Você está na página 1de 4

ANALISIS PENGUKURAN FAKTOR FISIKA-KIMIA DI LINGKUNGAN

AKUATIK PADA WADUK SCIENCE PARK UNIVERSITAS RIAU

Wan Hardiana
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau, 28293
Email : wanhardiana@student.unri.ac.id

ABSTRAK
Percobaan ini di lakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi, pada tanggal
23 Februari 2018. Dengan menggunakan metode eksperimen, dengan empat
perlakuan yaitu air waduk science park murni, air waduk dengan humus, air
waduk dengan serasah, air waduk dengan tanah liat. Semua perlakuan diulangi
sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 12 sampel. Semua sampel diletakkan pada
gelas plastik bekas dengan kapasitas 220 mL per gelas dan selanjutnya akan
dilakukan uji ANAVA pada perlakuan. Dalam percobaan ini terdapat 2
pembahasan yaitu pengukuran faktor fisika-kimia dan analisis kualitas waduk
science park. Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa variasi perlakuan
berpengaruh terhadap pH, warna, dan volume air namun tidak berpengaruh pada
kadar oksigen terlarut. Artinya bahwa faktor fisika dan kimia meliputi pH, warna,
dan volume air berpengaruh, sedangkan faktor kimia meliputi kadar oksigen
terlarut tidak berpengaruh, melainkan berpengaruh terhadap lingkungan.

Kata kunci : Air waduk, Faktor Fisika Kimia, Kadar Oksigen Terlarut, DO meter
(Disolved Oksigen)

PENDAHULUAN
Ekologi perairan adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang
ada dalam perairan dengan lingkungan perairan tersebut. Air merupakan
kebutuhan mutlak bagi makhluk hidup, termasuk plankton, benthos dan nekton.
Dalam suatu ekologi, sifat fisik dan kimia pada perairan sangat penting, karena
kedua sifat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota
perairan, seperti fitoplankton sebagai penghasil produktivitas primer (Khasanudin,
2012 dalam Dewy, 2016).
Menurut Suwondo dan Yuslim (2018) habitat suatu spesies adalah jenis
lingkungan yang perairan tawar, payau, laut dan daratan.lingkungan perairan
tawar dapat dibedakan menjadi perairan yang tidak mengalir (lentik) seperti
danau, kolam, rawa dan perairan mengalir (lotik) contohnya sunngai, selokan,
mata air. Setiap spesies hanya dapat survived, tumbuh dan berkembang dalam
suatu lingkungan yang menyediakan kondisi yang cocok dengannya, oleh karena
itu keberadaan spesies sangat dipengaruhi oleh faktor abiotiknya (suhu, pH,
kelembapan, kandungan oksigen, dll) serta faktor biotiknya (sumber daya
makanan, predator, dll). Lingkungan tempat hidup spesies dapat menjadi salah
satu faktor pembatas bagi spesies tersebut
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi PMIPA Universitas
Riau pada 23 Februari 2018. Alat dan bahan yang digunakan adalah pH meter,
DO meter, dan mistar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode RAL dengan 5 perlakuan yaitu air waduk murni, air waduk dengan
humus, air waduk dengan tanah liat, air waduk dengan pasir dan airwaduk
dengan serasah. Semua perlakuan diulangi sebanyak 3 kali sehingga didapatkan
12 sampel. Semua sampel diletakkan pada gelas plastik bekas dengan kapasitas
220 mL per gelas.
Adapun langkah kerja dalam praktikum tentang pengukuran faktor fisika
adalah dengan cara melakukan pengamatan terhadap warna dan volume air pada
masing-masing sampel. Setiap sampel akan dicatat karakteristik warnanya pada
tabel pengamatan, dan volume air ditentukan dengan mengukur penurunan garis
air pada wadah dan hasilnya disajikan dalam tabel pengamatan. Untuk
pengukuran faktor kimia, dilakukan pengukuran pH air setiap sampel dengan
menggunakan pH meter, dan untuk pengukuran kadar oksigen terlarut digunakan
DO meter. Selanjutnya data dari pengukuran faktor kimia ini dianalisis dengan uji
ANAVA.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Pengukuran Faktor Fisik Waduk Science Park

Perlakuan Ulangan Warna Volume


P1 Putih Keruh Debit air tetap (50 ml )
Air Murni P2 Putih Keruh Debit air tetap (50 ml )
P3 Putih Keruh Debit air tetap (50 ml )
P1 Putih Keruh Debit air berkurang (20 ml)
dengan endapan
hitam
P2 Putih Keruh Debit air berkurang (20 ml)
Air + Humus dengan endapan
hitam
P3 Putih Keruh Debit air berkurang (20 ml)
dengan endapan
hitam
P1 Putih ke orenan Debit air berkurang (30 ml)
Air + Tanah
P2 Putih ke orenan Debit air berkurang (30 ml)
Liat
P3 Putih ke orenan Debit air berkurang (30 ml)
P1 Putih Keruh Debit air tetap (50 ml )
Air + pasir P2 Putih Keruh Debit air tetap (50 ml )
P3 Putih Keruh Debit air tetap (50 ml )
P1 Abu-abu Debit air tetap (50 ml )
Air + Serasah P2 Abu-abu Debit air tetap (50 ml )
P3 Abu-abu Debit air tetap (50 ml )
Dari data diatas dapat diketahui bahwa terjadi perubahan warna yang cukup
terlihat dari sampel air dengan tanah liat dan sampel air dengan serasah, dimana
sampel air dengan tanah liat dan sempel dengan serasah merubah warna air dari
warna awalnya. Hal ini diduga karena air telah bercampur dengan serasah
sehingga air menjadi pekat dan kandungan klorofil yang masih terkandung pada
serasah terurai sehingga menyebabkan air berubah warna . sama hal nya dengan
air sample tanah liat yang berubah warna menjadi keorenan karena adanya
pengaruh oksida besi dan unsur organis. Kemudian pada sampel mengalami
perubahan volume karena terjadinya evaporasi.

Tabel 2. Hasil pengukuran pH air uji ANAVA (taraf 0.05 dan 0.01)

Sumber F tabel
Db Jk Kt F hitung
keragaman 5% 1%
Perlakuan 4 0,32 0,080
Galat 10 0,024 0,002 33,10 3,48 5,99
Total 14
Dari hasil uji ANAVA yang telah dilakukan, pengaruh variasi perlakuan
berpengaruh terhadap nilai pH , karena nilai F hitung > F tabel, yaitu 33.10 >
3.48 dan 5.99. Pada perlakuan kandungan CO2 yang terperangkap didalam gelas
sampel akan mengasamkan air. Nilai pH terendah terdapat pada air waduk dengan
serasah, yakni 7,09. Sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada sampel air waduk
murni yaitu 7,54. Hal ini dapat terjadi karena hambatan evaporasi dan sisa bahan-
bahan organik di dalam serasah yang membusuk sehingga air cenderung lebih
normal.
Tabel 3. Hasil pengukuran kadar oksigen terlarut dengan uji ANAVA (taraf
0.05 dan 0.01)

Sumber Db Jk Kt F hitung F tabel


keragaman 5% 1%
Perlakuan 4 1,41 0,35 0,28 3,48 5,99
Galat 10 0.66 0,06
Total 14
variasi perlakuan berpengaruh terhadap nilai DO. Pada tabel anava dapat
diketahui bahwa F hitung < F tabel adalah 0,28 < 3,48 dan 5,99 yang artinya
adalah HO diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa variasi perlakuan tidak
berpengaruh terhadap nilai DO. Variasi perlakuan sampel tidak berpengaruh
terhadap kadar oksigen terlarut. Namun seharusnya berpengaruh. Hal ini
disebabkan tidak terjadi penguapan dan oksigen terperangkap didalam gelas aqua
yang berisi air waduk dan sebenarnya air waduk memang memiliki kadar oksigen
yang tinggi jika kadar oksigen air waduk kurang dari 5 ppm maka ikan akan mati
tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan
berkembang.

KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa variasi perlakuan
berpengaruh terhadap pH, warna, dan volume air namun tidak berpengaruh pada
kadar oksigen terlarut. Artinya bahwa faktor fisika dan kimia meliputi pH, warna,
dan volume air berpengaruh, sedangkan faktor kimia meliputi kadar oksigen
terlarut tidak berpengaruh, melainkan berpengaruh terhadap lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan Kasry Dan Nur El Fajri. 2012. Kualitas Perairan Muara Sungai Siak
Ditinjau Dari Parameter Fisik-Kimia Dan Organisme Plankton. Berkala
perikanan terubuk 40 (2): 96-113 ISSN 0126 – 4265

Noir P. Purba dan Alexander M.A. Khan. 2010. Karakateristik Fisika-Kimia


Perairan Pantai Dumai pada Musim Peralihan. Jurnal Akuatika. 1(1) : 69 –
83.

Suwondo dan Yuslim Fauziah. 2018. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan. UR


Press. Pekanbaru.

Você também pode gostar