Você está na página 1de 9

asUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN UVEITIS

Oleh :
KELOMPOK III

1. I MADE SUMBER ARTAWAN (0702115024)


2. PUTU WIDIASTUTI (0702115009)
3. LUH GEDE ARIE ASTUTI (0702115010)
4. NI WAYAN SUPERNI (0702115012)
5. NI NYOMAN SUARDANI (0702115025)
6. Putu may indrayani (0702115026)
7. N.l.p. suardini yudhawati (0702115031)
8. I wayan terus (0702115031)
9. I Gde MD. Addy SUASTHA (0702115035)
10.Ni made sariasih (0702115037)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN B


UNIVERSITAS UDAYANA
2008
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN UVEITIS

A. KONSEP DASAR TEORI

1. PENGERTIAN UVEITIS
Uveitis adalah inflamasi yang terjadi pada salah satu dari ketiga struktur traktus uvea
yaitu iris,badan siliaris atau khoroid.
(Brunner & Suddarth,2002)

2. PENYEBAB
Faktor penyebab uveitis antara lain :
 Alergen
 Mikroorganisme spt: jamur,virus,bakteri
 Bahan kimia dan trauma
 Penyakit sistemik spt: sarkoidosis,colitis ulcerativa

3. PATOFISIOLOGI
Faktor etiologi spt bakteri,jamur,virus,alergen yang masuk ke dalam tubuh akan
menimbulkan suatu reaksi antara antigen dan antibody.Salah satu akibat dari reaksi
antara antigen dan antibody adalah dilatasi vaskuler uvea sehingga timbul
hiperemi.Kemudian akan terjadi eksudasi cairan ke Aqueus Humor (AH) yang
mengakibatkan peningkatan konsentrasi protein di Aqueus Humor (AH).Dari sini akan
memunculkan masalah PK (Potensial Komplikasi) : Infeksi . Peningkatan kadar
protein pada AH akan berdampak pada ke3 stuktur traktus uvea.Pada iris,akan terjadi
sinekia posterior/anterior dan suklusio pupil.Akibatnya akan mengganggu aliran dari
AH pada bilik mata sehingga iris terdorong kedepan dan menimbulkan odema
iris.Odema iris menyebabkanpenurunan kepekaan iris terhadap cahaya sehingga
akan memunculkan masalah Perubahan Sensori-Persepsi : Penglihatan.
Sedangkan odema iris sendiri akan merangsang nosiseptor sehingga memunculkan
masalah Nyeri Akut .Pada badan siliari akan menimbulkan dua dampak yaitu
peningkatan sekresi AH dan penurunan kontraksi otot siliaris.Peningkatan sekresi AH
dan akumulasi AH di bilik belakang mata yang merupakan dampak yang timbul
pada,kedua hal tersebut akan menyebabkan peningkatan tekanan bola mata atau
tekanan intra okuler (TIO) sehingga menimbulkan masalah PK (Potensial
Komplikasi) : Glaukhoma .Sedangkan penurunan kontraksi otot siliaris akan
menurunkan akomodasi mata sehingga dapat timbul masalah Risiko Cedera. Terakhir
dampak dari peningkatan kadar protein pada AH terhadap khoroid yaitu akan
menimbulkan gangguan vaskularisasi sehingga terjadi penurunan nutrisi ke retina
yang mengakibatkan penurunan fungsi retina sehingga muncul masalah Perubahan
Sensori-Persepsi : Penglihatan.
WOC :
Reaksi Antigen-Antibody

Dilatasi vaskuler uvea

Hiperemi

PK:Infeksi
Eksudasi ke Aqueus Humor,↑konsentrasi protein di Aqueus Humor

IRIS BADAN SILIARI KHOROID

Sinekia post/ant,suklusio pupil ↑Sekresi AH ↓Kontraksi otot siliaris Vskularisasi terganggu

Aliran aqueus humor terganggu ↓Akomodasi ↓Nutrisi retina

Akumulasi AH pd bilik mata belakang ↓ Fungsi retina

Iris terdorong kedepan ↑ TIO Risiko cedera

Odema iris PK :

Nyeri akut Glaukhoma


pe↓ kepekaan iris

Perubahan Sensori-Persepsi : penglihatan

4. TANDA DAN GEJALA


 Nyeri
 Fotofobia
 Pandangan kabur
 Mata merah
 Jaringan parut pd lensa
 Floating spot

5. PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan visus dgn Snellen Chart
 Pemeriksaan lapang pandang

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Oftalmoskopi : terlihat adanya pembentukan jaringan parut dan adesi ke lensa
 Tonografi : mengkaji TIO
 Pemeriksaan DL,LED (pe↑ leukosit menunjukan adanya infeksi)

7. KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan manifestasi klinis yang
muncul dan hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
 Kortikosteroid lokal
 Steroid topikal dan injeksi
 Steroid sistemik

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Data Subjektif : pasien mengatakan ”sakit pada mata”
“nyeri pd mata saat terkena cahaya”
“mata berair saat terkena cahaya”
“pandangan mata kabur”
“matanya merah dan perih”
Data Objektif : pasien tampak menghindar dari cahaya,menyipitkan
bahkan menutup mata saat terkena cahaya, meringis dan
mengeluarkan air mata saat kontak langsung dengan
cahaya, mata tampak merah pada pemeriksaan dengan
oftalmoskopi tampak jaringan parut dan adesi ke lensa
mata.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pohon masalah pada patofisiologi di atas dapat dirumuskan beberapa
diagnosa keperawatan yang mngkin muncul :
1. Nyeri Akut b.d odema iris d.d pasien mengatakan sakit pada mata,nyeri pada
mata saat terkena cahaya, mata berair saat terkena cahaya,pasien tampak
menghindar dari cahaya,meringis dan mengeluarkan air mata saat kontak
langsung dengan cahaya.
2. Perubahan Persepsi – Sensori : Penglihatan b.d kesalahan interpretasi sekunder
terhadap : penurunan kepekaan iris dan penurunan akomodasi d.d pasien
mengatakan pandangan mata kabur,pasien tampak menghindar dari cahaya,
menyipitkan bahkan menutup mata saat terkena cahaya,mengeluarkan air mata
saat kontak langsung dengan cahaya, pada pemeriksaan dengan oftalmoskopi
tampak jaringan parut dan adensi ke lensa mata.
3. Risiko terhadap cedera b.d kerusakan fungsi sensori penglihatan sekunder
terhadap penurunan akomodasi.
4. PK(Potensial Komplikasi): Infeksi
5. PK(Problem Kolaboratif): Glaukhoma

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a.Prioritas Diagnosa keperawatan:
Dari kelima Diagnosa Keperawatan yang muncul dapat ditentukan
prioritas diagnsa keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah
sbb :
1. Nyeri Akut b.d odema iris d.d pasien mengatakan sakit pada mata,nyeri pada
mata saat terkena cahaya, mata berair saat terkena cahaya,pasien tampak
menghindar dari cahaya,meringis dan mengeluarkan air mata saat kontak
langsung dengan cahaya
2. Perubahan Persepsi – Sensori : Penglihatan b.d kesalahan interpretasi sekunder
terhadap : penurunan kepekaan iris dan penurunan akomodasi d.d pasien
mengatakan pandangan mata kabur,pasien tampak menghindar dari cahaya,
menyipitkan bahkan menutup mata saat terkena cahaya,mengeluarkan air mata
saat kontak langsung dengan cahaya, pada pemeriksaan dengan oftalmoskopi
tampak jaringan parut dan adensi ke lensa mata
3. Risiko terhadap cedera b.d kerusakan fungsi sensori penglihatan sekunder
terhadap penurunan akomodasi
4. PK(Potensial Komplikasi): Infeksi
5. PK(Problem Kolaboratif): Glaukhoma

b. Rencana keperawatan
( Carpenito,2000 dan Wilkinson 2007)
1. Nyeri akut b.d odema iris
Tujuan : nyeri teratasi dengan menunjukan
tanda2 nyeri hilang atau terkontrol dan
penggunaan keterampilan relaksasi
Intervensi :
 Pantau berat ringan nyeri yang dirasakan dengan
menggunakan skala nyeri.

Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang diraskan


shg memudahkan pemberian intervensi.
 Anjurkan untuk menghindari penyebab dan pantau saat muncul
awitan nyeri
Rasional : menghindari pencetus nyeri merupakan
salah satu metode distraksi yang efektif.
 Delegatif dalam pemberian analgetik,kortikosteroid atau steroid
baik topical maupun lokal.
Rasional : membantu mengurangi efek kompresi akibat odem
atau pembengkakan iris

2. Perubahan Persepsi – Sensori : Penglihatan b.d kesalahan


interpretasi sekunder terhadap : penurunan kepekaan iris dan penurunan
akomodasi
Tujuan : ketajaman penglihatan dapat meningkat
dalam batas situasi individu.
Intervensi :
 Tentukan ketajaman penglihatan,catat apakah satu atau kedua
mata terlibat.
Rasional : untuk menentukan kebutuhan individu
terhadap pilihan intervensi karena antara
individu yang satu dan yang lainnya
kebutuhan intervensinya berbeda.
 Perhatikan tentang penglihatan kabur atau suram dan iritasi
mata
Rasional : untuk dapat memberikan intervensi yang tepat dan
mengurangi risiko cedera
 Letakkan barang2 yang dibutuhkan pasien dalam jangkauan
dan orientasikan letaknya
Rasional : memungkinkan pasien melihat objek lebih
mudah sehingga lebih mudah pula
menjangkaunya.
 Delegatif dalam pemberian obat2an sesuai indikasi
Rasional : obat2an yang diberikan biasanya akan
berefek untuk menurunkan sekresi aqueus
humor dan menurunkan TIO.

3. Risiko terhadap cedera b.d kerusakan fungsi sensori


penglihatan sekunder terhadap penurunan akomodasi
Tujuan : cedera tidak terjadi yang ditandai dengan
kemampuan pasien meningkatkan
kemampuan dan ketajaman penglihatan.
Intervensi :
 Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi
yang tidak sakit sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan tekanan pada mata yang sakit
dan meminimalkan mata berakomodasi
 Batasi aktivitas seperti menonton tv atau bekerja di depan
computer
Rasional : menurunkan memaksa otot siliaris
berkontraksi sehingga meningkatkan
kepekaan.
 Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
Rasional : melindungi mata dari cedera,kecelakaan,
dan menurunkan gerakan mata.
 Observasi adanya pembengkakan iris
Rasional : dapat merangsang timbulnya nyeri
sebagai salah satu faktor risiko terjadinya
cedera.
 Delegatif dalam pemberian therapy sesuai indikasi
Rasional : therapy ditekankan untuk meningkatkan
kemampuan kontraksi otot siliaris dan
penurunan TIO.
4. PK(Potensial Komplikasi): Infeksi
5. PK(Problem Kolaboratif): Glaukhoma

4. EVALUASI
Evaluasi perkembangan klien dapat dilihat dari pencapaian tujuan dari
rencana tindakan yang ditetapkan.Dalam hal ini pada kasus Uveitis
evaluasinya sbb:
1. Nyeri teratasi dengan menunjukan tanda2 nyeri hilang atau terkontrol dan
penggunaan keterampilan relaksasi.
2. Ketajaman penglihatan dapat meningkat dalam batas situasi individu
3. Cedera tidak terjadi yang ditandai dengan kemampuan pasien meningatkan
kemampuan dan ketajaman penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L. J. ( 2000 ) Diagnosa Keperawatan ,Edisi 6. Jakarta : EGC

Smeltzer S. C. (2002 )Keperawatan Medikal – Bedah Brunner&Suddarth.Jakarta:EGC

Sjamsuhidajat R.( 1997 ) Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta : EGC

Wilkinson M. J. ( 2007 ) Buku Saku Diagnosis Keperawatan .Jakarta : EGC

Você também pode gostar