Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
INFEKSI
Disusun oleh:
Sasmika
NIM. P07224316034
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2O17
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan Rahmat,
Karunia, Taufiq dan Hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan Infeksi dengan baik sebagai media pembelajaran
dalam ilmu kebidanan dengan mengutip beberapa referensi. Penyusun berterimakasih
kepada rekan sejawat yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Penyusun berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
laporan yang telah dibuat dimasa yang akan datang. Penyusun juga berharap laporan
ini dapat berguna bagi orang banyak. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa neonatal,
intranatal dan postnatal.Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum
generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke
seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh
tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke
arah septisemia dan syok septik. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi
yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1%
bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir.
Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat
badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada
lebih dari 50% kasus, infeksi mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Infeksi yang baru timbul
dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial
(infeksi yang didapat di rumah sakit).
Pembagian Inkfesi:
1. Inkfesi Dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan
amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Inkfesi lanjutan/nosocomial
yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan
pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami
komplikasi.
B. Klasifikasi
1. Infeksi berat (Major Infection)
a. Sifilis Congenital
Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang di sebabkan oleh
Treponemapallidum. Akibat sifilis terhadap ibu dan janin tergantung pada berat
infeksi pada ibu, bilamana pada masa kehamilan terjadi infeksi, pengobatan
yang diberikan selama hamil infeksi pada janin timbul sesudah kehamilan 14
minggu karena spirokaeta tidak dapat melintasi lapisan sel langhans pada
placenta muda.
b. Sepsis neonatorum
Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal. Sepsis merupakan
keberadaaan mikroorganisme atau toksinnya di dalam darah atau jaringan
lainnya.
c. Meningitis
Biasanya di dahului sepsis, penyebab utamanya adalah E. Colli
pneumokokus, stafilococcus, dan sebagainya.
d. Pneumonia congenital
Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnion
yang septic. Pneumonia harus dicurigai kalau ketuban pecah lama, air ketuban
keruh berbau, dan terdapat kesulitan bernafas pada saat bayi baru lahir.
e. Pneumonia aspirasi
Terjadi pada masa post natal, merupakan penyebab kematian utama
pada BBLR, terjadi aspirasi pada saat pemberian makanan karena reflek
menelan dan batuk yang belum sempurna.
g. Pneumonia stafilokokus
Biasanya terjadi pada neonatus yang lahir di rumah sakit.
Penyebabnya yaitu stafilokokus yang terdapat di suatu tempat di badan,
kemudian menyebar ke paru.
h. Diare epidemic
Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi, disebabkan oleh
salmonelasisi, gastroenteristis E. Colli yang bersifat pathogen.
i. Pidonefritis
Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
j. Ostitis akut
Disebabkan oleh metatastis sarang infeksi stafilokokus
k. Tetanus nenatorum
Disebabkan oleh clostridium tetani nyang bersifat anaerob dan
mengeluarkan eksotopin yang neurotropik.
2. Infeksi ringan
a. Pemfrigus neonatorum
Gelembung jernih yang kemudian berisi nanah lalu kemudian di
kelilingi daerah kemerahan pada kulit disebabkan oleh stafilokokus.
Gelembung ini dapat terjadi berupa ganda menyebabkan gejala-gejala umum
yang berat, kadang-kadang kulit terkelupas dna terjadu dermatitis.
b. Oftalmia neonatorum
Infeksi ogenokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir.
Selain itu penyakit ini dapat ditularkan melalui tangan perawat yang kadang
terkontaminasi kuman.
c. Infeksi pusat
Disebabkan oleh stafilokokus aereus sehingga menimbulkan nanah,
edema dan kemerahan pada ujung pusat.
d. Moniliasis kandida albikans
Merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi yang dapat
menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain. Jamur ini secara cepat
menimbulkan infeksi ketika daya tahan tubuh bayi turun.
C. Etiologi
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti escherichia
coli,pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus aureus, dan coccus
gonococcus. Infeksi ini bisa terjadi pada saat antenatal, intranatal, dan postnatal.
1. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh
janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan akhirnya
ke dalam sirkulasi darah umbilikus. Berikut adalah kuman yang menginvasi
ke dalam janin.
Ø Virus: rubella, poliomielitis, variola,vaccinia,coxsackie,dan
cytomegalic inclusio.
Ø Spirochaeta: terponema palidum
Ø Bakteri : E.coli dan listeria monocytoganes
2. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika
mikroorganisme masuk dari vagina, lalu naik dan kemudian masuk ke dalam
rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban yang pecah
lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis dan
amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah, yaitu
pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina, termasuk periksa
dalam dan kromilage(melebarkan jalan lahir dengan jari tangan penolong
).infeksi dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang
berasal dari vagina, misalnya pada blennorhoe.
3. Infeksi postnatal
Infeksi pada periode ini dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,
misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril,
tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang,
misalnya pada neonatus neonatorum, omfalitis dan lain-lain.
Gambar. Tanda dan gejala pada bayi yang mengalami infeksi perinatal
E. Menifestasi klinis non-spesifik pada Bayi Baru Lahir
Gejala dari infeksi neonatus juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
i. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya
nanah atau darah dari pusar.
ii. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak
menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh
melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
iii. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya
pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena.
iv. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan
kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena terabahangat.
v. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan
pembengkakan perut dan diare berdarah.
F. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endoskrin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolic yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
fungsi jaringan, asidosis metabolic dan syok. Yang menyebabkan disseminated
Intravaskuler Coagulation (DIC) dan kematian.
1. Faktor Maternal
a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c) Kurangnya perawatan prenatal
d) Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur selama persalinan
2. Faktor Neonatatal
a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan
lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan
kulit.
b) Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi
perempuan, menegaskan kemungkinan adanya faktor-faktor seks dan
kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir, terutama jika melibatkan intubasi
endotrakea, pemasukan kateter pembuluh darah umbilicus, atau keduanya,
dihubungkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri, hal ini kemungkinan
berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada saat lahir
3. Faktor Lingkungan
a) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah
sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi
parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang
luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum
luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi
olehE.colli.
G. Komplikasi :
a) Meningitis
b) Hipoglikemia, asidosis metabolic
c) Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial
d) ikterus/kernicterus
H. Faktor Resiko
1. BBLR
2. Ketuban pecah dini (12 jam)
3. Ibu demam
4. Cairan amnion keruh, berbau
5. Resusitasi
6. Kembar
7. Prosedur invasif
8. Sosio-ekonomi rendah
I. Penatalaksanaan
1. Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang
2. Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin
3. Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit
4. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur
miring ke kiri atau kanan
5. Apabila diare, perhatikan personal higine dan keadaan lingkungan
6. Rujuk segera ke rumah sakit, lakukan informed consent pada keluarga
2. Cara khusus
pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama(lebih dari 12 jam)
air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak
manipulasi intraviginal. Resusitasi dengan penggunaan antibiotic yang banyak
dan tidak terarah dapat menimbulkan jamur yang berlebihan, seperti kandida
albikans. Sebaliknya bila terlambat memberikan antibiotic pada penyakit
infeksi neonatus, sering berakibat kematian. Hal ini dapat disimpulkan
sebagai berikut : bila kemampuan pengawasan klinis dan laboratoirum cukup
baik, sebaiknya tidak memberikan antibiotic profilaksis, antibiotika baru
diberikan kalu sudah terdapat tanda infeksi.
B. Konsep Dasar ManajemenAsuhan Kebidanan BBL dengan
Sepsis Neonatorum
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
a. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Tanggal masuk RS :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
1.
IV 2 jam 2 jam
Pola Keterangan
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
V. Intervensi
1. Memberitahukan kepada klien atau orang tua klien mengenai kondisi
klien dari hasil pemeriksaan.
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak klien
dan keluarga (Varney, 2007).
2. Memberikan kehangatan pada bayi dan daerah sekitar tempat resusitasi.
Rasional : Bayi yang kedinginan dengan mudah dapat terjadi hipotermi
(Glance, 2009).
3. Mengganjal bahu dengan gulungan handuk / kain.
Rasional : Mengganjal bahu dengaan gulungan handuk merupakan cara
agar kepala ekstensi yang membuat jalan nafas menjadi terbuka
(Prawirohardjo, 2010).
4. Memberikan stimulasi berupa rangsangan taktil
Rasional : Usaha nafas kembali pada bayi dapat dilakukan dengan
pemberian stimulasi berupa rangsangan taktil yang adekuat
(Varney,2008).
5. Membersihkan jalan nafas.
Rasional : Adanya sumbatan pada jalan nafas merupakan indikasi dari
ventilasi yang tidak adekuat (Varney, 2008).
6. Mempersiapkan untuk rujukan.
Rasional : Segera rujuk bila ada salah satu tanda-tanda bahaya
pada neonatus dengan tetap memberikan ventilasi tekanan positif secara
bertahap (Varney, 2008)
VI. Implementasi
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya
VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
S:
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : By.A
a. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak
satu hari yang lalu dan mengalami muntah sebanyak 3 kali.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a) Riwayat kehamilan ini
Trimester I : Frekuensi : tiga kali, oleh : bidan
Keluhan : Mual dan muntah, sejak usia kehamilan 1
bulan hanya diberi konseling (makan sedikit tapi sering)
a. Pola Nutrisi
Minum ASI (susu formula) 8 x 20 cc/ hari
b. Pola Eliminasi
BAB : 1-2 kali dalam sehari, berupa mekoneum berwarna hijau
tua/ kehitaman.
BAK : 5-6 kali dalam sehari, berwarna kuning jernih.
c. Pola Istirahat
Bayi lebih banyak tidur, kadang terbangun jika bayi haus, BAB, atau
BAK.
d. Pola aktivitas
Bayi bergerak aktif.
e. Personal hygiene
Bayi dimandikan dan diseka 2 x/ hari, ganti popok tiap kali basah.
6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual
O:
1. Pemeriksaan Umum
TTV :
Nadi :142x/menit
Pernapasan :62x/menit
Suhu :35,2°C
Antropometri :
Panjang badan :50 cm
Berat badan :3300 gram
LiLA :12 cm
Lingkar kepala :23 cm
Lingkar dada :33cm
Lingkar Perut : 22 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Tampak simetris, tampak rambut menempel datar pada kulit
kepala, tidak tampak dan tidak teraba benjolan seperti caput
sukse denum, cepal hematoma, terdapat pontanel anterior
berbentuk belah ketupat dan pontanel posterior.
Muka
Muka tampak simetris dan tidak ada kelainan.
Mata
Bentuk ukuran dan jarak masing-masing mata tampak simetris,
tidak tampak rabas, pada mata kedua bola mata ada dengan
ukuran yang sama gerakan bola mata acak dan tidak sama
(strabismus), tidak ada glukoma kongenital, katarak kongenital,
sclera tidak tampak kuning, terdapat pupil dengan ukuran sama
dan reaksi terhadap cahaya baik, terdapat 2 alis mata dan
terpisah.
Telinga
Simetris kiri dan kanan, letak dan bentuk daun telinga normal,
pendengaran baik dengan merespon bunyi atau suara.
Hidung
Simetris, tidak purulent/darah, tidak mengalami pernafasan
cuping hidung.
Mulut
Bibir tampak simetris, tidak ada bercak pada mukosa mulut,
mukosa mulut berwarna merah muda, pallatum utuh, bibir atas
bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu, dan terdapat celah
di bibir sebelah kiri.
Leher
Tampak pendek, dikelilingilipatan kulit dan tidak ada selaput,
tidak ada pembengkakan kelanjar thyroid dan vena jugularis,
pergerakan tidak terbatas atau bebas.
Dada
Gerakan dada simetris, dinding dada dan abdomen bergerak
bersamaan saat bayi bernafas, tidak ada prakturklapikula, putting
susu terbentuk dengan baik, menonjol simetris kanan dan kiri,
bunyi nafas tidak terdengar wheexing dan ronchi, bunyi jantung
tajam jelas dan terdengar tunggal di bunyi jantung I dan II dan
tidak terdengar murmur.
Bahu, lengan dan tangan
Tampak bergerak bebas dan simetris, tidak ada prakturklapikula,
dan prakturhumerus, kedua lengan sama panjang, tidak ada
polidaktili dan sidaktili.
Abdomen
Abdomen tampak bulat, tidak tampak tonjolan pada abdomen,
tampak bergerak bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas,
tidak teraba masa dan distensi, tali pusat tampak di ikat dengan
benang, tidak terjadi penonjolan disekitar tali pusat saat bayi
menangis, tidak mengalami bengkak, tidak bernanah, tidak
berbau.
Genetalia
Labia mayora sudah menutupi labia minora, terdapat 2 lubang
yang berbeda yaitu uretra dan vagina.
Kaki dantungkai
Tampak bergerak bebas, kaki dan tungkai simeteris, jari kaki
tidak polodaktili dan sidaktili.
Punggung
Tulang punggung tampak fleksi, tidak ada spina bifida, dan
meningokel.
Anus
Berlubang pada posisi normal
Kulit
Warna kulit bayi merah, terdapat vernixcaseosa berwarna
keputihan, dan tidak berbau, tampak lanugo disekitarbahu, daun
telinga dan dahi bayi tidak ada pembengkakan dan bercak hitam,
tidak ada tanda lahir.
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Reflek Moro : (+)
b. Reflek Menggenggam : (+)
c. Reflek roating : (+)
d. Reflek Sucking : (+)
e. Reflek swallowing : (+)
f. Babynski reflek : (+)
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium :pukul 15:05 WITA sudah dilakukan jenis
pemeriksaan darah lengkap, C-reaktif protein, kultur darah dan hasil
belum diketahui.
2) Pemeriksaan penunjang lainnya : tidak dilakukan
A:
P:
PEMBAHASAN
Berdasarkan tinjauan kasus dalam pengkajian pada by. A usia 2 hari dengan sepsis
neonatorum di dapatkan data bayi baru lahir tanggal 14 September 2017 secara
spontan jenis kelamin laki-laki berat badan 3300 gram panjang badan 50 cm.setelah
bayi lahir terdapat muntah 3x berwarna coklat,usia 2hari.Melalui data ini di dapatkan
suatu diagnosa masalah bayi baru lahir dengan sepsis neonatorum Setelah dilakukan
Asuhan Kebidanan pada By. A Umur 2Hari dengan sepsis neonatorum, didapatkan
bahwa pada implementasi pada asuhan kebidanan adalah sama dengan penanganan
pada teorinya.Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis mengambil suatu kesimpulandarikasus infeksi
sepsis neonatorum pada By. A umur 2 hari di RSUD AWS Samarinda
yaitu:
1.Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Mahasiswa dan
menggali wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah
didapatkan tentang penatalaksanaan bayi baru lahirdengan sepsis
neonatorum agar dapat merencanakan dan melakukan evaluasi
permasalahan dan pemecahan masalah terutama yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan sepsis
neonatorum.