Você está na página 1de 37

REFLEKSI KASUS

TRAUMA TUMPUL

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RS Bhayangkara Semarang

Disusun Oleh :
Darwati Wahyu D. 012116358
Fatimatuzzahra 30101306942
Dian Tunjung Wija A. 30101306916
Muthiatul Luthfi A. 30101307014
Naufal Khairullah H. 30101307021
Oris Wicaksono 30101307035
Pinda Ayu W. 30101307038

Pembimbing :
dr. Sofwan Dahlan, SpF

KEPANITERAAN KLINIK RS BHAYANGKARA


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

TRAUMA TUMPUL

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter

Disusun Oleh :
Darwati Wahyu D. 012116358
Fatimatuzzahra 30101306942
Dian Tunjung Wija A. 30101306916
Muthiatul Luthfi A. 30101307014
Naufal Khairullah H. 30101307021
Oris Wicaksono 30101307035
Pinda Ayu W. 30101307038

Semarang, 07 Juli 2014


Pembimbing,

dr. Sofwan Dahlan, SpF, SH

2
BAB I
PENDAHULUAN

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan
atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue) sedangkan logos berarti ilmu.
Jadi, pengertian yang sebenarnya dari traumatologi adalah ilmu yang mempelajari
semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang
masih hidup, juga mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan
berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kegunaannya selain untuk
kepentingan pengobatan juga dalam kepentingan forensik sebab dapat diaplikasikan
guna membantu penegak hukum dalam rangka membuat terang tindak pidana
kekerasan yang menimpa tubuh seseorang.1
Trauma merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Trauma
dalam bidang forensik sudah dikenal sejak lama. Pada masa Persia kuno telah dikenal
tingkat atau kualifikasi luka dan pemeriksaan yang dilakukan pada orang-orang yang
mengalami perlukaan. Aquillia (572 SM) menulis tentang perlukaan yang dapat
mematikan dan pendapat medis dalam menaksir kegawatannya. Bohn (1970) adalah
orang yang pertama kali membedakan luka ante mortem dan post mortem.2
Trauma merupakan salah satu penyebab kematian, baik kematian yang
mendadak atau tidak. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang teliti apakah perlukaan
pada seseorang dapat berakibat fatal atau tidak, dan ini merupakan poin penting untuk
membantu proses peradilan.
Trauma dikelompokkan berdasarkan sifatnya menjadi trauma mekanik, fisika dan
kimia.1
Trauma mekanik atau luka mekanik disebabkan oleh kekerasan benda tajam,
benda tumpul dan senjata api. Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau
senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang
dibuat manusia seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri,

3
benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia
mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini seperti
senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh dapat dibedakan
dari penyebabnya. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah
batu, besi, sepatu, tinju,lantai, jalan dan lain-lain.
Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :
 Tidak bermata tajam
 Konsistensi keras / kenyal
 Permukaan halus / kasar
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab, yaitu alat atau senjata yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang
bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal
kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan.3

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi Trauma
Trauma atau luka dari aspek medikolegal sering berbeda dengan
pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan
adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian
medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Trauma mekanik
terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat
manusia, trauma tumpul sendiri diakibatkan oleh benda yang memiliki
permukaan tumpul.4
II. Trauma Akselerasi dan Deselerasi
Trauma tumpul dapat diklasifikasikan menjadi dua mekanisme utama

yaitu cedera akselerasi (kompresi) dan cedera deselerasi

(perlambatan).Cedera akselerasi (kompresi) merupakan suatu kondisi

trauma tumpul langsung ke area abdomen atau bagian pinggang.Kondisi

ini memberikan menifestasi kerusakan vascular dengan respons

terbentuknya formasi hematom di dalam viseria. Cedera kompresi yang

kuat dapat juga mengakibatkan peningkatan tekanan transien intraluminal

yang memberikan respon adanya rupture pada organ di dalam abdomen.

Peningkatan tekanan transien inraabdomen adalah mekanisme umum

trauma tumpul yang mencederai usus kecil.

Cedera deselerasi adalah suatu kondisi di mana suatu peregangan yang

berlebihan memberikan manifestasi terhadap cedera intraabdomen.

5
Kekuatan peregangan secara longitudinal memberikan manifestasi rupture

(robek) pada struktur di persimpangan antara segmen intraabdomen.

Cedera deselerasi yang paling sering adalah cedera pada hepar sepanjang

ligamentum teres dan cedera lapisan intima arteri ginjal.Kondisi lain juga

akan memberikan manifestasi pergeseran usus besar, thrombosis, dana

cedera mesentrika disertai dengan cedera pada sistem vascular splanknik.

Kondisi cedera akselerasi memberikan berbagai masalah pada pasien

sesuai organ intraabdominal yang mengalami gangguan. Hal ini

memberikan implikasi kedaruratan klinis, respons sistemik, dan dampak

intervensi medis.11

III. Luka Akibat Trauma Tumpul


Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai
macam jenis luka, antara lain :
a. Memar (Kontusio)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit
akibat pecahnya kapiler dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka
yang ditandai oleh kerusakan jaringan tanpa disertai discontinuitas
permukaan kulit.1
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah
menjadi ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang
kemudian akan menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya
menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung
mulai dari tepi.5
Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita
kelainan darah, kerusakan yang terjadi akan lebih besar dibanding

6
orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat
dijadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda
penyebabnya atau keras tidaknya pukulan.1
Dilihat sepintas luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi
jika diperiksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaannya5 :
Memar Lebam Mayat
- Lokasi - Bisa dimana saja - Pada bagian terendah
- Pembengkakan - Positif - Negatif
- Bila ditekan - Warna tetap - Memucat / hilang
- Mikroskopik - Reaksi jaringan (+) - Reaksi jaringan (-)

b. Luka Lecet (Abrasi)


Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya
atau lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah :
 Bentuk luka tidak teratur
 Batas luka tidak teratur
 Tepi luka tidak rata
 Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
 Permukaan tertutup oleh krusta
 Warna coklat kemerahan
 Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian
yang masih tertutup epitel dan reaksi jaringan.1
Luka lecet dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang
terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam
lagi sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih
dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga
terjadi perdarahan.Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luka.Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang

7
pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua
adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan
ketidakteraturan benda yang mengenainya.4

 Perkiraan umur luka lecet:


Umur luka lecet secara nakroskopis maupun mikroskopis dapat
diperkirakan sebagai berikut:
- Hari ke 1 – 3 berwarna coklat kemerahan karena eksudasi
darah dan cairan limfe.
- 2-3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suram dan lebih
gelap.
- Setelah 1-2minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru.
- Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap.6
Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka
lecet mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran
Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat memberikan
banyak hal, misalnya:
i. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-
alat dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau
limpa, yang dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka
lecet di daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
ii. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda
tumpul yang menyebabkanluka, seperti :
- Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau
penggantungan, akan tampak sebagai suatu luka lecet
yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti
perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat
dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan
bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan

8
tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan
dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan “jejas
jerat”, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada
pada leher korban.
- Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh
korban terlindas oleh ban kendaraan, maka luka lecet
tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali
merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut,
khususnya bila ban masih dalam keadaan yang cukup
baik, dimana “kembang” dari ban tersebut masih
tampak jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar.
Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi
dari sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban
sangat bermanfaat di dalam penyidikan.
- Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata
menempel pada tubuh korban, akan memberikan
gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya
“jejas laras”, yang tidak lain merupakan luka lecet
tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat
memberikan informasi perkiraan dari bentuk moncong
senjata yang dipakai untuk menewaskan korban.
- Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual
strangulation), atau yang lebih dikenal dengan istilah
pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat
menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis lengkung
atau bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka
tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut
dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau
keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati

9
khususnya bila pada leher korban selain didapatkan
luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam
kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada
tidaknya kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban
dapat memberikan kejelasan apakah kasus yang
dihadapi itu merupakan kasus bunuh diri atau kasus
pembunuhan, setelah dicekik kemudian digantung.
- Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh
korban bersentuhan dengan radiator, maka dapat
ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan
dari bentuk radiator penabrak.
iii. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat
dimana kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi
luka; bila pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan
maka arah kekerasan yang mengenai tubuh korban adalah dari
arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan dimana
tubuh korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit
ari yang terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila tangan
korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki bila kaki
korban yang dipegang sewaktu korban diseret.7

Sesuai dengan mekanisme terjadinya luka lecet dapat


diklasifikasikan sebagai:
1. Luka lecet gores
Diakibatkan oleh benda runcing, misal kuku jari, yang
menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) dan
menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat
menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.

10
2. Luka lecet serut
Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya
dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan
dengan melihat letak tumpukan epitel.
3. Luka lecet tekan
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul terhadap kulit.
Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka
belum tentu sama dengan permukaan benda, tetapi masih
mungkin untuk mengidentifikasi benda penyebab yang
mempunyai bentuk khas, misal kisi-kisi radiator mobil, jejas
gigitan, dsb. Gambaran yang ditemukan adalah daerah kulit
yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya.
4. Luka lecet geser
Disebabkan oleh tekanan linier kulit disertai gerakan bergeser,
misalnya pada kasus gantung atau jerat. Luka lecet geser yang
terjadi semasa hidup sulit dibedakan dari luka lecet geser yang
terjadi segera pasca mati.5

Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem3

ANTE MORTEM POST MORTEM


1. Coklat kemerahan 1. Kekuningan

2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel 2. Epidermis terpisah sempurna


dari dermis
1. Tanda intravital (+)
3. Tanda intravital (-)
2. Sembarang tempat
4. Pada daerah yang ada
penonjolan tulang

11
c. Luka Robek (Lacerasi)
Luka robek (vulnus laceratum) / luka terbuka adalah luka yang
disebabkan karena persentuhan dengan benda tumpul dengan
kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di
bawahnya, yang ciri – cirinya sebagai berikut :
 Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
 Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagaian jaringan hancur)
 Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
 Di sekitar garis batas luka di temukan memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
(misalnya daerah kepala, muka atau ekstremitas). Karena terjadinya
luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari luka
tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika
benda tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan
pada kepala maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau
persegi.1

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat


menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran
balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip
untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi.
Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi
tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit
dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari
laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang
diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang
mengalami indentasi.

Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan


jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.

12
Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet
membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau.
Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi
yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah
awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar
juga menunjukkan arah awal kekerasan.

Bentuk dari laserasi tidak dapat menggambarkan bahan dari


benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan
jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya
jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak
harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk
semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang
sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan
“swallow tails”. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi
yang mirip.

Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi


tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya.
Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar
laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa.
Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan
bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali
tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran
luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar
dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises
meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.

Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit


ditentukan tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah
sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari.

13
Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan dengan yang
terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi


kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang
fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel
yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan
perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan
kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat
menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari
sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d’entree
tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang
sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri,
khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi
tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.
Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki
jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau
sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari
tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung,
aorta, hati dan limpa.

Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang
komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma
yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.4

d. Fraktur
Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada
bedah hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada
bedah, fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit atau
terbuka.

14
Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga
dipengaruhi beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-
anak tulangnya masih lunak, sehingga apabila terjadi trauma
khususnya pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak
yang hebat tanpa menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia
tua sering kali telah mengalami osteoporosis, dimana dapat terjadi
fraktur pada trauma yang ringan.
Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk
mengetahui ada tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan
menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto polos. Xero
radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.
Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk
dari fraktur dapat menggambarkan benda penyebabnya (khususnya
fraktur tulang tengkorak), arah kekerasan. Fraktur yang terjadi pada
tulang yang sedang mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur
biasanya. Jangka waktu penyembuhan tulang berbeda-beda setiap
orang. Dari penampang makros dapat dibedakan menjadi fraktur
yang baru, sedang dalam penyembuhan, sebagian telah sembuh, dan
telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan
berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat
dibedakan daerah yang fraktur dan daerah penyembuhan.
Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup
tinggi. Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi
seperti tulang aslinya.
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila
perdarahan sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang
hebat dan disfungsi organ tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh
darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan
lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat

15
berkurang. Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi
kehilangan darah yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok
sampai meninggal. Syok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah
selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya.
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan
lain. Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari
setelah terjadinya fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala
pada emboli lemak di paru berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-
16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan
kematian. Emboli sumsum tulang atau lemak merupakan tanda
antemortem dari sebuah fraktur.
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya
fraktur depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan
pembuluh darah yang dapat membuat hematom ekstra dural,
sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang
mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi
penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian.4

e. Kompresi
Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik
sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran
udara.4

f. Perdarahan
Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi,
fraktur, dan kompresi. Kehilangan 1/10 volume darah tidak
menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan ¼ volume darah
dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring.

16
Kehilangan ½ volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok
yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi
tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan
jenis perlukaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada
arteri besar yang terpotong, akan terjadi perdarahan banyak yang sulit
dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa
sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan
berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri besar
yang disebabkan oleh tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit
untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari dinding
pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah
diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko
dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.
Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat
apabila terjadi perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan
darah juga dapat menyebabkan perdarahan yang lama. Kondisi ini
terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan gangguan
pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi
antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak memiliki mekanisme
pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung memiliki
perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang
diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap
seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut
berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.4

17
IV. Akibat Kekerasan Benda Tumpul Pada Organ yang terkena
1. Kepala
Cedera Kepala pada Penutup Otak
Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan
paling luar disebut duramater, atau sering dikenal sebagai dura.
Lapisan ini tebal dan lebih dekat berhubungan dengan tengkorak
kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan dura terdapat ruang
yang disebut ruang epidural atau ekstradural. Ruang ini penting dalam
bidang forensik.
Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater.
Lapisan ini sangat rapuh, melekat pada otak dan meluas masuk ke
dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan ini tidak terlalu penting dalam
bidang forensik.
Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia
mater disebut arakhnoid. Ruang yang dibentuk antara lapisan dura
mater dan arakhnoid ini disebut ruang subdural. Kedalaman ruang ini
bervariasi di beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada
ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural.
Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang
epidural, subdural atau ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.

Perdarahan Epidural (Hematoma)


Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada
tulang tengkorak. Apabila fraktur mengenai jalinan pembuluh darah
kecil yang dekat dengan bagian dalam tengkorak, umumnya arteri
meningea media, dapat menyebabkan arteri terkoyak dan terjadi
perdarahan yang cepat. Kumpulan darah akhirnya mendorong lapisan
dura menjauh dari tengkorak dan ruang epidural menjadi lebih luas.
Akibat dari lapisan dura yang terdorong ke dalam, otak mendapatkan

18
kompresi atau tekanan yang akhirnya menimbulkan gejala-gejala
seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran bertahap mulai dari letargi,
stupor dan akhirnya koma. Kematian akan terjadi bila tidak dilakukan
terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala
sampai munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural
disebut sebagai “lucid interval”

Perdarahan Subdural (Hematoma)


Perdarahan ini timbul apabila terjadi “bridging vein” yang
pecah dan darah berkumpul di ruang subdural. Perdarahan ini juga
dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di bawahnya.
Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka “lucid
interval” juga lebih lama dibandingkan perdarahan epidural, berkisar
dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jumlah perdarahan pada
ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan
perdarahan subdural yang fatal.
Tidak semua perdarahan epidural atau subdural bersifat letal.
Pada beberapa kasus, perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran
yang dapat menyebabkan kompresi pada otak, sehingga hanya
menimbulkan gejala-gejala yang ringan. Pada beberapa kasus yang
lain, memerlukan tindakan operatif segera untuk dekompresi otak.
Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan
terjadinya pembekuan pada perdarahan. Pembentukan skar dimulai
dari sisi dura dan secara bertahap meluas ke seluruh permukaan
bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah mengalami degradasi.
Hasil akhir dari penyembuhan tersebut adalah terbentuknya jaringan
skar yang lunak dan tipis yang menempel pada dura. Sering kali,
pembuluh dara besar menetap pada skar, sehingga membuat skar
tersebut rentan terhadap perlukaan berikutnya yang dapat

19
menimbulkan perdarahan kembali. Waktu yang diperlukan untuk
penyembuhan pada perdarahan subdural ini bervariasi antar individu,
tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap individu sendiri.
Hampir semua kasus perdarahan subdural berhubungan dengan
trauma, meskipun dapat tidak berhubungan dengan trauma. Perdarahan
ini dapat terjadi pada orang-orang dengan gangguan mekanisme
pembekuan darah atau pada pecandu alcohol kronik, meskipun tidak
menyebabkan perdarahan yang besar dan berbahaya. Pada kasus-kasus
perdarahan subdural akibat trauma, dapat timbul persarahan kecil yang
tidak berisiko apabila terjadi pada orang normal. Akan tetapi, pada
orang-orang yang memiliki gangguan pada mekanisme pembekuan
darah, dapat bersifat fatal.
Ada kalanya juga perdarahan subdural terjadi akibat perluasan
dari perdarahan di tempat lain. Salah satu contohnya adalah
perdarahan intraserebral yang keluar dari substansi otak melewati pia
mater, kemudian masuk dan menembus lapisan arakhnoid dan
mencapai ruang subdural.

Perdarahan Subarakhnoid
Penyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan
terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu yang disebabkan trauma dan
yang tidak berhubungan dengan trauma. Penyebabnya antara lain:
1. Nontraumatik:
a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak
b. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki
subarakhnoid
2. Traumatik:
a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang
akhirnya menyebabkan perdarahan subarakhnoid

20
b. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada
tulang servikal yang menyebabkan robeknya arteri
vertebralis
c. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar
otak yang diakibatkan gerakan hiperekstensi yang tiba-
tiba dari kepala.
Arteri yang lemah dan membengkak seperti pada aneurisma,
sangat rapuh dindingnya dibandingkan arteri yang normal. Akibatnya,
trauma yang ringan pun dapat menyebabkan ruptur pada aneurisma
yang mengakibatkan banjirnya ruang subarakhnoid dengan darah dan
akhirnya menimbulkan disfungsi yang serius atau bahkan kematian.
Yang menjadi teka-teki pada bagian forensik adalah, apakah
trauma yang menyebabkan ruptur pada aneurisma yang sudah ada,
atau seseorang mengalami nyeri kepala lebih dahulu akibat mulai
pecahnya aneurisma yang menyebabkan gangguan tingkah
laku berupa perilaku mudah berkelahi yang berujung pada trauma.
Contoh yang lain, apakah seseorang yang jatuh dari ketinggian tertentu
menyebabkan ruptur aneurisma, atau seseorang tersebut mengalami
ruptur aneurisma terlebih dahulu yang menyebabkan perdarahan
subarakhnoid dan akhirnya kehilangan kesadaran dan terjatuh. Pada
beberapa kasus, investigasi yang teliti disertai dengan otopsi yang
cermat dapat memecahkan teka-teki tersebut.
Perdarahan subarakhnoid ringan yang terlokalisir dihasilkan
dari tekanan terhadap kepala yang disertai goncangan pada otak dan
penutupnya yang ada di dalam tengkorak. Tekanan dan goncangan ini
menyebabkan robeknya pembuluh-pembuluh darah kecil pada lapisan
subarakhnoid, dan umumnya bukan merupakan perdarahan yang berat.
Apabila tidak ditemukan faktor pemberat lain seperti kemampuan

21
pembekuan darah yang buruk, perdarahan ini dapat menceritakan atau
mengungkapkan tekanan trauma yang terjadi pada kepala.
Jarang sekali, tamparan pada pada sisi samping kepala dan
leher dapat mengakibatkan fraktur pada prosesus lateralis salah satu
tulang cervical superior. Karena arteri vertebralis melewati bagian atas
prosesus lateralis dari vertebra di daerah leher, maka fraktur pada
daerah tersebut dapat menyebabkan robeknya arteri yang
menimbulkan perdarahan masif yang biasanya menembus sampai
lapisan subarakhnoid pada bagian atas tulang belakang dan akhirnya
terjadi penggenangan pada ruang subarakhnoid oleh darah. Aliran
darah ke atas meningkat dan perdarahan meluas sampai ke dasar otak
dan sisi lateral hemisfer serebri. Pada beberapa kasus, kondisi ini sulit
dibedakan dengan perdarahan nontraumatikyang mungkin disebabkan
oleh ruptur aneurisma.
Tipe perdarahan subarakhnoid traumatik yang akan
dibicarakan kali ini merupakan tipe perdarahan yang massif.
Perdarahan ini melibatkan dasar otak dan meluas hingga ke sisi lateral
otak sehingga serupa dengan perdarahan yang berhubungan dengan
aneurisma pada arteri besar yang terdapat di dasar otak.Akan tetapi,
pada pemeriksaan yang cermat dan teliti, tidak ditemukan adanya
aneurisma, sedangkan arteri vertebralis tetap intak. Penyebab
terjadinya perdarahan diduga akibat pecahnya pembuluh darah
berdinding tipis pada bagian bawah otak, serta tidak terdapat
aneurisma. Terdapat 2 bukti, meskipun tidak selalu ada, yang bisa
mendukung dugaan apakah kejadian ini murni dimulai oleh trauma
terlebih dahulu. Bukti pertama yaitu adanya riwayat gerakan
hiperekstensi tiba-tiba pada daerah kepala dan leher, yang nantinya
dapat menyebabkan kolaps dan bahkan kematian.

22
Kontusio otak
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai
daerah abu-abu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih
otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat
penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan
terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya
pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk
cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang
menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua
terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio
tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan
menyebabkan adanya fokus epilepsi.
Yang harus dipertimbangan adalah lokasi kontusio tipe
superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal
ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan
komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium,
dan otak.
Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu
atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi,
kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau
tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini
terjadi saat kepala relatif tidak bergerak.
Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana
kepala yang bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada
keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat
serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala
yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma

23
melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-
coup.
Pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma.
Karena foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe
kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang ada., diagram dapat
menjelaskan hubungan trauma yang terjadi. Kadang dapat terjadi hal
yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan terkena benda
yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras
lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur,
membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya
mengenai daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak,
dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ‘ball
hemorrhages’ sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat
serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi.
Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler
dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke.
Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau
tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat
membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan
perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan
dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang
dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan
serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri
vena. Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai
riwayat hipertensi.
Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala.
Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah ‘foam cone’ busa

24
berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut
dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit
jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung
tidak membuktikan adanya trauma kepala.4,8
2. Leher
Dapat berakibat :

 Patah tulang leher

 Robek pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx

 Kerusakan saraf

3. Dada
Dapat berakibat :

 Patah os costae, os. sternum, os. scapula, os. clavicula

 Robek organ jantung, paru, pericardium

4. Perut
Dapat berakibat :

 Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro


iliaca

 Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus,


kandung seni

5. Tulang Belakang (Vertebra)


Dapat berakibat : Fraktura, dislokasi os vertebrae

Dapat karena :

1. Trauma langsung

2. Tidak langsung karena tarikan / tekukan

25
6. Anggota Gerak
Dapat berakibat :

 Patah tulang, dislokasi sendi

 Robek otot, pembuluh darah, kerusakan saraf 4,8

V. Akibat Trauma
1. Aspek medik
Konsekuensi dari luka yang di timbulkan oleh trauma dapat berupa :
a. Kelainan fisik / organic
Bentuk dari kelainan fisik atau organic ini dapat berupa :
 Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
 Hilangnya sebagaian atau seluruh organ tertentu.
b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu.
Bentuk dari gangguan fungsi tergantung dari organ atau bagaian
tubuhyang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara
lain lumpuh,buta, tuli atau terganggunya fungsi organ- organ
dalam.
c. Infeksi
Kulit atau membrane mukosa merupakan barier terhadap infeksi.
Bila kulit atau membrane tersebut rusak maka kuman akan masuk
lewat pintu ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar
atau bahkan irritasi akibat benda yang terkontaminasi oleh koman.
Jenis kuman dapat berupa streptococcus, staphylococcus, echeria
coli, proteus vulgaris, clostridium tetani serta kuman yang
menyebabkan gas gangren.

26
d. Penyakit
Trauma sering dianggap sebagai faktor resiko terjadinya penyakit
jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih
dalam kontroversi.
e. Kelainan psikis
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak,
kemungkinan dapat menjadi faktor resiko bagi terjadinya kelainan
mental yang spketrumnnya amat luas; yaitu dapat berupa
compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia praecox
primer (schizophrenia), manic depressive atau psikosis.
Kepribadian serta potensi individu untuk terjadinya reaksi mental
yang abnormal merupakan factor utama timbulnya gangguan
mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan.
Oleh sebab itu pada setiap gangguan mental post-trauma perlu
dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri atas latarbelakang
mental dan emosi serta nilai relative bagi yang bersangkutan atas
jaringan atau organ yang terkena trauma. Secara umum dapat
diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atau
organ dengan psikosis post trauma di dasarkan atas :
- Keadaan mental benar –benar sehat sebelum trauma
- Trauma telah merusak susunan syaraf pusat
- Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam
kehidupan seseorang.
- Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur
dan fungsinya dapat mempengaruhi emosi organ
genital, payudara, mata,tangan atau wajah.
- Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan
- Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal

27
- Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelkaan)
yang menimpanya.9
2. Aspek yuridis
Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik
disertai atau tidak disertai diskontuinitas permukaan kulit) akibat
trauma maka dari sudut hukum, luka merupakan kelainan yang dapat
disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat intensional
(sengaja), reckless (ceroboh) atau negligence (kurang hati–hati). Untuk
menentukan berat-ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu
berat ringannya luka. Kebijakan hukum pidana didalam penentuan
berat ringannya luka tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap :
- Kesehatan jasmani
- Kesehatan rohani
- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan
- Estetika jasmani
- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian
- Fungsi alat indera.1,9

VI. Derajat Luka


1. Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
pencahariannya.
2. Luka sedang adalah luka yang dapat menimbulkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
pencaharian untuk sementara waktu.
3. Luka berat adalah luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal
90KUHP, yang terdiri atas :

28
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan
sempurna lebih ditujukan pada fungsinya.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
Memiliki potensial untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah
diobati dapat sembuh.
c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencariaanya. Luka yang dari sudut medik tidak
membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat dikategorikan
sebagai luka berat. Contonya trauma pada tangan kiri pemain
biola atau pada wajah seorang peragawati dapat dikatagorikan
luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan
pekerjaanya tersebut selamanya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera.
i. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilngan
pendengran satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan
indera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat
berdasarkan butir (1) di atas.
e. Cacat besar
f. Lumpuh.
g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan
daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat
juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan
jiwa lainnya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Keguguran
ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya yaitu, tidak didahului oleh
proses yang sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika
melahirkan. Sedang kematian janin mengandung pengertian
bahwa janin tidak lagi menunjukan tanda– tanda hidup. Tidak
dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut ibunya..

29
BAB III
REFLEKSI KASUS
PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
NO: 73/VeR /VII/2017

Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Semarang Timur melalui suratnya
tanggal 8 Juli tahun 2017, Nomor polisi: A/33/VII/2017/RESKRIM, yang
ditandatangani oleh Soedradjat, SH pangkat IPDA, NRP 6234177 dan diterima pada
tanggal 8 Juli tahun 2017, pukul19.30 WIB maka dengan ini saya dr.Anang, sebagai
dokter yang bekerja pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menerangkan bahwa
pada tanggal 8Juli 2017 jam 20.28 WIB, di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Bhayangkara Semarang telah memeriksa serta merawat orang, yang berdasarkan surat
permintaan tersebut di atas dan telah dibenarkan oleh yang bersangkutan
bernamaTeguh Aditya, umur15 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan pelajar,
alamat Kudu Penggaron Lor, diduga telah mengalami peristiwa penganiayaan fisik.---

HASIL PEMERIKSAAN:----------------------------------------------------------------------
Dari pemeriksaan yang telah saya lakukan, ditemukan fakta-fakta sebagai berikut: ----
A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN --------------------------------------------------------
Tanggal : dua puluh delapan bulan Juni tahun dua ribu empat belas-------------
1. Identitas Umum :-------------------------------------------------------------------------
a. Panjang badan : seratus tujuh puluh dua sentimeter-----------------------------------
b. Berat badan : enam puluh tiga kilogram ------------------------------------------------
c. Umur : antara empat puluh sampai empat puluh lima tahun -------------------------
d. Warna kulit : hitam-------------------------------------------------------------------------
e. Ciri rambut : ikal, berwarna hitam-------------------------------------------------------
f. Keadaan gizi : cukup, indeks massa tubuh delapan belas koma lima---------------

30
2. Identitas Khusus:-----------------------------------------------------------------------------
a. Tato : dahi kanan terdapat sebuah tato seperti coret-coretan-------------------------
b. Jaringan parut : tidak ada------------------------------------------------------------------
c. Cacat fisik : tidak ada----------------------------------------------------------------------
d. Pakaian : --------------------------------------------------------------------------------
 sebuah kaos lengan pendek, bahan katun, warna biru, dengan merek
“RDM DENIM”, ukuran M, di bagian depan baju terdapat tulisan
“LEVI’S SAN FRANCISCO” berwarna oranye. ----------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------
 sebuah sarung berbahan kain, warna hijau, dengan merek “MAS”
ukuran M.-------------------------------------------------------------------------
 sepasang sendal jepit, berbahan karet, warna hitam, merk “NIKKO”,
ukuran empat puluh---------------------------------------------------------------
f. Ciri – ciri lain : tidak ada-----------------------------------------------------------------

B. Keadaan Umum------------------------------------------------------------------------------
a. Kesadaran : sadar penuh -----------------------------------------------------------------
b. Denyut nadi : Delapan puluh dua kali per menit--------------------------------------
c. Pernafasan : Dua puluh dua kali per menit --------------------------------------------
d. Tekanan darah : Seratus dua puluh per delapan puluh milimeter air raksa--------
e. Suhu badan : tiga puluh enam koma lima derajat selsius-----------------------------

C. Kelainan-kelainan fisik :--------------------------------------------------------------------


1. Permukaan Kulit Tubuh :-------------------------------------------------------------------
a. Kepala :-------------------------------------------------------------------------------------
- Daerah berambut : ditemukan sebuah luka memar pada daerah di belakang
telinga tujuh sentimeter dari lubang telinga kiri dengan ukuran panjang satu

31
sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, batas tidak tegas, warna
kemerahan, tidak ada kelainan di sekitar luka--------------------------------------
- Wajah : tidak ada tanda tanda kekerasan--------------------------------------------
b. Leher : tidak ada tanda tanda kekerasan------------------------------------------------
c. Bahu : tidak ada tanda tanda kekerasan-------------------------------------------------
d. Dada : tidak ada tanda tanda kekerasan-------------------------------------------------
e. Punggung : tidak ada tanda tanda kekerasan-------------------------------------------
f. Perut :tidak ada tanda tanda kekerasan-------------------------------------------------
g. Bokong : tidak ada tanda tanda kekerasan---------------------------------------------
- Dubur : tidak ada tanda tanda kekerasan--------------------------------------------
- Lingkaran dubur : tidak ada tanda tanda kekerasan-------------------------------
- Liang dubur : tidak ada tanda tanda kekerasan-------------------------------------
g. Anggota gerak : ----------------------------------------------------------------------------
- Anggota gerak atas : tidak ada tanda kekerasan. ----------------------------------
- Anggota gerak bawah : tidak ada tanda kekerasan. -------------------------------
2. Bagian Tubuh tertentu:---------------------------------------------------------------------
1. Mata :----------------------------------------------------------------------------------------
o Alis mata : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
o Bulu mata : tidak ada kelainan------------------------------------------------------
o Kelopak mata : tidak ada kelainan--------------------------------------------------
o Selaput kelopak mata : tidak ada kelainan-----------------------------------------
o Selaput biji mata : kanan dan kiriberwarna putih---------------------------------
o Selaput bening mata : kanan dan kiri bening--------------------------------------
o Manik mata : kanan dan kiri diameter lima milimeter---------------------------
o Pelangi mata : kanan dan kiri berwarna hitam, terdapat lingkaran penuaan--
2. Hidung :-------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk hidung : tidak ada kelainan-------------------------------------------------
o Permukaan kulit hidung : tidak ada kelainan--------------------------------------
o Lubang Hidung : tidak ada kelainan------------------------------------------------

32
3. Telinga :-------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk telinga : tidak ada kelainan-------------------------------------------------
o Permukaan daun telinga : tidak ada kelainan--------------------------------------
o Lubang telinga : tidak ada kelainan-------------------------------------------------
4. Mulut : --------------------------------------------------------------------------------------
o Bibir atas : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
o Bibir bawah : terdapat sebuah luka lecet di bibir bawah sebelah kiri dengan
ukuran panjang nol koma lima sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter,
bentuk teratur, berbatas tegas, berwarna putih kemerahan, tidak ada
kelainan disekitar luka----------------------------------------------------------------
o Selaput lendir mulut : tidak ada kelainan------------------------------------------
o Lidah : tidak ada kelainan------------------------------------------------------------
o Gigi – geligi :--------------------------------------------------------------------------
- Gigi rahang atas : lengkap, sudah tumbuh gigi molar tiga kanan dan kiri--
- Gigi rahang bawah : lengkap, sudah tumbuh gigi molar tiga kanan dan
kiri----------------------------------------------------------------------
o Langit – langit mulut : tidak ada kelainan-----------------------------------------
5. Alat kelamin : laki-laki------------------------------------------------------------------
o Pelir: tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------
o Kantung pelir: tidak ada kelainan---------------------------------------------------
o Biji pelir: tidak ada kelainan---------------------------------------------------------
o Pertumbuhan rambut: tidak ada kelainan------------------------------------------

A. FAKTA YANG DIALAMI SELAMA PERAWATAN:---------------------------


A. Fakta berupa akibat : tidak ada-----------------------------------------------------
B. Fakta berupa tindakan medik : tidak ada-----------------------------------------

33
B. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TERAKHIR:-------------------------------------
1. Fakta yang berkaitan dengan kondisi jasmaniah :-------------------------------
2. Fakta yang berkaitan dengan pekerjaannya : Tidak menimbulkan halangan
dalam menjalani pekerjaannya-------------------------------------------------

KESIMPULAN:-----------------------------------------------------------------------------------
Dari fakta-fakta yang saya temukan sendiri dari pemeriksaan atas orang tersebut,
maka saya simpulkan bahwa telah diperiksa seorang laki-laki, umur lima belas tahun,
sadar penuh, keadaan umum baik, ditemukan luka memar di belakang telingadan luka
lecet di bibir akibat kekerasan benda tumpul yang tidak menimbulkan halangan dalam
pekerjaannya sebagai pelajar.--------------------------------------------------------------------

PENUTUP:-----------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya dengan
mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter.-----------------------------

Semarang, 8 Juli 2017


Dokter yang memeriksa,

dr. Angga

34
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis yang telah dilakuan identitas pasien seorang laki-laki S
berumur 15 tahun, telah mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku yang
menghadang korban dijalan. Pelaku lebih dari 1 orang melakukan penganiayaan
dengan menggunakan tangan kepada korban saat korbandimintai sejumlah uang,
namun menolak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tingkat kesadaran penuh dan
keadaan umum baik, didapatkan tanda-tanda kekerasan berupa luka memar dan lecet.
Luka memar ditemukan di bagian belakang telinga tujuh sentimeter dari lubang
telinga kiri dengan ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter,
batas tidak tegas, warna kemerahan, tidak ada kelainan di sekitar luka. Terdapat
sebuah luka lecet di bibir bawah sebelah kiri dengan ukuran panjang nol koma lima
sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, bentuk teratur, berbatas tegas, berwarna
putih kemerahan, tidak ada kelainan disekitar luka. Kedua luka tersebut kemungkinan
diakibatkan kekerasan benda tumpul, karena ciri-ciri bentuk luka akibat benda tumpul
secara umum sama dengan luka pada pasien yaitu bentuk luka yang tidak teratur,
batas luka yang tidak tegas dan tepi luka yang tidak rata. Pasien masih bisa
melaksanakan pekerjaaannya dan luka pada pasien dapat sembuh sempurna tanpa
meninggalkan cacat.

35
BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seorang laki-laki,


15 tahun,ditemukan memar di belakang telinga dan luka lecet di bibir bawah akibat
kekerasan benda tumpul yang tidak menimbulkan halangan dalam pekerjaannya
sebagai pelajar dan luka dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan bekas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan Pertama semarang :


Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.
2. Anonim; http//www.traumatologi.webs.com
3. Apuranto Hariadi. Luka Akibat Benda Tumpul. Diunduh
dari http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/…/LUKA%20TUMPU
L.pdf
4. Traumatologi Forensik. Diunduh
dari http://www.freewebs.com/traumatologie2/index.htm
5. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik.
FK-UI. Jakarta. 1997.
6. Anonim;http://blogkputih.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-luka-luka-
rusaknya-jaringan.html
7. Anonim; http://karikaturijo.blogspot.com/2010/06/diskripsi-luka-
forensik.htmlDikutip dari: www.fk.uwks.ac.id
8. Mansjoer A, dkk. Traumatologi. Dalam Kapita Selekta Kedokteran , ed 3.
Jilid kedua. Media Aeskulapius. FK-UI.2000
9. Amir A. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, ed 2. Bagian Ilmu kedokteran
Forensik dan Medikolegal FK-USU. Medan. 2007.

36
10. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum et Repertum. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2008.
11. Muttaqin, Arif, Kumala Sari. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Salemba medika. Jakarta.2011.
12.Nugraha, A. 2006. Kecelakaan. Sumber: KepMen Pertambangan dan Energi
No. 555.K/26/M.PE/1995.

37

Você também pode gostar