Você está na página 1de 38

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN

INFEKSI

Disusun oleh:

Sasmika

NIM. P07224316034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN

TAHUN 2O17
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan Rahmat,
Karunia, Taufiq dan Hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan Infeksi dengan baik sebagai media pembelajaran
dalam ilmu kebidanan dengan mengutip beberapa referensi. Penyusun berterimakasih
kepada rekan sejawat yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.

Penyusun berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
laporan yang telah dibuat dimasa yang akan datang. Penyusun juga berharap laporan
ini dapat berguna bagi orang banyak. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya.

Samarinda, 16 September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 1


BAB I ....................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3
Latar Belakang .......................................................................................................... 3
Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 5
A. Pengertian Infeksi Neonatus .............................................................................. 5
B. Klasifikasi ............................................................................................................. 6
C. Etiologi ............................................................................................................... 8
D. Tanda dan gejala ................................................................................................ 9
E. Menifestasi klinis non-spesifik pada Bayi Baru Lahir ..................................... 10
F. Patofisiologi ..................................................................................................... 11
G. Komplikasi : ....................................................................................................... 13
H. Faktor Resiko ...................................................................................................... 13
I. Penatalaksanaan .............................................................................................. 13
J. Pencegahan Infeksi Pada Neonatus ..................................................................... 13
B. Konsep Dasar ManajemenAsuhan Kebidanan BBL dengan Sepsis Neonatorum .. 15
PENGKAJIAN ........................................................................................................ 15
BAB III .................................................................................................................................. 24
TINJAUAN KASUS............................................................................................................ 24
BAB IV .................................................................................................................................. 33
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 33
BAB V ................................................................................................................................... 34
PENUTUP ............................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 37
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%)


dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga
kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal
disebabkan infeksi seperti: infeksi, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan
diare. (Imral chair, 2007).
Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi 13-50%
dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi
infeksi neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia,
gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).
Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya
morbiditas dan mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi
in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan
pertama kehidupan. Lesi radang ditemukan pada sekitar 25% otopsi bayi baru lahir,
lesi-lest tersebut frekwnsinya menduduki tempat kedua sesudah penyakit membrane
hialin.
Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan
penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan
terhadap infeksi.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan
fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang
efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah
terkena infeksi neonahgtorum. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga
meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003).
Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum
sehingga gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL
tersebut di atas adalah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi
pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba menurun, muntah dan diare.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Dari Infeksi Pada Neonatus?


2. Apa Penyebab Dari Infeksi Pada Neonatus?
3. Bagaimana Tanda Dan Gejala Infeksi Pada Neonatus?
4. Bagaimana Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus?
5. Bagaimana Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Definisi Infeksi Pada Neonatus


2. Untuk Mengetahui Penyebab Infeksi Pada Neonatus
3. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala Infeksi Pada Neonatus
4. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus
5. Untuk Mengetahui Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Neonatus

Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa neonatal,
intranatal dan postnatal.Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum
generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke
seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh
tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke
arah septisemia dan syok septik. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi
yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1%
bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir.
Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat
badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada
lebih dari 50% kasus, infeksi mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Infeksi yang baru timbul
dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial
(infeksi yang didapat di rumah sakit).

 Pembagian Inkfesi:
1. Inkfesi Dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan
amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Inkfesi lanjutan/nosocomial
yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan
pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami
komplikasi.

B. Klasifikasi
1. Infeksi berat (Major Infection)
a. Sifilis Congenital
Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang di sebabkan oleh
Treponemapallidum. Akibat sifilis terhadap ibu dan janin tergantung pada berat
infeksi pada ibu, bilamana pada masa kehamilan terjadi infeksi, pengobatan
yang diberikan selama hamil infeksi pada janin timbul sesudah kehamilan 14
minggu karena spirokaeta tidak dapat melintasi lapisan sel langhans pada
placenta muda.
b. Sepsis neonatorum
Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal. Sepsis merupakan
keberadaaan mikroorganisme atau toksinnya di dalam darah atau jaringan
lainnya.
c. Meningitis
Biasanya di dahului sepsis, penyebab utamanya adalah E. Colli
pneumokokus, stafilococcus, dan sebagainya.
d. Pneumonia congenital
Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnion
yang septic. Pneumonia harus dicurigai kalau ketuban pecah lama, air ketuban
keruh berbau, dan terdapat kesulitan bernafas pada saat bayi baru lahir.
e. Pneumonia aspirasi
Terjadi pada masa post natal, merupakan penyebab kematian utama
pada BBLR, terjadi aspirasi pada saat pemberian makanan karena reflek
menelan dan batuk yang belum sempurna.
g. Pneumonia stafilokokus
Biasanya terjadi pada neonatus yang lahir di rumah sakit.
Penyebabnya yaitu stafilokokus yang terdapat di suatu tempat di badan,
kemudian menyebar ke paru.
h. Diare epidemic
Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi, disebabkan oleh
salmonelasisi, gastroenteristis E. Colli yang bersifat pathogen.
i. Pidonefritis
Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
j. Ostitis akut
Disebabkan oleh metatastis sarang infeksi stafilokokus
k. Tetanus nenatorum
Disebabkan oleh clostridium tetani nyang bersifat anaerob dan
mengeluarkan eksotopin yang neurotropik.
2. Infeksi ringan
a. Pemfrigus neonatorum
Gelembung jernih yang kemudian berisi nanah lalu kemudian di
kelilingi daerah kemerahan pada kulit disebabkan oleh stafilokokus.
Gelembung ini dapat terjadi berupa ganda menyebabkan gejala-gejala umum
yang berat, kadang-kadang kulit terkelupas dna terjadu dermatitis.
b. Oftalmia neonatorum
Infeksi ogenokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir.
Selain itu penyakit ini dapat ditularkan melalui tangan perawat yang kadang
terkontaminasi kuman.
c. Infeksi pusat
Disebabkan oleh stafilokokus aereus sehingga menimbulkan nanah,
edema dan kemerahan pada ujung pusat.
d. Moniliasis kandida albikans
Merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi yang dapat
menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain. Jamur ini secara cepat
menimbulkan infeksi ketika daya tahan tubuh bayi turun.

C. Etiologi
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti escherichia
coli,pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus aureus, dan coccus
gonococcus. Infeksi ini bisa terjadi pada saat antenatal, intranatal, dan postnatal.

1. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh
janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan akhirnya
ke dalam sirkulasi darah umbilikus. Berikut adalah kuman yang menginvasi
ke dalam janin.
Ø Virus: rubella, poliomielitis, variola,vaccinia,coxsackie,dan
cytomegalic inclusio.
Ø Spirochaeta: terponema palidum
Ø Bakteri : E.coli dan listeria monocytoganes

2. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika
mikroorganisme masuk dari vagina, lalu naik dan kemudian masuk ke dalam
rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban yang pecah
lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis dan
amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah, yaitu
pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina, termasuk periksa
dalam dan kromilage(melebarkan jalan lahir dengan jari tangan penolong
).infeksi dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang
berasal dari vagina, misalnya pada blennorhoe.
3. Infeksi postnatal
Infeksi pada periode ini dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,
misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril,
tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang,
misalnya pada neonatus neonatorum, omfalitis dan lain-lain.

D. Tanda dan gejala


Gejala ini yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal
adalah sebagai berikut.

1. Bayi malas minum


2. Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi
3. Frekuensi pernapasan meningkat
4. Berat badan menurun
5. Pergerakan kurang
6. Muntah
7. Diare
8. Sklerema dan udema
9. Perdarahan, ikterus, dan kejang
10. Suhu tubuh dapat normal, hipotermi atau hipertermi

Gambar. Tanda dan gejala pada bayi yang mengalami infeksi perinatal
E. Menifestasi klinis non-spesifik pada Bayi Baru Lahir

a) Demam, hipotermia, “tidak merasa baik”, tidak mau makan, sklerema


b) Sistem Gastrointenstinal
c) Perut kembung, muntah, diare, hepatomegaly
d) Sistem Pernafasan
e) Apnea, disapnea, takipnea, retraksi flsring, grunting sianosis
f) Sistem Ginjal
g) Oliguria
h) Sistem Kardiovaskuler
i) Pucat, mottling, dingin, kulit lembab, takikardi, hipotensi, bradikardi
j) Sistem saraf pusat
k) Iritabilitas, lesu, tremor, kejang-kejang, hiporefleksia, hipotania, reflex moro
abnormal pernafasan tidak teratur, fontanela menonjol, tangisan nada tinggi.

Gejala dari infeksi neonatus juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
i. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya
nanah atau darah dari pusar.
ii. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak
menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh
melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
iii. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya
pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena.
iv. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan
kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena terabahangat.
v. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan
pembengkakan perut dan diare berdarah.
F. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endoskrin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolic yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
fungsi jaringan, asidosis metabolic dan syok. Yang menyebabkan disseminated
Intravaskuler Coagulation (DIC) dan kematian.

 Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum


berasal dari tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal
a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c) Kurangnya perawatan prenatal
d) Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur selama persalinan

2. Faktor Neonatatal
a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan
lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan
kulit.
b) Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi
perempuan, menegaskan kemungkinan adanya faktor-faktor seks dan
kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir, terutama jika melibatkan intubasi
endotrakea, pemasukan kateter pembuluh darah umbilicus, atau keduanya,
dihubungkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri, hal ini kemungkinan
berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada saat lahir

3. Faktor Lingkungan
a) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah
sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi
parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang
luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum
luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi
olehE.colli.
G. Komplikasi :
a) Meningitis
b) Hipoglikemia, asidosis metabolic
c) Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial
d) ikterus/kernicterus

H. Faktor Resiko
1. BBLR
2. Ketuban pecah dini (12 jam)
3. Ibu demam
4. Cairan amnion keruh, berbau
5. Resusitasi
6. Kembar
7. Prosedur invasif
8. Sosio-ekonomi rendah

I. Penatalaksanaan
1. Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang
2. Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin
3. Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit
4. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur
miring ke kiri atau kanan
5. Apabila diare, perhatikan personal higine dan keadaan lingkungan
6. Rujuk segera ke rumah sakit, lakukan informed consent pada keluarga

J. Pencegahan Infeksi Pada Neonatus


Cara pencegahan pada neonatus dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai dari :
1. Cara umum periode antenatal
Infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi umum, lekorea
dan lain-lain. Dikamar bersalin harus ada pemisah yang sempurna antara
bagian yang sepsis dengan asepttik. Pemisah ini mencakup mangan, tenaga
perawatan, serta alat kedokteran dan alat keperawatan. Ibu yang akan
melahirkan sebelumnya masuk kamar bersalin. Pada kelahiran bayi,
pertolongan harus dilakukan secara aseptic. Suasan dikamar bersalin harus
sama dengan suasana di kamar bayi yang baru lahir. Apabila operasi alat yang
digunakan harus steril. Harus ada pemisah yang sempurna untuk bayi yang
baru lahir dengan partus aseptic dan partus septic. Pemisahan ini mencakup
personalia, fasilitas keperawatan, dan alat yang digunakan. Selain itu juga
dilakukan pemisah terhadap bayi yang menderita penyakit menular. Perawat
harus mendapatkan pendidikan khusus dan mutu pelayanan harus baik,
apalagi bila kamar perawatan bayi berupa satu kamar perawatan yang khusus.
Sebelum dan sesudah memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun antiseptic.

2. Cara khusus
pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama(lebih dari 12 jam)
air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak
manipulasi intraviginal. Resusitasi dengan penggunaan antibiotic yang banyak
dan tidak terarah dapat menimbulkan jamur yang berlebihan, seperti kandida
albikans. Sebaliknya bila terlambat memberikan antibiotic pada penyakit
infeksi neonatus, sering berakibat kematian. Hal ini dapat disimpulkan
sebagai berikut : bila kemampuan pengawasan klinis dan laboratoirum cukup
baik, sebaiknya tidak memberikan antibiotic profilaksis, antibiotika baru
diberikan kalu sudah terdapat tanda infeksi.
B. Konsep Dasar ManajemenAsuhan Kebidanan BBL dengan
Sepsis Neonatorum
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
a. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :

Umur/tanggal lahir :

Jenis Kelamin :

Tanggal masuk RS :

b. Identitas Orang Tua


Nama ayah :

Nama ibu :

Usia ayah/ibu :

Pendidikan ayah/ibu :

Pekerjaan ayah/ibu :

Agama :

Suku/bangsa :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Keluhan utama
b. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1) Usia Kehamilan
a) 37-42 minggu (DEPKES RI, 2005). KMK dan BMK
untuk masa kehamilan merupakan kondisi yang
biasanya berulang (Wheeler, 2004).
b) Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum
lengkap 37 minggu usia gestasi. Minggu gestasi
dihitung dari HPHT dan tidak berhubungan dengan
berat badan bayi, panjang bayi, Lingkar kepala bayi,
atau bahkan semua pengukuran janin atau ukuran
neonatus (Myles, 2009).
c) Prematuritas Murni. Masa gestasinya kurang dari 37
minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus
kurang bulan. Sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)
(Surasmi, 2003).
2) Riwayat antenatal
Penyebab depresi pada bayi saat lahir mencangkup obat-
obatan yang diberikan atau diminum oleh ibu
(Prawirohardjo, 2010).Ketuban pecah dini dapat terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadinya asfiksia atau hipoksia. (Prawirohardjo, 2010).
3) Riwayat intranatal
4) Riwayat Kelahiran yang Lalu
5)
Tahun BB Keadaan Jenis Ket.
No. JK Komplikasi
Kelahiran Lahir Bayi Persalinan

1.

a) Usia gestasi bayi terdahulu karena kelahiran preterm


cenderung berulang(Wheeler, 2004).
b) Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia
ibu dibawah 20 tahun dan pada Multigravida yang
jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian
terendah adalah pada usia ibu antara 26 – 35 tahun.
(Surasmi, 2003)
6) Riwayat Persalinan Sekarang
a) Jenis persalinan
Spontan pervaginam & sectio caesarea (Protap RSUD
AWS Samarinda).
b) Komplikasi persalinan
(1) Distosia bahu dapat menyebabkan fraktur pada
humerus atau klavikula, cedera pada pleksus
brakialis, asfiksia pada bayi (Sinclair, 2010).
(2) Ibu dengan diabetes mellitus dapat beresiko untuk
melahirkan bayi dengan makrosomia dan beresiko
untuk mengalami distosia bahu pada saat
persalinan. (Manuaba, 2005).
c) Lama persalinan
Lama persalinan pada primigravida dan multigravida
(dr.Ida Ayu Chandranita, 2010).

Kala Primigravida Multigravida


Persalinan

I 10-12 jam 6-8 jam

II 1-1,5jam 0,5-1 jam

III 10 menit 10 menit

IV 2 jam 2 jam

Jumlah (tanpa 10-12 jam 8-10 jam


memasukan
kala IV yang
bersifat
observasi)

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita
sebelumnya apakah pernah menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti jantung,
darah tinggi, ginjal, kencing manis, serta untuk mengetahui pernah
dirawat di rumah sakit atau tidak (Varney, 2007).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit yang diderita ibu ( hipertensi, jantung, diabetes
melitus). Penyakit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan misalnya Taksemia Gravidarum, perdarahan
antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah
infeksi akut yang dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
b. Penyakit ibu seperti hipertensi, penyakit paru, dan penyakit
gula dapat menimbulkan dismaturitas janin (Surasmi, 2008).
c. Gejala-gejala penyakit maternal yang dilaporkan 7 hari
sebelum kelahiran memiliki hubungan yang bermakna terhadap
peningkatan risiko kematian akibat asfiksia neonatorum.
Gejala- gejala tersebut adalah demam selama kehamilan,
perdarahan, pembengkakan tangan, wajah atau kaki, kejang,
kehamilan ganda juga berhubungan kuat dengan mortalitas
asfiksia neonatorum (Lee, dkk, 2008).
d. Usia terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>40 tahun),
anemia (Hb< 8 g/dL), perdarahan antepartum dan demam
selama kehamilan berhubungan kuat dengan asfiksia
neonatorum (Oswyn dkk, 2008).

5. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Jenis Makanan : ASI


World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pemberian ASI secara
eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan
pertama, dan rekomendasi serupa juga
didukung oleh American Academy of
Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding
Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI).

Eliminasi BAB: Dalam 24 jam pertama, warna hitam


kecoklatan (Saifuddin, 2006;137-138).
BAK: Dalam 24 jam pertama (Saifuddin,
2006;137-138).

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Merokok dan kehamilan yang tidak diinginkan merupakan
faktor predisposisi bayi berat lahir rendah (BBLR: berat badan
kurang dari 2500 gram) (Departemen Kesehatan, 2005).
b. Kebiasaan ibu (merokok, minum alkohol, dan narkotika)
merupakan faktor etiologi prematuritas (Surasmi, 2003).

b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum :Bayi terlihat lemas (flaccid). Reflek / respon


bayi melemah (Rustam, 2008).
TTV :
Tekanan darah :
Nadi :
Suhu :
Pernafasan :
Antropometri :
Tinggi badan : 46cm (Surasmi, 2009).
Berat badan : 2500 gram (Surasmi, 2009).
LiLA : <9,5 (Hidayat, 2009).
Lingkar kepala : Fronto-occipitalis 33 cm(Surasmi,
2009).
Lingkar dada : 30cm (Surasmi, 2009).
Lingkar perut : 28 – 30 cm
2. PemeriksaanFisik
Kulit : Warna kulit terihat biru menunjukan bahwa keadaan
bayi buruk dengan angka penilaian 0 Pada penilaian apgar
(UNPAD, 1983). Adanya sianosis pada evaluasi warna
kulit menunjukan adanya tanda tanda asfiksia
(Prawirohardjo, 2010).
Ukuran kecil dan tidak memiliki lemak, kulit sangat
tipis, pembuluh darah mudah terlihat (Jesen, 2004)
Mata : Mata tertutup rapat (Ballard Score)
Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung menandakan bahwa
bayi baru lahir mengalami gawat nafas (Glance
neonatoligi,2009).
Mulut : Terlihat adanya pernafasan megap megap
(Prawirohardjo,2010). Adanya sianosis central yang terjadi
pada bibir bayi(Glance neonatologi,2009).
Dada : Adanya retraksi didinding dada menandakan bahwa
bayi baru lahir mengalami gawat nafas (Glance
neonatologi,2009).
Genetalia : Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan
rugae pada skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam
skrotum.untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora belum tertutup oleh mayora (Surasmi, 2009)
Ekstremitas :

3. Pemeriksaan Neurologis atau Refleks


a.Rooting : +
b.Sucking : +
c.Moro : +
d. Babynski :+
e.Grapee : +
f.Swallowing :+
4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium :Reactive Protein > 10 mg/dL atau > 2 SD


dari nilai normal

II. Interpretasi Data Dasar


Dx :
Ds : Mencantumkan data subyektif yang mendukung adanya diagnosa
Do : Mencantumkan data obyektif yang mendukung adanya diagnosa
III.Identifikasi Diagnosis/MasalahPotensial
Langkah ini berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi yaitu
merupakan pencegahan atau penanganan
IV. Identifikasi KebutuhanTindakan Segera
Untuk memberikan tindakan yang harus segera dilakukan kepada pasien untuk
mengurangi angka kesakitan, kecacatan bahkan kematian pada klien.

V. Intervensi
1. Memberitahukan kepada klien atau orang tua klien mengenai kondisi
klien dari hasil pemeriksaan.
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak klien
dan keluarga (Varney, 2007).
2. Memberikan kehangatan pada bayi dan daerah sekitar tempat resusitasi.
Rasional : Bayi yang kedinginan dengan mudah dapat terjadi hipotermi
(Glance, 2009).
3. Mengganjal bahu dengan gulungan handuk / kain.
Rasional : Mengganjal bahu dengaan gulungan handuk merupakan cara
agar kepala ekstensi yang membuat jalan nafas menjadi terbuka
(Prawirohardjo, 2010).
4. Memberikan stimulasi berupa rangsangan taktil
Rasional : Usaha nafas kembali pada bayi dapat dilakukan dengan
pemberian stimulasi berupa rangsangan taktil yang adekuat
(Varney,2008).
5. Membersihkan jalan nafas.
Rasional : Adanya sumbatan pada jalan nafas merupakan indikasi dari
ventilasi yang tidak adekuat (Varney, 2008).
6. Mempersiapkan untuk rujukan.
Rasional : Segera rujuk bila ada salah satu tanda-tanda bahaya
pada neonatus dengan tetap memberikan ventilasi tekanan positif secara
bertahap (Varney, 2008)

VI. Implementasi
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya

VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 16 September 2017


Waktu Pengkajian : 14.00 WITA
TempatPengkajian : RSUD AWS Samarinda
Nama Pengkaji : Sasmika

S:

1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : By.A

Umur/tanggal lahir :2 Hari / 14 september 2017

Jenis Kelamin : laki-laki

Tanggal masuk RS : 13 september 2017

b. Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Tn.K Nama Ibu: Ny. I


Usia : 34 tahun Usia :27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Suku/bangsa :Jawa Suku Bangsa : Jawa
Alamat : jl. Imam bonjol
2. Riwayat Kesehatan Klien

a. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak
satu hari yang lalu dan mengalami muntah sebanyak 3 kali.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a) Riwayat kehamilan ini
Trimester I : Frekuensi : tiga kali, oleh : bidan
Keluhan : Mual dan muntah, sejak usia kehamilan 1
bulan hanya diberi konseling (makan sedikit tapi sering)

Trimester II : Frekuensi : tiga kali, oleh : bidan


Keluhan : tidak ada
Trimester III : Frekuensi : tiga kali, oleh : bidan
Keluhan : Nyeri pinggang, sejak usia kehamilan 9 bulan
hanya diberi konseling (istirahat cukup)

b) Riwayat persalinan ini


1. Tempatpersalinan : BPS
2. Tgl/ jam lahir : 14 september 2017
3. Jenispersalinan : Normal
4. Komplikasi/ kelainan dalam persalinan : Tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
pernah atau sedang menderita penyakit menular, menurun, maupun
menahun seperti kencing manis, jantung, batuk darah, asma, darah
tinggi dan penyakit kuning. Selain itu, ibu mengatakan bahwa dari
keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang
mempunyai keturunan kembar.

5. Pola Fungsional Kesehatan

a. Pola Nutrisi
Minum ASI (susu formula) 8 x 20 cc/ hari
b. Pola Eliminasi
BAB : 1-2 kali dalam sehari, berupa mekoneum berwarna hijau
tua/ kehitaman.
BAK : 5-6 kali dalam sehari, berwarna kuning jernih.
c. Pola Istirahat
Bayi lebih banyak tidur, kadang terbangun jika bayi haus, BAB, atau
BAK.
d. Pola aktivitas
Bayi bergerak aktif.
e. Personal hygiene
Bayi dimandikan dan diseka 2 x/ hari, ganti popok tiap kali basah.
6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Psikologis : Ini merupakan pernikahan pertama Ibu. Lama menikah ± 2


tahun dengan status pernikahan yang sah. Ibu senang akan
kehamilannya ini.
Sosial : Ini merupakan kehamilan yang direncakan, keluarga dan suami
dengan senang hati menerima kehamilan ini.
Kultural : tidak ada adat istiadat yang dilakukan yang dapat
membahayakan atau merugikan bagi ibu maupun janin.
Spiritual : tidak ada upacara keagamaan yang dapat membahayakan atau
merugikan bagi ibu maupun janin.

O:

1. Pemeriksaan Umum

TTV :
Nadi :142x/menit
Pernapasan :62x/menit
Suhu :35,2°C
Antropometri :
Panjang badan :50 cm
Berat badan :3300 gram
LiLA :12 cm
Lingkar kepala :23 cm
Lingkar dada :33cm
Lingkar Perut : 22 cm

2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Tampak simetris, tampak rambut menempel datar pada kulit
kepala, tidak tampak dan tidak teraba benjolan seperti caput
sukse denum, cepal hematoma, terdapat pontanel anterior
berbentuk belah ketupat dan pontanel posterior.
 Muka
Muka tampak simetris dan tidak ada kelainan.
 Mata
Bentuk ukuran dan jarak masing-masing mata tampak simetris,
tidak tampak rabas, pada mata kedua bola mata ada dengan
ukuran yang sama gerakan bola mata acak dan tidak sama
(strabismus), tidak ada glukoma kongenital, katarak kongenital,
sclera tidak tampak kuning, terdapat pupil dengan ukuran sama
dan reaksi terhadap cahaya baik, terdapat 2 alis mata dan
terpisah.
 Telinga
Simetris kiri dan kanan, letak dan bentuk daun telinga normal,
pendengaran baik dengan merespon bunyi atau suara.
 Hidung
Simetris, tidak purulent/darah, tidak mengalami pernafasan
cuping hidung.
 Mulut
Bibir tampak simetris, tidak ada bercak pada mukosa mulut,
mukosa mulut berwarna merah muda, pallatum utuh, bibir atas
bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu, dan terdapat celah
di bibir sebelah kiri.
 Leher
Tampak pendek, dikelilingilipatan kulit dan tidak ada selaput,
tidak ada pembengkakan kelanjar thyroid dan vena jugularis,
pergerakan tidak terbatas atau bebas.
 Dada
Gerakan dada simetris, dinding dada dan abdomen bergerak
bersamaan saat bayi bernafas, tidak ada prakturklapikula, putting
susu terbentuk dengan baik, menonjol simetris kanan dan kiri,
bunyi nafas tidak terdengar wheexing dan ronchi, bunyi jantung
tajam jelas dan terdengar tunggal di bunyi jantung I dan II dan
tidak terdengar murmur.
 Bahu, lengan dan tangan
Tampak bergerak bebas dan simetris, tidak ada prakturklapikula,
dan prakturhumerus, kedua lengan sama panjang, tidak ada
polidaktili dan sidaktili.
 Abdomen
Abdomen tampak bulat, tidak tampak tonjolan pada abdomen,
tampak bergerak bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas,
tidak teraba masa dan distensi, tali pusat tampak di ikat dengan
benang, tidak terjadi penonjolan disekitar tali pusat saat bayi
menangis, tidak mengalami bengkak, tidak bernanah, tidak
berbau.
 Genetalia
Labia mayora sudah menutupi labia minora, terdapat 2 lubang
yang berbeda yaitu uretra dan vagina.
 Kaki dantungkai
Tampak bergerak bebas, kaki dan tungkai simeteris, jari kaki
tidak polodaktili dan sidaktili.
 Punggung
Tulang punggung tampak fleksi, tidak ada spina bifida, dan
meningokel.
 Anus
Berlubang pada posisi normal
 Kulit
Warna kulit bayi merah, terdapat vernixcaseosa berwarna
keputihan, dan tidak berbau, tampak lanugo disekitarbahu, daun
telinga dan dahi bayi tidak ada pembengkakan dan bercak hitam,
tidak ada tanda lahir.
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Reflek Moro : (+)
b. Reflek Menggenggam : (+)
c. Reflek roating : (+)
d. Reflek Sucking : (+)
e. Reflek swallowing : (+)
f. Babynski reflek : (+)
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium :pukul 15:05 WITA sudah dilakukan jenis
pemeriksaan darah lengkap, C-reaktif protein, kultur darah dan hasil
belum diketahui.
2) Pemeriksaan penunjang lainnya : tidak dilakukan
A:

II. INTERPRENTASI DATA


Tanggal : 02 Maret 2014
Pukul : 15:10
a) Diagnosa kebidanan
By.A umur 2 hari dengan sepsis neonatorum
Data dasar :
Ibu mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak 1
hari yang lalu dan muntah 3 kali.
DO :
1. Keadaan umum : sedang
2. Pernapasan : 62 kali/menit
a) Nadi : 142 kali/menit
b) Suhu : 35,2°C
3. Mata : simetris, conjungtiva merah muda,
sclera putih.
4. Mulut : bibir merah muda, mukosa basah.
5. Ekstremitas : kuku kaki dan tangan merah muda.
a. Masalah
Gangguan pemenuhan nutrisi
b. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan nutrisi

III. DIAGNOSA POTENSIAL


a. Terjadi aspirasi sehubungan dengan muntah karena By. A
mengalami muntah 3 kali.
b. Ikterus karena By. A malas minum.
IV. ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi
pada bayi yang terdiri dari pemasangan oksigen, pemasangan
infus, pemasangan OGT, pemberian trasfusi trombosit, pemberian
injeksi ampicillin dan gentamisin serta menjaga kehangatan bayi
dalam incubator dengan suhu 34°C

P:

Jam Penatalaksanaan Paraf


15.00 WITA Memberitahukan kepada ibu tentang hasil
pemeriksaan; ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
Memberikan pengetahuan kepada ibu untuk menjaga
kehangatan bayi di dalam incubator dan kelembapan
pempers bayi ; ibu mengerti dan akan menjaga
kehangatan incubator dengan suhu 34 °C dan
mengganti pempers bayi setiap bayi BAK atau BAB
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan kasus dalam pengkajian pada by. A usia 2 hari dengan sepsis
neonatorum di dapatkan data bayi baru lahir tanggal 14 September 2017 secara
spontan jenis kelamin laki-laki berat badan 3300 gram panjang badan 50 cm.setelah
bayi lahir terdapat muntah 3x berwarna coklat,usia 2hari.Melalui data ini di dapatkan
suatu diagnosa masalah bayi baru lahir dengan sepsis neonatorum Setelah dilakukan
Asuhan Kebidanan pada By. A Umur 2Hari dengan sepsis neonatorum, didapatkan
bahwa pada implementasi pada asuhan kebidanan adalah sama dengan penanganan
pada teorinya.Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis mengambil suatu kesimpulandarikasus infeksi
sepsis neonatorum pada By. A umur 2 hari di RSUD AWS Samarinda
yaitu:

1. Pengkajian pada kasus didapatkan data subyektif dari By.A adalah


ibu mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak satu
hari yanglalu dan mengalami muntah 3 kali di rumah. Data obyektif
dari By. Aadalah KU sedang, vital sign Suhu 35,2ºC, Pernafasan 62
kali/menit, Nadi142 kali/menit, Reflek suching jelek, bayi tidak
mau membuka mulut dantidak mau menghisap.

2. Interpretasi data dilakukan dengan mengumpulkan data secara


teliti danakurat sehingga didapatkan diagnosa kebidanan By. A
umur 2 hari dengansepsis neonatorum disertai masalah yang
dialami oleh By. A adalah gangguan pemenuhan nutrisi sehingga
membutuhkan pemenuhankebutuhan nutrisi

3. Diagnosa potensial yang mungkin muncul yaitu terjadi


aspirasisehubungan dengan muntah karena By.A muntah 3 kali
dan terjadi ikterus karena By.A tidak mau minum, namun pada
kasus By.A umur 2 hari dengan sepsis neonatorum tidak terjadi
karena mendapatkan penangananyang tepat.

4. Tindakan segera yang dilakukan yaitu kolaborasi dengan dokter


spesialis anak untuk pemberian terapi pada bayi yang terdiri dari
pemasangan oksigen, pemasangan infus, pemasangan OGT,
pemberian transfusi trombosit, pemberian injeksi ampicilin dan
gentamisin serta menjaga kehangatan bayi dalam incubator dengan
suhu 34ºC.

5. Rencana tindakan yang dilakukan untuk By. A umur 2 hari dengan


sepsis neonatorum yaitu Observasi keadaan umum dan vital sign
bayi, beri tindakan sesuai advice dokter : pasang oksigen nasal
dengan kecepatan 2L/menit, pasang infus dengan kecepatan 12
tetes/menit, puasakan bayi sementara selama 37 jam dengan OGT
terbuka, beri tranfusi trombosit I 50 cc pada
pukul 19.00 WIB, beri injeksi ampicilin 175 mg/12 jam secara IV ,
beri injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam secara IV dan jaga selalu
kehangatan bayi dengan merawat bayidalam incubator dengan suhu
34ºC dan mengganti pempers bayi jika bayi BAK atau BAB.

6. Pelaksanaan tindakan Asuhan Kebidanan pada By. A umur 2 hari


dengan sepsis neonatorum dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat.
B. Saran

1.Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Mahasiswa dan
menggali wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah
didapatkan tentang penatalaksanaan bayi baru lahirdengan sepsis
neonatorum agar dapat merencanakan dan melakukan evaluasi
permasalahan dan pemecahan masalah terutama yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan sepsis
neonatorum.

2.Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan bagi institusi khususnya Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kaltim jurusanKebidanan
dalam meningkatkan wawasan mengenai asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan sepsis neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA
Fanaroff, A.A, Lissauer, T .2013. selayang Neonatologi Edisi Kedua. Jakart: PT
indeks
Fauziah, A, Sudarti. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dan
Kegawatdaruratan. Yogjakarta : Nuha Medika

Maryunani, A, Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan penyulit pada


neonates. Jakarta : CV Trans info media

Prawirohardjo. S.2010. ilmu Kebidnan. Jakarta Bina pustaka.

Varney, Helen. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC


Reeder, Sharon J., “Keperawatan maternitas kesehatan wanita, bayi & keluarga,
volume 2, edisi 18”, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Marmi, dkk., “Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah”, Penerbit
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Você também pode gostar