penatalaksanaan
Menurut National Institutes of Health (2015) bahwa belum ada obat untuk OI.
Pengobatan ditujukan untuk mencegah atau mengendalikan gejala, memaksimalkan
mobilitas independen, mengembangkan massa tulang dan kekuatan otot yang optimal
(NIH, 2015). Selain itu tujuan pengobatan pada OI adalah untuk koreksi bedah
deformitas, meminimalkan rasa sakit dan memaksimalkan fungsi independen. Strategi
pengobatannya adalah multidisiplin dengan melibatkan tim ahli endokrinologi, ahli
bedah ortopedi, psikiater, dentinsts, dan lain-lain (Gliga dkk., 2015). Perawatan
fraktur, prosedur bedah dan gigi yang ekstensif, dan terapi fisik sering
direkomendasikan untuk penderita OI. Penggunaan kursi roda, kawat gigi, dan alat
bantu mobilitas lainnya biasa dilakukan, terutama (walaupun tidak eksklusif) di antara
orang-orang dengan jenis OI yang lebih parah (NIH, 2015).
Menurut Gliga dkk. (2015) metode pengobatan yang saat ini dianjurkan untuk
para penderita OI meliputi:
a. Modifikasi perilaku dan gaya hidup untuk menghindari situasi yang dapat
menyebabkan fraktur tulang.
b. Operasi ortopedi.
c. Manajemen skoliosis.
I. Prognosis
Prognosis bagi orang dengan OI sangat bervariasi tergantung pada jumlah dan
tingkat keparahan gejala klinis. Kegagalan pernafasan adalah penyebab kematian
yang paling sering terjadi pada orang dengan OI, diikuti oleh trauma yang tidak
disengaja. Meskipun banyak fraktur tulang, aktivitas terbatas, dan perawakan kecil,
kebanyakan orang dewasa dan anak-anak dengan OI dapat menjalani kehidupannya
dengan produktif dan sukses. Mereka masih dapat bersekolah, mengembangkan
hubungan sosial, berkarir, berkeluarga, berpartisipasi dalam olahraga dan kegiatan
rekreasi lainnya, dan menjadi anggota aktif dalam komunitasnya (NIH, 2015).
Osteogenesis imperfekta (OI) adalah kelainan genetik yang ditandai oleh tulang yang
mudah fraktur, seringkali tanpa sebab yang jelas. OI adalah kelainan genetik yang disebabkan
abnormalitas dari kolagen tipe I secara kuantitatif dan kualitatif karena mutasi gen COL1A1
atau COL1A2. Manifestasi klinis OI meliputi tulang yang mudah fraktur bahkan dapat terjadi
multipel fraktur, kelemahan otot, gangguan pendengaran, kelelahan, kelemahan sendi, tulang
melengkung, skoliosis, blue sclera, dentinogenesis imperfecta (gigi keropos), dan perawakan
yang pendek. Pada awalnya OI diklasifikasikan menjadi IV tipe, namun berdasarkan
penemuan mutasi gen yang baru OI diklasifikasikan XV tipe. Diagnosis OI berdasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang terkait dengan analisis genetik, pemeriksaan radiologi
dan pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan OI meliputi: modifikasi perilaku dan gaya
hidup; operasi ortopedi; manajemen skoliosis; rehabilitasi fisik melalui fisioterapi dan
hidroterapi; peralatan adaptif dan alat bantu ambulasi; manajemen berat badan; manajemen
nyeri; pengobatan farmakologis dengan bifosfonat; dan pengobatan dengan growth hormone
(GH). Prognosis OI bervariasi tergantung tingkat keparahan dari klinisnya.