Você está na página 1de 10

Alasan Penghapus Penuntutan:

 Meskiprun perbuatannya terjadi, bisa dibuktikn, pelakunya bisa dijatuhkan pidana


1. Delik aduan (klachdelict)
Tidak semua tindak pidana bisa dilakukan penuntutan. Jika delik aduan,
penuntutan pelaku berdasarkan aduan yg dilakukan oleh keluarga korban, dll.
Delik biasa : melakukan penuntutan terhadap pelaku

2. Nebis in idem (double jeopardy)


Satu perbuatan pidana sudah dijatuhi putusan oleh haki dan putusannya (putusan
bebas, lepas dan pemidanaan harus dihormati) sudah berkekuatan hukum tetap
maka terhadap perbuatan itu tidak bisa dilakukan penuntutan lagi
Kalo pihak penuntut umum/terdakwa tidak puas dg putusan hakim bs melakukan
suatu upaya hukum biasa maupun luar biasa.
Putusan blm berkekuatan hk tetap terhadap tidak puas td dpt mengajukan upaya hk
biasa  banding, kasasi
Kalo in kracht  peninjauan kembali / kasasi demi hukum
Tapi yg diperiksa di sini putusan hakim bkn penuntutan thdp pokok
pekara/perbuatannya
Ex ne bis in idem  penggelapan  oleh jaksa disebut pencurian  putusan
bebas sudah in kracht  jaksa menuntut lg melakukan penggelapan  ne bis in
idem

3. Meninggalnya tersangka
Pelaku meninggal dunia demi hukum terhadap perbuatan tdk bisa dilakukan
Tindak pidana khusus –-> Msh dimungkinkan ex tindak pidana korupsi.
Hakim msh bisa melakukan putusan tapi bukan pidana badan

4. Daluwarsa
Batasan waktu kapan perbuatan pidana dilakukan penuntutan. Jika sudah melewati
tenggang wkt ttt perbuatan tdk bs dituntut.
Berdasarkan jenis perbuatan atau lamanya ancaman pidana

5. Penyelesaian di luar pengadilan (afdoening buiten process)


Biasanya perkara sifatnya ringan/pelanggaran  ancaman pidana denda
Kalo sudah membayar sejumlah denda ya selesai tidak perlu diproses lbh lanjut di
pengadilan
Biasanya uyg menyelesaikan ini adalah polisi di tahap penyidikan
6. Abolisi
Presiden mmpnyai kewenangan untuk tdk melakukan penututan thdp perkara2 ttt.

7. Amnesti
Abolisi dan amnesti sdh cukup lama tdk dikeluarkan presiden.
UU Abolisi dan Amnesti masih berlaku.

DELIK ADUAN
Ciri: dalam rumusan pasal, ditentukan bahwa dilakukan penuntutan jika ada aduan
Contoh :, Pasal 367 “…penuntutan terhdap perkara tsb
Penggelapan/pencurian  Penuntutan pelaku berdasarkan aduan dr korban.
Aturan: Tidak pasti dilihat kalo pelaku punya hub darah itu delik aduan. Ex:
ppemerkosaan dlm keluarga, penganiayaan keluarga melihat ketentuan dalam KUHP
 bukan delik aduan  penegak hukum bs melakukan penuntutan
Alasan penghapus pidana (Simons):
a) Utk kejahatan ttt akan lebih diuntungkan kalau tidak dituntut (Untuk menjaga
privacy)
Ex: perzinahan  hubungan yg dilakukan perempuan dan laki2 yang salah
satu/keduanya ada dalam hubungan pernikahan.
Ada kalanya seorang korban/istri mengadukan perbuatan suami yg berselingkuh
 niatannya memebri pelajaran bagi selingkuhan suaminya  ketika pengaduan
tdk bs memilih yang dituntut selingkuhannya doang  kalo dia melapor kan
suaminya dan selingkuhannya jg dituntut  istri dirugikan krn suami pencari
nafkah dlm keluarga, labelling theory/sanksi social dala masyarakat 
diselesaikan secara kekeluargaan
Penuntutan thdp pelaku berdasarkan aduan korban.

b) Hak-hak korban dilanggar, dilakukan pengaduan


Macam delik aduan :
a. Absolut
Mutlak harus ada aduan (Selamanya merupakan delik aduan tdk bisa menjadi
delik biasa)
Penuntutan tadi tidak memandang antara pelaku dg korban ada hub darah maupun
tidak
Misal: Pasal 284 KUHP (perzinahan)  paman dg keponakan atau seorang laki2
dg adik ipar atau yg tdk punya hub darah
Berdasarkan pengaduan org yg dirugikan
b. Relatif
Karena sebenarnya delik ini merupakan perbuatan tindak pidana biasa tetapi pada
saat perbuatan it terjadi dan antara pelaku dg korban ada hub darah maka berubah
mjd delik aduan.
Misal: Pasal 367 KUHP (pencurian dalam keluarga), KDRT ( UU 23/2004)
Sbnrnya pencurian kan tindak pidana biasa jika pelaku dg korban tdk ada hub
darah  kalo ada hub darah maka penuntutan thp pelaku berdasarkan aduan dr
korban yg dirugikan.
UU 23/2004  perluasan tindak pidana serta subjek dan objek tidak terbatas dg
keluarga inti tapi org2 yg menetap dlm suatu rumah trmsk pekerja rumah tangga.
Kekerasan fisik : dalam KUHP sbnrnya sudah ada tapi sebetas kekerasan fisik 
ayah menganiaya anak tapi sebatas kekerasan fisik  tai dlm UU KDRT
kekerasan psikis, seksual, keterlantaran ekonomi
Kekerasan dlm KDRT merupakan delik biasa misalnya penganiayaan yg
dilakukan oleh paman thdp ponakan atau antaraudara seupupu namun kalau
perbuatan untuk perb psikis dan seksual terjadi antara suami-istri dan akibat yg
diderita oleh korban hanya berupa akibat ringan maka merupakan delik aduan.

Delik aduan relatif :


1) Suami istri yg berpisah meja ranjang
2) Keluarga sedarah garis lurus, menyimpang s/d derajat kedua
3) Berlaku juga pada masyarakat matrilineal
Matrilineal : kekuasaan bapak akan diambil alih oleh paman. Kalau trjadi
pencurian/penggelapan antara paman dg keponakan merupakan suatu
bentuk delik aduan.
Yang dapat mengadu :
1) Belum 18 tahun : wali, keluarga sedarah garis lurus, keluarga agris
menyimpang s/d derjat ke-3
2) Korban meninggal : istri/suami, anak, ortu
3) Perzinahan: suami/istri. Bs jg dilakukan oleh org lain tapi berdasarkan
kuasa dr korban.
Ex: anak kasihan ibunya  krn ibunya diselingkuhin ayahnya  atas
insiatif anak mengadukan eprbuatan bapaknya  dimungkinkan atas
sepengetahuan/kuasa dr korban.
4) Melarikan perempuan: korban, ortu
Gris menyimpang Derjat ketiga :
- Derajat pertama : saudara kandung
- Keuda: anaknya saudara (sepupu)
- Ketiga: cucunya saudara

Laporan Aduan
- Delik biasa
- Pemberitahuan yg dilakukan oleh - Pemberitahuan pda penegak hukum
setiap orang bahwa tetapi ahnya bisa dilakukan oleh
akan/sedang/telah terjadi tindak korban terhdp perbuatan yg sedang
pidana atau telah terjadi.
- Setiap orang: *Tidak boleh terhadap perbuatan yg
Orang yang mendengar akan terjadi.
(mendengar secara lgsg akan trjd - Permintaan untuk menindak pelaku
tindak pidn/sedang), melihat
(sedang, tlh trjadi) atau mengalami
peristiwa tindak pidana (jd korban)
*Gak oleh mendengar berdasarkan
keterangan dr org lain “Pak, kata si
A ada bbrpa orang berencana akan
meletakkan bom di rektorat besok
jam 10 siang”
*Melihat scr lgsg tidak boleh dr
keterangan org lain. “Pak kata si A
ada penganiayaan”
- Tidak ada tujuan untuk menindak
pelaku

JANGKA WAKTU PENGADUAN


A. Di Indonesia : 6 bulan
B. Di luar Indonesia : 9 bulan
Penghitungan dimulai ketika org/korban mengetahui perbuatan tindak pidana terjadi
Pengaduan hny diperbolehkan sekali krn kalo seseorang udh mengadukan 
dimungkinkan dilakukan pencabutan  kalo sudah melakukan pencabutan tidak boleh
mengadukan lagi
Jangka waktu pencabutan ada batasannya.
Terhadap org yg mnegadu diberi jangka waktu untuk berpikir mencabut selama 3 bulan.
Ex : pidana trjadi 10 bulan yg lalu org mnegetahui bru skrg
Pencabutan : Pasal 75 KUHP : 3 bulan setelah pengaduan
Konsekuensi :
1. Proses penuntutan hilang
2. Apabila sdh dibuat dakwaan maka dicabut
3. Apabila sudah diperiksa di sidang maka dihentikan
Orang yang dapat mencabut : org yg mengadukan

NEBIS in IDEM (Double Jeopardy) Pasal 7 6


Dasar pemikiran :
A. Untuk menjaga martabat pengadilan
B. Untuk kepastian hukum bagi terdakwa
Syarat :
A. Untuk putusan yg incracht
B. Tindakan orang yg sama (tidak untuk penyertaan)
C. Untuk perkara perbuatannya sama
Pelaku lbh dri 1 orang tdk menghilangkan tanggung jawab bagi epserta lain
Ex: ada 2-3 orang melakukan tindak pidana pencurian. A dan B sudah dituntut oleh
hakim. Terhadap C pun boleh dilakukan penuntutan. Putusan trhadap pelaku yg lain tdk
menghilangkan tanggung jawab terhadao pelaku yg belum dituntut.
Concorsus idealis memasukkan racun ke dalam teko, ke semua orang yg minum
minuman meninggal dunia missal 5 orang. X dituntut telah melakukan pembunuhan
berencana terhadap A, B, C dan terungkap 2 korban lain yg blm dimasukkan ke dalam
dakwaan. X tdk bisa dituntut lagi bahwa telah membunuh D dan E.
Sopir bus krn kelalaiannya menyebabkan 40 orang meninggal dunia pdahal yg meninggal
50  sopir sudah diputus  tdak boleh dituntut lagi 10 orang disebutkan di dakwaan
yang baru.  krn untuk perbuatan yg sama yaitu “karena kelalaaiinya menyebabkan org
meninggal”
Concorsus realis melakukan beberapa perbuatan pidana baru 1 diperiksa tgl 1 april
menipu, tgl 5 aprl mencuri, 15 apr menipu. Baru ada perkara tgl 1 dituntut bkn berarti
perbuatan yg tgl 5 dan 11 tidak boleh dilakukan penunutan lg  dalam concursus realis
TIDAK berlaku nebis in idem.
Perbuatan terjadi di beberapa tempat yg berbeda  tdk dipergunakan metode concursus
tapi diperiksa

Ne bis in idem tidak berlaku :


Putusan hakim yg belum menyentuh pokok perkara :
A. Tidak wewenangnya pengadilan periksa perkara
Kalo perbuatan tsb terjadi di perbatasan jogja dan sleman. Tepatnya di wilayah
Jogja. Pemerksaan perara diajukan ke PN Jogja, Terdakwa meminta hakim supaya
tdk menerima dakwaan. Dalam hal ini keberatan Tdw ditolak kemudian hakim
mengeluarkan putusan sela kemudian hakim akan melanjutkan memeriksa pokok
perkara  tdk ada nebis in idem
B. Tuntutan tidak diterima karena Terdakwa bukan pelaku
C. Tuntutan tdk diterima karena daluwarsa
Mengajukan keberatan pd hakim agr keberatan tdk diterima  hakim
mengeluarkan putusan sela  keberatan diitolak 

Akibat hukum pelaku meninggal dunia :


Kalo hakim sudah memutus  terdakwa meninggal  pidana denda dan tambahan tetap
tdk bisa dieksekusi

Daluwarsa : hanya berlaku bagi tindak pidana umum


Tujuan (menurut V. Bemmelen):
A. Membatalkan perkara yg sudah lama
B. Membatalkan perkara yg bukti-bukti sudah hilang
Buktinya kurang  putusan bebas
Tidak untuk delik yg berbahaya, recidive
Remmelink : tidak untuk kejahatan perang, pelanggar HAM, kejahatan kemanusiaan
Dasar Hukum Tenggang Daluwarsa (Ps 78 KUHP)
A. Pelanggaran dan kejahatan dengan percetakan  stl 1 tahun
B. Kejahatan dg ancaman pdn denda, kurungan, penjara maksimal 3 tahun  stlh 6
tahun
C. Kejahatan diancam pidana penjara lbh dr 3 tahun  stlh 12 th
D. Kejahatan dg ancaman pidana mati, penjara seumur hidup  stlh 18 thn
Jika pelaku belum 18 tahun  1/3 dari penntutan tenggang waktu daluwarsa orang
dewasa

Dimulainya penghitungan daluwarsa (Ps 79)


Keesokan hari setelah perbuatan fisik tjd (semua unsur delik sdh terpenuhi)  delik
formil
Kecuali :
Perusakan, pemalsuan mata uang  setelah brg yg dirusak, dipalsu digunakan
Penghitungannya sehari setelah barang yg dirusak itu digunakan
Penculikan  setelah korban dibebaskan, mati
Delik Formil Delik Materiil
Keesokan hari setelah perbuatan terjadi Keesokan hari setelah akibat terjadi
Cth : memasukkan racun di dalam sumur,
tdk seketika org meninggal  tp mgkn
selang 1 minggu  peghitungannya bkn
keesokam hari setelah minum racun tp
keesokan hr setelah akibatnya terjadi
(meninggal dunia)

Ex: orang menggugurkan kandungan 


minum jamu tgl 1 Aprl tp tidak seketika
jamu bereaksi  tgl 8 minum ramuan
kedua  penghitungan daluwarsa bukan
keesokan hr setelah tgl 1 atau stlah tgl 8 tp
keesokan hr setelah kandungan itu gugur

Penghentian Daluwarsa
- Dg adanya penuntutan  daluwarsa terhenti
- Apabila penuntutan dihentikan maka dihitung tenggang daluwarsa baru
Ex : alat bukti kurang or menurut PU bukan merupakan tindak pidana  ada
daluwarsa baru  tdk melanjutkan tenggang daluwarsa yg lama
Ex :
Perbuatan terjadi 1 februari
Dilakukan penuntutan 1 April
Penghitungan daluwarsa 2 Februari tapi dihentikan ketika ada penuntutan
Ada kemungkinan penuntutan dihentikan
28 Aprl dihentikan penuntutan
29 Aprl dihitung tenggang daluwarsa baru
- Makna penuntutan :
o Arti luas (v. Bemmelen) yaitu sejak penyidikan s/d sebelum putusan hakim
o Arti sempit (v. Bemmelen) yaitu sejak penyerahan perkara dr jakssa ke
pengadilan

Penyelesaian di luar pengadilan (afdoening buiten process) Pasal 82 KUHP


- Utk pelanggaran
- TP diancam denda
Kalo denda dah dibayar pelaku  perkara dianggap selesai dan tidak perlu
dilakukan penuntutan
Ex : kegiatan pelayaran seorang nahkoda diwajibkan membawa dokumen tertentu
 dokumen krg lengkap memuat catatanm-catatn  nahkoda cukup membayar
denda tdk perlu perkaranya sampai ke pengadilan
- Denda, biaya penuntutan dibayar oleh pelaku
- Utk recidive, ttp ada pemberatan
Ex : dipanggil menjadi saksi tapi tidak dtg  suatu saat melakukan tindak pidana
lg  terhadap tindakan yg kedua berlaku ketentuan recidive (ada pemberatan)
meskipun perbuatan yg pertama tidak diputus oleh hakim
- Psl ini tdk berlaku untuk yg belum dewasa (berlaku UU 11 tahun 2012)
Berlaku ketentuan diversi (penegak hukum mempertemukan pelaku dg korban ,
krn pelau masih anak maka pelaku didampingi oleh org tua atau wali atau PH, dlm
diversi diupayakan kesepakatan damai kalau ada kesepakatan damai maka perkara
tidak perlu dilanjutkan dan selesai pada tahap tsb. Tapi kalo pas penyidikan proses
diversi tdk terapai --< perkara dilanjutkan ke PU  PU jg melakukan proses
diversi tdk lgsg diproses di pengadilan  demikian jg hakim.
Diversi : ebrlalku bagi eprbuatan pidana yg diancam maksiml pidana penjara 7
tahun dan tdk berlaku pengulangan
- Dalam rancangan KUHP (Pasal 145), rancangan KUHAP (Pasal 42) diatur :
- Tindak pidana ringan
- Diancam pidana penjara max 4 tahun
- Diancam pidana denda
- Pelaku berusia > 70 thn
- Kerugian sudah diganti oleh pelaku

HAPUSNYA KEWENANGAN MENJALANKAN PIDANA


A. Meninggal dunia (Pasal 83 KUHP)
B. Daluwarsa (Pasal 84 KUHP)
Prinsip : tidak boleh lebih pendek dari pidana yg dijatuhkan hakim
Pelnggaran - 2 tahun
Kejahatan dg percetakan  5 tahun
Kejahatan lain  daluwarsa penuntutan + 1/3
Ex : pidana penjara <3 tahun daluwasa penuntutan 6 tahun. Daluwarsa
menjalankan pidanmamya ditambah 1/3 jd 8 tahun.
Pidana mati, penjara seumur hidup  tdk ada daluwarsa
Utk anak : daluwasra menjalankan pidana dewasa dikurnagin menjadi 1/3
Daluwarsa Penuntutan Daluwarsa Pelaksanaan Pidana
Dewasa Anak Dewasa Anak
1. Stelah 1 4 bulan Stleah 2 th 8 bln
Pelanggaran, tahun Stlh 5 thn 20 bln
kejahatan
percetakan
2. Pidana Setelah 6 Stelah 2 Stlh 8 tahun 2 thn 8 bln
denda, tahun tahun
kurungan,
penjara < 3
tahun
3. Penjara 12 thn 4 thn 16 thn 5 thn 4 bulan
lebih dr atau
sama dg 3
tahun
4. Pidana 18 th 6 th - Stelah 10 thn
mati, seumur
hidup

C. Amnesti (UU no 11 Drt 1954)


Amnesti : penghentian roses peradilan pidana di semua tahap  akibat hukum
pelaku dihapus
Dasar hukum : UU no 11 Drt 1954 jo Pasal 14 (2) amandemen I UUD NRI 1945

D. Grasi (UU no 22/2002 j UU no 5/2010)


Grasi : hak presiden untuk memberikan pengampunan kepada napi atas hukuman
yg dijatuhkan pengadilam
Presiden bs mengeluarkan :
o Perubahan jenis pidana
o Pengurangan masa pidana
o Penghapusan pelaksanaan pidana
Dasar hukum : UU 22/2002 jo UU 5.2010, Pasal 14 (1) AMANDEMEN I uud nri
1945

KASUS
Adul seorang remaja 16 tahun menganiaya Bejo 15 tahun  Bejo luka2. Atas
perbuatannya pd Nov 2013 Adul dijatuhi hukuman penjara selama 1 tanun 4 bulan atas
dasar Pasal 351 (1) KUHP. DIesksekusi pd bulan januari 2014  ketika 2 bulan
menjalani hukuman pd bulan maret 2014 adul melarikan diri.
Ancaman hukuman maksimal dalam Ps 351 (1) KUHP adalah pidana penjara 2 thn 8
bulan.
Tenggang daluwarsa menjalankan pidana : 2 tahun 8 bulan

MULAI BERLAKUNYA DALUWARSA (85 KUHP)


- Keesokan hari stlh putusan hukuman dapat dijalankan
- Jika terpidana melarikan diri selama menjalani hukuman, Pelepasan Bersyarat
dicabut  keesokan harinya dimulai tenggang daluwarsa baru
- Untuk anak : mengacu oada Ps 78 (2) KUHP
*Pelepasan bersayarat = sudah menjalani hukuman yaitu 2/3, 1/3 nya bisa bebas yaitu dg
syarat dia hrs memenuhi syarat umum dan syarat khusus.

Você também pode gostar